Anda di halaman 1dari 43

FILSAFAT PENDIDIKAN

Tujuan-Tujuan dan Ideologi-Ideologi Pendidikan


Matematika

Oleh Kelompok 1:

Rara Mutia 160220101010


Anggela Irene T.P.S 160220101018
Ahmad Kosim 160220101024
Hamdan Muttaqin 160220101025
Jangki safitri 160220101026
1 Sikap epistemologis dan etika
Filosofi matematika yang berbeda
menghasilkan produk yang sangat berbeda
dalam hal praktek pendidikannya. Namun
hubungannya tidak langsung, dan
penyelidikan atas filosofi yang mendukung
pengajaran matematika dan kurikulum
matematika membuat kita juga harus
mempertimbangkan nilai-nilai, ideologi dan
kelompok-kelompok sosial yang
mentaatinya.
Ideologi
Dalam pengertian yang lebih sosiologis ini, ideologi
adalah suatu filsafat yang bernilai kaya atau
pandangan dunia yang menyeluruh, suatu sistem ide
dan keyakinan yang saling mengunci satu dengan
lainnya. Jadi ideologi yang dipahami disini menjadi
persaingan sistem kepercayaan, menggabungkan
kedua sikap nilai epistemologis dan nilai moral, tanpa
arti yang bermaksud merendahkan. Perlakuan
terhadap ideologi yang diberikan disini menekankan
pada aspek epistemologis, etika dan pendidikan, dan
kepentingan sosial; kekuasaan dan dominasi akan
dibahas kemudian.
Apa tujuan bab ini??
untuk menghubungkan filsafat umum dan pribadi
dari matematika dan pendidikan sebagai filsafat
publik, dan menjadi bagian dari keseluruhan
hubungan ideologis. Kepercayaan ini terdiri dari
komponen yang saling terjalin, termasuk
epistemologi pribadi, rangkaian nilai-nilai dan
teori-teori pribadi lainnya. Oleh karenanya,
dibutuhkan lebih dari epistemologi untuk
menghubungkan filsafat publik dengan ideologi
pribadi. Sebagai dasar untuk membedakan
ideologi kita mengadopsi teori Perry (1970,
1981).
A. Teori Perry
Teori Perry menetapkan urutan tahap pengembangan,
serta memungkinkan melakukan fiksasi dan
pengunduran dari level-levelnya. Untuk sederhananya,
kami hanya mempertimbangkan tiga tahap yaitu:
Dualisme, Multiplisitas dan Relativisme. Hal yang
mendasari Skema Perry adalah asumsi bahwa
perkembangan intelektual dan etika mulai tertanam
dalam serangkaian keyakinan yang tidak
dipertanyakan, berlangsung melalui beberapa tingkat
detasemen kritis, dan kemudian kembali tertanam
dengan sendirinya dalam suatu komitmen terhadap
seperangkat prinsip intelektual dan etika.
Dualisme
Dualisme sederhana adalah penataan bercabang dari dunia
antara baik dan buruk, benar dan salah. Pandangan dualistik
dicirikan oleh dikotomi sederhana dan ketergantungan yang kuat
pada keabsolutan dan otoritas sebagai sumber kebenaran, nilai,
dan kontrol. Sehingga dalam hal keyakinan epistemologis,
Dualisme menyiratkan pandangan absolutis terhadap pengetahuan
yang dibagi menjadi dua yaitu kebenaran dan kepalsuan.
Pengetahuan tidak dinilai secara rasional, tetapi dinilai dengan
mengacu pada otoritas (penguasa). Dalam hal keyakinan etika,
Dualisme berarti bahwa semua tindakan hanya dinilai atas benar
atau salah. Semua masalah diselesaikan dengan Ketaatan
(penyelarasan diri dengan Authority): kepatuhan dan kesesuaian
terhadap hak dan apa yang Mereka inginkan. Keinginan/kemauan
kekuasaan dan pekerjaan akan menghasilkan kongruensi aksi dan
penghargaan. Keserbaragaman tidak diperhitungkan.
Keserbaragaman/Multiplisitas
Pluralitas ini dianggap sebagai kumpulan yang
mempunyai ciri-ciri tersendiri tanpa struktur
internal maupun hubungan eksternal, dalam
artian orang memiliki hak untuk memiliki
pendapatnya sendiri', dengan implikasi bahwa
tidak ada penilaian dapat dibuat terhadap
pendapat-pendapat tersebut. Pandangan
multiplistik mengakui adanya pluralitas jawaban,
pendekatan atau perspektif, baik yang bersifat
epistemologis ataupun etis, tetapi tidak memiliki
dasar pilihan rasional antara alternatif-alternatif.
Relativisme
Secara epistemologis, Relativisme mengharuskan
pengetahuan, jawaban dan pilihan dilihat sebagai suatu
yang bergantung pada fitur dari konteks, dan dievaluasi
atau dibenarkan dalam sistem atau prinsip-prinsip yang
diatur. Dari sudut pandang etika, tindakan dianggap
diinginkan atau tidak diinginkan berdasarkan kesesuaian
dengan konteks dan sistem nilai-nilai dan prinsip-prinsip.
Sejumlah peneliti pendidikan menemukan bahwa skema
Perry adalah kerangka yang berguna untuk
menggambarkan perkembangan intelektual dan etika dan
juga keyakinan pribadi. Jadi teori Perry secara luas
digunakan untuk menjelaskan filosofi pribadi, khususnya
dalam matematika.
B. Filosofi Matematika Pribadi
Teori Perry diterapkan terhadap filosofi pribadi matematika, pandangan
matematika dapat dibedakan pada masing-masing dari ketiga tingkat tersebut.
Pandangan dualistik terhadap matematika menganggapnya berhubungan
dengan fakta, aturan, prosedur yang benar dan kebenaran sederhana yang
ditentukan oleh otoritas mutlak. Matematika dipandang sebagai tetap dan
pasti, tetapi memiliki struktur yang unik. Mengerjakan matematika sama
dengan mengikuti aturan.
Matematika dalam pandangan Multiplistik, jawaban dan rute ganda untuk
sebuah jawaban adalah diakui, namun dianggap sebagai sama-sama sah, atau
hanya sebagai masalah preferensi pribadi seorang. Tidak semua kebenaran
matematika, jalurnya atau aplikasinya telah diketahui, sehingga
memungkinkan untuk menjadi kreatif dalam matematika dan juga
penerapannya.
Pandangan relativistik terhadap matematika mengakui adanya berbagai
jawaban dan pendekatan terhadap permasalahan matematika, dan bahwa
evaluasinya bergantung pada sistem matematika, atau konteksnya secara
keseluruhan..
C. Pandangan Etika
Pandangan etis individu juga dijelaskan oleh teori
Perry.
Dualisme Etika
Dualisme merupakan pandangan etika ekstrim,
karena menghubungkan isu-isu moral dengan
otoritas mutlak tanpa alasan rasional, dan
menyangkal legitimasi nilai-nilai alternatif atau
perspektif. Sementara variasi kecil dalam posisi
dualistik etis mungkin terjadi, hal ini juga
menjabarkan pandangan otoriter lingkup
terbatas.
Multiplisitas Etika
Pandangan Multiplistik etika mengakui bahwa adanya
perspektif moral berbeda pada setiap masalah yang ada,
tetapi tidak memiliki landasan rasional atau prinsip untuk
pilihan atau pembenaran. Sementara pandangan seperti ini
memungkinkan bahwa preferensi individu mungkin sama-
sama valid, pandangan ini mempertahankan himpunan
nilai-nilai dan kepentingannya sendiri. Tidak adanya
pembenaran absolut atau yang berprinsip terhadap pilihan
moral dan tindakan, menunjukkan bahwa pilihan yang
dibuat atas dasar olahan, atau utilitas dan kelayakan
hasilnya, berdasarkan alasan pragmatis, Akibatnya,
himpunan nilai-nilai yang paling kompatibel dengan posisi
ini terdiri dari utilitas, pilihan pragmatis dan kemanfaatan.
Posisi Relativistik etika

Kohlberg
Pada tahun(1969, 1981) mengenai teori tahapan
moral.

teori Perry

Gilligan
Pada tahun(1982) membedakan kerangka
moral
Model-model ideologi terdiri
dari:

Menggabungkan menggabungkan
Dualisme dengan Multiplisitas
absolutisme dengan absolutisme

Absolutisme Absolutism
Dualistic Multiplistic
Absolutisme
relativistic
terpisah dan
Absolutisme
relativistik
terhubung
Absolutism
Relativistik

Fallibilisme relativistic
menggabungkan pandangan fallibilist atas pengetahuan matematika
(construtivism sosial) dan nilai-nilai terkait dengan keadilan sosial,
dalam kerangka relativistik, dengan menerima adanya kebergandaan
perspektif intelektual dan moral.
Penilaian Teori Perry dan Alternatif-
nya

pra-konvensional (moralitas
1
egosentris)
konvensional (penilaian moral tergantung pada norma-norma 2
konvensional)

pasca-konvensional dan berprinsip (keputusan moral


3
didasarkan pada prinsip-prinsip universal)

alterna
tif

Belenky et al
(1986) Tahapan teori ini adalah: Kediaman, Penerimaan
Pengetahuan, Pengetahuan subjektif, Pengetahuan
prosedural (termasuk alternatif dari mengetahui terpisah
dan terhubung, connected knowing and separated
knowing), dan Pengetahuan yang dikonstruksi.
Kelemahan teori
PerryRelativisme Perry dan posisi Komitmen
tidak menawarkan seperangkat nilai-nilai
moral yang unik sebagai hasil dari
perkembangan pribadi

Keunggulan teori
Perry
adopsi dari teori Perry adalah merupakan asumsi
kerja
Relativis
me
Hal: 119-125
Inovasi Belenky et al mengenai relativisme
adalah mengaitkan perspektif moral dengan
tingkat perkembangan epistemologis
Hal ini melampaui teori Perry, yang lebih
menekankan pada bentuk daripada isi kerangka
ideologis
Teori Piaget tentang perkembangan kognitif
dalam beberapa aspek bersifat analog terhadap
teori Perry. Teori tersebut menawarkan skala
perkembangan linier tunggal terdiri dari sejumlah
posisi tetap. Sebuah kritik kuat terhadap teori
Piaget adalah bahwa aspek-aspek yang berbeda
dari perkembangan individu dapat
digambarkan dengan posisi yang berbeda
dalam urutan perkembangan
Tujuan Pendidikan:
Sifat Tujuan Pendidikan:
Fitur penting dari pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan
kegiatan yang disengaja (Oakshott 1967; Hirst dan Peters, 1970). Niat
yang mendasari suatu kegiatan dinyatakan dalam tujuan dan hasil yang
diinginkan, dan ini merupakan tujuan dari pendidikan. Sejumlah istilah
berbeda digunakan untuk mengacu pada hasil termasuk maksud (aims),
tujuan (goals), target (target) dan tujuan (objectivesan luas, tujuan
jangka panjang dan yang kurang spesifik)
Tujuan dalam Pendidikan merupakan tujuan dari individu
atau kelompok. Sockett mengatakan: "tindakan manusia
yang disengaja harus berdiri di tengah sebuah alasan dari
maksud dan tujuan kurikulum
Ahli lain juga berpendapat bahwa sarana dan tujuan pendidikan tidak bisa
dipisahkan. Karena jenis hubungan logis antara sarana dan tujuan dalam
pendidikan, tidaklah tepat untuk memikirkan nilai-nilai dari sebuah proses
pendidikan sebagai sesuatu yang hanya tercantum pada berbagai
pencapaian yang konstitutif dalam proses menjadi orang yang
berpendidikan

Tujuan Pendidikan Matematika


Para murid harus memiliki
penguasaan dan apresiasi
Matematika sebagai unsur
penting dari komunikasi
Matematika sebagai alat
Tujuan pendidikan yang ampuh
matematika adalah Apresiasi hubungan dalam
matematika
niatan yang Kesadaran akan daya tarik
mendasari pendidikan matematika
Imajinasi, inisiatif dan
matematika dan fleksibilitas pemikiran dalam
lembaga-lembaga matematika
Bekerja dengan cara yang
yang melalui sistematis
pendidikan tersebut Bekerja secara independen
menjadi terpengaruh bekerja secara kooperatif
pembelajaran matematika
Tujuan-tujuan
yang mendalam
pengajaran kepercayaan diri murid atas
kemampuan matematika
matematika mereka
harus berkaitan dengan
kelompok sosial yang
Ernest (1986, 1987) membedakan tiga
terlibat didalamnya,
kelompok kepentingan: pendidik, ahli
matematika, dan perwakilan industri dan
serta ideologi
masyarakat, yang
yang masing-masing memiliki
mendasarinya. Untuk
tujuan berbeda untuk pendidikan
matematika. Cooper (1985) menyajikan
melakukan hal
kasus teoritis yang kuat inikelompok-
tentang kita
kelompok sosial dengan kepentingan, misi
menghubungkan lima
dan tujuan untuk pendidikan matematika
yang berbeda
ideologi yang dibedakan
diatas untuk lima
kelompok kepentingan
Tujuan pendidikan
Analisis Williams
kelompok
Oleh: Hamdan Muttaqin
sosial
Williams (1961) menyebutkan 3
kelompok:
industrial trainer (pelatih industri),
humanis,
dan pendidik masyarakat,
yang mana ideologinya telah
mempengaruhi pendidikan, baik di
masa lalu dan di masa sekarang
1. industrial trainer (pelatih
industri)
Para pelatih industri merupakan
kelas pedagang dan manajer
industri. Mereka memiliki 126
pandangan 'borjuis', dan nilai aspek
utilitarian pendidikan. Tujuan
pendidikan dari para pelatih industri
adalah utilitarian, berkaitan dengan
pelatihan tenaga kerja yang cocok
yaitu mengajar karakter sosial yang
diperlukan kebiasaan akan
2. humanis

Para humanis kuno mewakili kelas


terdidik dan berbudaya, seperti
aristokrasi dan kebangsawanan. Mereka
menghormati studi humanistik kuno, dan
produknya, orang berpendidikan yang
berbudaya, orang terdidik dengan benar
Jadi tujuan pendidikan mereka adalah
pendidikan liberal, transmisi warisan
budaya, terdiri dari pengetahuan murni
(sebagai lawan dari terapan).
3. pendidik masyarakat

Para pendidik publik mewakili reformasi


radikal atas budaya, yang mana
berhubungan dengan demokrasi dan
keadilan sosial
Tujuan mereka adalah pendidikan untuk
semua, untuk memberdayakan kelas
pekerja untuk berpartisipasi dalam
lembaga-lembaga demokratis
masyarakat, dan untuk lebih berbagi
dalam kesejahteraan gugus industri
modern
Cosin membedakan
empat kelompok
rasionalisasi/teknokratis
elitis/konservatif
romantis/ individualis
egaliter/demokratis.
Perbandingan kelompok
Williams(modifikasi) dan Cosin
ideologi pendidikan
terbagi ke dalam empat
kategori
Konservatif,
yaitu bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan dan tradisi
yang berlaku
Revisionis,
peningkatan efisiensi sistem dalam hal persyaratan kerja pasar
Romantis
(yang juga bisa disebut sikap psikologis) yang sangat
berhubungan dengan perkembangan individu
Demokratis
mencari peluang yang sama untuk semua (mengakui kesulitan
yang disajikan dalam Class dan pola sosialisasi ) dan
penghapusan progresif dari nilai-nilai elitis yang melekat dalam
pendidikan yang sudah ada
Modifikasi williams
yang kedua
Ernest membedakan 3
kelompok kepentingan
yang terdiri dari
(1) pendidik,
(2) matematikawan,
(3) perwakilan industri dan masyarakat
masing-masing memiliki tujuan pendidikan
matematika yaitu:
(1) pengembangan pribadi,
(2) penanaman matematika murni
(3) utilitarian (Kegunaan)
Dalam
perkembangannya
Cooper (1985) berpendapat bahwa aliansi
matematikawan universitas, guru-guru sekolah
umum dan kepentingan industri berhasil
mendefinisikan kembali matematika sekolah untuk
melayani kepentingan mereka dalam pendidikan
matematika bagi para elit.
Para matematikawan ingin silabus sekolah dibawa
lebih dekat ke silabus matematika universitas
modern, dan para guru sekolah umum juga
mengutarakan apa yang mereka inginkan. Para
pengusaha menginginkan masuknya beberapa topik
terapan modern dan pemecahan masalah dalam
kurikulum matematika sekolah
Dan akhirnya
Hal ini dapat ditafsirkan sebagai aliansi
pragmatis teknologi dan humanis lama
matematis untuk mengalahkan tujuan dari
pendidik publik dan progresif.
Seperti yang ditunjukkan oleh Cooper,
sebuah proyek yang mewujudkan beberapa
tujuan dari kedua kelompok terakhir
berakhir gagal, sedangkan Proyek Sekolah
Matematika yang lebih erat kaitannya
dengan kelompok lain dan kepentingan
mereka, berhasil
Unsur-unsur ideologi
pendidikan
Model yang diusulkan

Tingkat dasar /elemen


primer(terdiri dari unsur-
unsur dalam ideologi)
Tingkat sekunder (unsur-
unsur yang dihasilkan
yang berkaitan dengan
pendidikan matematika)
Model ideologi pendidikan
matematika
ELEMEN PRIMER
1. FILSAFAT MATEMATIKA
2. NILAI MORAL
3. TEORI ANAK
watak anak dapat dijinakkan melalui
pembangunan karakter dan dididik dengan
membuka budaya tradisional
2. TEORI MASYARAKAT
berkaitan dengan budaya elit murni dari tingkat
pendidikan menengah ke atas
4. TUJUAN PENDIDIKAN
menghasilkan orang-orang berpendidikan yang
bebas
Elemen sekunder

1. Tujuan pendidikan matematika


2. Teori pengetahuan matematika
sekolah
3. Teori belajar matematika
4. Teori pengajaran matematika
5. Teori penilaian pembelajaran
matematika
6. Teori Sumber pendidikan
matematika
7. Teori kemampuan matematika
1. Tujuan Pendidikan Matematika

Menyalurkan matematika murni dengan


menekankan pada struktur, tingkatan konseptual
dan kekakuan/ketelitian dari subyek.
Mengajarkan matematika untuk nilai-nilai instrinsik,
sebagai bagian utama dari warisan manusia,
kebudayaan dan prestasi intelektual.
Menjadikan siswa agar menghargai nilai keindahan
dan dimensi estetika dari matematika murni,
melalui penyerapan dalam belajar
Pendidikan untuk matematika murni di masa depan
yang mengenalkan unsur-unsur dari paham elit.
2. Teori Pengetahuan Matematika Sekolah: Sekolah
matematika dapat dipahami, seperti disiplin ilmu itu
sendiri, kemurnian, struktur secara hirarki substansi
tubuh dari pengetahuan obyektif.
3. Teori Belajar Matematika:Siswa diharapkan untuk
menggunakan pendekatan dan metode yang
berbeda, dalam mengaplikasikan pengetahuan ini,
menurut talenta dan kepintaran mereka.
4. Teori Pengajaran Matematika:Mengajar
memerlukan hubungan guru-siswa yang ramah;
guru, pemilik pengetahuan, mentransfernya ke
siswa, seefektif mungkin
TeoripenilaianPembelajaran
Matematika: penilaian formatif
pembelajaran matematika mungkin
membutuhkan penyusunan metode,
tetapi assesmen sumatif meminta
ujian eksternal
6. Teori Sumber Daya dalam Matematika:
Model, bantuan visual dan sumber-sumber dapat
digunakan oleh guru untuk memotivasi atau
memfasilitasi pemahaman.

7. Teori Kecakapan/Kemampuan
Matematika:bakat dan jenius matematika adalah
warisan, dan kemampuan matematika dapat
diidentifikasi dengan intelejensi murni. Mengajar
membantu siswa untuk menyadari potensi bawaan,
dan ingatan matematika akan memancar
8. Teori keanekaragaman Sosial
pada Pendidikan Matematika:
Matematika dipandang sebagai
kemurnian dan tidak berkaitan dengan
isu sosial, Matematika adalah obyektif,
dan usaha untuk memanusiakan
matematika untuk tujuan pendidikan,
betapapun bermaksud baik,
menyetujuinya adalah sifat dasar dan
kemurnian (Ernest, 1986, 1988b).
TerimaKasih

Anda mungkin juga menyukai