NPM : 21080006
SOAL :
Sedangkan tujuan dari filsafat Pendidikan Matematika adalah tujuan dari filsafat
matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan
untuk memahami kedudukan matematika didalam kehidupan sehari-hari. bidang
pengetahuan yang disebut filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafati yang
sasarannya ialah matematika itu sendiri.
Terdapat 5 aliran filosofi yang populer di samping aliran-aliran lain yang banyak
digunakan sebagai landasan dalam belajar dan pembelajaran matematika. Lima filosofi
dimaksud adalah absolutisme, fallibilisme, formalisme, logisisme, dan intuisionisme.
Berikut ini akan dijelaskan secara sepintas beberapa aliran filsafat dan pandangannya
tentang matematika yang dapat digunakan sebagai landasan filosofis pendidikan dan
atau pembelajaran matematika.
a. Aliran Absolutisme
Matematika merupakan pengetahuan yang sudah pasti kebenaran dan tidak dapat
diubah. Kebenaran matematika bersifat absolut (mutlak) dan merupakan satu-satunya
realitas pengetahuan yang sudah pasti. Kebenaran matematika hanya tergantung pada
logika yang terkandung dalam term-term-nya. Kebenaran matematika diturunkan dari
definisi-definisi dan tidak dapat dikonfirmasi dengan fakta empiris.
Munculnya aliran absolutisme dalam matematika dipicu oleh adanya perbedaan
setidaknya dalam dua hal berikut (Sukardjono, 2000). Pertama, pandangan umum
bahwa matematika merupakan resultan antara sistem aksiomatik dan sistem
logika. Pandangan ini menyatakan eratnya hubungan antara matematika dengan logika.
Sebagian menganggap logika tercakup dalam matematika (aliran formalisme) dan
sejalan dengan hal itu, intuisionisme berpendapat logika adalah cabang dari
matematika. Sementara yang tidak setuju menyatakan bahwa logika adalah segalanya,
sedangkan matematika adalah sebagian kecil dari logika, atau matematika adalah
cabang dari logika (aliran logisisme). Kedua, terjadinya krisis landasan metamatika,
yang melanda pondasi teori himpunan dan logika formal, membawa matematikawan
mencari landasan filsafat untuk merekonstruksi matematika agar diperoleh landasan
yang lebih kokoh. Kedua kenyataan ini memunculkan tiga arus utama filsafat
matematika yaitu aliran logisisme dipimpin oleh Russell dan Whitehead, aliran
intuisionisme dipimpin oleh Brouwer, dan aliran formalisme dipimpin oleh David
Hilbert.
b. Aliran Fallibilisme
Menurut fallibilisme, kebenaran matematika dapat menjadi subyek yang begitu
sederhana, dan dalam banyak hal dapat dikritisi. Kebenaran matematika bersifat tidak
sempurna (fallibel), tidak kokoh, dan di masa depan dapat dikoreksi serta direvisi.
Aliran Fallibilisme menyatakan bahwa isi matematika murni pada akhirnya diturunkan
dari dunia material. Menurutnya, matematika menangani hubungan kuantitaif dalam
dunia nyata, sehingga asumsi kebenaran seperangkat aksioma baru akan nampak
terbukti setelah melalui masa-masa panjang pengamatan dan pengalaman atas realitas,
bukan berdasarkan pembuktian secara deduktif- aksiomatik. Hal ini didukung oleh
kemampuan operasi matematika yang diterapkan pada dunia nyata dan
mendapatkan hasil yang bermakna, dan memperlihatkan adanya tarik menarik (affinity)
antara matematika dan dunia nyata, sehingga matematika memiliki kegunaan praktis.
c. Aliran Logisisme
Aliran logisisme dikembangkan oleh filosuf Inggris Bertrand Arthur William Russell
(1872-1970). Prinsipnya menjelaskan bahwa matematika semata-mata merupakan
deduksi-deduksi dengan prinsip-prinsip logika. Matematika dan logika merupakan
bidang yang sama, karena seluruh konsep-konsep dan teorema-teorema diturunkan dari
logika.
Tesis Logisisme adalah matematika sebagai cabang dari logika. Menurut aliran ini,
seluruh matematika dari sejak jaman kuno perlu dikonstruksi kembali ke dalam term-
term logika dan tentu saja programnya adalah mengubah seluruh matematika ke dalam
logika. Semua konsep matematika haruslah dirumuskan dalam term-term logika dan
semua teorema matematika harus dikembangkan sebagai teorema logika. Tesis ini
muncul sebagai upaya untuk meletakkan pondasi matematika ke tempat yang paling
dasar dan paling dalam. Pondasi matematika yang saat ini digunakan dibangun dengan
sistem bilangan real, didorong ke sistem bilangan asli, dan akhirnya didorong lagi ke
teori himpunan.
Bertrand Russell berhasil memperlihatkan bahwa dua buah klaim aliran logisisme
berikut dapat diselesikan dengan logika (Sukardjono, 2000) yaitu (1) seluruh konsep
matematika secara mutlak dapat direduksi ke dalam konsep logika, tercakup dalam
konsep teori himpunan atau beberapa sistem yang kekuatannya sama, dan (2) seluruh
kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan-aturan inferensi dalam
logika.
Tujuan kedua klaim ini adalah jika seluruh matematika dapat diekspresikan
ke dalam term-term logika secara murni dan dapat dibuktikan menggunakan prinsip-
prinsip logika, maka kepastian pengetahuan matematika dapat direduksi ke dalam
logika. Tugas logisisme adalah menyediakan dasar logika untuk pengetahuan
matematika secara pasti dan meyakinkan serta mengukuhkan kembali kemutlakan
kepastian dalam matematika.
d. Aliran Formalisme
Aliran formalisme dikembangkan oleh filosoh Jerman David Hilbert (1862-1943).
Menurut pandangannya sifat alami matematika adalah sebagai sistem lambang yang
formal. Matematika berhubungan dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol dan
proses pengolahan terhadap lambang-lambang itu. Simbol-simbol dianggap mewakili
berbagai sasaran yang menjadi objek matematika. Bilangan, misalnya, dipandang
sebagai sifat-sifat struktural yang paling sederhana. Dengan simbol abstrak yang
dilepaskan dari suatu sifat tertentu dan hanya bentuknya saja, aliran ini berusaha
menyelediki berbagai sistem matematika. Menurut pandangan aliran ini matematika
merupakan ilmu tentang sistem-sistem formal.
Aliran formalisme ada dua (1) matematika murni dapat diekspresikan dalam bentuk
sistem formal yang kosong dari arti, dan di dalamnya mengandung kebenaran
matematika yang direpresentasikan dalam bentuk teorema formal, dan (2) untuk
menunjukkan bahwa sistem formal yang dibangun bebas dari segala macam kontradiksi
dan paradok, digunakan alat yang disebut meta-matematika dengan cara
mendemonstrasikan bahwa term-termnya bebas dari inkonsistensi.
Secara ringkas, tesis kaum Formalis adalah membangun matematika yang berpusat
pada penggunaan sistem lambang formal. Programnya adalah membangun
konsistensi seluruh matematika dengan menggunakan teori bukti. Tesisnya bahwa
matematika harus dikonstruksi kembali atas dasar kaidah konsistensi dengan lambang-
lambang formal.
Kaum formalis memandang matematika sebagai koleksi perkembangan abstrak, di
mana term-term matematika semata-mata hanyalah lambang-lambang dan pernyataan
adalah rumus-rumus yang melibatkan lambang-lambang tersebut. Dasar untuk
aritmatika tidak terletak pada logika tetapi pada koleksi tanda-tanda pralogis atau
lambang-lambang dalam seperangkat operasi dengan tanda-tanda ini. Oleh karena itu,
menurut aliran Formalisme, matematika kosong dari muatan konkrit dan hanya
memuat elemen-elemen lambang ideal, sehingga membangun konsistensi dari berbagai
cabang matematika menjadi sangat penting. Tanpa disertai bukti konsistensi, seluruh
penyelidikan matematika tidak berarti sama sekali. Dengan tesis kaum Formalis ini,
perkembangan matematika aksiomatis terdorong ke puncak kejayaan tertinggi.
e. Aliran Intusionisme
Aliran intuisionisme dipelopori oleh ahli matematika dari Belanda Luitzen Egbertus Jan
Brouwer (1881-1966). Intuisionis berpandangan bahwa matematika merupakan bagian
eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak pada akal
manusia (human intelect) dan tidak pada simbol-simbol di atas kertas. Matematika
didasarkan pada suatu intuisi dasar (basic intuition). Intuisi pada hakikatnya sebagai
suatu aktivitas berpikir yang tak tergantung pada pengalaman, bebas dari bahasa
simbol, dan bersifat objektif.
Intuisionisme merupakan aliran filsafat dalam tradisi Kant yang berpandangan bahwa
semua pengetahuan manusia diawali oleh intuisi yang menghasilkan konsep-konsep
dan diakhiri dengan ide-ide. Setidaknya untuk semua tujuan praktis, segala sesuatu,
termasuk matematika, hanya ada dalam pikiran. Brouwer menyatakan bahwa
matematika adalah kreasi pikiran manusia. Bilangan, misalnya, hanyalah entitas
mental, yang tidak akan pernah ada, kecuali dalam pikiran manusia yang
memikirkannya.
Aliran Intuisionisme tidak memandang kebenaran matematis sebagai struktur objektif
seperti pendapat aliran Formalisisme dan Logisisme. Menurut aliran ini, matematika
tidak akan dapat seluruhnya dilambangkan. Berpikir matematis tidak tergantung pada
bahasa tertentu yang digunakan untuk mengungkapkannya.
Bagi kaum Intuisionis, suatu himpunan tak boleh dipikirkan sebagai koleksi yang
telah siap jadi, akan tetapi harus dipandang sebagai hukum yang elemen-elemennya
dapat atau harus dikonstruksi selangkah demi selangkah. Konsep himpunan seperti ini
dapat membebaskan matematika dari kemungkinan terjadinya kontradiksi, seperti
munculnya kontradiksi pada pernyataan ”himpunan semua himpunan”.
Salah satu gagasan Ki Hajar Dewantoro adalah Tri Sentris Pendidikan (Tiga Pusat Pendidikan),
yang menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
Dimana ketiganya memiliki peran di dalam proses pendidikan, serta saling mengisi dan
memerkuat satu dengan yang lainnya. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya pada
pemerintah semata, namun termasuk juga keluarga dan masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagi unit terkecil dari masyarakat terdiri dari suami istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Keluarga merupakan
lingkungan yang pertama bagi perkembangan individu anak, karena sejak kecil anak
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Awal pendidikan anak
sebenarnya diperoleh melalui keluarga, dalam dunia pendidikan disebut pendidikan
informal. Pembelajaran yang terjadi di dalam keluarga terjadi setiap hari pada saat
terjadi interaksi antara anak dengan keluarganya. Peran orang tua menjadi panutan bagi
anak-anaknya. Dalam keluarga, orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam
membentuk dan mengembangkan karakter dan kepribadian anak. Semakin baik kualitas
keluarga, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dan berkembang kepribadian
dan karakternya yang berkualitas pula.
b. Lingkungan Perguruan/Sekolah
Sekolah merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar secara formal atau disebut juga dengan pendidikan formal. Penyelenggaraan
pendidikan di sekolah saat ini lebih tepat mengedepankan fasilitasi kepada peserta didik
dalam arti student center bukan teacher center. Peran guru dalam memasilitasi peserta
didik dapat dilakukan dengan banyak cara, satu di antaranya adalah guru tidak lagi
memberikan informasi secara searah dalam bentuk ceramah. Guru dapat berperan
sebagai fasilitator, motivator atau tutor bagi peserta didik. Materi pembelajaran yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik tidak semata-mata hanya terfokus pada satu
bidang studi yang terlepas saja, tetapi dapat juga dikaitkan dengan bidang studi yang
lain. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat mempelajari hubungan antara satu
bidang studi dengan bidang studi yang lain, karena memang kenyataannya yang dialami
di dunia nyata banyak bidang studi yang tidak berdiri sendiri. Sekolah harus melakukan
pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas tuntutan zaman.
Di zaman kekinian, guru dapat juga memasilitasi peserta didik dengan memanfaatkan
kelas maya secara gratis (seperti google calssroom, edmodo, schoology, dan yang
sejenisnya). Peran guru dalam kelas maya dapat melakukan proses pembelajaran secara
daring (online), sehingga guru dapat berperan sebagai fasilitator, kolaborator, mentor,
pelatih, pengarah dan teman belajar serta dapat memberikan pilihan dan tanggung
jawab yang besar kepada peserta didik untuk mengalami peristiwa belajar yang real.
c. Lingkungan Masyarakat
Dapat dikatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling
berinterkasi dalam suatu hubungan sosial. Anak dalam pergaulannya di dalam
masyarakat tentu banyak berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung misalnya anak bermain dengan teman-temannya di luar rumah, sedangkan
secara tidak langsung misalnya anak melihat kejadian-kejadian yang dipertontonkan
oleh masyarakat. Anak akan memperoleh pembelajaran di dalam masyarakat tersebut.
Di era digital seperti sekarang ini, penggunaan teknologi seperti smartphone sudah
tidak mengenal batasan usia, tua dan muda sudah tak asing lagi meggunakan
smartphone. Kehadiran smartphone menjadikan penggunanya jarang bersosialisasi
secara langsung dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Jika dicermati lebih lanjut,
pada saat ini informasi dan tontonan yang diterima oleh anak dari masyarakat melalui
televisi maupun smartphone masih banyak kita jumpai hal-hal yang sebenarnya belum
pantas untuk diterima oleh mereka.
B. PROBLEM STATEMENT
Jawab :
a) makna pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
4) Model Gabungan
Model gabungan adalah menghubungkan antara model terintegrasi
dan model di luar pelajaran secara bersama. Model ini dapat
dilaksanakan dalam kerja sama dengan tim baik oleh guru maupun
dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah.