Filosofi matematika yang berbeda menghasilkan produk yang sangat berbeda dalam hal
praktek pendidikannya. Namun hubungannya tidak langsung, dan penyelidikan atas filosofi
yang mendukung pengajaran matematika dan kurikulum matematika membuat kita juga harus
mempertimbangkan nilai-nilai, ideologi dan kelompok-kelompok sosial yang mentaatinya.
1. Ideologi
Dalam pengertiannya, ideologi adalah suatu filsafat yang bernilai kaya atau pandangan
dunia yang menyeluruh, suatu sistem ide dan keyakinan yang saling mengunci satu dengan
lainnya. Jadi ideologi yang dipahami di sini menjadi persaingan sistem kepercayaan,
menggabungkan kedua sikap nilai epistemologis dan nilai moral, tanpa arti yang bermaksud
merendahkan. Pengertian-pengertian tersebut tidak boleh dihadapkan dengan isi ilmu
pengetahuan dan matematika, tetapi untuk mendukung dan menyerap pengetahuan yang terkait
dengannya (Giddens, 1983). Ideologi oleh penganutnya sering dilihat sebagai cara yang
sebenar-benarnya dari semua hal (Meighan, 1986), karena hal tersebut sering merupakan
substratum yang tak terlihat untuk hubungan antara kekuasaan dan dominasi dalam masyarakat
(Giddens, 1983; Althusser, 1971). Namun, perlakuan terhadap ideologi yang diberikan di sini
menekankan pada aspek epistemologis, etika dan pendidikan, dan kepentingan social,
kekuasaan dan dominasi. Sebagai dasar untuk membedakan ideologi kita mengadopsi teori
Perry (1970, 1981) yang menyatakan bahwa teori psikologi merupakan perkembangan sikap
epistemologis individu dan etis; dan juga merupakan teori struktural yang
memberikan/menyiapkan suatu kerangka kerja yang sesuai dengan berbagai macam filosofi
yang berbeda dan rangkaian nilai.
B. Teori Perry
1. Dualisme
Dualisme sederhana adalah penataan bercabang dari dunia antara baik dan buruk, benar
dan salah atau lainnya. Pandangan dualistik dicirikan oleh dikotomi sederhana dan
ketergantungan yang kuat pada keabsolutan dan otoritas sebagai sumber kebenaran, nilai, dan
kontrol. Sehingga dalam hal keyakinan epistemologis, Dualisme menyiratkan pandangan
absolutis terhadap pengetahuan yang dibagi menjadi dua yaitu kebenaran dan kepalsuan,
bergantung pada otoritas (penguasa) sebagai arbiter/wasit. Pengetahuan tidak dinilai secara
rasional, tetapi dinilai dengan mengacu pada otoritas. Dalam hal keyakinan etika, Dualisme
berarti bahwa semua tindakan hanya dinilai atas benar atau salah.
2. Keserbaragaman/Multiplisitas
3. Relativisme
Menerapkan teori Perry terhadap filosofi matematika dapat dibedakan pada masing-
masing dari ketiga tingkat tersebut. Pandangan dualistik terhadap matematika menganggapnya
berhubungan dengan fakta, aturan, prosedur yang benar dan kebenaran sederhana yang
ditentukan oleh otoritas mutlak. Matematika dalam pandangan Multiplistik, jawaban dan
pilihan ganda untuk sebuah jawaban adalah diakui, namun dianggap sebagai sama-sama sah,
atau hanya sebagai masalah preferensi pribadi seorang. Terakhir, pandangan relativistik
terhadap matematika mengakui adanya berbagai jawaban dan pendekatan terhadap
permasalahan matematika. Untuk evaluasinya bergantung pada sistem matematika, atau
konteksnya secara keseluruhan.
Dualisme etis adalah posisi etika yang ekstrim, untuk itu berkaitan isu-isu moral kepada
otoritas mutlak tanpa pembenaran rasional, dan menyangkal legitimasi alternatif nilai-nilai atau
perspektif. Sementara variasi kecil dalam posisi etika dualistik yang mungkin, itu
menggambarkan rentang yang terbatas pandangan otoriter.
Posisi etika Multiplistik mengakui bahwa perspektif moral yang berbeda pada setiap
masalah ada, tetapi tidak memiliki alasan rasional atau berprinsip untuk pilihan atau
pembenaran. Sementara posisi tersebut memungkinkan bahwa preferensi individu mungkin
sama valid, ia mempertahankan menetapkan sendiri nilai-nilai dan kepentingan. Kurangnya
pembenaran mutlak atau berprinsip untuk pilihan moral dan tindakan, mengharuskan bahwa
pilihan yang dibuat atas dasar kehendak, atau utilitas dan kebijaksanaan dari hasil mereka,
berdasarkan alasan pragmatis. Akibatnya, seperangkat nilai-nilai yang paling kompatibel
dengan posisi initerdiri utilitas, pilihan pragmatis dan kemanfaatan.
Posisi ini hanya memerlukan konsisten, kumpulan berprinsip nilai, ditambah dengan
pengakuan legitimasi alternatif. Jadi untuk mengembangkan teori tujuan matematika
pendidikan, maka perlu mempertimbangkan sejumlah set nilai-nilai secara berprinsip. Untuk
melengkapi teori Perry adalah tepat untuk mencari teori psikologi etika. Yang paling dikenal
adalah (1969,1981) teori Kohlberg tahap moral. Namun ia telah dikritik karena selektif atau
bias dalam pilihan moral ultimate nilai-nilai. Kritikus utamanya Gilligan (1982) membedakan
dua kumpulan nilai-nilai moral, nilai yang dipisahkan dan nilai yang terhubung, melengkapi
yang ditawarkan oleh Kohlberg. Belenky et al. (1985, 1986) menerapkan kumpulan nilai-nilai
ini ke teori Perry, serta sintesis, menghasilkan tiga kumpulan nilai-nilai, karena masing-masing
konsisten dengan Relativisme.