Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBUKTIAN DALAM TEORI GRUP DENGAN


MENGGUNAKAN PETA KONSEP

(Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Pendidikan


Matematika di Pascasarjana Universitas Negeri Makassar)

Astry Ayu Hamrin


Nurul Qadrianti
Aswar Anas
Harisa Safi
Muhammad Ardiansyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari matematika di tingkat perguruan tinggi kita mengenal
adanya istilah aljabar abstrak. Aljabar abstrak adalah bidang/subjek matematika yang
mempelajari struktur aljabar seperti grup, ring, medan, modul, ruang vektor, dan aljabar
medan.
Materi struktur aljabar yang diberikan pada tingkat perguruan tinggi
dimaksudkan agar mahasiswa memahami struktur dalam aljabar, dan dapat
menerapkannya untuk menyelesaikan masalah yang sederhana dalam aljabar, serta
mampu berpikir logis dan bernalar secara matematis dalam menyelesaikan suatu masalah.
Dengan demikian, mata kuliah struktur aljabar sangat penting untuk dikuasai mahasiswa
dalam rangka meningkatkan daya nalar yang deduktif, logis dan sistematis.
Teori grup sebagai bagian dari struktur aljabar merupakan materi dengan struktur
deduktif aksiomatis yang ketat. Untuk itu, teori grup sarat dengan definisi dan teorema
sehingga mahasiswa dalam mempelajarinya dituntut mampu membuktikan teorema, dan
dapat memanfaatkan definisi dan aksioma yang ada untuk menyelesaikan soal-soal yang
pada umumnya berbentuk pembuktian.
Berdasarkan pengalaman yang telah dialami oleh penulis dan beberapa
mahasiswa dalam mata kuliah struktur aljabar, melakukan pembuktian terhadap soal-soal
teori grup masih sangat sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan tentang
metode pembuktian apa yang baik digunakan serta ketidaktahuan membahasakan cara
pembuktian langkah demi langkah. Mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam
mengaitkan informasi yang diketahui dan yang akan dibuktikan dalam soal. Terlebih lagi,
mahasiswa kurang mampu menentukan langkah apa yang akan dilakukan setelah
menyelesaikan langkah yang lain. Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan tersebut
adalah dengan memanfaatkan peta konsep. Peta konsep adalah suatu cara yang akan
membimbing mahasiswa dalam menyusun konsep-konsep yang telah dipelajari agar
terlihat keterkaitannya satu sama lain sehingga langkah mengerjakan pembuktian soal-
soal teori grup menjadi jelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana menggunakan peta konsep dalam pembuktian soal-soal teori grup?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui cara menggunakan peta konsep dalam pembuktian soal-soal teori grup.
D. Kajian Teori
1. Metode Pembuktian
Definisi memainkan peranan penting di dalam matematika. Topik-topik baru
matematika selalu diawali dengan membuat definisi baru. Sebagai contoh, teori
fungsi kompleks diawali dengan mendefinisikan bilangan imajiner , yaitu .
Berangkat dari definisi dihasilkan sejumlah teorema beserta akibat-akibatnya.
Teorema-teorema inilah yang perlu dibuktikan. Pada kasus sederhana, kadangkala
teorema pada suatu buku ditetapkan sebagai definisi pada buku yang lain, begitu juga
sebaliknya. Selanjutnya, untuk memahami materi selanjutnya dibutuhkan prasyarat
pengetahuan logika matematika (Hernadi, 2008:4-12).
a. Bukti langsung
Bukti langsung ini biasanya diterapkan untuk membuktikan teorema yang
berbentuk implikasi . Di sini sebagai hipotesis digunakan sebagai fakta
yang diketahui atau sebagai asumsi. Selanjutnya, dengan menggunakan kita
harus menunjukkan berlaku . Secara logika pembuktian langsung ini ekuivalen
dengan membuktikan bahwa pernyataan benar dimana diketahui benar.
b. Bukti taklangsung
Kita tahu bahwa nilai kebenaran suatu implikasi ekuivalen dengan nilai
kebenaran kontraposisinya . Jadi pekerjaan membuktikan kebenaran
pernyataan implikasi dibuktikan lewat kontraposisinya.
c. Bukti kosong
Bila hipotesis pada implikasi sudah bernilai salah maka implikasi
selalu benar apapun nilai kebenaran dari . Jadi jika kita dapat
menunjukkan bahwa salah maka kita telah berhasil membuktikan kebenaran
.
d. Bukti trivial
Bila pada implikasi , dapat ditunjukkan bahwa q benar maka implikasi ini
selalu bernilai benar apapun nilai kebenaran dari . Jadi jika kita dapat
menunjukkan bahwa q benar maka kita telah berhasil membuktikan kebenaran
.
e. Bukti dengan kontradiksi
Metode ini mempunyai keunikan tersendiri, tidak mudah diterima oleh orang
awam. Dalam membuktikan kebenaran implikasi kita berangkat dari
diketahui dan . Berangkat dari dua asumsi ini kita akan sampai pada suatu
kontradiksi. Suatu kontradiksi terjadi bilamana ada satu atau lebih pernyataan
yang bertentangan.
f. Bukti dengan counter example
Untuk membuktikan suatu konjektur terkadang kita membutuhkan penjabaran
yang cukup panjang dan sulit. Tapi bila kita dapat menemukan satu saja kasus
yang tidak memenuhi konjektur tersebut maka selesailah urusannya.
g. Bukti dengan induksi matematika
Secara umum penalaran di dalam matematika menggunakan pendekatan
deduktif. Tidak dapat dibayangkan bagaimana orang dapat membuktikan
kebenaran pernyataan yang memuat kalimat untuk setiap . . . , untuk
setiap bilangan asli . . ., untuk setiap fungsi kontinu . . ., dan lain-lain.
Tidak mungkin dapat ditunjukkan satu per satu untuk menunjukkan kebenaran
pernyataan tersebut. Tapi ada salah satu pola penalaran pada matematika yang
menggunakan prinsip induksi, biasanya disebut induksi matematika. Prinsip
induksi matematika ini adalah untuk inferensi terhadap pernyataan tentang
dimana berjalan pada himpunan bilangan bulat, biasanya himpunan bilangan
asli atau pada himpunan bagian bilangan asli, . Biasanya pernyataan
tentang bilangan asli n dinyatakan dengan .
h. Bukti dua arah
Ada kalanya suatu pernyataan berupa bi-implikasi, . Ada dua
kemungkinan bi-implikasi bernilai benar yaitu benar dan benar, atau
salah dan salah. Dalam prakteknya, pernyataan ini terdiri dari dan
. Membuktikan kebenaran bi-implikasi berarti membuktikan
kebenaran kedua implikasi dan . Selanjutnya dapat menggunakan
bukti langsung, taklangsung atau mungkin dengan kontradiksi.
Dalam proses membuktikan inilah biasanya ditemukan kesulitan-kesulitan.
Kesulitan umumnya ditemukan pada masalah pembuktian konsep baik dalam hal
memahami bukti dari teorema, lemma, corollary, ataupun dalam hal menyelesaikan
soal-soal pembuktian. penyebab kesulitan tersebut, antaranya adalah (1) kurangnya
pemahaman mahasiswa terhadap konsep yang akan dibuktikan, mereka masih
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang akan
dibuktikan, (2) kurangnya pemahaman tentang metode-metode pembuktian yang
akan digunakan, (3) kurangnya kemampuan dalam menggunakan/memanipulasi
fakta-fakta yang diketahui dan mengkaitkannya dengan yang akan ditunjukkan, (4)
lemahnya kemampuan mahasiswa dalam membahasakan cara pembuktian langkah
demi langkah, serta (5) kurangnya kemampuan dalam menyusun alur/sistematika
bukti tersebut.
Menurut Arnawa (Salsabila, 2015:16) dari sisi mahasiswa, kesulitan Aljabar
Abstrak (teori grup) misalnya disebabkan oleh: (1) konsep-konsep dalam Aljabar
Abstrak sangat abstrak, (2) banyak contoh-contoh yang berkenaan dengan konsep,
tidak dikenali dengan baik oleh mahasiswa, (3) banyak mahasiswa yang belum
terbiasa dengan pembuktian deduktif. Hal seperti ini ternyata tidak hanya terjadi di
Indonesia, tetapi juga di negara- negara maju seperti yang dinyatakan oleh Leron &
Dubinsky (1995) dan Lajoie (Carlson, 2003). Semua ini berujung pada rendahnya
kualitas pemahaman mahasiswa dalam aljabar abstrak.
2. Teori Grup
Topik teori grup ini dibatasi pada topik yang dikategorikan sebagai grup elementer.
Beberapa topik dalam grup elementer yang dimaksud adalah (1) definisi grup; (2)
sifat-sifat sederhana dari grup, (3) definisi subgrup, (4) beberapa teorema tentang
subgrup. Topik-topik dalam grup elementer ini, didasari oleh beberapa aksioma. Hal
ini dapat di lihat dari definisi grup berikut:
A group is a set G together with a binary operation.

Satisfying the following conditions:


G1: (associativity) for all
G2: (existence of a neutral element) there exists an element such that
, for all ;
G3: (existence of inverses) for each , there exists an such that
(Milne, 2017:7). Dalam beberapa sumber, ada yang menganggap
ini hanya terdiri dari tiga aksioma adapula yang menganggap empat aksioma
(termasuk sifat tertutup).
Selanjutnya, sifat-sifat sederhana dari grup terdiri dari beberapa teorema
sebagai berikut: (a) Unsur identitas suatu grup adalah tunggal; (b) Setiap anggota
suatu grup mempunyai invers tunggal; (c) Invers dari invers suatu anggota dalam
grup adalah anggota itu sendiri; (d) Setiap grup memenuhi hukum pencoretan; dan
sebagainya menjadi langkah dalam membuktikan soal-soal teori grup (Suradi,
2004:33-47). Sehingga untuk menyelesaikan soal-soal pembuktian dalam teori grup
diperlukan pemahaman yang mendalam tentang struktur grup (aksioma, konsep yang
didefinisikan, dan teorema).
Teori grup banyak dipelajari dalam materi matematika informatika. Teori
grup digunakan untuk membangun suatu sistem atau program dalam komputer yang
dikembangkan bersama dengan materi ring dan medan (fields) yang didefinisikan
dan diajarkan juga secara aksiomatis.
3. Peta Konsep (mind mapping)
a. Pengertian Peta Konsep
Mind maps are tools which help you think and learn. Peta konsep adalah
salah satu metode terbaik untuk mengoptimalkan kemampuan belajar dan
pemahaman tentang bagaimana elemen struktur kompleks dapat terhubung
(Ingemann, 2009:1). Lebih lanjut menurut Evreklia One of the visual techniques
that are used with the stated objectives is mind mapping, peta konsep adalah
teknik visual yang digunakan dengan tujuan untuk menyatakan pemetaan pikiran
(Evreklia, 2008:1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Peta konsep adalah cara
terbaik untuk mengatur pikiran, terutama jika seorang tersebut merupakan tipe
pelajar visual. Sama seperti peta jalan yang membantu kita dalam perjalanan,
peta konsep dapat membantu kita memahami alur sebuah gagasan dari awal
hingga akhir dengan cara yang efisien dan teratur tanpa tersesat di sepanjang
jalan. Peta konsep adalah cara untuk mewakili gagasan dan konsep dalam bentuk
gambar. Dengan berfokus pada gagasan utama dan mencari hubungan di antara
mereka, kita dapat 'memetakan' pengetahuan yang akan membantu kita lebih
memahami dan mengatur informasi.
b. Membuat Peta Konsep
Ada tiga konten dalam peta konsep yang umumnya digunakan yaitu gambar
atau bentuk (shape), garis besar ide atau materi (headline), dan garis-garis
penghubung (connections). Dalam modul berjudul Mind Mapping yang
diterbitkan oleh Jamescook University di Australia dijelaskan bahwa ada 5
langkah yang dapat digunakan untuk membuat peta konsep, yaitu sebagai
berikut:
1) Look for relationships
Gunakan garis, warna, tanda panah, garis-garis bercabang atau berbagai cara
yang menyatakan hubungan antara ide satu dengan ide yang lain. Hubungan-
hubungan ini yang nantinya membawa kita memahami dan mengingat
informasi yang akan digunakan dalam mengonstruksikan rencana.
2) Draw quickly on unlined paper without pausing, judging, or editing
Langkah ini menyebabkan kita tidak berpikir linier tetapi berpikir kreatif.
Akan ada banyak cara dalam memodifikasi informasi atau ide yang
didapatkan kemudian dituangkan dalam peta konsep.
3) Write down key ideas
Dalam menuliskan kata kunci dari ide-ide dapat dituliskan dengan banyak
cara, seperti menuliskannya dengan huruf kapital, atau dengan symbol-
simbol saja, disertai dengan beberapa poin penting penjelasnya.
4) Put the main idea in the centre
Banyak dari pelajar menggunakan posisi kertas landscape dalam menuliskan
peta konsepnya. Dengan menuliskan ide utama dibagian tengah kertas, akan
ada banyak ruang tersedia untuk ide-ide lain yang terkait.
5) Leave lots of space
Dengan menyisakan beberapa ruang dalam peta konsep dapat
memungkinkan kita menambahkan ide-ide baru yang akan ditemukan
nantinya.
c. Manfaat menggunakan Peta Konsep
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yunus et al. (2016:5-6) dirumuskan
beberapa manfaat menggunakan peta konsep adalah sebagai berikut:
1) Membantu mengorganisasikan ide-ide dan memahami informasi dengan
mudah;
2) Membantu membangun ide dengan lebih efektif serta memudahkan dalam
menulis rencana;
3) Membantu memahami banyak topik dari essay dan menguraikannya, juga
dapat membantu pembelajaran dengan memberikan kesempatan untuk
ransangan visual, penilaian, pengecekan pemahaman, penjabaran,
pencatatan, peringkasan, penggambaran urutan kejadian, dan hal lain dengan
kreatif. Selain itu, pemetaan pikiran juga membantu mempromosikan
kreativitas secara tertulis (Keles, 2012:2-3).
E. Penggunaan Peta Konsep dalam Pembuktian Teori Grup
Peta konsep berfungsi untuk memperjelas gagasan pokok bagi mahasiswa yang
sedang memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik. Selain itu, juga dapat
menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan
pengertian-pengertian konsep di dalam permasalahannya. Dengan demikian peta konsep
dapat digunakan dalam belajar bermakna, untuk mengaitkan konsep baru atau informasi
baru dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif mahasiswa. Menurut Polya
(1945) menyarankan langkah-langkah operasional dalam menyelesaikan masalah
(termasuk masalah dalam pembuktian) sebagai berikut:
(1) memahami masalah,
(2) menyusun rencana pemecahan (pembuktian),
(3) melaksanakan rencana pemecahan (pembuktian),
(4) memeriksa kembali (evaluasi).

Jika ke empat langkah-langkah tersebut di atas diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal


pembuktian pada teori grup, maka langkah-langkah dalam pembuktian dapat diuraikan
seperti berikut:
a) Memahami masalah (apa masalahnya?): memahami apa yang diketahui, dan
memahami apa yang akan dibuktikan.
b) Merencanakan pembuktian (apa yang akan ditunjukkan?): menemukan hubungan
yang diketahui dengan yang akan dibuktikan, memilih teorema-teorema, atau
konsep-konsep yang dapat digunakan dalam pembuktian.
c) Melaksanakan pembuktian: setiap langkah dicek keabsahannya (berikan alasan setiap
langkah).
d) Memeriksa kembali (evaluasi): sudah cocokkah hasilnya?, apakah yang diketahui
dalam soal semuanya sudah termanfaatkan?, dan apakah teorema atau konsep yang
digunakan memenuhi syarat-syaratnya?

SOAL

Apa yang
Diketahui

Memahami
Soal

Apa yang Akan


Dibuktikan

Merencanakan Apa yang akan Peta


Pembuktian Ditunjukkan Konsep

Melaksanakan
Evaluasi
Pembuktian

Keterangan:

: evaluasi : berdasarkan
: menentukan : urutan langkah
: membuat

Gambar 1 : Skema Pembuktian dengan memanfaatkan Peta Konsep


Pemanfaatan peta konsep yang diuraikan di atas, merupakan suatu alternatif yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan soal-soal pembuktian dalam teori grup.
Dengan membuat peta konsep dalam menyelesaikan soal, juga dapat meningkatkan
pemahaman mahasiswa terhadap konsep dan keterkaitannya dengan konsep lain.
Berikut ini, akan diberikan contoh penerapan skema pembuktian di atas untuk
menyelesaikan soal pembuktian dalam teori grup elementer.

Soal Pembuktian Teori Grup


Buktikan bahwa { } adalah suatu subgrup dari ,
jika suatu grup dan .
Penyelesaian:
Memahami soal
Diketahui: grup dan , { }
Akan dibuktikan: subgrup dari .
Merencanakan Pembuktian (akan ditunjukkan)

PETA KONSEP (Tidak Perlu Dicantumkan dalam Pembuktian)

G, grup dan Akan dibuktikan


H subgrup dari G
H himpunan

syaratnya

H dan H G
Berdasarkan peta konsep tersebut di atas, maka disusunlah peta pembuktian sebagai
berikut.

PETA PEMBUKTIAN (Tidak Perlu Dicantumkan dalam Pembuktian)

G, grup Akan dibuktikan H subgrup dari G


H himpunan

Tunjukkan

H dan H G
Cara I Cara II Cara III

memenuhi memenuhi memenuhi

Definisi Teorema I Teorema II

H , grup a, b H a b H
a H a 1 H
a, b H a b 1 H

Berdasarkan Peta Pembuktian di atas, cukup ditunjukkan:


a.
b. Menggunakan definisi subgrup (cara I)
c. Menggunakan teorema subgrup (cara II dan III)
Misalnya kita pilih cara II dengan menggunakan Teorema I.
Melaksanakan rencana pembuktian

Misalkan adalah elemen identitas di grup dan untuk berlaku .


Ini berarti , jadi .

Berdasarkan pendefinisian dari menunjukkan bahwa .

Selanjutnya, kita gunakan Teorema I:

1) Ambil sebarang,
berarti dan [syarat keanggotaan di H]
perhatikan bahwa [sifat assosiatif di G]
[karena ]
[sifat assosiatif di G]
[karena ]
[sifat assosiatif di G]
Karena pengambilan sebarang, dan memenuhi ,
maka dapat disimpulkan bahwa .
Jadi, memenuhi sifat tertutup.
2) Ambil sebarang,
Karena , maka .
Karena grup dan , maka .
berarti [syarat keanggotaan di H]
[dioperasikan dari kiri]
[sifat assosiatif di G]
[sifat invers di G, yaitu ]
[sifat identitas di G, yaitu ]
[dioperasikan dari kanan]
[sifat assosiatif di G]
[sifat invers di G, yaitu ]
[sifat identitas di G, ]
Karena pengambilan sebarang, dan memenuhi, maka dapat
disimpulkan bahwa .
Dari (1) dan (2) dengan menggunakan Teorema I, disimpulkan bahwa adalah
subgroup dari .
Evaluasi (tidak perlu dicantumkan dalam pembuktian)
Evaluasi dilaksanakan dengan melihat keabsahan setiap langkah yang dilakukan.
Seperti pada penyelesaian di atas, setiap langkah yang dilakukan disertai dengan
alasan.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu
alternatif untuk mengatasi kesulitan mahasiswa dalam memahami langkah-langkah
pembuktian teori grup adalah dengan pemanfaatan peta konsep. Peta konsep dapat
menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh mahasiswa dalam
menghubungkan definisi, konsep dan penerapannya dalam menyelesaikan soal.
Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan soal
pembuktian, antara lain memahami masalah, merencanakan pembuktian,
melaksanakan pembuktian, dan memeriksa kembali (evaluasi).
2. Saran
Saran untuk mahasiswa agar dapat menunjukkan pembuktian yang lebih
kompleks mengenai teori grup menggunakan peta konsep dan mengikuti langkah-
langkah pembuktian sehingga dapat terlihat jelas bahwa penggunaan peta konsep
dalam pembuktian teori grup efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Evreklia, E., Balim, A. G., Inel, D. (2009). Mind mapping applications in special teaching
methods courses for science teacher candidates and teacher candidates opinions
concerning the applications. Procedia Social and Behavioral Sciences, pp. 2274-
2279, (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042809004030,
diakses 29 April 2017).

Hernadi, J. (2008). Metode Pembuktian Dalam Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika,


Vol. 02, No. 01, (http://ejournal.unsri.ac.id/ index.php/jpm/article/ viewFile/295/60,
diakses 27 April 2017).

Ingemann, M. (2009). The Power of Mind Mapping,


(http://webapp.ln.edu.hk/ceal/elss/sites/default/files/online_resources/The%20Power
%20of%20Mind%20Mapping.pdf , diakses 29 April 2017).

Keles, O. (2012). Elementary Teachers Views on Mind Mapping. International Journal of


Education, pp. 93-100, Vol. 4, No. 1,
(www.macrothink.org/journal/index.php/ije/article/download/1327/1211, diakses 29
April 2017).

Milne, J. S. (2017). Group Theory produced by Group Explorer,


(http://www.jmilne.org/math/CourseNotes/GT310.pdf , diakses 29 April 2017).

Modul. Mind Mapping. Jamescook University Australia,


(https://www.jcu.edu.au/__data/assets/pdf_file/0005/115394/jcu_126453.pdf ,
diakses 29 April 2017).

Salsabilla, E., Ratnaningsih. Hadi, I. (2015). Pembekalan Pemahaman Metode Pembuktian


Matematika dan Penerapan Strategi Abduktif-Deduktif Untuk Mengembangkan
Kemampuan Membuktikan Konsep Aljabar Abstrak Pada Mahasiswa Jurusan Matematika
FMIPA UNJ. Jurnal Matematika Intregatif, Vol. 11, No. 01,
(http://jurnal.unpad.ac.id/ jmi/article/viewFile/9392/pdf, diakses 27 April 2017).

Suradi, (2004). Teori Grup. Makassar: Andira Publisher.

Yunus, M. M., Chien, C. H. (2016). The Use of Mind Mapping Strategy in Malaysian
University English Test (MUET) Writing. Creative Education, 7, 619-626,
(file.scirp.org/pdf/CE_2016041516242328.pdf, diakses 29 April 2017).

Anda mungkin juga menyukai