1. Perkenalan
Bab ini membahas perspektif epistemologis dalam matematika yang dominan, yaitu
pandangan absolutis yang menyatakan bahwa kebenaran matematika adalah mutlak pasti,
tidak perlu dipertanyakan, dan obyektif. Sebaliknya, pandangan falibilis menganggap bahwa
kebenaran matematika dapat direvisi dan dikoreksi. Perbedaan antara kedua pandangan ini
memiliki dampak besar pada pengajaran matematika. Kesimpulannya adalah bahwa bab ini
membahas konflik antara pandangan absolutis dan falibilis dalam epistemologi matematika.
2. Filsafat Matematika
Filsafat Matematika adalah cabang filsafat yang berfokus pada pemahaman matematika.
Ini mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang dasar pengetahuan, hakikat kebenaran
matematika, ciri-ciri kebenaran, pembenaran, dan pentingnya matematika. Pendekatan
epistemologis dalam filsafat matematika menganggap pengetahuan matematika sebagai
kumpulan proposisi dengan pembuktian matematisnya. Pengetahuan matematika dianggap
sebagai yang paling pasti karena pembuktian matematis berlandaskan pada akal tanpa
melibatkan data empiris. Filsafat matematika tradisional, dalam kerangka foundationisme,
bertujuan memberikan landasan yang sistematis dan pasti bagi pengetahuan matematika. Ini
berkaitan dengan pandangan absolutis bahwa pengetahuan matematika adalah kebenaran yang
pasti dan tugas filsafat matematika adalah memberikan landasan yang aman bagi kebenaran
matematika. Pandangan ini didasari oleh asumsi foundationisme yang menjadi dasar filosofi
matematika dan berhubungan dengan pandangan absolutis tentang pengetahuan matematika.
5. Kekeliruan Absolutisme
Terdapat tiga aliran pemikiran utama dalam upaya untuk memberikan landasan kuat
bagi kebenaran matematika, yaitu logikaisme, formalisme, dan intuisionisme, mencoba
memberikan landasan kuat bagi kebenaran matematika. Namun, ketiga aliran ini gagal
memberikan kepastian mutlak terhadap kebenaran matematika, karena aksioma-aksioma
yang digunakan diasumsikan tanpa demonstrasi, dan logika deduktif hanya
menyampaikan kebenaran, tidak memasukkan kebenaran. Teorema Ketidaklengkapan
Gödel menjadi bukti bahwa mencoba menunjukkan seluruh kebenaran matematika hanya
melalui bukti deduktif adalah mustahil, dan ini mengindikasikan bahwa ada kebenaran
matematika yang tidak dapat ditangkap oleh sistem tersebut. Oleh karena itu, ada
pandangan yang menganggap matematika sebagai sistem deduktif hipotetis dengan
aksioma-aksioma sebagai hipotesis relatif terhadap teorema matematika yang dideduski
secara logis, yang memastikan pengembangan matematika yang aman meskipun dari
dasar asumsi. Meskipun pandangan ini lebih rentan terhadap kritik falibilis, ia masih
mendukung keberlanjutan matematika yang kuat.
7. Pandangan Falibilist
Pandangan falibilis adalah keyakinan bahwa kebenaran matematika dapat salah dan
selalu terbuka untuk direvisi. Terdapat dua bentuk pandangan falibilis, yaitu positif dan
negatif. Bentuk negatif falibilisme menekankan bahwa pengetahuan matematika bukanlah
kebenaran mutlak dan tidak memiliki validitas mutlak. Di sisi lain, bentuk positif falibilisme
mengatakan bahwa pengetahuan matematika dapat diperbaiki dan selalu terbuka untuk
direvisi. Para ahli logika, matematikawan, dan filsuf seperti Russell, Godel, Quine, Kline,
Popper, dan banyak lainnya, mendukung pandangan falibilis ini. Mereka menunjukkan
kerentanannya dalam pengetahuan matematika, menekankan bahwa matematika bukan
kebenaran absolut, dan pentingnya menerima ketidakpastian dalam pemahaman matematika.
Dengan demikian, mereka menegaskan bahwa matematika adalah disiplin yang terus
berkembang dan dapat direvisi seiring waktu, tidak seperti keyakinan absolut dalam
matematika yang telah lama menjadi target kritik yang keras.
8. Kesimpulan
BAB II
3. Kuasi-Empirisme
1 Eksposisi Kuasi-empirisme Lakatos:
Terdapat lima tesis kuasi-empirisme dalam filsafat matematika Lakatos, yaitu:
(1)Pengetahuan matematika dapat keliru, (2)Matematika bersifat hipotetis-deduktif, mirip
dengan konsepsi ilmu empiris, (3)Sejarah adalah pusat, (4)Penegasan pentingnya
matematika informal, dan (5)Dimasukkannya teori penciptaan pengetahuan.
Bagian 3
1. Konstruktivisme Sosial
Konstruktivisme sosial adalah sebuah pendekatan baru dalam filsafat matematika
yang menganggap matematika sebagai konstruksi social dan memandang pengetahuan
sebagai proses untuk berkembang.
A. Tinjauan Kontruktivisme Sosial
Kontruktivisme sosial lebih terfokus pada asal mula pengetahuan matematika,
bukan sekedar pembenarannya, juga mengubungkan pengetahuan subjektif dan
objektif dalam siklus kreatif. Terdapat beberapa asumsi yang mendasari
kontuktivisme social tentang penciptaan pengetahuan, yaitu: (1)Seseorang memiliki
memiliki pengetahuan subjektif tentang matematika, (2)Publikasi diperlukan agar
pengetahuan subjektif menjadi objektif, (3)Melalui Heuristik Lakatos, pengetahuan
yang dipublikasikan menjadi pengetahuan objektif matematika, (4)Heuristik bergantung
pada kriteria objektif, (5)Kriteria objektif untuk mengkritik matematika yang
terpublikasi didasarkan pada pengetahuan objektifbahasa seperti matematika,
(6)Pengetahuan subyektif matematika yang diinternalisasikan secara luas, akan
merekonstruksi pengetahuan objektif, dan (7)Kontribusi individu dapat menambahkan,
melakukan restrukturisasi atau reproduksi pengetahuan matematika
B. Masalah Kontruksivisme Sosial
Terdapat 2 permasalahan yang muncul, yaitu (1)Ada masalah dalam mengidentifikasi
objektivitas dengan penerimaan sosial, dan (2)Cenderung mendekatkan filsafat
matematika pada sejarah dan sosiologi matematika, dan bahkan psikologi pengetahuan
subjektif. Hal ini dapat mengaburkan batas antara matematika dan disiplin ilmu lainnya.
C. Objek Matematika
Objek-objek dan istilah matematika memiliki sifat yang otonom dan dapat
bertahan dengan sendirinya, sama seperti bahasa universal yang memiliki eksistensi
sosial. Objek-objek matematika bersifat objektif, ada yang konkrit dan ada yang
abstrak.
E. Penerapan Matematika
Ada dua alasan yang mendukung penerapan matematika dalam ilmu pengetahuan.
(1) Matematika didasarkan pada bahasa alami dan aturan yang memungkinkan
penggunaan konsep matematika dalam menjelaskan fenomena dunia nyata. (2)
Matematika memiliki hubungan erat dengan sains empiris yang memiliki kemiripan
antara teori matematika dan teori ilmiah, kedua teori mengandung istilah yang dapat
dicontohkan/diobservasi secara konkrit dan istilah teoretis yang berhubungan.