Anda di halaman 1dari 7

PENGELOLAAN PENCAIRAN

DANA NON-APBN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

RAHMAH S.SOS
197306212008102001
LATAR BELAKANG

Di Indonesia perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia sebanyak 184 unit pada tahun
2022. Sedangkan, 3.820 kampus merupakan perguruan tinggi swasta (PTS) perguruan tinggi negeri
(PTN) namun baru 21 di antaranya yang sudah berstatus Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
(PTN BH) dan Universitas Hasanuddin diantaranya. Ke-21 PTN BH itu dianggap sudah memiliki
tata kelola, proses belajar mengajar, dan kinerja akademik yang lebih baik. Pengelolaan PTN BH
intinya adalah peningkatan kualitas akademik dan nonakademik serta tata kelola guna mencapai
perguruan tinggi kelas dunia. Pendanaan PTNBH dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (“APBN”) dan NON-APBN. Sumber pendanaan PTNBH dari APBN diberikan
dalam bentuk: bantuan pendanaan PTNBH; dan/atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Maka dari penjelasan diata perlunya pengelolaan pencairan dana Non-APBN yang
efektif dan sesuai dengan peraturan agar dapat berjalan dengan baik untuk menunjanga segala
aktifitas tri-dharma perguruan tinggi.
RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terjadi efektivitas 2. Bagaimana proses pencairan dana


pencairan dana NON-APBN pada NON-APBN pada Universitas
Universitas Hasanuddin? Hasanuddin?
MANFAAT

1. Menambah 2. Hasilpenulisan ini diharapkan


wawasan ,pengalaman,dan pemahaman
mengenai sistem pencairan dana NON-
dapat dijadikan sebagai salah
APBN pada Universitas Hasanuddin satu acuan untuk penelitian atau
sebagai PTN-BH. Penulisan ini penulisan berikutnya yang sejenis
diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi perkembangan konsep
pengelolaan dan pelaksaanan pencairan
dana pada instansi pemerintah .
PENGELOLAAN DANA NON-APBN
Beberapa pengertian menurut Peraturan Direktur Perbendaharaan Nomor 66/PB/2005 :

• Bendahara pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor satker Kementrian Negara/ lembaga.

• Pengguna Anggaran adalah Menteri/ pimpinan lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian
negara/Lembaga yang bersangkutan.

• Satuan Kerja (satker) adalah instansi atau dinas/ badan yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan Kementrian Negara/Lembaga terkait.

• Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah suatu dokumen yang dibuat/diterbitkan oleh pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan dan
disampaikan kepada Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk selaku pemberi kerja untuk selanjutnya diteruskan
kepada penerbit SPM berkenaan.

• Surat Perintah Membayar ( SPM ) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa PenggunaAnggaran atau pejabat lain yang ditunjuk
untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan.

• DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/ pimpinan Lembaga atau satker serta disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran dana atas bebab APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.

• Surat Perintah Pencairan adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas
beban APBN berdasarkan SPM.
Pencairan Prosedur dasar sebagai berikut :
- Dokumen permintaan barang/ Invoice
- Verifikasi Dokumen oleh tim verifikator
- Pembuatan SPTB, SPP, MP, DAN SPM
- Proses Penandatanganan Dokumen
- Pencairan Dana
KESIMPULAN
1. Prosedur Pengujian Surat Perintah Membayar Langsung (SPM LS) pada sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
DAN Non-APBN .

2. Prosedur Penerbitan Surat Perintah PencairanDana Langsung (SP2D LS)pada sudah sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran efektif. Hal ini dilihat dari penyelesaian SPM yang masuk
dapat diselesaikan dalam jangka waktu 1 hari dalam pengajuan SPM.

3. Prosedur Pengujian Surat Perintah Membayar Langsung (SPM LS) dan Prosedur Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana
Langsung (SP2D LS) sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 namun terdapat kendala yaitu
terjadi penolakan atau pengembalian atas pemindahbukuan atau transfer pencairan APBN dan Non-APBN dari Bank Penerima
kepada Bank Pengirim yang disebabkan karena nama pemilik rekening pada SPM salah, nomor rekening pada SPM salah, nama
bank penerima salah, rekening tidak aktif, dan rekening tutup. Maka terbit Retur Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

Anda mungkin juga menyukai