Nama Anggota :
3) Syaikun Amrullah
Dosen : H. Kamal Hasuna, M.Pd
Tahun 2023/2024
A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai, etika, dan teori
nilai. Dalam konteks ini, kita akan mengeksplorasi konsep-konsep dasar
dalam aksiologi dan relevansinya dalam pemahaman etika dan moralitas.
Secara etimologi, aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua
kata yaitu axios yang berarti layak atau pantas dan logos yang berarti ilmu
studi. Terdapat beberapa makna terminologis aksiologi yaitu:
Secara historis, aksiologi atau teori umum tentang nilai bermula dari
perdebatan Alexius Meinong dan Christian Von Ahrenfels pada tahun 1890-an
berkaitan dengan sumber nilai. Meinong memandang bahwa sumber nilai
adalah perasaan (feeling), atau perkiraan, atau kemungkinan adanya
kesenangan terhadap suatu objek. Ahrenfels (juga Spinoza) melihat bahwa
sumber nilai adalah hasrat atau keinginan (desire). Suatu objek menyatu
dengan nilai melalui keinginan aktual atau yang kemungkinan, aartinya suatu
objek memiliki nilai karena ia menarik.
Secara bahasa, nilai berasal dari bahasa Latin Valere yang berarti berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, atau kuat. Nilai dapat berarti harkat yakni
kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna,
atau dapat menjadi objek kepentingan. Namun, nilai juga dapat bermakna
keistimewaan yakni apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai
suatu kebaikan.
Berdasarkan analisis sederhana ini dapat kita simpulkan bahwa nilai sekurang
-kurangnya memiliki 3 ciri-ciri berikut:
Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, dimana subjek ingin membuat
sesuatu
B. Teori-Teori Nilai
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ethikos
atau ethos yang berarti adat, kebiasaan, dan praktik. Secara umum, etika
merupakan teori tentang laku perbuatan manusia, dipandang dari nilai baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditemukan oleh akal. Dalam prespektif para ahli,
etika secara garis besar dapat diklarisifikasi kedalam 3 bidang studi yaitu
etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Adapun pengertiannya sebagai
berikut:
moral yang perlu dipegang oleh manusia. Karena itu, fenomenologi moral
moral yang perlu dipegang oleh manusia. Karena itu, fenomenologi moral
tidak permasalahkan apa yang benar dan apa yang salah. Dalam
perspektif Milton D. Hunnex, bentuk terpenting dari teori etika teleologis
adalah tindakan utilitarianisme (utilitarianisme tradisional) dan aturan
utilitarianisme (utilitarianisme saat ini). Kedua, etika deontologis. Etika
deontologi mengukur baik tidaknya suatu perbuatan hanya berdasarkan
maksud si pelaku atau berdasarkan kewajiban semata.
baik dan yang salah diperoleh secara intuitif. Teori intuitif menolak
kemungkinan untuk memberi batasan-batasan nonnormatif terhadap
istilah-istilah normatif etis.
tidak mengungkapkan sesuatu apa pun yang dapat disebut salah atau
benar
bahwa tidak ada prinsip moral yang benar secara universal; kebenaran
semua prinsip moral bersifat relatif terhadap budaya atau pilihan individu.
yang atau individu, yang tidak dapat dijelaskan oleh kaum absolutis. Ini
disebut
bahwa semua nilai dasar moral berbeda dari satu individu ke individu lain,
kurangnya hanya beberapa nilai dasar moral yang berbeda. Kaum relativis
kelaparan, padahal kita yakin bahwa secara moral perbuatan itu keliru.
dan kebaikan itu salah, sedangkan kita memandang kedua hal itu sebagai
kebajikan.
moral yang berbeda secara substansial, tidak terdapat satu kaidah etika yang
berbeda secara yang benar atau paling masuk akal. Semua kaidah moral
substansial itu benar (menurut versi yang lebih kuat), atau setidaknya
terdapat pluralitas kaidah yang benar dan paling masuk akal (menurut
versi yang lebih moderat). David Wong menulis: Kaum relativis radikal
berpendapat bahwa setiap moralitas sama benar dan sama beralasan dengan
moralitas yang lain. Kaum relativis moderat, seperti Foot, Walzer dan Wong,
menolak adanya satu moralitas lebih benar, tetapi juga berpendapat bahwa
sebagian moralitas lebih benar atau lebih beralasan daripada yang lain.
kelompok, atau masyarakat lain yang memiliki kaidah moral yang sangat
bahwa ada berbagai kebenaran moral yang universal, atau setidaknya satu
bahwa hanya ada satu moralitas yang benar atau, seperti dikatakan Wong,
bisa sama-sama benar, sehingga hanya ada satu kebenaran mengenai yang
dalam satu kebudayaan mutu etis lebih tinggi atau rendah daripada
"hal itu tidak etis". Padahal, kita yakin bahwa kita hendak mengkritik
tolak. Kita yakin bahwa mutu etis setiap masyarakat tidak sama.
Misalnya, kita tidak bisa menerima, kalau ada negara seperti Afrika
Selatan, kita nilai tidak etis dan karena itu kita mengajukan protes.
Tidak dapat dikatakan bahwa contoh tadi kurang tepat, karena di Afrika
seluruh Afrika Selatan politik ini diterima begitu saja -dan situasi
seperti itu tidak mustahil terjadi- namun kita tidak bisa menilainya
sebagai etis. Kita tetap akan menolaknya. Contoh lain adalah kebudayaan.
Berabad-abad lamanya lembaga seperti perbudakan diterima begitu saja
dalam banyak masyarakat, tanpa keberatan apa pun. Kita jangan lupa
bahwa dalam British Empire (kerajaan Inggris bersama koloni-koloninya)
perbudakan baru dihapus pada tahun 1833, di Amerika Serikat pada tahun
1865 dan di Brasil
Pada zaman kuno Aristoteles, salah seorang ahli etika terbesar dalam
boleh ditaklukkan oleh orang Yunani. Mereka bisa mengerti akal budi
digunakan oleh tuannya" dan dalam hal ini "mereka tidak berbeda
banyak dari binatang jinak". Menjadi budak bagi mereka adalah "baik
hak asasi manusia dikatakan: "Tidak seorang pun boleh diperbudak atau
hal ini mutu etis masyarakat kita lebih tinggi daripada masyarakat
bertingkah laku yang lebih baik. Laku yang buruk diganti dengan cara
sejarah dianggap biasa saja, kalau satu bangsa menjajah bangsa lain.
menolong orang lain, selagi tidak merugikan diri sendiri, Begitu pula, kita
akan gagal mengevaluasi ukuran moral orang lain.
mungkin dinilai salah atau benar oleh orang lain. Oleh karena itu, agresi
Nazi bukan hal yang tidak bermoral, karena setiap justifikasi moral yang
tetangga mereka demi tujuan perbudakan adalah salah. Demikian pula, kita
masyarakat lain secara moral lebih rendah dari adat-istiadat kita sendiri.
5. Estetika
dan keindahan (beauty). Istilah estetika berasal dari kata Yunani, aisthesis
(seni) berasal dari kata Latin ars, yang berarti seni, keterampilan, ilmu
atau kecakapan. Sejak zaman Yunani purba, estetika filsafati sering disebut
dengan berbagai nama, seperti filsafat seni (philosophy of art), filsafat
Estetika dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu estetika deskriptif dan
yang dihasilkan oleh seni serta apakah yang dapat diberikan oleh seni
untuk
menghubungkan manusia dengan realitas. Filsafat keindahan membahas
apakah keindahan itu dan apakah nilai indah itu objektif atau subjektif.82
Terkait dengan seni, ada beberapa pengertian yang lebih rinci sebagai
berikut:
kognitif.
artistik dan merupakan sumber dari proses awal membentuk rasa dan
B. Suatu hal dikatakan indah secara ilmiah kalau hal tersebut membiarkan
dari hal-hal yang terdapat dalam alam. Sebaliknya, tugas seni adalah
dalam karya-karya kreatif seni. Karena alasan ini, maksud dan tujuan
seni lukis, kesusastraan (di sini tekannya pada kata yang diucapkan),
mimikri (teristimewa tarian), musik. Tiga yang pertama merupakan
pula oleh para filsuf. David Hume mengatakan bahwa keindahan bukanlah
suatu kualitas objektif yang terletak di dalam objek-objek itu sendiri,
melainkan berada di dalam pikiran. Manusia tertarik pada suatu bentuk dan
struktur tertentu lalu menyebutnya indah. Hume mengatakan bahwa apa
yang dianggap indah oleh manusia sesungguhnya amat ditentukan oleh
sifat alami manusia, yang dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan preferensi
individual.
diamati.
alam pikir filsafat idealisme. Croce menyamakan seni dengan intuisi, dan
menurut Croce intuisi adalah gambar yang berada di alam pikiran. Dengan
demikian, seni itu berada di alam pikiran seniman. Karya seniman dalam
seni sama dengan intuisi dan intuisi sama dengan ekspresi, berarti seni
sama dengan ekspresi. Apa yang diekspresikan itu tidak lain dari perasaan
Dengan kata lain, semua karya seni, jika cuma dinilai dari bentuk-bentuk
Yang dimaksudkan dengan bentuk yang berarti ialah hal yang membuat
berarti. Apakah bentuk yang berarti itu? Bell tidak menjelaskan apa yang
bahwa bentuk yang berarti ialah bentuk hasil karya seni yang menggugah