Anda di halaman 1dari 14

GRAP PLANAR 2

OLEH : KELOMPOK 3
NAMA : 1. TIWARNI ZAI
2. SUSI SABAR MENANTI HAREFA
3. NUR AYU ZEBUA
4. PNIEL SOZAWATO ZENDRATO
SEMESTER : VI (ENAM)
MATA KULIAH : MATEMATIKA DISKRIT
DOSEN PENGAMPU : NETTY KARIANI MENDROFA, S.Pd.,M.Pd

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PEDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah kami ini yang berhubungan
dengan Materi Grap Planar 2 (karakteristik, formula euler, ketebalan sebuah graph, grap dual
dan graf polyhedral) . Materi ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah sebagai media
pembelajaran yang ringkas dan jelas sehingga Mahasiswa mampu memahami dengan lebih
mudah dalam mata pelajaran metematika khususnya Materi Relasi Rekrusif .Secara
keseluruhan Makalah ini sesuai kompetensi dasar Matematika dan standart yang ada.
Kami sangat Berterimakasih Kepada Dosen Pegampu Mata Kuliah Matematika Diskrik
Pendidikan Matematika Oleh Ibu Netty Kariani Mendrofa,M.Pd, sehingga terselesaikan Materi
ini, dengan bimbingan dan arahan dari Ibu, Begitu juga dengan Teman-teman Kelompok yang
saling memotivasi untuk menyelesaikan Materi ini dengan tepat waktu. Materi ini berisikan
ringkasan – ringkasan materi tentang Grap Planar 2 dan ditulis dengan menggunakan bahasa
yang sederhana sehingga pembaca mampu memahami materi dengan mudah.
Penulis menyadari bahwa Materi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
Makalah berikutnya. Penulis berharap semoga Materi “Grap Planar 2.” ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi para peserta didik dan teman-teman Mahasiswa
dalam menggunakan Makalah ini sebagai media pembelajaran.

Gunungsitoli, 8 Juni 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
3. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2
4.3.3 Formula Euler.................................................................................................... 2
4.3.4 Ketebalan Sebuah Graph................................................................................... 5
4.3.5 Graph Dual ........................................................................................................ 6
4.3.6 Graph Polyhedral .............................................................................................. 7
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika diskrit atau diskret adalah cabang matematika yang membahas segala
sesuatu yang bersifat diskrit. Diskrit disini artinya tidak saling berhubungan (lawan dari
kontinu) salah salah materi Matematika Distrik yang akan dibahas dalama makalah ini yaitu
relasi rekrusuf tentang relasi rekrusif lenear dan relasi rekrusif linear homogen.
Graph G disebut graph planar jika G dapat digambar pada bidang datar sedemikian
sehingga sisi-sisinya tidak ada yang saling berpotongan kecuali mungkin pada titik-titik dari
sisi-sisi tersebut. Graph bidang pasti graph planar, tetapi sebaliknya tidak berlaku. Materi Grap
Planar yang akan kami bahas meliputi karakteristik, formula euler, ketebalan sebuah graph,
grap dual dan graf polyhedral.

B. Rumusan Masalah
Dalam materi relasi rekrusif ini, ada beberapa rumusan masalah antara lain sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah yang dimaksud dengan formula euler ?
2. Bagaimanakah yang dimaksud dengan ketebalan dari sebuah graph ?
3. Bagaimanakah yang dimaksud dengan graph dual ?
4. Bagaimanakah yang dimaksud dengan graph polyhedral ?

C. Tujuan
Tujuan mempelajari relasi rekrusif adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep dan pengertian dari formula euler.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan ketebalan dari sebuah graph.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan graph dual.
4. Mengetahui yang dimaksud dengan graph polyhedral.

1
BAB II
PEMBAHASANAN
GRAPH PLANAR 2

4.3.3 FORMULA EULER


Sebuah graph G membagi bidang menjadi beberapa daerah yang masing- masing
disebut “Muka” (face),yang disimpulkan dengan f. Himpunan semua “muka” graph bidang G
di notasikan dengan F(G). banyaknya sisi G yang membatasi suatu muka F dan G disebut
derajat dari muka F dan dinotasikan dengan do (f) atau d(f).
Contoh : Graph bidang G pada gambar dibawah ini mempunyai 4 muka yaitu
f1,f2,f3,dan f4,

Dengan kata lain f(G) = { f1,f2,f3, f4}.terdapat 3 sisi G yang membatasi {b,c},{c,d},dan
{b,d}.sehingga d(f1) = 3 begitu pula terdapat 4 sisi yang membatasi muka f3 yaitu
{a,b},{b,d},{a,d} dan {a,e} jadi d(f3)= 4 mudah di cek bahwa d(f2) =d(f4) = 3

Teorema 4.3.2 Formula Euler


Jika G graph bidang terhubung,maka │E (G) │ + │F(G) │ = 2
Bukti : induksi pada │E (G) │
Untuk │E (G) │= 0 diperoleh │v (G) │= 1 dan │F(G) │ = 1.sehingga │v (G) │- │E (G) │ +
│F(G) │= 1 – 0 + 1 = 2 Asumsikan pernyataan tersebut benar : Jika G graph bidang terhubung
dengan │E (G) │ = k ≥ 1,maka │v (G) │- │E (G) │ + │F(G) │ = 2 akan ditunjukkan
pernyataan itu jika benar untuk │E (G) │ = k ≥ 1 misalkan G adalah graph bidang terhubung
k + 1 sisi.

2
Kasus 1 : G memuat sikel
Misalkan e adalah sebuah sisi di sikelnya G. Maka Graph H = G – e merupakan Graph bidang
terhubung k sisi. Sehingga berdasarkan asumsi berlaku | V (H) | - | E(H) | + | F(H) | =
2.Selanjutnya karena | V (H) | = | V (G) |,| E(H) | = | E(G) | - 1 dan | F(H) | = | F(G) | - 1
| V (G) | - | E(G) | + | F(G) | = | V (H) | - ∁ | E(H) | + 1) +( | F(H) | + 1
= | V (H) | - ∁ | E(H) | + | F(H) | − 1 + 1 = 2

Kasus 2 : G tidak memuat sikel


Karena G terhubung dan tidak memuat sikel, G pohon.jadi G memuat sebuah titik yang
berderajat 1. Misalkan V adalah sebuah titik yang berderajat 1 di G.maka Graph T = G-V tetap
merupakan pohon,jadi Graph bidang terhubung dengan k sisi.Sehingga berdasar asumsi
berlaku | V (T) |– | E(T) | + | F(T) | = 2.karena | ( )| = | V(G) | − 1 ; |E(T) |
= | E(G) | -1 dan | F(T) | = | F(G) |
Maka
|V (G) - |E(G) | + |F(G) | = ∁ | V (T) |– | E(T) | + | F(T) |
= | V (T) |– | E(T) | + | F(T) | + 1-1
=2
Dengan demikian teorema terbukti.

Teorema 4.3.3 Jika G graph sederhana planar dengan│E (G)│> 1,maka │E (G)│≤ 3│v (G)│-
6
Kasus 1 : G graph Terhubung
Misalkan G1 = embedding G,jelas bahwa │v (G1) │= │v (G) │ dan │E (G1)│= │E (G)│karena
G1 isomorfik dengan G.

Kasus 2 : graph tak terhubung


Misalkan , , . . ., adalah komponen – komponen G dimana ≥ 2. Karena G
planar, , 1≤ ≤ , dan planar. Misalkan dari k komponen tersebut, terdapat
komponen yang masing – masing komponen berisi atau titik (nol sisi), komponen yang
masing – masing komponen berisi satu sisi (dua titik), dan komponen yang masing – masing
berisi lebih dari satu sisi. Jelas + + =
Tanpa menghilangkan keumuman, misalkan
| ( )| = 0, ,1 ≤ ≤
| ( )| = 1, , +1≤ ≤ +
3
| ( )| = 2, , + +1≤ ≤
Selanjutnya kita tinjau dua sub kasus, yaitu = 0 dan ≥1
Sub kasus 2.1 : =0
Dalam hal ini, | ( )| = + 2 , dan | ( )| = . Karena = 0 dan | ( )| ≥
2, maka ≥ 2.
Sekarang untuk ≥ 2 dan ≥ 0 diperoleh
| ( )| = ≤6 −6+3 = 3( +2 )−6
= 3 | ( )| − 6
Sub kasus 2.2 : ≁0( ≥ 1) Dari kasus 1
Dalam hal ini kita peroleh

| ( )| = | ( )| + − | ( )| + | ( )|

= 0+ + | ( )|

≤ + (3| ( )| − 6)

= + 3 | ( )|

= + (3| ( )| − −2 ) − 6( − − )
= 3| ( )| − 6 + 3 +
= 3| ( )| − 6 + (6 − 6 + 3 + )

Karena ≥ 1 (dan ≥ 0, ≥ 0), maka


3 +5 +6 ≥6
Karena = − − , diperoleh
3 +5 + 6( − − ) ≥ 6, atau
6−6 +3 + ≤0
Dengan demikian
| ( )| ≤ 3| ( )| − 6 + (6 − 6 + 3 + ≤ 3| ( )| − 6
Teorema terbukti.

4
4.3.4 KETEBALAN DARI SEBUAH GRAPH
Ketebalan (thickness) dari sebuah graph G dinotasikan dengan e(G), adalah minimum
dari bilangan yang menyatakan banyaknya graphbagian – graph bagian planar dari G yang
gabungannya sama dengan G. Ingat bahwa, gabungan dari dua graph G dan H, ditulis G ∪ H,
adalah graph yang himpunan titiknya V(G) ∪ V(H) dan himpunan sisinya E(G) ∪ E(H).
Contoh : ketebalan dari graph bipartisi komplit , adalah 2

= ∪

,
Subgraph planar Subgraph planar
dari , dari ,
Perlu dicatat bahwa setiap graph planar G mempunyai ketebalan 1. Menentukan nilai eksak
dari e(G) untuk sembarang graph G, merupakan masalah yang sulit. Sampai dewasa ini belum
ada formula eksak untuk e(G), kecuali mungkin untuk graph – graph G tertentu. Tetapi, dengan
menggunakan Teorema sebelumnya, dengan mudah dapat ditentukan batas bawah dari e(G)
untuk sembarang graph sederhana G.
| ( )|
TEOREMA 4.3.5 Jika G graph sederhana dengan | ( )| ≁ 2, maka e(G) ≥ | ( )|

Bukti :
Untuk | ( )| = 1 diperoleh | ( )| = 0 dan e(G) = 1, sehingga e(G) = 1 ≥ 0 =
| ( )|
| ( )|

Selanjutnya, kita misalkan | ( )| ≥ 3. Karena setiap sunbgraph plaar dari G mempunyai


paling banyak 3| ( )| − 6 sisi, sedangkan banyaknya sisi G adalah | ( )|, maka banyaknya
| ( )|
subgraph planar dari G yang gabungannya sama dengan G, paling sedikit | ( )|

Selanjutnya, karena e(G) bilangan bulat, maka


| ( )|
( )≥
3 | ( )| − 6
Dengan demikian teorema terbukti.

Catatan :
1) Karena graph komplit dengan n titik, , mempunyai ( − 1) sisi, maka untuk ≁2

diperoleh

5
( − 1) ( − 1)
2 2 + 3( − 2) − 1 ( + 7)( − 2) +7
( ) ≥ = = =
3 −6 3( − 2) 6( − 2) 6

Telah ditunjukkan oleh Beineke bahwa untuk n ≁ 4 (mod 6).


+7
( )=
6
2) Dapat ditunjukkan bahwa graph sederhana G yang tidak memuat sikel dengan panjang 3,
memenuhi hubungan berikut : | ( )| ≤ 2 | ( )| − 4. Sehingga graph bipartisi komplit
, memenuhi hubungan berikut :

( , )≥
2( + − 2)

4.3.5 GRAPH DUAL


Pandang sebuah graph planer G yang digambar pada bidang sedemikian hingga tidak ada
sisi-sisi G yang “saling berpotongan” kecuali mungkin pada titik-titik akhir sisi-sisi tersebut.
Konstruksi sebuah graph G* sedemikian hingga : (i) setiap titik G* berkorespondesi dengan
sebuah “nuka” dari G; (ii). Jika sebuah sisi E membatasi muka dan di G maka titik-titik G*
yang berkorespondesi dengan dan dihubungkan dengan sebuah sisi. Graph G* yang
dikontruksi seperti di atas disebut graph dual diri G.
Contoh :

Graph G adalah graph yang digambar “tebal”, sedangkan dual dari G (G*) adalah graph yang
digambar “tipit \ dengan garis putus-putus.” Dari uraian di atas, antara “unsur-unsur” graph G
dan G* terdapat korespondesi satu-satu sebagai berikut :
a) Sebuah “muka” G berkorespondesi dengan sebuah titik G*. Ini berakibat | F (G) | =
|V(G*)|
b) Sebuah sisi G berkorespondesi dengan sebuah sisi G*.

6
Jadi, | E (G) | = | E (G*) |.
c) Sebuah muka berderajat K di G berkorespondesi dengan sebuah titik berderajat K di G*
sehingga :
Ʃ d (f) = Ʃ d (v)
f F (G) v V(G*)
d) Sebuah sisi yang terkait dengan sebuah titik yang berderajat satu di G, berkorespondesi
dengan sebuah gelung (loop) di G*.
e) Sebuah titik berderajat dua di G, berkorespondesi dengan sepasang sisi rangkap di G*.

4.3.6 GRAPH POLYHENDRAL


Bangun ruang dimensi 3 (padat) yang dibatasi oleh permukaan-permukaan yang berupa
bidang datar polygonal (bidang datar segi-n, n ≥ 3) disebut polyhedron. Apabila untuk setiap
dua “titik interior” polyhedron dihubungkan dengan sebuah dengan sebuah ruas garis dan
ternyata keseluruhan ruas garis tersebut terletak di “interior” polyhedron, maka polyhedron
tersebut dikatakan polyhedron koveks. Selanjutnya, polyhedron konveks yang setiap
“permukaannya” berupa bidang-bidang datar polygonal beraturan yang kongruen disebut
polyhedron beraturan. Sebagai contoh, balok “padat” adalah polyhedron dan kubus “padat”
adalah polyhedron beraturan.
Titik-titik dan sisi-sisi dari sebuah polyhedron (sheleton) membentuk sebuah graph
sederhana diruang dimensi 3. Jika polyhedron itu konveks, maka “selekton (kerangka)nya”
berupa graph bidang (planer) sederhana dan terhubung yang disebut graph polyhedral.
Perhatikan bahwa dalam graph polyhedral derajat setiap titik paling sedikit 3. Begitu pula
derajat setiap muka paling sedikit 3.

Polyhedron graph polyhedral


(kubus) (kubus)
Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa hanya terdapat 5 macam polyhendron beraturan.
Misalkan G adalah graph bidang (planar) terhubung. Derajat dari setiap titik G adalah k ≥ 3
dan derajat dari setiap titik G adalah ≥ 3 dan derajat dari setiap muka G adalah n ≥ 3.

7
Berdasarkan “Lemma Jabat Tangan”, diperoleh
| E(G)| = ∑ ( ) ( )= | ( )| ……………….(i)

Karena setiap sisi membatasi tepat dua muka,


∑ ( ) ( ) = 2| ( )|

Selanjutnya, karena d(f) = m V f ( ) dan |E(G)| = |V(G)|,

Diperoleh n |F(G)| = k |V(G), atau


| ( )|
|F(G)| = ……………………(ii)

Dari formula Euler kita tahu bahwa


|F (G)| - |E (G)| + |F (G)| = 2 ……………………(iii)
Dari persamaan-persamaan (i), (ii), dan (iii) diperoleh
| V (G) | = ………………………(iv)

Karena |V (G) | > 0 dan 4m > 0,


2m – km +2k > 0
Ekuivalen dengan
(k – 2) (m – 2) < 4 ……………………….(v)
Karena k dan m bilangan bulat dengan k ≥ 3 dan n ≥ 3, maka semua kemungkinan nilai-nilai
k dan m yang memenuhi v adalah :
K = 3 dan m = 3, atau
K = 3 dan m = 4, atau
K = 3 dan m = 5, atau
K = 4 dan m = 3, atau
K = 5 dan m = 3,
Karena hanya ada 5 kemungkinan nilai-nilai k dan m, maka terbukti hanya ada 5 graph
polyhedron beraturan .
a. Untuk k = 3 dan m = 3, dari (iv) didapat |V (G)| = 4, dari (i) didapat |E (G) | = 6 dan dari
(ii) didapat |F (G) | = 4. Sehingga diperoleh polyhedron beraturan berikut yang disebut,
“tetrahedron”

tetrahedron
graph bangun ruang

8
b. Untuk k = 3 dan m = 4 diperoleh |V (G) | = 8 ; |E (G) | = 12 dan |F (G) | = 6.
Sehingga diperoleh polyhedron beraturan yang disebut kubus.

kubus

c. Untuk k = 3 dan m = 5 diperoleh |F (G) | = 20 ; |F (G) | = 30 dan | F (G) | = 12.


Didapat polihendron beraturan yang disebut dodecahedron.

dodecahedron

d. Untuk k = 4 dan m = 3 diperoleh |V (G) | = 6 ; |E (G) | = 3


Didapat octahendron

Detahendron

e. Untuk k = 5 dan m = 3 diperoleh |V (G) | = 12 ; |E (G) | = 32 dan |F (G) | = 20


Didapat polyhendron beraturan yang disebut icosahedrons

icosahedros

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebuah graph G membagi bidang menjadi beberapa daerah yang masing- masing
disebut “Muka” (face),yang disimpulkan dengan f. Himpunan semua “muka” graph
bidang G di notasikan dengan F(G). banyaknya sisi G yang membatasi suatu muka F
dan G disebut derajat dari muka F dan dinotasikan dengan do (f) atau d(f).
2. Jika G graph bidang terhubung,maka │E (G) │ + │F(G) │ = 2
3. Ketebalan (thickness) dari sebuah graph G dinotasikan dengan e(G), adalah minimum
dari bilangan yang menyatakan banyaknya graphbagian – graph bagian planar dari G
yang gabungannya sama dengan G
4. Graph G adalah graph yang digambar “tebal”, sedangkan dual dari G (G*) adalah graph
yang digambar “tipit \ dengan garis putus-putus.”
5. Bangun ruang dimensi 3 (padat) yang dibatasi oleh permukaan-permukaan yang berupa
bidang datar polygonal (bidang datar segi-n, n ≥ 3) disebut polyhedron.

B. Saran
Setelah mempelajari materi ini diharapakn kita mampu menerapkan dan
mengaplikasikan ini dalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata semoga materi ini menjadi media
pembelajaran yang dapat dipergunakan. Kritikan dan saran sangat diperlukan sehingga
makalah ini dapat lebih baik ke depannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Budayasa, Ketut. 1994. Matematika Diskrit 1. Surabaya : IKIP Surabaya


Yarman, 2003. Matematika Diskrit . Padang : Universitas Negeri Padang

11

Anda mungkin juga menyukai