Anda di halaman 1dari 27

STRUKTUR

FUNDAMENTAL
ILMU
Ricky A. Wijaya (2113013)
Harun Widodo (2113015)
Stuktur fundamental
ilmu
Stuktur fundamental ilmu mencakup 3
hal, yaitu
A. ONTOLOGI
Dalam ontologi akan dibahas mengenai monisme,
dualisme, pluralisme, materialisme, idealisme, nihilisme,
agnotisisme, dan mistisisme.
B. EPISTEMOLOGI
Sedangkan epistemologi mencakup empirisme,
rasionalisme, kritisisme, intuisionisme, dan metode ilmiah.
C. AKSIOLOGI
Sementara aksiologi menguraikan tentang nilai, wacana
etika, serta wacana estetika.
ontologi
Secara etimologis, istilah ontologi berasal dari bahasa
Yunani, yang terdiri dari dua kata: ontos yang berarti ada
atau kebenaran dan logos yang berarti studi atau ilmu
tentang. Jadi secara sederhana, ontologi berarti ilmu atau
studi tentang keberadaan atau ada. Sedangkan dalam
kamus oxford, ontologi merupakan sebuah cabang filsafat
yang berhubungan dengan inti keberadaan. Ontologi
merupakan sebuah studi yang mempelajari hakikat
keberadaan sesuatu, dari yang berbentuk konkret sampai
yang berbentuk abstrak, tentang sesuatu yang tampak
sampai sesuatu yang tidak tampak, mengenai eksistensi
dunia nyata maupun eksistensi dunia gaib. Ini salah satu
makna ontologi yang ditekankan oleh Sidi Gazalba.
Monisme
Dualisme
Pluralisme
Pluralisme berasal dari kata Pluralis yang
berarti jamak atau plural. Aliran ini
menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari
satu substansi atau dua substansi tetapi
banyak substansi yang bersifat independen
satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam
semesta pada dasarnya tidak memiliki
kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan
yang koheren, rasional, serta fundamental.
Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah
materi dan bahwa segala sesuatu yang lainnya
yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan
suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Menurut
pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu
hanyalah merupakan proses gerakan kebendaan
dengan salah satu cara tertentu.
idealisme
Idealisme berasal dari kata idea yaitu
sesuatu yang hadir dalam jiwa. Secara
sederhana, idealisme hendak menyatakan
bahwa realitas terdiri atas ide-ide, pikiran-
pikiran, akal atau jiwa dan bukan benda
material dan kekuatan. Idealisme
menekankan akal sebagai hal yang lebih
dahulu daripada materi. Idealisme adalah
suatu pandangan dunia atau metafisik yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri
atas, atau sangat erat hubungannya
dengan ide, pikiran atau jiwa.
Nihilisme
Agnotisisme
Salah satu realitas fundamental yang di perbincangkan
dalam mistisme adalah aksistensi Tuhan sebagai realitas
tertinggi yang menjadi sumber bagi eksistensi segala
sesuatu. Dalam menyingkap eksistensi Tuhan, dibutuhkan
piranti yang lain yakni hati dan intuisi yang dalam bahasa
agama Islam pengolahan hati tersebut harus melalui jalan,
riyadhoh (latihan spiritual) dan tazkiyatun nafz (proses
pensucian hati).
Empirisme
Kaum empirisme memegang teguh pendapat
bahwa pengetahuan manusia dapat
diperoleh lewat pengalaman. Jika kita
sedang berusaha untuk meyakinkan seorang
empiris bahwa “suatu” itu ada, dia akan
berkata “tunjukkan hal itu kepada saya”.
Dalam persoalan mengenai fakta maka ia
harus diyakinkan oleh pengalamannya
sendiri. Jika dalam rasionalisme
menggunakan deduktif maka dalam
empirisme menggunakan metode induktif.
Rasionalisme
Kritisisme Intuisionisme
Metode ilmiah dianggap merupakan metode terbaik untuk mendapatkan
pengetahuan karena metode ini menggunakan pendekatan yang sistematis, objektif,
terkontrol, dan dapat diuji, yang dilakukan melalui metode induktif maupun deduktif.

Menurut Harold, metode ilmiah dalam memperoleh pengetahuan secara rinci harus
meliputi enam langkah berikut :
1. Keinsafan tentang adanya problema.
2. Data yang relevan dan tersedia dikumpulkan.
3. Data diterbitkan.
4. Hipotesis.
5. Deduksi dapat ditarik dari hipotesis.
6. Verifikasi.
Aksiologi
teori tentang nilai
Ada tiga macam teori mengenai nilai, yaitu :
1. Teori objektivitas nilai, yakni teori nilai yang
menyatakan bahwa nilai-nilai seperti kebaikan,
kebenaran, keindahan, ada dalam dunia nyata.
2. Teori subjektivitas nilai, yakni pandangan yang
menyatakan bahwa nilai-nilai, seperti kebaikan,
kebenaran, keindahan, tidak seperti dalam dunia
real objektif, tetapi merupakan perasaan-perasaan,
sikap-sikap pribadi, dan merupakan penafsiran atas
kenyataan.
3. Relativisme nilai, yakni pandangan yang memiliki
beberapa prinsip berikut :
a. Bahwa nilai-nilai bersifat relative karena
berhubungan dengan preferensi (sikap, keinginan,
ketidaksukaan, perasaan, selera, kecenderungan,
dsb) baik secara sosial dan pribadi, yang dikondisikan
oleh lingkungan, kebudayaan, atau keturunan.
b. Bahwa nilai-nilai berbeda (secara radikal dalam
banyak hal) dari suatu kebudayaan ke kebudayaan
yang lainnya.
c. Bahwa peilaian-penilaian seperti, benar/salah,
baik/buruk, tepat/tidak tepat, tidak dapat diterapkan
padanya.
d. Bahwa tidak ada, dan tidak dapat ada nilai-nilai
universal, mutlak, dan objektif mana pun yang dapat
di terapkan pada semua orang pada segala waktu.
Untuk mengetahui hierarki nilai-nilai sebelumnya, Max
menyuguhkan lima kriteria :
1. Makin lama sebuah nilai bertahan, maka makin tinggi
kedudukannya.
2. Nilai itu makin tinggi makin ia tidak dapat, dan tidak
perlu “dibagi” kalau disampaikan kepada orang lain.
3. Nilai makin tinggi makin ia mendasari nilai-nilai lain
dan sendiri tidak berdasarkan nilai “yang
menyenangkan”.
4. Makin dalam kepuasan yang dihasilkan sebuah nilai,
makin tinggi kedudukannya.
5. Makin relatif sebuah nilai, makin rendah
kedudukannya, makin mutlak, makin tinggi
kedudukannya.
ETIKA
Etika secara garis besar dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang studi, yaitu:
1. Etika deskriptif
menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral secara deskriptif.
2. Etika normatif
berarti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau penuntun
dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik dan buruk, benar dan salah.
3. Metaetika
Menurut Jan Hendrik Rapar, metaetika merupakan suatu studi terhadap disiplin
etika.
4. Antara relativitas dan absolutisme etika
Relativisme moral adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
moralitas yang terdapat di masyarakat adalah benar. Menurut aliran ini, perbedaan
penilaian terhadap kebenaran suatu tindakan sangat tergantung dari cara pandang
masing-masing orang. Relativisme moral tidak mengenal baik dan buruk dalam
bentuk abstrak, baik dan buruk hanya ada dalam suatu konteks tertentu. Suatu
tindakan tidak dapat dinilai baik dan buruk sekaligus. Hanya ada satu pilihan,
tindakan itu baik atau tindakan itu buruk.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika
berasal dari kata Yunani, aisthesis yang berarti pencerapan indrawi, pemahaman
intelektual, pengamatan spiritual.
Terkait dengan seni, ada beberapa pengertian yang lebih rinci sebagai berikut :
1. Kreasi manusia yang memiliki mutu atau nilai keindahan.
2. Keterampilan yang dicapai dalam pengalaman yang memungkinkan kemampuan
untuk menyusun, menggunakan secara sistematis dan intensional.
3. Suatu bentuk kesadaran sosial dan kegiatan insani yang merefleksikan realitas
dalam gambar-gambar artistik.
4. Pekerjaan, atau pencaharian yang menjadi sumber ilham bagi kreasi artistik
merupakan sumber dari proses awal membentuk rasa dan kebutuhan estetis
manusia.
5. Daya untuk melaksanakan tindakan tindakan tertentu yang dibimbing oleh
pengetahuan khusus dan istimewa dan dijalankan dengan keterampilan.
THANK YOU! 6 December

Don't hesitate to ask any questions!

Anda mungkin juga menyukai