Anda di halaman 1dari 6

AKSIOLOGI

Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan
ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang artinya nilai dan
logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk.

Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia
tentang nilai-nilai khususnya etika.

Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada
tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya menimbulkan bencana.

Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme,
eudemonisme, utiliterisme dan deontologi.

o Hedoisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan
kesenangan.
o Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan, tujuan manusia adalah
mendapatkan kebahagiaan.
o Utilitarisme adalah faham atau aliran dalam filsafat moral yang menekankan prinsip manfaat
atau kegunaan (the principle of utility) sebagai prinsip moral yang paling mendasar.
o deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan
kepatuhan pada peraturan. Etika ini kadang-kadang disebut etika berbasis "kewajiban" atau
"obligasi" karena peraturan memberikan kewajiban kepada seseorang.

Kegunaan aksiologi terhadap ilmu pengetahuan:

1.Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.

Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu
dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka
sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Filsafat sebagai pandangan hidup.

Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam
kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani
kehidupan.

2.Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.

Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Contohnya sebagai mahasiswa bila ada tugas , setiap
ada tugas yang belum terselesaikan hati kita sebagai mahasiswa terasa tidak tenang, maka tugas itu
masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :

Moral Conduct yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.

Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan

Socio-politcal life yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.

Barmeld aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan
kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia

Menurut pandangan Kattsoff

aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefilsafatan

TEORI TENTANG NILAI

Permula adanya teori umum dari terjadinya perdebatan antara Alexius Meinong dengan Christian von
Ehrenfels pada tahun 1890-an berkaitan dengan sumber nilai. Alexius Meinong berpendapat sumber nilai
adalah perasaan (feeling) atau perkiraan adanya kesenangan terhadap suatu objek. Christian von
Ehrenfels berpendapat sumber nilai adalah hasrat atau keinginan (desire). Menurut pendapat keduanya
nilai adalah milik objek itu sendiri .

Objektivisme atau Realisme Aksiologi

Penetapan nilai merupakan suatu yang dianggap objektif. Alexander mengatakan nilai, norma, ideal, dan
sebagainya merupakan unsure atau berada dalam objek atau berada pada realitas objek . Penetapan suatu
nilai memiliki arti benar atau salah, meskipun penilaian itu tidak dapat diverifikasi, yaitu yang tidak dapat
dijelaskan melalui suatu istilah tertentu.

Pendukung dari objektivisme aksiologi mencangkup Plato, Aristoteles , St. Thomas Aquinas, Maritain,
Rotce, Alexander , dan lain- lainnya. Beberapa bentuk Ekspresi Objektivisme Aksiologi:

 Bosanquet (idealisme)

Nilai adalah kualitas tertentu dari suatu objek, kejujujuran apa adanya, tetapi manifestasinya diilhamkan
kedalam sikap pikiran manusia.

 Scheler (fenomenologi)

Nilai adalah esensi yaitu entitas yang ada dengan sendirinya yang diintuisikan secara emosional.

 C.I. Lewis (Pragmatisme konseptual)

Penetapan nilai tunduk pada standar yang sama pada pengetahuan dan validitas seperti halnya penilaian
empiris kognitif lainnya.

 G. E. moore ( Intuisime)
Nilai adalah suatu yang tidak dapat diterangkan , yakni tidak dapat dianalisis, tidak dapat direduksi dari
terma itu sendiri,meskipun nilai adalah suatu tindakan.

Subjektivisme Aksiologi

Penentuan nilai mereduksi penentuan nilai ke dalam statemen yang berkaitan dengan sikap mental
terhadap suatu objek atau situasi dan penentuan sejalan dengan pernyataan benar atau salah.
Subjektivisme aksiologi cenderung mengabsahkan teori etika yang disebut hedonism, sebuah teori yang
mengatakan kebahagian sebagai criteria nilai dan naturalism yang meyakini bahwa suatu nilai dapat
direduksi ke dalam psikologis.

Pendukung subjektivisme aksiologi adalah Hume , Perry, Prall, Parker, Santayana, dan lainnya. Beberapa
bentuk Ekspresi Subjektivisme Aksiologi :

 Hume ( skeptisime )

A memiliki nilai berarti orang menyukai A

 Sarte (eksistensialisme)

Nilai adalah kualitas empiris yang tidak dapat dijelaskan menyatu dengan kebahagian perasaan daripada
berpikir bagaimana kita ingin merasakannya.

 D. H. Parker (humanisme)

Nilai merupakan pengalaman , tidak berwujud objek.

 Perry (naturalisme)

Semua objek dari kepentingan sebagai suatu hubungan yang saling terkait antara kepentingan dengan
objek.

Nominalisme Aksiologis atau Skeptisime (Emotivisme) Aksiologi.

Pandangan ini mengatakan bahwa penentuan nilai adalah ekspresi emosi atau usaha untuk membujuk
yang semua itu tidak faktual.

Emotivisme : Nilai adalah suatu nilai yang tidak dapat dijelaskan dan bersifat emotif walaupun memiliki
makna secara faktual.

Asal mula emotivisme yaitu dengan adanya G. E. Moore mengajarkan tentang kebahagian yang tidak
dapat dijelaskan tetapi kebaikan secara factual dletakkan pada suatu tindakan atau objek, dengan
I.A.Richard membedakan antara makna factual dan makna emotif.

Pendukung emotivisme aksiologi adalah Nietzsche,Ayer, Stevenson, Carnap, dan lainnya.

Beberapa bentuk Ekspresi Subjektivisme Aksiologi :


 Nietzsche ( relativisme aksiologi)

Nilai adalah sebuah ekspresi perasaan dan kebiasaan daripada sebuah pernyataan terhadap suatu fakta.

 Ayer ( logika positivism)

Nilai adalah fungis ekspresif , member cela bagi perasaan , dan statemen yang bersifat emotif atau
nonkognitif.

 Stevenson (logika empirisme)

Nilai adalah fungsi persuasive dan tidak memiliki objek kesalahan seperti benar dan salah, maka persuasi
diperlukan dapat diterima.

 Aspek Aksiologi
Aspek aksiologis dari filsafat membahas tentang masalah nilai atau moral yang berlaku di kehidupan
manusia. Dari aksiologi, secara garis besar muncullah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas
hidup manusia, yaitu etika dan estetika.

Mengapa dalam filsafat ada pandangan yang mengatakan nilai sangatlah penting, itu karena filsafat
sebagai philosophy of life mengajarkan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan yang berfungsi sebagai
pengontrol sifat keilmuan manusia. Teori nilai ini sama halnya dengan agama yang menjadi pedoman
kehidupan manusia.

1. Etika

Etika merupakan salah satu cabang ilmu fisafat yang membahas moralitas nilai baik dan buruk, etika bisa
di definisikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan manusia atau masyarakat
yang mengatur tingkah lakunya.

Etika berasal dari dua kata ethos yang berarti sifat, watak, kebiasaan, ethikos berarti susila, keadaban atau
kelakuan dan perbuatan yang baik.

Dalam istilah lain dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin mores, jamak dari mos yang berarti
adat, kebiasaan. Dalam bahasa arab disebut akhlaq yang berarti budi pekerti dan dalam bahasa Indonesia
dinamakan tata susila.

Dalam hal ini ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para ahli etika, beberapa ahli membagi ke
dalam dua bagian, yaitu etika deskriptif dan etika normative, ada juga yang menambahkan yaitu etika
metaetika.

a. Etika deskriptif

Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti: adat kebiasaan,
anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang di perbolehkan atau tidak. Etika deskriptif mempelajari
moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub-kultur tertentu. Oleh karena itu, etika
deskriptif ini tidak memberikan penilaian apapun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat
netral. Misalnya, penggambaran tentang adat mangayau kepala pada suku primitive.
Etika deskriptif dibagi ke dalam dua bagian: pertama, sejarah moral, yang meneliti cita-cita, norma-norma
yang pernah di berlakukan dalam kehidupan manusia pada kurun waktu dan suatu tempat tertentu atau
dalam suatu lingkungan besar yang mencakup beberapa bangsa. Kedua, fenomenologi moral, yang
berupaya menemukan arti dan makna moralitas dari berbagai fenomena moral yang ada.

b. Etika Normatif

Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang diterima
seseorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak.
Etika normatif berarti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam
mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk.

Etika normatif kerap kali juga disebut filsafat moral atau juga disebut etika filsafati. Etika normatif dapat
dibagi kedalam dua teori, yaitu teori nilai dan teori keharusan. Teori-teori nilai mempersoalkan sifat
kebaikan, sedangkan teori keharusan membahas tingkah laku. Adapula yang membagi etika normative
kedalam dua golongan sebagai berikut: konsekuensialis dan nonkonsekuensialis. Konsekuensialis
berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensinya. Adapun
nonkonsekuensialis berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan oleh sebab-sebab yang
menjadi dorongan dari tindakan itu, atau ditentukan oleh sifat-sifat hakikinya atau oleh keberadaanya
yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip tertentu.

2. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni dan keindahan. Istilah estetika berasal dari kata
Yunai yang mempunyai arti aesthesis, yang berati pencerapan indrawi, pemahaman intelektual, atau bisa
juga berati pengamatan spiritual. Istilah art berasal dari kata latin ars, yang berarti seni, keterampilan,
ilmu, atau kecakapan.

Estetika adalah cabang filsafat yang memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni, rasa, atau selera,
kreasi, dan apresiasi tentang keindahan. Secara ilmiahnya, ia didefinisikan sebagai studi tentang nilai-nilai
yang dihasilkan dari emosi-sensorik yang kadang dinamakan nilai sentimentalitas atau cita rasa atau
selera. Secara luasnya, estetika didefinisikan sebagai refleksi kritis tentang seni, budaya, dan alam.
Estetika dikaitkan dengan aksiologi sebagai cabang filsafat dan juga diasosiasikan dengan filsafat seni.

Estetika dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu estetika deskriptif dan estetika normative. Estetika
deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan. Estetika normative
mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan. Adapula yang
membagi estetika kedalam filsafat seni (philosophy of art) dan filsafat keindahan (philosophy of beauty).
Filsafat seni mempersoalkan status ontologis dari karya-karya seni dan memepertanyakan pengetahuan
apakah yang dihasilkan oleh seni serta apakah yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan
manusia dengan realitas. Filsafat keindahan membahas apakah keindahan itu ada apakah nilai indah itu
objektif atau subjektif.

KESIMPULAN

Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan
ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang artinya nilai dan
logos artinya teori atau ilmu. Jadi dapat di simpulkan bahwa aksiologi adalahsuatu teori tentang nilai yang
berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu di gunakan.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan di terapkan oleh masyarakat,teknologi bisa menjadi berkah bagi
manusia tetapi bisa juga menjadi bencana bagi manusia. Disinilah kita harus bijak dan tau bagaimana cara
pemanfaattan, pengetahuan dan teknologi dengan sebaik baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi
meninjau dari segi aksiologi keilmuannya karena seoprang ilmuan mempunyai tanggung jawab terhadap
produk yang telah di buatnya agar dapat di manfaatkan oleh masyarakat

Anda mungkin juga menyukai