AKSIOLOGI SEJARAH
Oleh
PASCASARJANA
ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata-kata “Axios” berarti nilai,
dan “Logos” yang berarti ilmu atau teori. Jadi Aksiologi artinya teori tentang nilai. Teori
yang membahas tentang hakekat nilai karena itu aksiologi disebut juga “Filsafat Nilai”.
Persoalan tentang nilai apabila dibahas secara filsafat, maka akan lebih memperhatikan
persoalan tentang “sumber nilai”.1 Sedangkan pengertian aksiologi menurut Jujun S.
Suriasumantri adalah teori, nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.2
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-
1
Josef M Monteiro, H.H., M.H, Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Membentuk Karakter Bangsa
(Yogyakarta : DEEPUBLISH, 2015), hlm. 24.
2
Jujun S. Suriasuantrim, Filsafah Ilmu, Sebuah Pengembangan Populasi (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
1998)
sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
dan di jalan yang baik pula.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas
nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat
dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan
sebaliknya yang menimbulkan bencana.3
Menurut pandangan Kattsoff, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan dan menurut
Barneld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan
berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia
1. Hakikat Aksiologi
Hakikat ilmu dipandang dari sudut aksiologi adalah cara penggunaan atau
pemanfaatan pengetahuan ilmiah. Asas dalam keilmuan tersebut digunakan atau
dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. Asas moral yang terkandung
didalamnya ditunjukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan tetap
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan keseimbangan atau kelestarian
alam lewat pemanfaatan ilmu pengetahuan ilmiah secara komunal dan universal.
Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai,
yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut
sebagai kebenaran atau kenyataan itu sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi
kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materiil, dan kawasan simbolik yang
masing-masing menunjukan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga
menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu
kedalam praksis.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan
value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu:
a. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak.
3
Historian rock, “Definisi Aksiologi dan Ontologi”.
Dalam pengertian yang lebih sempit seperti : baik, menarik dan bagus. Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk
kewajiban, kebenaran dan kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas merupakan kata
benda asli untuk seluruh macam kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan
dari suatu yang lain, dan ia berbeda dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah
bagian dari etika.
b. Nilai sebagai kata benda konkret.
Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk
merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai dia.
Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagaimana
berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.
c. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai dan
dinilai.
Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif
digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa
berarti menghargai dan mengevaluasi.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik
material. (Koento, 2003: 13). Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini
dijelaskan beberapa definisi aksiologi :
a. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang di peroleh.
b. Menurut Wibisono dalam Surajiyo (2009), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak
ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian,
serta penerapan ilmu.
c. Scheleer dan Langeveld memberikan definisi tentang aksiologi sebagai berikut.
Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang
tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori
mengenai tindakan baik secara moral.
d. Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu
etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang
membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang nilai
dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek.
e. Kattsoff mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki
hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
. Dalam ilmu sejarah, aspek aksiologi yang dimaksud biasanya mengacu ke arah nilai
manfaat, kegunaan, atau faedah ilmu sejarah. Berikut ini beberapa nilai manfaat, kegunaan,
atau faedah ilmu sejarah. Seperti yang dikemukakan Al-Maqrizi (dalam Shiddiqi, 1984:11),
bahwa ilmu sejarah itu memberikan informasi tentang sesuatu yang telah terjadi di dunia.
Menurut pandangan Murtadha Muthahhari (1986), sejarah ilmiah juga sangat bermanfaat dan
menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi manusia untuk memproyeksikan dan
memperkirakan masa depan (Muthahhari, 1986). Selanjutnya, faedah dan kegunaan sejarah
adalah:
5.Sejarah adalah wahana ideal untuk mendidik manusia agar berpikir secara merdeka;
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat
nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992).
Kaitan antara aksiologi dengan filsafat ilmu adalah nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung
pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di
pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah
nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai.
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dengan norma-norma nilai.
Aksiologi ilmu sejarah diantaranya sebagai faedah atau manfaat ilmu sejarah
sebagai pelajaran, yang dalam menempuh kehidupan masa kini dan masa mendatang,
menjadi inspirasi, pendidikan, dan hiburan atau kegiatan rekreatif
DAFTAR PUSTAKA
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sjamsuddin, Helius & Ismaun. (1996). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Proyek
Pendidikan