Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

Rekonseptualisasi Filsafat Matematika


A. Wilayah Filsafat Matematika
Ada dua sudut pandang filsafat didalam melihat sudut pandang wilayah matematika, yakni:
absolutis dan fallibilis. Absolutis adalah pandangan bahwa kebenaran nilai atau realitas secara
obyektif nyata, final dan abadi falibilis adalah doktrin filosofis yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan bisa salah. Berdasarkan dua sudut pandang tersebut Ada tiga hal yang dianggap
penting tentang wilayah filsafat matematika dan pendidikan, yakni :
Pertama, ada perbedaan antara pengetahuan sebagai produk akhir yang sebagian besar
diwujudkan dalam bentuk dalil-dalil dengan kegiatan memahami atau kegiatan mencari
pengetahuan. Yang terakhir berhubungan dengan asal-usul pengetahuan dan dengan keterlibatan
manusia dalam penciptaannya. Pandangan absolutis terfokus pada yang pertama yaitu produk
akhir yang sudah selesai dan dasar-dasar kebenarannya. Pandangan filsafat absolutis tidak hanya
terfokus pada pengetahuan sebagai produk objektif, mereka sering menolak keabsahan filsafats
terkait dengan asal usul pengetahuan dan lebih suka memasukan wilayah itu kedalam wilayah ilmu
psikologi dan ilmu social. Kecuali aliran konstruktifisme yang mengakui elemen mencoba mencari
tahu dalam bentuk yang telah ada. Pandangan fallibilis terkait dengan hakikat matematika, dengan
mencari tahu atau memahami kesalahan dalam matematika, tidak dapat terlepas dari pemikiran
untuk menggantikan teori dan mengembangkan pengetahuan. Pada intinya pandangan seperti ini
sangat berhubungan dengan konteks penciptaan pengetahuan dan asal-usul sejarah matematika,
jika pandangan ini bisa dikatakan mampu memberikan gambaran dan penjelasan yang baik tentang
matematika secara utuh.
Kedua, ada perbedaan antara matematika sebagai pengetahuan yang berdiri sendiri dan
bebas nilai dengan matematika sebagai sesuatu yang berhubungan dan menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari jaringan ilmu pengetahuan manusia. Absolutis matematika menyebutnya
sebagai status unik dengan mengatakan bahwa matematika adalah satu-satunya ilmu pengetahuan
yang didasarkan pada pembuktian-pembuktian yang kuat. Kondisi ini disertai dengan penolakan
pandangan internalis terkait dengan relefansi sejarah atau asal-usul atau konteks manusia, semakin
menguatkan batas bahwa matematika adalah diisplin yang terpisah dan berdiri seendiri. Fallibilis
memasukan lebih banyak hal didalam wilayah filsafat matematika. Karena matematika dipandang
tidak absolute, maka matematika tidak dapat secara sah dipisahkan dari ilmu pengetahuan empiris
(dan oleh karena itu tidak absolut) pengetahuan fisik dan ilmu lainnya. Karena aliran fallibilism
masuk kedalam wilayah asal usul (terciptanya) pengetahuan matematika dan juga produknya,
maka matematika dipandang sebagai bagian yang menyatu dengan sejarah dan kehidupan
manusia.
Ketiga, perbedaan ini memisahkan pandangan matematika sebagai ilmu yang objektif dan
bebas nilai karena hanya terfokus pada logika internalnya sendiri, dengan memandang matematika
sebagai bagian yang menyatu dengan budaya manusia dan oleh karena itu dipengaruhi oleh nilai-
nilai manusia seperti halnya wilayah dan pengetahuan lainnya. Pandangan filsafat absolutis dengan
fokus internalnya, memandang matematika sebagai ilmu yang objektif dan terlepas dari moral dan
nilai- nilai manusia. Pandangan fallibilis sebaliknya menghubungkan matematika dengan ilmu
pengetahuan lainnya berlandaskan pada sejarah dan asal-usul sosialnya. Oleh Karena itu falliblis
memandang matematika memiliki nilai- nilai lainnya seperti nilai moral dan social yang memiliki
peran penting dalam pengembangan dan penerapan matematika. Kriteria filsafat matematika
seharusnya menguraikan:
1. Pengetahuan matematika: hakikat, nilai kebenaran dan asal usul.
2. Objek matematika: hakikat dan keaslian.
3. Penerapan matematika: keefektifannya terhadap sains, teknologi dan wilayah lain.
4. Praktek matematika: aktifitas ahli matematika baik di waktu sekarang atau di waktu
lampau.

Analisis Kritik

Matematika merupakan alat dalam berfalsafah, dapat berkembang dengan adanya


asumsi Baru dengan mengikuti perkembangan zaman karena matematika itu menyatu
pada kehidupan sehari-hari oleh karena itu dipengaruhi oleh nilai-nilai manusia seperti
halnya budaya dan pengetahuan lainnya.

B. Aliran-Aliran Filsafat
Absolutis
Dalam bab sebelumnya kami memandang pengikut aliran logis, formalis dan intusionis
adalah pengikut aliran absolutis. Kami telah memberikan contoh kegagalan pemikiran aliran ini
dan kami juga telah membuktikan ketaktepatan aliran absolutis untuk filsafat matematika.
Berdasarkan pada kriteria diatas, kami dapat memberikan kritik lebih jauh terkait dengan
ketidaksesuaian aliran ini sebagai filsafat matematika.
Absolutis Progresif
Meskipun berbagai macam absolutisme telah dikelompokan dan menjadi objek kritik
bersama, ada bentuk-bentuk absolutisme yang berbeda dalam matematika. Menyamakannya
dengan filsafat sains, Confrey (1981) memisahkan absolute formal dengan absolute progresif
dalam filsafat matematika. Absolutis progresif yang lebih memandang (dari sudut padang aliran
absolutis) matematika sebagai akibat dari upaya manusia untuk mencari kebenaran dari pada
hasilnya.

Platonisme
Platonisme adalah pandangan bahwa objek matematika memiliki eksistensi objektif yang
nyata dalam beberapa wilayah ideal. Penganut aliran Platonis berpendapat bahwa objek dan
struktur matematika memiliki eksistensi nyata yang terpisah dari kemanusiaan dan oleh karena itu
matematika adalah proses untuk menemukan hubungan yang ada dibaliknya. Menurut penganut
aliran Platonis pengetahuan matematika terdiri dari penjelasan objek-objek dan hubungan dengan
struktur yang menghubungkan mereka. Disamping hal yang menarik seperti itu, platonisme
memiliki dua kelemahan penting. Pertama, aliran ini tidak mampu menawarkan penjelasan yang
tepat terkait dengan bagaimana ahli matematika memperoleh akses kedalam pengetahuan yang
ada dalam wilayah platonic. Kedua, aliran ini tidak mampu memberikan deskripsi yang tepat
untuk matematika baik secara internal atau eksternal. Karena aliran ini tidak dapat memenuhi
persyaratan diatas, platonisme ditolak sebagai filsafat matematika.
Konvensionalisme
Pandangan pengikut aliran konvensionalis menyebutkan bahwa pengetahuan matematika
dan kebenaran didasarkan pada konvensi(kesepakatan) linguistik. Atau lebih jauh kebenaran
logika dan matematika memiliki sifat analitis, benar karena ada hubungan nilai dari makna istilah
yang digunakan. Filasafat matematika konvensionalis telah dikritik oleh penulis sebelumnya
dengan dua alasan. Pertama, dikatakan disini bahwa aliran ini tidak banyak memberikan
informasi. Terlepas dari penjelasan tentang sifat social matematika, konvensionalisme hanya
memberikan sedikit informasi. Kedua, penolakan dari Quine. Penolakan Quine tidak memiliki
alasan kuat karena penolakan itu tidak dapat dikenakan pada bahasa asli dan dikenakan pada peran
pembatas pada konvensi umum. Sebaliknya dia benar dengan mengatakan bahwa kita tidak akan
menemukan semua kebenaran matematika dan logika yang dikemukakan secara literal seperti
aturan dan konvensi linguistik. Meskipun Quine mengkritik konvensionalisme terkait dengan
logika, dia memandang aliran ini memiliki potensi menjadi filsafat matematika yang sedikit
berbeda.

Empirisme
Pandangan empiris tentang pengetahuan matematika (“empirisme naif” untuk
membedakannya dengan “empirisme kuasi”nya Lakatos) menyebutkan bahwa kebenaran
matematika adalah generalisasi empirik (pengamatan). Kami membedakan dua tesis empiris: (i)
konsep matematika memiliki asal usul empirik dan (ii) kebenaran matematika memiliki dasar
kebenaran empirik maka diambil dari dunia nyata. Tesis pertama tidak dapat disangkal dan telah
diterima oleh sebagian besar filsuf matematika (sehingga banyak konsep tidak terbentuk secara
langsung dari pengamatan tetapi terdefinisi karena adanya konsep lain yang menyebabkan
terbentuknya konsep dari pengamatan melalui serangkaian definisi). Tesis yang kedua ditolak oleh
semua pihak kecuali penganut aliran empiris karena arahnya yang mengarah ke ketidakjelasan.
Penolakan pertama beralasan bahwa sebagian besar ilmu matematika diterima dengan dasar alasan
teoritis dan bukan empiris.

Empirisme Kuasi
Aliran ini memandang matematika sebagai apa yang ahli matematika lakukan dan dengan
semua kekurangan yang melekat pada aktifitas atau ciptaan manusia. Empirisme kuasi
menampilkan “arah baru dalam filsafat matematika” Berikut ini adalah sketsa awal dari pemikiran
empirisme kuasi. Matematika adalah sebuah dialog diantara orang-orang yang mencoba
menyelesaikan persoalan matematika. Ahli matematika tidak bisa lepas dari kesalahan dan produk
mereka termasuk konsep dan pembuktian tidak dapat dianggap produk akhir atau sempurna tetapi
masih membutuhkan negosiasi kembali sebagai standar perubahan yang harus dilakukan dengan
teliti atau sebagai tantangan baru atau makna yang muncul. Sebagai aktifitas manusia, matematika
tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari sejarah dan aplikasinya kedalam sains
dan ilmu lainnya. Empirisme kuasi menampilkan “kembangkitan kembali empirisme dalam
filsafat matematika terkini” (Lakatos, 1967).

C. Kriteria Cukup dan Empirisme Kuasi


Empirisme kuasi menawarkan penjelasan sebagian tentang pengetahuan matematika serta
asal usul dan dasar kebenarannya. Dalam hal ini Lakatos menawarkan penjelasan yang lebih luas
dibandingkan dengan filsafat matematika lainnya yang telah kita bahas, jauh melebihi wilayah
mereka. Lakatos menjelaskan pengetahuan matematika sebagai hipotetis- deduktif dan empirik-
kuasi dan memiliki kesamaan dengan filsafat sains- nya Popper (1979). Dia menjelaskan kesalahan
dalam pengetahuan matematika dan memberikan teori tentang asal-usul pengetahuan matematika.
Penjelasan ini mencakup praktek matematika dan sejarahnya juga.
Karena teori Lakatos untuk asal usul matematika memiliki banyak kesamaan dengan sains,
keberhasilan penerapan matematika dapat disamakan dengan sains dan teknologi. Memberikan
penjelasan tentang matematika terapan akan menjadi kekuatan terutama untuk menghadapi
pengabaian yang ditunjukan oleh filsafat matematika lainnya (Korbner 1960). Yang terakhir,
kekuatan penting dari filsafat matematika Lakatos adalah bahwa filsafat ini tidak preskriptif
(menekankan penerapan metode atau aturan) tetapi deskriptif (memberikan penjelasan) dan
cenderung memberikan gambaran tentang matematika seperti apa adanya dan bukan seperti apa
yang harus dipraktekan dengan menggunakan matematika. Terkait dengan kriteria sebelumnya,
empirisme kuasi memenuhi kriteria pengetahuan matematika (i), aplikasi (iii) dan praktek (iv).
Empirisme kuasi dapat dikritik berdasarkan pada beberapa alasan. Pertama, tidak ada penjelasan
tentang kepastian kebenaran matematika. Kedua, Lakatos tidak menguraikan hakikat dari objek-
objek matematika atau asal-usul objek-objek tersebut. Ketiga,Lakatos tidak memberikan
penjelasan tentang hakikat atau keberhasilan aplikasi matematika atau keefektifannya dalam sains,
teknologi dan di wilayah lain. Keempat, Lakatos tidak begitu mengembangkan untuk membawa
sejarah matematika kedalam inti dari filsafat matematikanya. Kelima, Lakatos tidak dapat
memberikan dasar kebenaran untuk memasukan tesis sejarah empiris kedalam pendekatan filsafat
analitis dengan menggunakan pijakan yang sama dengan metodologi logis. Keenam, filsafat
matematika empiris-kuasi Lakatos memberikan alasan yang diperlukan tetapi tidak cukup banyak
untuk mengembangkan pengetahuan matematis. Ketujuh, tidak ada eksposisi sistematis dari
empirisme kuasi yang dijelaskan secara detail ntuk membantah penolakan terhadap dia. Publikasi
Lakatos tentang filsafat matematika berisi studi kasus historis dan tulisan polemik.

Analisis Kritik

Dengan adanya aliran-aliran filsafat dalam matematika menandakan bahwa


matematika itu sendiri adalah alat atau cara untuk Berfalsafah. Bagi kami yang
kemudian memahami dan mempelajari perkembangan alira-aliran yang sudah ada
dalam matematika idealnya adalah Bisa menemukan keterikatan dan keterkaitan aliran
satu dengan yang lainyya.

Benang merah yang di maksud adalah Hakikat Matematika Senantiasa berkembang


dari zaman dahulu, sekarang atau masa depan. Prosesny mengalami transisi yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai