Anda di halaman 1dari 5

BAB 6

Tujuan-tujuan dan Ideologi-ideologi Pendidikan Matematika

1. Sikap epistemologis dan etika

Filosofi matematika yang berbeda menghasilkan produk yang sangat berbeda dalam hal
praktek pendidikannya. Namun hubungannya tidak langsung, dan penyelidikan atas filosofi
yang mendukung pengajaran matematika dan kurikulum matematika membuat kita juga harus
mempertimbangkan nilai-nilai, ideologi dan kelompok-kelompok sosial yang mentaatinya.

Ideologi

Konsep ideologi adalah penting, Williams (1977) menelusuri satu penggunaan pada
Napoleon Bonaparte, dimana hal ini ditandai dengan pemikiran revolusioner, yang dianggap
sebagai suatu set ide yang tidak diingkan dan mengancam cara berpikir baik dan masuk akal.

Dalam pengertian yang lebih sosiologis, ideologi adalah suatu filsafat yang bernilai kaya
atu pandangan dunia yang menyeluruh, suatu sistem ide dan keyakinan yang saling mengunci
satu dengan lainnya. Jadi ideologi yang dipahami disini menjadi persaingan sistem
kepercayaan, menggabungkan kedua sikap epistemologis dan nilai moral, tanpa arti yang
bermaksud merendahkan.

Sebagai dasar untuk membedakan ideologi kita mengadopsi teori Perry (1970, 1981).
Teori ini adalah teori psikologi tentang perkembangan sikap epistemologis individu dan etis;
dan juga merupakan teori struktural yang memberikan/menyiapkan suatu kerangka kerja yang
sesuai dengan berbagai macam filosofi yang berbeda dan rangkaian nilai.
A. Teori Perry
Teori Perry ini spesifik terhadap urutan tahap pengembangan maupun memungkinkan
untuk melakukan penetapan dan pengunduran dari suatu tingkat. Untuk sederhananya, teori
ini mempertimbangkan tiga tahap yaitu Dualisme, Mutiplisitas, dan Relativisme.
Hal yang mendasari teori perry adalah asumsi bahwa perkembangan intelektual dan etika
mulai tertanam dalam serangkaian kepercayaan yang tidak sipertanyakan sebelumnya,
berlangsung melalui beberapa tingkat dan kemudian kembali tertanam dengan sendirinya
dalam suatu komitmen terhadap seperangkat prinsip intelektual dan etika.
Dualisme
Dualisme adalah suatu struktur yang berada di dunia dan terbagi dalam dua cabang, yaitu
antara baik dan buruk, benar dan salah dan sebagainya. Pandangan dualistik ini
dikarakteristikan dengan suatu pembagian dalam dua cabang sederhana dan kepercayaan
yang bersifat absolut (mutlak) dan suatu wewenang yang menjadi sumber kebenaran yang
terpercaya, nilai dan kontrol. Dalam bentuk keyakinan epistemologis, dualisme menyiratkan
pandangan absolutis terhadap pengetahuan yang dibagi menjadi dua yaitu kebenaran dan
ekpalsuan, bergantung pada seseorang yang bisa berwewenang (pemerintah) sebagai
arbiter/wasit. Dalam hal keyakinan etika, dualisme berarti bahwa semua tindakan hanya
dinilai atas benar atau salah.

Keserbaragaman / multiplisitas
Pluralitas adalah jawaban dari sudut pandang atau evaluasi dengan mengacu pada topik
atau masalah yang sejenis. Pluralitas ini dirasa seperti kumpulan sesuatu yang mencirikan
masing-masing tanpa melihat hubungan antara struktur internal dan eksternal, dalam artian
bahwa seseorang memiliki haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri dengan
implikasi bahwa tidak ada pengkritik yang bisa dibuat.
Pandangan multiplistik mengakui adanya pluralitas (keberagaman) dari sebuah jawaban,
pendekatan atau perspektif, baik yang bersifat epistemologis ataupun etis, tetapi tidak
memiliki dasar pilihan yang rasional diantara altenatif-alternatif.
Relativisme
Dari sudut pandangan epistemologis, Relativisme mengharuskan pengetahuan, jawaban
dan pilihan dilihat sebagai sesuatu yang bergantung pada dasar dari konteks dan akan
dievaluasi atau dikoreksi dengan sistem atau prinsip-prinsip yang telah diatur. Dari sudut
pandang etika, tindakan dianggap sebagai sesuatu yang diinginkan atau tidak diinginkan
dengan berdasarkan terhadap kesesuaian konteks dan sistem nilai dan prinsip.
Sejumlah peneliti pendidikan menemukan bahwa teori Perry adalah suatu kerangka kerja
yang berguna untuk mendeskripsikan perkembangan intelektual dan etika serta keyakinan
individu. Termasuk juga pada penerapan tingkatan yang ada dalam sistem teori siswa. Jadi,
teori Perry secara luas digunakan untuk emnjelaskan filosofi individu, khususnya dalam
matematika.
B. Filosofi Matematika Pribadi
Kita bisa menguhungkan teori Perry terhadap posisi dalam filsafat matematika. Ini adalah
filosofi umum matematika, secara eksplisit dinyatakan dan terbuka bagi debat publik. Di sini
kita mempertimbangkan filsafat pribadi matematika, yang merupakan teori pribadi dan
implisit kecuali dipikir secara mendalam, dinyatakan secara eksplisit dan dipublikasikan.
Pandangan dualistik terhadap matematika menganggapnya berhubungan dengan fakta,
aturan, prosedur yang benar dan kebenaran sederhana yang ditentukan oleh otoritas mutlak.
Matematika dipandang sebagai tetap dan pasti, tetapi memiliki struktur yang unik.
Mengerjakan matematika sama dengan mengikuti aturan.
Matematika dalam pandangan Mutiplistik, jawaban dan rute ganda untuk sebuah jawaban
adalah diakui, namun dianggap sebagai sama-sama sah, atau hanya sebagai masalah
preferensi pribadi seseorang. Tidak semua kebenaran matematika, jalurnya atau aplikasinya
telah diketahui, sehingga memungkinkan untuk menjadi kreatif dalam matematika dan juga
penerapannya. Namun, kriteria untuk memilih dari multiplisitas ini masih kurang.
Pandangan Relativistik terhadap matematika mengakui adanya berbagai jawaban dan
pendekatan terhadap permasalahan matematika, dan bahwa evaluasinya bergantung pada
sistem matematika, atau konteksnya secara keseluruhan. Demikian juga bahwa pengetahuan
matematika bergantung pada sistem atau kerangka yang diadopsi, dan terutama pada logika
inner (inner) matematika, yang menyediakan prinsip-prinsip dan kriteria untuk evaluasi.
Perbedaan utama dalam filsafat matematika adalah antara absolutisme dan fallibilisme.
Aliran pola pikir absolutisme menyatakan bahwa pengetahuan matematika adalah pasti, tetapi
tetap ada alasan rasional untuk menerima (atau menolak) nya. Pengetahuan matematika
terbentuk dalam filsafat dengan cara menerapkan logika pada teori matematika. Filosofi ini
juga mengakui epndekatan beragam dan solusi yang mungkin bagi permasalahan matematika,
bahkan jika ada kebenaran abadi yang dapat ditemukan dengan cara tersebut. Filosofi umum
dan sistem keyakinan publik seperti ini disebut relativistik karena pengetahuan dievaluasi
dengan mengacu pada sistem atau kerangka kerja.
Namun, diluar aliran pemikiran “publik" ini, dan bagian kontranya yaitu pemikiran
“pribadi”, adalah filosofi matematika pribadi yang lebih sempit. Kedua-duanya yang akan
dibedakan adalah absolutis. Yang pertama adalah pandangan dualistik dari matematika
sebagai kumpulan fakta yang benar, dan metode yang benar, yang mana kebenarannya
ditetapkan denagn mengacu pada otoritas. Perspektif ini menekankan kebenaran mutlak
versus kepalsuan (falsity), kebenaran versus ketidakbenaran, dan bahwa ada satu set unik
pengetahuan matematika yang disetujui oleh otoritas. Pandangan ini disebut dengan
pandangan “instrumental” terhadap matematika (Ernest, 1989 b, c, d).
Hal ini telah dikenali dalam penelitian empiris terhadap keyakinan guru (Cooney dan
jones, 1998 Ernest, 1989a; Oprea dan Stonewater, 1987; dan Thompson, 1984). Pandangan
tersebut akan disebut dengan pandangan ‘absolut dualistik’ dari matematika.
Filsafat pribadi kedua dari matematika yang dapat diidentifikasi adalah multiplistik.
Pandangan ini juga memandang matematika sebagai set fakta yang tidak dipertanyakan,
aturan dan metode, tetapi tidak memandang bahwa pilihan dan penggunaannya diantara set-
set tersebut ditentukan secara mutlak oleh otoritas atau sumber lainnya. Jadi ada pluralitas
‘jawaban’, sudut pandang atau evaluasi berkenaan dengan situasi atau pilihan permasalahan
matematis yang serupa, dan pilihan dapat dibuat sesuai dengan preferensi si pemegang
keyakinan.
Pandangan seperti ini dapat ditujukan untuk Benny, dalam studi kasus Erlwanger (1973),
yang memandang matematika sebagai suatu massa aturan (tidak konsisten), yang dipilih
berdasarkan preferensi atau kegunaan. Skovsmose (1988) menunjukkan bahwa penggunaan
unreflective matematika dalam pemodelan matematika adalah bersifat pragmatis, dan dapat
berwujud seperti filsafat. Ormell (1975) melaporkan pandangan banyak ilmuwan dan
teknologist yang menyatakan bahwa matematika merupakan kumpulan alat yang digunakan
saat dan bila diperlukan, masing-masing dianggap sebagai kotak hitam (black box) 'yang
kerjanya tidak diselidiki. Pandangan tersebut merupakan pandangan Multiplistik, karena
mereka mengakui aneka ragam jawaban dan metode dalam menerapkan matematika, tetapi
tidak ada alasan prinsipil atas pilihan rasional. Pemilihan antara alternatif dibuat sesuai
dengan preferensi pribadi, atau atas dasar pragmatis dan kegunaan. Pandangan ini disebut
sebagai ' absolutisme multiplistic '.
Sejumlah peneliti telah melaporkan bahwa sistem kepercayaan terkait- matematika guru-
guru dapat digambarkan sebagai Multiplistik (Cooney, 1988; Oprea dan Stonewater, 1987).
Tingkat Relativisme mencakup versi subjektif dari filosofi absolutisme publik, sebagaimana
telah kita lihat. Dalam terminologi Bab 2, tingkatan tersebut terdiri dari absolutis formal
(misalnya logicisme dan formalisme) dan absolutis progresif (misalnya intuisionisme)
filsafat matematika.
Filsafat matematika Fallibilist, seperti 'kuasi-empirisme dan sosial konstruktivisme'-nya
Lakatos juga relativistik, karena kebenaran mereka (corrigibility (yang dapat diperbaiki)
meskipun) dinilai dalam kerangkakerja seperti sistem matematika informal atau teori
aksiomatis. Pengetahuan dalam filsafat fallibilist juga dievaluasi dalam hubungannya dengan
konteks yang lebih luas dari aktivitas manusia dan budaya. Filosofi fallibilist ini bersifat
Relativistik karena mereka mengakui banyaknya pendekatan dan solusi yang mungkin untuk
masalah matematika, namun mengharuskan pengetahuan matematika dievaluasi dalam
kerangka berprinsip.

Anda mungkin juga menyukai