Anda di halaman 1dari 15

B.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana filsafat matematika ?


2. Bagaimana filsafat pendidikan matematika ?
3. Bagaimana pembelajaran matematika ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah filsafat matematika


2. Untuk mengetahui sejarah filsafat pendidikan matematika
3. Untuk mengetahui sejarah filsafat pembelajaran matematika

D. Manfaat

Setelah kita mempelajari tentang sejarah filsafat matematika, filsafat


pendidikan matematika serta filsafat pembelajaran matematika. Kita mampu
membandingkan bagaimana sebenarnya filsafat dalam ilmu matematika itu
sendiri dengan filsafat pendidikan yang pada umumnya. serta membantu
memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai filsafat dalam dunia
matematika itu sendiri. Melihat banyaknya fenomena yang terkuat dalam dunia
matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum membahas tentang beberapa poin dalam makalah ini, maka
penyusun akan menjelaskan secara umum mengenai filsafat, pendidikan,
pembelajaran dan matematika itu sendiri. Secara etimologis (arti menurut kata)
istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata ini adalah kata
majemuk philos yang berarti kekasih atau sahabat pengetahuan, dan sophia yang
berarti kearifan atau kebijaksanaan. Jadi secara harfiah, filsafat berarti yang
mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan.1 Pendidikan menurut filsafat
itu adalah usaha yang dilakukan oleh orang dewasa untuk mendewasakan orang
lain melalui apa yang diberikan. Pembelajaran dalam hal ini yakni sesuatu yang
sacral, sesuatu yang suci karena berkaitan erat dengan proses evolusi batin dari
individu manusia menuju taraf kematangan yang lebih tinggi.2. menurut
Immanuel Kant Matematika ialah pengetahuaan yang bersifat sintetik apriori
dimana eksistensi matematika tergantung dari panca indra.

Melalui pengantar yang disampaikan diatas maka penyusun dapat


menguraikan beberapa materi pokok yang akan dijelaskan dalam makalah ini,
yakni :

1. Filsafat Matematika
2. Filsafat Pendidikan Matematika
3. Filsafat Pembelajaran Matematika

A. Filsafat Matematika
Dalam memahami filsafat matematika yang populer terdapat 3 aliran,
yaitu logisisme, formalisme, dan intusionisme. Ketiga aliran ini memperkaya dan
membuat matematika berkembang serta memiliki banyak pengikut yang

1
Sukardjono.Modul Hakikat Matematika dalam
www.repository.ut.ac.id/PEMA4101-M1.
2
Evawati Alisah.dkk, Filsafat Dunia Matematika Pengantar untuk Memahami
Konsep-konsep Matematika (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cetakan Pertama,
hlm.10

3
dianggap sangat fanatik Logisisme dikembangkan oleh filsuf Inggris Bertrand
Arthur WilliamRussell (1872- 1970) pada tahun 1903. Prinsipnya menjelaskan
bahwa matematika semata-mata merupakan deduksi-deduksi dengan prinsip-
prinsip logika. Matematika dan logika merupakan bidang yang sama, karena
seluruh konsep-konsep dan teorema-teorema diturunkan dari logika.
20 Aliran berikutnya adalah formalisme dengan tokohnya David Hilbert (1862-
1943) dari Jerman. Menurut pandangannya sifat alami matematika adalah
sebagai sistem lambang yang formal. Matematika berhubungan dengan sifat-sifat
struktural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap lambang-lambang
itu. Simbol-simbol dianggap mewakili pelbagai sasaran yang menjadi objek
matematika. Bilangan misalkan dipandang sebagai sifat-sifat struktural yang
paling sederhana. Dengan simbol abstrak yang dilepaskan dari suatu sifat
tertentu dan hanya bentuknya saja, aliran ini berusaha menyelidiki berbagai
sistem matematika. Menurut pandangan aliran ini matematika merupakan ilmu
tentang sistem-sistem formal. Berlawanan dengan aliran formalisme, aliran
intusionisme dipelopori oleh ahli matematika Belanda Luitzen Egbertus Jan
Brouwer (1881-1966). Pandangannya bahwa matematika adalah sama dengan
bagian eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak
pada akal manusia (human intelect) dan tidak pada symbol-simbol di atas kertas.
Matematika didasarkan pada suatu ilham dasar (basic intuition) mengenai
kemungkinan membangun sebuah barisan bilangan yang tak terhingga. Intuisi
pada hakekatnya sebagai suatu aktivitas berpikir yang tak tergantung pada
pengalaman, bebas dari bahasa simbolisme, serta bersifat objektif.3
Matematika sudah di kenal di Mesir dan Babylonia kuno sebagai alat
bantu memecahkan berbagai persoalan non fisik dan praktis. Bila ada banjir
sungai Nil, orang mengukur kembali batas-batas tanah mereka. Matematika
dipakai pula dalam penentuan kalender, membantu konstruksi, dan sebagainya.
Akan tetapi, perkembangan matematika baru dilakukan pada masa filsuf Yunani
yang dikenal pada masyarakat seperti Phytagoras, Plato, Aristoteles, dan Leibbiz.

Djadir.dkk, Sejarah dan Filsafat Matematika dalam


3

https://www.scribd.com/mobile-doc.

4
Phytagoras dengan semboyannya panta aritmos berarti segala sesuatu
itu adalah bilangan, menyatakan matematika itu sangat penting dengan
menyatakan fenomena yang berbeda dapat menunjukkan sifat-sifat matematika
dan sifat-sifat tersebut dapat dilambangkan ke dalam bilangan dan angka-angka
serta dalam keterhubungan angka-angka.4
Geometri merupakan kunci untuk meraih pengetahuan dan kebenaran.
Pendapat ini dikatakan Plato seorang filsof Yunani yang terkenal di zamannya.
Lebih lanjut dikatakan, ada dunia ide yang dirancang secara matematis, segala
sesuatu yang diperoleh lewat indrawi hanyalah suatu keterhubungan dan
pertalian yang tidak berubah-ubah. Dengan demikian, matematika menurut
beliau adalah tidak hanya sebagai alat bagi pemahaman filsafat tetapi juga
merupakan bagian dari pemikiran filsafat sendiri. Tugas akal budi untuk
membedakan tampilan dan realita itu.
Orang biasanya membedakan apa yang tampak dan apa yang realitanya
tanpa keraguan, oleh Plato dianggap kurang tepat. Diperlukan objek riil yang
keberadaannya kira-kira bebas dari persepsi dan cara menanggapinya. Objek riil
itu harus memiliki derajat permanen, dapat didefinisikan dengan derajat
ketepatan tertentu. Objek riil dikatakan sebagai realitas identitas absolute dan
itulah dunia ide yang permanen. Abadi dan bebas dari persepsi. Pernyataan-
pernyataannya merupakan karakter dari pernyataan matematika yang masuk akal
eksistensinya. Objek permanen dalam matematika itu antara lain kata satu, dua,
tiga, dan seterusnya, titik, garis, bidang sebagai bagian aritmetika dan geometri.
Beliau mengatakan bahwa matematika murni adalah aritmetika dan geometri
Euclid, yang menurutnya merupakan deskripsi dari bagian realita dunia empirik.
Aristoteles sebagai murid Plato berpandangan berbeda dengan gurunya
tentang matematika, dengan pendapatnya bahwa pengalaman cita rasa dikatakan
hanya sebatas pendekatan dari dunia ide. Contohnya piring itu bulat, tidak harus
menyimpulkan bahwa piring adalah pendekatan bulat dari bangun lingkaran.
Mengabstraksikan bulatan dengan karakteristik matematis yang lain dan objek-

4
Sukardjono, Hakekat dan Sejarah Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008),
Cetakan Ketiga, hlm. 1-21.

5
objek dan kebebasan keberadaannya dari karakteristik atau contoh-contohnya
yakni lingkaran. Bidang studi matematika merupakan hasil abstraksi matematik
yang disebutnya objek matematika. Menurut Aristoteles, matematika terapan
berhubungan dengan matematika murni dimana matematika terapan harus
mendekati pernyataan-pernyataan dalam matematika murni. Ia juga membedakan
dengan jelas bahwa ada prinsip-prinsip yang berlaku bagi semua sains yakni
prinsip logika formal, prinsip khusus matematika terhalang di dalam demonstrasi
teori-teori, definisi-definisi yang tidak mengasumsikan apakah definisi itu ada,
hipotesis keberadaan yang mengamsumsikan bahwa apa yang didefinisikan itu
ada.
Gottfried Wilhelm Leibniz menyatakan bahwa setiap proporsi dapat
direduksi ke dalam bentuk subjek predikat. Predikat sembarang posisi termuat
dalam subjek parallel dengan dokrin metafisik yang diucapkannya bahwa dunia
terdiri dari subjek yang tidak berinteraksi. Menurutnya ada dua macam
kebenaran, yaitu kebenaran penalaran dan kebenaran kenyataan (fakta).
Kebenaran penalaran yang perlu dan dapat dicari melalui analisis
menguraikannya ke dalam ide-ide kebenaran yang lebih sederhana. Kebenaran
penalaran mendasarkan pada prinsip tolak tengah. Yang masuk dalam kebenaran
penalaran meliputi aksioma, postulat, definisi, dan teorema matematika. Inilah
posisi identik yang lawannya adalah pernyataan kontradiksi. Setiap proposisi
dalam analisis terakhir berbentuk subjek predikat, di mana subjek memuat
predikat.
Ada contoh yang menarik dari pendapat Leibnitz tentang kebenaran
kenyataan pada suatu analisis akan memerlukan analisis tak berhingga, hanya
Tuhan yang mampu menyelesaikannya. Kebenaran, kebetulan adalah nama lain
dari kebenaran kenyataan. Proposisi-proposisi adalah perlu benar untuk semua
objek, semua kejadian yang mungkin atau dalam semua dunia yang mungkin.
Kant berpendapat bahwa proposisi itu terbagi atas proposisi analisis,
proposisi non analisis/sintesis. Proposisi analisis adalah proposisi yang negasinya
kontradiksi, proposisi non analisis atau sintesis dibagi dua bagian yaitu

6
empiris/apostreori dan non empiris/apriori. Pulpen saya berwarna hitam, ini
benar menurut proposisi empiris.
Atas dasar uraian di atas tentang filsafat matematika dapat disimpulkan
bahwa menurut filsasat, matematika adalah menyatakan fenomena yang berbeda
menunjukkan sifat-sifat matematika dan sifat-sifat tersebut dapat dilambangkan
ke dalam bilangan dan angka-angka serta dalam keterhubungan angka-angka
dengan Geometri merupakan kunci untuk meraih pengetahuaan dan kebenaran
tidak hanya sebagai alat bagi pemahaman filsafat tetapi juga merupakan bagian
dari pemikiran filsafat sendiri pengalaman cita rasa dikatakan hanya sebatas
pendekatan dari dunia ide. Kebenaran penalaran yang perlu dan dapat dicari
melalui analisis menguraikannya ke dalam ide-ide kebenaran yang lebih
sederhana. Kebenaran penalaran mendasarkan pada prinsip kontradiksi yang
diambil untuk mengkover prinsip identitas dan prinsip tolak tengah meliputi
aksioma, postulat, definisi, dan teorema matematika.5
Dunia matematika lahir dari rahim kesadaran bahwa alam semesta itu
diatur oleh hukum-hukum yang teratur. Dari kesadaran yang sedemikian itu,
manusia lalu berusaha mencandra hukum-hukum keteraturan yang diikuti oleh
alam tersebut. Dari panca indra itu manusia lalu bisa menentukan dan mengatur
apa yang harus dilakukannya. Hukum keteraturan di alam menjadi petunjuk dan
landasan bagi manusia untuk bertindak di alam mini. Mulai dari perhitungan
navigasi, perhitungan saat bercocok tanam, sampai dengan perhitungan
pembukuan di perusahaaan besar maupun perhitungan matematis dalam dunia
industry pembuatan mesin, semuanya merupakan contoh dari bagaimana
manusia memanfaatkan pengetahuannya atas hukum-hukum keteraturan di alam
demi kepentingan hidupnya. Bahkan dalam aktivitas memasak, secara tanpa
sadar, seorang tukang masak sebenarnya tengah menerapkan pengetahuaan
tentang hukum-hukum keteraturan di alam. Lihatlah resep seorang tukang
masak. 4 butir telur, 3 siung bawang putih, 2 sendok teh garam dan seterusnya.
Cobalah ganti angka-angka itu sesuka hati Anda, dan coba rasakan apakah ada

5
Ali Hamzah, Muhlisrarini. dkk, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika, (Jakarta : Rajawali Pers,2014), Cetakan Pertama, hlm. 52-54.

7
perbedaan di antara setiap kombinasi angka yang berbeda. Seni memasak yang
sedap dan lezat ialah bagaimana menemukan racikan atau kombinasi angka yang
tidak harmonis niscaya akan melahirkan rasa masakan tidak harmonis pula di
lidah kita.6
Bahasa matematika menggunakan bahasa symbol, maka penjelasan yang
bila diajukan dengan menggunakan bahasa kata akan bisa menjadi panjang lebar,
akan bisa dinyatakan dalam beberapa rumusan symbol yang lebih ringkas.
Keringkasan ini sangat membantu dalam proses tukar pikiran di antara mereka
yang menekuni dunia matematika untuk menghindarkan diri dari bias arti atau
pergeseran makna yang sering berlaku untuk medium kata. Seiring waktu, arti
kata biasanya bergeser atau berubah dari arti asalnya sehingga jika kemudian
sebuah penjelasan lewat kata diwariskan ke generasi berikutnya, besar
kemungkinan generasi yang lebih kemudian itu akan mengartikan kata tersebut
secara berbeda sekali dari arti awal seperti yang dimaksudkan oleh generasi
sebelumnya.7
Sebagai sebuah cara pandang atas kenyataan, dunia matematika memang
menawarkan sebuah panduan yang bernilai bagi pembangunan dunia material
yang lebih baik. Jembatan yang kokoh, gedung yang bertingkat-tingkat, mesin-
mesin modern dan sebagainya hanya bisa di buat dengan berlandaskan pada
pengetahuan matematika. Dengan matematika pula, kita bisa mengatur dan
merencanakan kehidupan dan kemajuan ekonomi perusahaan maupun Negara.
Pemahaman akan pola keteraturan dalam dunia kuantitas ternyata sepanjang
sejarah merupakan kompas bagi kemajuan peradaban. Berbagai rumus yang
menyederhanakan kerja perancangan atau perekayasaan dan konstruksi lahir dari
rahim dunia matematika. Tak aneh jika jenius besar dalam sejarah, Leonardo da
Vinci (1452-1519) juga menasehatkan: Mechanics is the paradise of the
mathematical sciences, because by means of it one comes to the fruits of
mathematics (mekanika merupakan surganya ilmu matematika karna dalam
matematika, seseorang bisa menyaksikan buah dari matematika). Ringkasnya,

6
Evawati Alisah.dkk, op. cit., hlm.16-17.
7
Ibid. hlm.23-24

8
dunia matematika dan dunia rekayasa benda adalah satu kesatuan yang utuh dan
saling memperkaya dan memperkokoh yang lain. Keduanya harus di dijalani
agar perkembangan mental-intelektual kita utuh dan lengkap. Hanya jika kita
bisa mendialektikkan secara harmonis dunia matematika mambantu kita menjadi
manusia yang lebih bernilai.
John William Navin Sullivan (1886-1937) mengatakan: Mathematics,
as much as music or any other art, is one of the means by which we rise to a
complete self-consciousness. The significance of mathematics resides precisely
in the fact that it is an art; by informing us of the nature of our minds
(Matematika, seperti halnya music atau seni yang lainnya, merupakan satu dari
sekian sarana untuk mengembangkan sebuah kesadaran-diri yang sempurna
dalam diri kita). Dan Louis Pasteur berpesan: Chance favors only the prepared
mind (nasib baik hanya menyukai mereka yang berpikiran siap). Pikiran yang
berkembang ialah pikiran yang siap menghadapi tantangan persoalan yang
diajukan oleh realitas, dan belajar matematika akan mendidik agar pikiran kita
siap dalam menghadapi tantangan dalam yang terbentang di dunia rekayasa dan
penciptaan benda-benda. Inilah arti sesungguhnya dari insinyur, engineer,
seorang yang terampil dalam merekayasa benda-benda. Dan bagaimana dia bisa
terampil jika tak paham akan keteraturan yang berlaku dalam dunia benda-
benda.8

B. Filsafat Pendidikan Matematika


Ada yang mempermasalahkan istilah pendidikan matematika dan
matematika pendidikan. Kita tidak akan mempermasalahkan mana yang lebih
benar. Filsafat pendidikan matematika lebih menyoroti proses pendidikan dalam
bidang matematika. Tetapi apakah pendidikan matematika itu?
Menurut Wein (1973), pendidikan matematika adalah suatu studi aspek-aspek
tentang sifat-sifat dasar dan sejarah matematika beserta psikologi belajar dan
mengajarnya yang akan berkontribusi terhadap pemahaman guru dalam tugasnya

8
Ibid. hlm.36-38

9
bersama siswa, bersama-sama studi dan analisis kurikulum sekolah, prinsip-
prinsip yang mendasari pengembangan dan praktik penggunaannya di kelas
Dengan demikian, filsafat pendidikan matematika mempersoalkan
masalah-masalah berikut:
(a) sifat dasar matematika,
(b) sejarah matematika,
(c) psikologi belajar matematika,
(d) teori mengajar matematika,
(e) psikologi anak dalam kaitannya dengan belajar matematika,
(f) pengembangan kurikulum matematika sekolah, dan
(g) pelaksanaan kurikulum matematika di kelas.
Dalam filsafat pendidikan matematika ini secara khusus akan
dikemukakan Filsafat Konstruktivisme yang sejak tahun sembilan puluhan
banyak diikuti. Pada tahun 1983, Resnick menerbitkan catatan tentang
pengertian baru belajar matematika. Ia menjelaskan bahwa seseorang yang
belajar itu membentuk pengertian. Bettencount (1989) menuliskan bahwa
orang yang belajar itu tidak hanya meniru atau merefleksikan apa yang diajarkan
atau
yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian. Pengetahuan atau pengertian
dibentuk oleh siswa yang aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari gurunya.
Dalam penelitiannya tentang miskonsepsi, Fisher dan Lipson, 1986, mendapati
bahwa dalam belajar matematika pengetahuan dan pengertian mencakup suatu
proses aktif dan konstruktif. Konstruktivisme mempengaruhi banyak studi
tentang salah pengertian (misconceptions) dan pengertian alternatif dalam
belajar matematika. Di Universitas Cornell, pada Konferensi Internasional
tentang Miskonsepsi I, 1983, disajikan 69 makalah. Pada konferensi II, 1987,
membengkak menjadi 160 makalah, dan konferensi III, 1993, lebih membengkak
lagi menjadi 250 makalah. Ini menunjukkan bahwa konstruktivisme sedang naik
daun.9

9
Sukardjono op.cit., dalam www.repository.ut.ac.id/PEMA4101-M1.

10
Filsafat Ilmu Pendidikan dalam arti luas menurut Mudyahardjo (2004;5) dapat
dibedakan menjadi dua macam yakni:

1. Filsafat praktek pendidikan yaitu analisis kritis dan komperhensif tentang


babgaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam
kehidupan manusia.

2. Filsafat Ilmu Pendidikan yaitu analisis kritis dan komperhensif tentang


pendidikan dan konsep-konsep psikologi pendidikan yang berkaitan dengan
teori-teori belajar, pengukuran pendidikan, prosedur-prosedur sistematis tentang
penyusunan kurikulum, dan sebagainya yang akhirnya dapat menjadi teori
pendidikan

Dalam hal ini sama saja dengan semua pendidikan salah satunya Filsafat Ilmu
Pendidikan Matematika. Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika berkembang
sesuai dengan peranannya, merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh
kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan Matematika. Filsafat Pendidikan
Matematika adalah sebagai ilmu Pengetahuan normative dalam bidang
pendidikan matematika, merumuskan kaidah-kaidah , norma-norma atau ukuran
yang sebenarnya dilaksanakan manusia dalam hidup dan kehidupannya.

C. Filsafat Pembelajaran Matematika


Reformasi pembelajaran matematika terjadi hampir di semua belahan
bumi termasuk di negeri kita. Meskipun proses belajar mengajar di kelas masih
didominasi dengan cara-cara terdahulu, sekurang-kuangnya riak pembaharuan
pembelajaran matematika terjadi di berbagai lapisan gerakan pembaharuan baik
itu yang bersifat top down berupa projek, maupun program, ataupun gerakan-
gerakan yang bersifat bottom up baik oleh individu para peneliti ataupun oleh
lembaga-lembaga yang peduli terhadap terselenggaranya proses pembaharuan
dalam pendidikan matematika. Gerakan-gerakan seperti itu didasari oleh paham
filosofis yang dianut yang dijabarkan ke dalam teori-teori belajar dan psikologi
perkembangan peserta didik serta pengalaman-pengalaman praktis. Pembelajaran
matematika seperti yang kita alami di kelas-kelas di Indonesia masih menitik
beratkan kepada pembelajaran langsung yang pada umumnya didominasi oleh
guru, siswa masih secara pasif menerima apa yang diberikan guru, umumnya
hanya satu arah. Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam pembelajaran

11
matematika umumnya siswa menonton gurunya menyelesaikan soal-soal di
papan tulis (Silver, 1989). Pola-pola pembelajaran transmisi masih mendominasi
kelas misalkan guru mengenalkan aturan umum dalam matematika dan
dilanjutkan dengan memberikan soal-soal latihan (Thompson and Senk, 2003).
Praktek-praktek pembelajaran yang seperti di atas diusulkan untuk diperbaiki
dengan menambahkan tugas baru misalkan meminta siswa untuk
mengkonstruksi dan membangun pengetahuan matematika. Dengan melibatkan
aspek-aspek sosial. Dalam artian bahwa teman-teman sekelas mengontrol
kemajuan pemahaman konsep-konsep dan pengetahuan matematika. Jelas
pembelajaran yang seperti ini tentu menghendaki agar pembelajarannya
ditempuh secara interaktif. Interaksi dua arah terjadi antara murid dan guru,
bahka interaksi multi arah yaitu antara guru dan murid, serta antara murid dan
murid terjadi di kelas. Karenanya model-model pembelajaran cooperative
learning (kerja kelompok) yang memfasilitasi diskusi-diskusi kecil (bekerja
dalam pasangan, dan bekerja dalam kelompok 3-5 orang per kelompok)
hendaknya menjadi model-model yang patut dikembangkan. Matematika bukan
lagi pelajaran yang harus dipelajarai secara tertutup oleh seorang individu,
sehingga murid ini terisolasi dari masyarakat belajar di kelas itu. Matematika
perlu dipelajari serorang individu yang pengetahuan dan ketrampilan matematika
ini dikontrol dan juga diketahui oleh murid lainnya. Di sinilah teori Social
Constructivism mengayomi pembelajaran matematika seperti ini.
Dalam pembelajaran matematika sejak dini siswa sudah di didik untuk
menggunakan logika sehari-hari yang tentunya akan menjadi lebih mudah bagi
siswa dalam menerima dan mamahami pelajaran matematika. Penyampaiaan
materi pelajaran matematika menjadi sangat menarik dan lebih diutamakan
dengan bimbingan guru. Dengan ini siswa mampu menemukan konsep dan
rumus-rumus matematika dasar sehingga siswa sangat menyukai dan
menumbuhkan semngat eksplorasi dunia angka, bilangan matematika yang lebih
rumit.
Penyampaian suatu materi pelajaran matematika akan menjadi sedikit
lebih lama dibandingkan penyampaian materi dengan metode biasa

12
(konvensional). Namun, dengan implementasi filsfat sebagai latar belakang
lahirnya suatu konsep matematika, maka setiap siswa diharapkan mampu dan
mau mempelajarinya sampai tuntas dan mencintai matematika dengan lebih
mendalam. Menurut bakhtiar (2004) manfaat yang ditimbulkan dari
implementasi filsafat matematika di sekolah yaitu nilai pelajaran matematika
akan meningkat. Bukan itu saja, kecintaan siswa pada pelajaran matematika
menjadi lebih nyata dan jauh dari abstrak (bisa menjawab soal tapi tidak
memahami konsepnya).
Persepsi tentang hakekat dan peranan matematika yang berlangsung
dalam masyarakat memberikan pengaruh besar pada pengembangan kurikulum
matematika sekolah, pembelajaran dan penelitian. Pemahaman terhadap
perbedaan konsepsi ini merupakan hal yang penting untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan matematika sekolah di kelas. Dua paham terhadap
matematika yang memandang bahwa matematika adalah suatu bidang yang
dinamis dan tumbuh (NCTM, 1989; MSEB, 1989,1990) dan aliran yang
memandang bahwa matematika adalah disiplin ilmu yang statis, yang peduli
terhadap konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ketrampilan-ketrampilan (Fisher,
1990). Banyak para ahli ilmu pengetahuan khususnya ilmuwan dan insinyur
menambatkan pandangannya tentang matematika sebagai pohon pengetahuan
yang memuat rumus-rumus, teorema, dan hasilnya bergantungan buah-buahan
yang masak yang dapat dipetik oleh para ilmuwan untuk dapat memelihara
teorinya. Sebaliknya para matematikawan memandang lapangannya sebagai
hutan tropika yang tumbuh secara cepat, dipelihara dan dibentuk oleh pihak luar,
untuk memberikan sumbangan dalam membangun peradaban manusia dan
bahkan mengubah keragaman intelaktual flora dan fauna. Perbedaan dalam
persepsi ini disebabkan karena tahapan dari keabstrakan bahasa yang
memisahkan matematika hutan tropis dari domain matematika sebagai aktivitas
kehidupan manusia. Perbedaan konsepsi ini mempengaruhi para guru dan para
ahli matematika membuat pendekatan pembelajaran dan mengembangkan
matematika. Beberapa orang melihat bahwa matematika sebagai disiplin ilmu
yang statis yang berkembang secara abstak. Sebagian lagi memandang bahwa

13
matematika sebagai ilmu yang dinamis yang secara konstan berubah sebagai
hasil dari penemuan baru yang merupakan hasil percobaan dan aplikasi.
Perbedaan pandangan seperti ini telah menyediakan konsepsi yang kontinum
sejak zaman Yunani. Kekurangan cara memandang secara secara bersama-sama
tentang landasan filosofis yang mendasari ini memiliki percabangan yang
sungguh-sungguh dalam praktik dan dalam pembelajaran matematika di kelas.
Kekurangan konsensus ini adalah suatu alasan bahwa perbedaan pilosofisnya
tidak pernah didiskusikan. Ahli-ahli lain mengajukan suatu konjektur bahwa
pandangan-pandangan ini ditransmisikan kepada para siswa dan membantu
membentuk gagasan mereka tentang hakikat matematika. Pandangan Aristoteles
tentang Ilmu mengatakan bahwa matematika tidak didasarkan kepada teori
pengetahuan pihak luar, mandiri, dan tak teramati, melainkan berdasarkan
kepada pengalaman realitas, di mana pengetahuan di dapat dari percobaan,
observasi, an abstraksi. Pandangan ini mendukung gagasan bahwa seseorang
mengkonstruksi hubungan-hubungan yang ada dalam siatuasi matematika yang
diberikan. Aristoteles mencoba memahami hubungan matematika melalui
koleksi dan klasifikasi hasil-hasil empiris yang diturunkan dari percobaan dan
observasi dan menggunakan prinsip deduksi untuk menjelaskan hubungan-
hubungan yang ada di dalamnya. Pandangan Plato bahwa matematika identik
dengan filosofi untuk para pemikir modern. Posisi pandangan ini mengatakan
bahwa matematika sebagai kegiatan mental yang abstrak, yang ada di luar objek.
Kedua pandangan di atas memberikan salah satu pilihan bahwa matematika
hendaknya diterima sebagai aktivitas kehidupan manusia, aktivitas yang tidak
secara kaku diperintahkan oleh suatu pemikiran (logistis, formalist). Pendekatan
yang demikian akan menjawab pertanyaan apakah matematika itu dengan
mengatakan: Matematika berurusan dengan gagasan (ide). Bukan tanda-tanda
sebagai akibat dari coretan pensil atau kapur, bukan kumpulan benda-benda fisik
berupa segitiga, namun berupa gagasan yang direpesentasikan oleh benda-benda
fisik.10

10
Turmudi, Landasan Filosofis, Didaktis, dan Pedagogis Pembelajaran Matematika

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yakni :
1. Filsafat matematika dan filsafat umum dalam sejarahnya adalah saling
melengkapi. Filsafat matematika bersangkut paut dengan fungsi
dan struktur teori-teori matematika. Teori-teori itu terbebas dari
asumsiasumsi atau metafisik. Filsuf matematika yang dikenalkan di
sini adalah Pythagoras, Plato, Aristoteles, Leibniz, dan Kant.
2. Filsafat pendidikan matematika termasuk filsafat yang membahas
proses pendidikan dalam bidang studi matematika. Aliranaliran yang
berpengaruh dalam filsafat pendidikan antara filsafat analitik,
progesivisme, eksistensialisme, rekonstruksionisme, dan
konstruktivisme.
3. Matematika perlu dipelajari oleh siswa karena matematika merupakan
bagian tak terpisahkan dari pendidikan secara umum. Untuk mahami
dunia dan memperbaiki kualitas keterlibatan kita pada masyarakat,
maka diperlukan pemahaman matematika secara lebih baik lagi.
Matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari di rumah
dalam perdagangan (ekonomi) dalam pembangunan (bidang, ruang,
pengukuran,) dll.
B. Saran
Dengan adanya materi mengenai filsafat tentang dunia
matematika. Maka para genarasi muda matematikawan maupun pembaca pada
umumnya dapat mengingat kembali tentang bagaimana sejarah dari matematika
itu sendiri. Serta menjadi kesadaran untuk kita semua bahwa dunia pendidikan
itu tidak sempat karna pasti akan selalu berhubungan dengan diri kita serta
kehidupan di dunia ini. Dan menjadi penekanan untuk kita semua agar tidak
pernah melupakan sejarah.

untuk Siswa
Sekolah Dasar dalam www.file.upi.edu/F19-Modul-DEPAG.

15
KAJIAN PUSTAKA

Ali Hamzah, Muhlisrarini. dkk (2014), Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika, Jakarta : Rajawali Pers.

Evawati Alisah.dkk (2007), Filsafat Dunia Matematika Pengantar untuk


Memahami Konsep-konsep Matematika. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher

Sukardjono (2008), Hakekat dan Sejarah Matematika, Jakarta: Universitas


Terbuka.

Turmudi, Landasan Filosofis, Didaktis, dan Pedagogis Pembelajaran


Matematika untuk Siswa Sekolah Dasar dalam
www.file.upi.edu/F19-Modul-DEPAG
Djadir.dkk (2008), Sejarah dan Filsafat Matematika , 28 September 2017
https://www.scribd.com/mobile-doc.

Sukardjono.Modul Hakikat Matematika 27 September 2017


www.repository.ut.ac.id/PEMA4101-M1.

16

Anda mungkin juga menyukai