Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di
dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-
luasnya. 1
Filsafat dalam bahasa arab berarti falsafah, dan dalam bahasa yunani
philosopia yang mempunyai arti philos adalah cinta dan sopia adalah pengetahuan
atau dalam artian philosopia adalah cinta kepada kebijaksanaan / kebenaran.
Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan, dalam filsafat juga
ada yang mempelajari tentang Aksiologi yang sangat berguna untuk berfilsafat.
Keingintahuan adalah salah satu pemicu kita untuk berfilsafat, dan begitu juga dengan
keragu-ragu’an, filsafat merupakan pemikiran secara rasional.
Jika mempelajari Aksiologi maka kita telah mempelajari sebagian cara
berfilsafat, dimana berfilsafat itu sangat penting dan jika kita tidak berfilsafat kita
tidak akan maju, itu dalam artian berfilsafat adalah berfikir secara abstrak.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah Aksiologi itu ?
2. Apa saja kah yang di bahas dalam Aksiologi itu ?
3. Apa yang di pelajari dalam Kitab Khulashah Nurul Yaqin?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu Aksiologi.
2. Untuk dapat memahami apa saja yang di bahas dalam Aksiologi.
3. Untuk mengetahui isi dari Kitab Khulashah Nurul Yaqin.

1
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan bagian I, (Bandung:PT. Imperial
Bhakti Utama, 2007).

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aksiologi - Masalah Nilai


1. Apakah yang-baik itu
Bersama dengan filusuf-filusuf yang lain, socrates berpendapat bahwa
masalah yang pokok adalah kesusilaan, tetapi semenjak masa hidup socrates masalah
hakikat yang-baik senantiasa menarik banyak kalangan dan dipandang bersifat hakiki
serta penting untuk dapat mengenal manusia.2
Moore (dalam Kattsoff, 2004: 325) mengatakan bahwa baik merupakan
pengertian yang bersahaja, namun tidak dapat diterangkan apakah baik itu.3
2. Makna yang dikandung oleh Nilai dan Yang-Baik”
Kata “baik dipakai dalam arti yang berbeda-beda dalam masing-masing
pernyata’an, seperti“ini pisau baik”, sudah pasti yang saya maksudkan berbeda
apabila saya mengatakan “pisau merupakan sesuatu yang baik. Contoh lain
“pembelian yang baik, berarti pembelian yang didalamnya nilai uang yang
dibayarkan lebih rendah dibandingkan dengan nilai barang yang dibelinya, dengan
kata lain penulis dapat menyimpulkan bahwa yang baik itu merupakan sesuatu yang
didalamnya terdapat unsur yang bermanfaat bagi seseorang.
Kata nilai merupakan kata jenis yang meliputi segenap macam kebaikan dan
sejumlah hal yang lain.4
Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil
pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek
sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya;
atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang
melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis.
Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan
yang dimilki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas, dan hasil nilai

2
Soejono Soe Margono, Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff, (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1986), Hlm. 325
3
Tiwa, Ika, “Makalah aksiologi”, diakses dari http://ikartiwa.wordpress.com/2011/03/04/makalah-aksiologi/,
pada tanggal 27 November 2019 pukul 17.15
4
Ibid., hlm. 326.

2
subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak
senang.5
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya.
Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan
value and valuation :
Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih
sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas
mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai
atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti
nilainya atau nilai dia.Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
memberi nilai atau dinilai.
a. Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1) Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus
yaitu etika.
2) Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
3) Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat
social politik.
b. Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika
dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan
ilmu.
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan
buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan
tujuan (means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten
untuk perilaku etis.
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai.
Kattsoff (2004: 323) menyatakan bahwa pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat
dijawab dengan tiga macam cara yaitu6:

5
Ibid., hlm. 327.

3
Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut
pandang ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai pelaku dan
keberadaannya tergantung dari pengalaman.Obyektivisme logis yaitu nilai
merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang
dan waktu.Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui
akal. Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun
kenyataan.
Situasi nilai meliputi empat hal yaitu pertama, segi pragmatis yang merupakan
suatu subyek yang memberi nilai. Kedua, segi semantis yang merupakan suatu obyek
yang diberi nilai. Ketiga, suatu perbuatan penilaian. Keempat, nilai ditambah
perbuatan penilaian.
Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari kata axio
dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos artinya akal, teori,
axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat,kriteria dan status metafisik
dari nilai.7 Problem utama aksiologi ujar runes berkaitan empat faktor:
Kodrat nilai berupa problem mengenai apakah nilai itu berasl dari keinginan,
kesenangan, kepentingan, keinginan rasio murni.Jenis-jenis nilai menyangkut
perbedaan antara nilai intrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-
nilai instrumental (baik barang-barang ekonomi atau peristiwa-peristiwa alamiah)
mengenai nilai-nilai intrinsik.Kriteria nilai (ukuran nilai yang di butuhkan).
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum,
sebagai landasan ilmu.8
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat Nilai, pada umumnya
ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.
Nilai Intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena mengandung kualitas-
kualitas pengirisan didalam dirinya, sedangkan Nilai Instrumentalnya ialah pisau
yang baik adalah pisau yang dapat digunakan untuk mengiris, 9 jadi penulis dapat
menyimpulkan bahwa Nilai Instrinsik ialah Nilai yang yang dikandung pisau itu
sendiri atau sesuatu itu sendiri, sedangkan Nilai Instrumental ialah Nilai sesuatu yang
bermanfaat atau dapat dikatakan Niai guna.

6
Tiwa, Ika, “Makalah aksiologi”, diakses dari http://ikartiwa.wordpress.com/2011/03/04/makalah-aksiologi/,
pada tanggal 27 November 2019 pukul 17.15
7
Rizal Mustansyir, Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001), Hlm 26.
8
Ibid., hlm. 27.
9
Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya Di Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksasara, 2007)

4
Situasi Nilai meliputi :
a) Suatu subyek yang memberi Nilai-yang sebaiknya kita namakan “segi
pragmatis”.
b) Suatu obyek yang diberi Nilai-yang kita sebut “segi semantis”.
c) Suatu perbuatan penilaian.
d) Suatu Nilaiditambah perbuatan peniaian.
Pendekatan-pendekatan dalam Aksiologi dapat dijawab dengan tiga macam cara[20]:
 Nilai sepenuhnya berhakekat subyektif.
 Nilai-Nilai merupakan kenyataan-kenyataan yang ditinjau dari segi ontologi
namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.
 Nilai-Nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusun kenyataan.

3. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan


Kualitas ialah sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek. Dengan kata
lain, kualitas ialah suatu segi dari barang sesuatu yang merupakan bagian dari barang
barang tersebut dan dapat membantu melukiskanya10. Kualitas empiris ialah kualitas
yang dapat diketahui melalui pengalaman.
Kualitas merupakan sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek atau suatu
segi dari barang sesuatu yang merupakan bagian dari barang tersebut dan dapat
membantu melukiskannya. Adapun kualitas empiris didefinisikan sebagai kualitas
yang diketahui atau dapat diketahui melalui pengalaman.
Jika Nilai merupakan suatu kualitas obyek atau perbuatan tertentu, maka
obyek dan perbuatan tersebut dapat didefinisikan berdasarkan atas nilai-nilai, tetapi
tidak mungkin sebaliknya. Contoh pisang itu kuning” tapi saya tidak bisa mengatakan
bahwa “kuning itu pisang, karna kuning bermacam-macam.11
Kenyataan bahwa nilai tidak dapat didefinisikan tidak berarti nilai tidak dapat
dipahami. Nilai bersifat subyektif, contoh si A mengatakan bahwa si gadis itu cantik,
tapi si B mengatakan bahwa si gadis itu jelek12

4. Nilai sebagai obyek suatu kepentingan


Ada yang mengatakan bahwa masalah nilai sesungguhnya merupakan masalah
pengutamaan. Contoh ungkapan perang merupakan suatu keburukan kiranya diiringi

10
Soejono Soe Margono, Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff, (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1986), Hlm. 333
11
Ibid., hlm. 334.
12
Ibid., hlm. 335

5
oleh tanggapan saya menentang perang. Pandangan orang Amerika dalam bukunya
bahwa jika saya mengatakan x bernilai maka dalam arti yang sama saya dapat
mengatakan saya mempunyaikepentingan pada x. Sikap setuju atau menentang
tersebut oleh Perry ditunjuk dengan istilah “kepentingan.13
a. Dewey (dalam Kattsoff, 2004: 332) menyatakan bahwa nilai bukanlah sesuatu
yang dicari untuk ditemukan. Nilai bukanlah suatu kata benda atau kata sifat.
Masalah nilai berpusat pada perbuatan memberi nilai. Dalam Theory of Valuation,
Dewey mengatakan bahwa pemberian nilai menyangkut perasaan dan keinginan.
Pemberian nilai juga menyangkut tindakan akal untuk menghubungkan sarana dan
tujuan.
b. Menurut perry jika seorang mempunyai kepentingan pada suatu apapun, maka hal
tersebut mempunyai nilai, jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai ialah
kepentingan.

5. Teori pragmatis mengenai nilai


Sejumlah hal yang telah saya perbincangkan yang bersifat penolakan terhadap
teori Nilai yang didasarkan atas kepentingan kiranya menyebabkan tampilnya teori
lain, yaitu Teori Pragmatis. Pragmatisme mendasarkan diri atas akibat-akibat, dan
begitu pula halnya dengan teori pragmatisme mengenai Nilai. 14 Jadi penulis dapat
menyimpulkan bahwa Teori Pragmatis mengenai Nilai adalah akibat-akibat dari
sesuatu menjadi kita anggap bernilai.

6. Nilai sebagai esensi


Sesungguhnya nilai-nilai merupakan hasil ciptaan yang-tahu (subyek yang
mengetahui). Jika nilai merupakan nilai karena kita yang menciptakannya, maka
tentu kita akan dapat membuat baik menjadi buruk dan sebaliknya.15
Esensi adalah inti, sesuatu yang menjadi pokok utama, hakikat. Contoh
“Perdamaian merupakan sesuatu yang bernilai, maka ia memahami bahwa di dalam
hakekat perdamaian itu sendiri terdapat nilai yang mendasarinya. Jadi penulis
menyimpulkan nilai sebagi esensi ialah nilai tentang sesuatu yang pasti ada dalam
setiap sesuatu tersebut.

13
Soejono Soe Margono, Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff, (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1986), Hlm. 337
14
Ibid., hlm. 339.
15
Ibid., hlm. 345.

6
Esensi tidak dapat di tangkap secara inderawi. Ini berarti bahwa nilai tidak
dapat di lakukan sebagaimana kita memahami warna.

B. Aksiologi Sain
1. Kegunaan pengetahuan sain
Aksiologi sain secara umum teori berarti pendapat yang beralasan, sekurang-
kurangnya kegunaan teori Sain ada tiga yakni16:
a. Sebagai alat membuat eksplanasi
Menurut teori Sain anak-anak yang orang tuanya cerai, pada umumnya akan
berkembang menjadi anak nakal, penyebabnya ialah karena anak-anak itu tidak
mendapat pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya.
b. Teori sebagai alat peramal
Tatkala membuat eksplanasi, biasanya ilmuwan telah mengatahui juga faktor
penyebab terjadinya gejala itu, dengan “mengutak-atik” faktor penyebab itu,
ilmuwan dapat membuat ramalan. Dalam bahasa ilmuwan ramalan itu di sebut
prediksi.
c. Teori sebagai alat pengontrol
Ayah dan ibu sudah cerai. Diprediksi anak-anak mereka akan nakal. Adakah
upaya agar anak-anak nakal ? Ada, upaya itulah yang di sebut kontrol.
2. Cara sain menyelesaikan masalah
Terdapat beberapa cara sain menyelesaikan masalah adalah17 :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mencari penyebab terjadiny masalah tersebut
c. Mencari cara untuk memperbaiki masalah
3. Netralitas Sain
Artinya sain tidak memihak pada kebaikan dan juga tidak memihak pada
kejahatan.

16
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakar, 2004), Hlm 37.
17
Ibid., hlm. 43-44.

7
C. Aksiologi Filsafat
1. Kegunaan pengetahuan filsafat
Terdapat beberapa kegunaan pengetahuan filsafatadalah18:
a. Fisafat sebagai kumpulan teori filsafat
b. Sebagai metode pemecah masalah
c. Sebagai pandangan hidup
2. Cara filsafat menyelesaikan masalah
Filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal, secara
mendalam berarti filsafat ingin mencari asal masalah, dan secara universal berarti
filsafat ingin, masalah dilihat dalam hubungan seluas-luasnya.19

D. Aksiologi Mistik
1. Kegunaan pengetahuan mistik
Di kalangan para sufi biasanya pengetahuan dapat mententramkan hati mereka,
pengetahuan mistik sering dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat di
selesaikan oleh filsafat dan sain.20
2. Cara pengetahuan mistik menyelesaikan masalah
Pengetahuaan mistik tidak menyelesaikan masalah dengan proses inderawi
dan tidak juga melalui proses rasio. Mistik ialah kegiatan spiritual tanpa penggunaan
rasio, sedangkan “mistik-magis” adalah kegiatan mistik yang mengandung tujuan-
tujuan untuk memperoleh sesuatu yang diingini penggunanya.21
Mistik magis dibagi menjadi dua yaitu mistik magis putih yaitu mistik magis yang
kebanyakan digunakan untuk mengobati. Pemilik mistik magis putih ini menyadari
bahwa kekuatan tuhan baik yang ada dalam diri-Nya atau yang ada dalam firmanya dapat
di gunakan oleh manusia, dan mistik magis hitam yaitu mistik yang digunakan untuk
meningkatkan harga diri dan dikatakan hitam karena penggunanya untuk kejahatan.22

E. Kitab Khulashoh Nurul Yaqin


Kitab Tārikh Nūrul Yaqīen tentang perjalanan dan serajah Rasul-rasul. Kitab ini
diterbitkan oleh Maktab Syeikh Salim bin As‟ad Nabhan, maktab Muhammad bin
Ahmad Nabhan, kitab ini merupakan disiplin ilmu tarikh Islam dan kitab dasar

18
Ibid., hlm. 46.
19
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakar, 2004), Hlm 104.
20
Ibid., hlm. 123.
21
Ibid., hlm. 125.
22
Ibid., hlm. 124.

8
pembelajaran tarikh Islam di pondok-pondok pesantren tradisional, dan di nusantara pada
umumnya. Kitab Tārikh Nūrul Yaqīen secaramendetail dan terfokus dengan titik
pembahasan yaitu mengenai sosok teladan Nabi, mulai dari perjalan hidup, dakwa, sifat-
sifat terpuji hingga keindahan akhlak beliau.Kitab ini secara struktural terdiri dari tiga
jilid; jilid pertama terdiridua pembahasan (bab), jilid kedua sebelas pembahasan sedang
jilid ketigaterdiri dari empat pembahasan dan setiap jilid ada pengantar
ataumuqddimah.23
Al-Qur’an merupakan sumber sejarah Rasulullah SAW yang paling fundamental, dari
Al-Qur’an ini kita akan mendapatkan gambaran sejarah Rasulullah SAW. Ada beberapa
ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang Nabi Muhammad SAW sebelum kenabian beliau.
Antara lain:

Artinya:”Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia


melindungimu, dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingunglalu Dia
memberikan petunjuk. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan,
lalu Dia memberikan kecukupan”. (QS. Adh-dhuhaa: 6-8).

Al-Qur’an juga mengakui secara tegas bahwa Nabi Muhammad SAW. Memiliki
akhlak yang sangat agung. Bahkan dapat dikatakan konsideran pengangkatan beliau
sebagi Nabi adalah keluhuran budi pekertinya.24
Secara keseluruhan Al-Qur’an telah menjelaskan banyak mengenai kejadian-kejadian
yang terdapat dalam sejarah Rasulullah SAW dan jika Al-Qur’an adalah kitab yang
paling kuat dan valid yang terdapat dimuka bumi ini, dia kuat dengan bentuk yang
Mutāwatir (istilah ahli hadits) yang manusia tidak akan mungkin meragukan keabsahan
atau kevalidan teks-teksnya serta kevalidannya dari segi sejarah, maka hal-hal yang Al-
Qur’an ceritakan mengenai kejadian-kejadian yang terdapat dalam sejarah Rasulullah
SAW adalah merupakan sumber yang paling valid secara mutlak.
Akan tetapi sesuai dengan pengamatan, Al-Qur’an tidak menjelaskan kejadian-
kejadian yang terdapat dalam sejarah Rasulullah SAW secara terperinci, ia hanya
memaparkannya dengan bentuk yang global (garis besarnya saja), misalnya ketika Al-

23
Bek, Muhammad Al-Khudhari. Nurul Yaqin, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014)
24
Shihab, M.Quraish, Yang Hilang Dari Kita Akhlak, (Tangerang: Lentera Hati, 2016), hlm 51.

9
Qur’an bercerita tentang peperangan ia tidak menceritakan sebabnya, begitupun jumlah
orang-orang muslim dan musyrik yang ikut berperang, dan juga tidak menjelaskan
jumlah orang-orang yang terbunuh dan yang tertawan dari pihak orang-orang musyrik,
akan tetapi ia hanya bercerita tentang pelajaran-pelajaran yang terdapat dalam
peperangan begitupun nasihat-nasihat yang bisa dipetik darinya, beginilah gaya Al-
Qur’an yang mulia dalam memaparkan setiap kisah-kisah tentang para Nabi dan umat-
umat terdahulu.
Kitab-kitab yang bertalian dengan sunah Rasulullah SAW diantaranya meliputi: Al-
Maghazi (jihad yang dilakukan Rasulullah SAW), At-Tarikh (sejarah kehidupan
Rasulullah SAW), dan As-Syamail (kepribadian dan budi pekerti Rasullah SAW), Nūrul
Yaqīn Siyari Sayyidul Mursalīn oleh Muhammad Khudary rahimahullah. Kesemuanya
telah dapat menghimpun perkataan, perbuatan dan sifat-sifat Nabi, semenjak masa
pengembanganya hingga beliau dipanggil oleh Allah SWT, lebih-lebih pada masa
kerasulannya25.
Kitab khulashoh ini dibagi menjadi dua pembahasan, yaitu pembahasan pertama
tentang masa pertama kehidupan Rasulullah SAW, dan pembahasan kedua masa kedua
dari kehidupan Rasulullah SAW.
1. Masa pertama kehidupan Rasulullah SAW, meliputi:
a. Penghulu kita, Muhammad SAW.
b. Nasab beliau dan kewafatan Ayah Nabi SAW.
c. Kelahiran dan penyusuan beliau.
d. Kematian Ibu beliau dan pengasuhan beliau.
e. Pendidikan Nabi SAW.
f. Pengembalaan dan perjalanan bisnis Nabi ke Syam pertama kalinya.
g. Perjalanan kedua kalinya ke Syam.
h. Perkawinan Nabi dengan Siti Khadijah.
i. Peletakan Hajar Aswad.
j. Perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.
k. Kehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum menjadi Rasul.
2. Masa kedua dari kehidupan Rasulullah SAW, meliputi:
a. Permulaan turun Wahyu.
b. Keadaan bangsa Arab sebelum Islam.

25
Al-Muttaqien, Ushul Fiqih, ( Jakarta: Pustaka Amani, 2007).

10
c. Ajakan dakwah dengan tidak terang-terangan.
d. Orang yang pertama beriman.
e. Ajakan dakwah dengan terang-terangan.
f. Nabi kumpulkan keluarga.
g. Panas hati Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW.
h. Kedatangan Quraisy kepada Abi Thalib kedua kalinya.
i. Kedatangan Quraisy ketiga kalinya kepada Abi Thalib.
j. Gangguan Quraisy kepada Rasulullah SAW.
k. Gangguan kepada Sahabat Nabi Muhammad SAW.
l. Tuntutan Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW.
m. Hijrah ke Habasyah pertama.
n. Hamzah dan Umar masuk Islam.
Secara ringkas kitab Khulasahoh Nurul Yaqin merupakan teks pelajaran yang terdiri
dari tiga juz. Asal mulanya dari kitab Nur Al-Yaqin fi Sirah Sayyid Al-Mursalin karya
Syaikh Muhammad Al-Khudhari Bek, seorang ulama Mesir. 26 Kitab itu kemudian
dipangkas dan diringkas menjadi dua juz tipis beserta ringkasan tiap-tiap topik pelajaran
beserta latihan soal mudzkarah para siswa.27 Sedangkang juz ketiga dari Khulasahah itu
sebetulnya ringkasan dari kitab karya Syaikh Muhammad Al-Khudhari Bek, yaitu Itmam
Al-Wafa’fi Sirah Al-Khufa’ yang berisitentang biografi perjuangan empat
khulafa’Rasyidin, Abu Bakar, Umar,Ustman, dan Ali. 28 Namun entah kenpa judulnya
tetap Khulasahah NurulYaqin, padahal lebih tepat apabila diberi judul Khulashah
Itmamul Wafa’.

26
Djabbar, Umar Abdul. T. t. Ringkasan Nurul Yaqin. Terjemahan jilid 1 oleh Djabbar, Umar Abdul. T. t.
(Surabaya: Toko Kitab al-Hikmah).
27
Djabbar, Umar Abdul. T. t. Ringkasan Nurul Yaqin. Terjemahan jilid 2 oleh Djabbar, Umar Abdul. T. t.
(Surabaya: Toko Kitab al-Hikmah).
28
Djabbar, Umar Abdul. T. t. Ringkasan Nurul Yaqin. Terjemahan jilid 3 oleh Djabbar, Umar Abdul. T. t.
(Surabaya: Awad Abdullah Attamimi).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Kualitas ialah sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek. Dengan kata
lain, kualitas ialah suatu segi dari barang sesuatu yang merupakan bagian dari barang
barang tersebut dan dapat membantu melukiskanya.Kualitas empiris ialah kualitas
yang dapat diketahui melalui pengalaman.
Kitab Tārikh Nūrul Yaqīen secaramendetail dan terfokus dengan titik
pembahasan yaitu mengenai sosok teladan Nabi, mulai dari perjalan hidup, dakwa,
sifat-sifat terpuji hingga keindahan akhlak beliau.

B. Saran
Peran sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat Rasulullah
SAW, berperan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam ibadah
maupun pendidikan dan aktivitas kehidupan lainnya. Oleh Karena itu, hendaknya
mahasiswa yang belajar dalam bidang agama Islam hendaknya bersungguh-sungguh
dalam mempelajari dan menerapkan i‟tibar dari sejarah perjalanan Nabi Muhammad
SAW.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Muttaqien. (2007). Ushul Fiqih. Jakarta: Pustaka Amani.

Bek, Muhammad Al-Khudhari. (2014). Nurul Yaqin. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Djabbar, Umar Abdul. T. t. Ringkasan Nurul Yaqin. Terjemahan jilid 1 oleh Djabbar, Umar
Abdul. T. t. Surabaya: Toko Kitab al-Hikmah.
Djabbar, Umar Abdul. T. t. Ringkasan Nurul Yaqin. Terjemahan jilid 2 oleh Djabbar, Umar
Abdul. T. t. Surabaya: Toko Kitab al-Hikmah.

Djabbar, Umar Abdul. T. t. Ringkasan Nurul Yaqin. Terjemahan jilid 3 oleh Djabbar, Umar
Abdul. T. t. Surabaya: Awad Abdullah Attamimi.

Margono, Soejono Soe. (1986). Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Yogyakarta : Tiara
Wacana Yogya.

Mustansyir, Rizal. Munir, Misnal. (2001) Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Shihab, M.Quraish. (2016). Yang Hilang Dari Kita Akhlak. Tangerang : Lentera Hati.

Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya Di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksasara.

Tafsir, Ahmad. (2004). Filsafat Ilmu. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan bagian I.
Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama.

Tiwa, Ika. (2011). Makalah aksiologi. diakses dari


http://ikartiwa.wordpress.com/2011/03/04/makalah-aksiologi/, pada tanggal 27
November 2019 pukul 17.15

13

Anda mungkin juga menyukai