Anda di halaman 1dari 16

Peran Aksiologi Filsafat dan Aksiologi Sabagai Cabang Filsafat

Axiology Of Philosophy

Silviana Wulandari (212101090018)1

1
Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial FTIK UIN KHAS JEMBER, Email :

silvianawlndr24@gmail.com

2
UIN KHAS JEMBER, JL. No. 1 Mangli Jember Jawa Timur Indonesia.

ABSTRACT
Axiology is a science that examines the nature of values from a philosophical point of view.
thus axiology is the study of the highest nature of ethical and aesthetic values. in this case,
the concept of philosophy can be defined as a process, effort, and method to be dynamic by
using critical and radical thinking to find the truth. In its role, philosophical axiology has
values and roles, its values are a hierarchy of values and moral norms, while its role is,
Philosophy as a collection of theories used to understand and react to the world of thought,
philosophy as a view of life, and philosophy as a methodology in solving problems.
Axiology as a branch of philosophy, namely, cultural values and Pancasila values as the
axiological basis.
Keywords : educational philosophy, axiology, ethics, aesthetics
ABSTRAK
Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji hakikat nilai yang dilihat asal sudut
kefilsafatan. dengan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-
nilai etika dan estetika. di dalam hal ini, konsep filsafat dapat didefenisikan sebagai
sebuah proses, upaya, dan metode untuk dinamis dengan menggunakan pemikiran kritis
dan radikal untuk menemukan kebenaran.Jadi hakikat yang ingin dicapai aksiologi adalah
hakikat manfaat yang ada dalam suatu pengetahuan. Dalam peranannya aksiologi filsafat
memiliki nilai-nilai dan peranan, nilai-nilainya yaitu hirarki nilai dan norma moral,
sedangkan Peranannya yitu, Filsafat sebagai kumpulan teori digunakkan memahami dan
mereaksi dunia pemikiran, Filsafat sebagai pandangan hidup, dan Filsafat sebagai
metodologi dalam memecahkan masalah. Aksilogi sebagai cabang filsafat yaitu, nilai-nilai
budaya dan nilai-nilai pancasila sebagai landasan aksiologis.
Kata kunci: Filsafat Pendidikan, Aksiologi, Estetika, Etika,
PENDAHULUAN
Di dalam prinsipnya filsafat menempatkan sesuatu sesuai kemampuan daya akal
manusia. Kebenaran di konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya di
kemampuan daya akal manusia. kemampuan berpikir atau bernalar merupakan satu bentuk
kegiatan nalar manusia melalui pengetahuan yang diterima melalui panca indera, diolah
serta ditujukan buat mencapai suatu kebenaran. Filsafat Ilmu memiliki fungsi menjawab
pertanyaan tentang realitas sebagai keseluruhan, manusia pada keutuhannya, yg tidak dapat
ditangani oleh ilmu-ilmu dikarenakan pada hal ini ilmu-ilmu tidak mempunyai sarana
teoritis buat membahasnya. Berpikir filsafati berarti berpikir buat menemukan kebenaran
secara tuntas.
Analisa falsafat tentang hakekat ilmu harus ditekankan pada upaya keilmuan pada
mencari kebenaran yang selanjutnya terkait secara erat dengan aspek-aspek moral, seperti
kejujuran. Analisa filsafat ilu tidak boleh berhenti di upaya untuk meningkatkan penalaran
keilmuan melainkan sekaligus wajib meliputi pendewasaan moral keilmuan. Filsafat ilmu
memiliki wilayah yg luas serta perhatian yg lebih transenden daripada ilmu-ilmu. Maka
berasal itu filsafat pun memiliki wilayah lebih luas daripada penyelidikan tentang cara kerja
ilmu-ilmu. Filsafat ilmu sekaligus bertugas meneliti hakekat ilmu, antara lain paham
tentang kepastian, kebenaran serta obkektifitas. Filsafat ilmu harus artinya pengetahuan
tentang ilmu yg didekati secara filsafati menggunakan tujuan buat lebih mengfungsionalkan
wujud keilmuanbaik secara moral, intelektual juga sosial. Filsafat ilmu meliputi bukan saja
pembahasan tentang ilmu itu sendiri bersama perangkatnya tetapi juga sekaligus kaitan
ilmu dengan berbagai aspek kehidupan, seperti kebudayaan, pendidikan, moral, sosial serta
politik. Demikian pula pembahasan wajib diletakkan dalam kerangkan berpikir secara
keseluruhan. Ilmu bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik atau jelek serta si pemilik
pengetahuan itulah yg wajib mempunyai sikap. Jalan mana yang akan ditempuh pada
memanfaatkan kekuasaan yg besar itu terletak pada sistem nilai sipemilik pengetahuan.1
1
Maria Sanprayogi. 2017 (Aksiologi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Keilmuan).
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia memakai ilmunya. Aksiologi: nilai kegunaan ilmu, penyelidikan tentang prinsip-
prinsip nilai. Secara etimologis, kata aksiologi berasal dari Bahasa Yunani kuno, terdiri
berasal istilah “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yg berarti teori. Jadi aksiologi
ialah cabang filsafat yg mengkaji nilai. Aksiologi dipahami menjadi teori nilai. ini dia
dijelaskan beberapa definisi aksiologi. menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat
nilai merujuk di pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sistem
memiliki rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan hukum menjadi satu bentuk
pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud. berdasarkan Suriasumantri aksiologi
ialah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.
Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji hakikat nilai yang dilihat
asal sudut kefilsafatan. Sejalan menggunakan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi
ialah studi tentang hakikat tertinggi, empiris, dan arti berasal nilai-nilai (kebaikan,
estetika, dan kebenaran). menggunakan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat
tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. di dalam hal ini, konsep filsafat dapat
didefenisikan sebagai sebuah proses, upaya, dan metode untuk dinamis dengan
menggunakan pemikiran kritis dan radikal untuk menemukan kebenaran.2

METODE PENELITIAN

Dalam artikel yang akan dibahas ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan
mencari referensi yaitu dengan mempelajari sumber bacaan yang ada hubungannya dengan
kajian filsafat ilmu. Penelitian kualitatif ini yang sudah diakui oleh para pakar sebagai cara
lain metodologi yang layak untuk digunakan dalam memperoleh pengetahuan. Namun
bagian ini dilakukan pengkajian tentang konsep dan teori yg digunakan sesuai acuan yang
tersedia, bahkan sekarang kedua jenis metodologi penelitian itu dapat digunakan untuk

2
Rosnawati , Ahmad Syukri , Badarussyamsi , Ahmad Fadhil Rizki. 2021. (Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Manfaatnya
bagi Manusia)
saling membantu pada memperkuat akibat dari suatu penelitian. Pengumpulan data di
lakukan dengan menelusuri buku-buku bacaan, jurnal ilmiah yang terbit di google scholar,
digital library, dan perpustakaan
PEMBAHASAN
1.1 Peran Aksiologi Filsafat
Secara etimologi, kata aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua
istilah yaitu axios yang berarti layak atau pantas serta logos yang berarti ilmu atau studi
mengenai nilai yaitu sesuatu yang di miliki oleh manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang di nilai. Selain itu, nilai pula berasal dari bahasa latin
Valere yang berarti berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku atau kuat yang
bermakna kualitas sesuatu hal yang menjadikannya bisa disukai, diinginkan bermanfaat
atau sebagai objek kepentingan. namun juga mampu bermakna sebagai apa yang dihargai,
dinilai tinggi, atau dihargai menjadi suatu kebaikan (Zaprulkhan, 2016). berdasarkan
pengertian menurut bahasa sebagaimana tersebut di atas, maka penegertian aksiologi secara
istilah adalah studi yang berkaitan dengan teori tentang nilai atau studi segala sesuatu yang
dapat bernilai atau memberikan manfaat. Nilai merupakan suatu kenyataan akan tetapi tidak
berada pada suatu ruang dan waktu. Selain itu, nilai juga merupakan esensi-esensi logis
dan dapat dipahami melalui logika. istilah aksiologi pada pandangan agama Islam
bukanlah adalah hal yang baru karena Nabi Muhammad selalu memintanya setiap pagi
dengan berdoa “Allahumma inni asaluka ‘ilman naafi’an wa rizqan thoyyiban wa ‘amalan
mutaqabbalan” artinya: “Yaa Allah sungguh saya memohon kepadaMu ilmu yang
bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima” (HR. Ibnu AS-Sunni dan Ibnu
Majah). Jadi aksiologi akan terkait dengan kemanfaatan daripada ilmu yang menyampaikan
tentang value atau nilai suatu kehidupan.
Serta Aksiologi adalah cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia memakai ilmu tersebut. Jadi hakikat yang
ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang ada dalam suatu pengetahuan. Objek
kajian aksiologi ialah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu wajib
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya serta moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat
dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian
baik dan jelek (good and bad), benar dan salah (right and wrong), dan tata cara dan tujuan
(mean and end).3
Akslologi llmu mencakup nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam anugerah
makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai pada kehidupan kita
yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun
fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai pula ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu
conditio harus ada yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian juga di dalam menerapkan ilmu. dalam perkembangannya Filsafat llmu pula
mengarahkan pandangannya di taktik Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik serta
heuristik. Bahkan sampal di dimensi kebudayaan untuk menangkap tak saja kegunaan atau
kemanfaatan ilmu, namun juga arti maknanya bagi kehidupan.
Nilai-nilai kebenaran, estetika, kebaikan, dan religius adalah nilai-nilai keluhuran hidup
manusia. Nilainilai keluhuran hidup manusia dibahas oleh cabang filsafat yang disebut
aksiologi. Aksiologi membahas tentang nilai secara teoretis yang mendasar dan filsafati,
yaitu membahas nilai sampai di hakikatnya. sebab aksiologi membahas tentang nilai secara
filsafati, maka juga dianggap philosophy of value (filsafat nilai). Aksiologi ialah cabang
Filsafat yang menganalisis wacana hakikat nilai yang meliputi nilai-nilai kebenaran,
keindahan, kebaikan, serta religius. Hakikat nilai adalah kualitas yang menempel dan
sebagai karakteristik segala sesuatu yang terdapat pada alam semesta dihubungkan dengan
kehidupan insan. Nilai bukanlah murni pandangan langsung terbatas di lingkungan insan.
Nilai merupakan bagian dari keseluruhan situasi metafisis pada alam semesta seluruhnya.
Pengertian nilai jika dibahas secara filsafati ialah persoalan tentang korelasi antara manusia
menjadi subjek dengan kemampuan akalnya untuk menangkap pengetahuan tentang
kualitas objek- objek pada sekitarnya. Kemampuan insan menangkap nilai didasari adanya
penghargaan yang dihubungkan dengan kehidupan manusia. fakta yang meliputi
keseluruhan alam semesta beserta insan membangun situasi yang bernilai. Pernyataan
perihal nilai tak dapat dikatakan hanya asal dari dalam diri insan sendiri, namun kesadaran
manusia menangkap sesuatu yang berharga pada alam semesta.

3
Firdausi Nuzulah, Moh. Unis Yadri K. A., Lailatul Fitria. (Aksiologi Pendidikan Menurut Macam-Macam Filsafat Dunia
(Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme).
1. Hirarkhi Nilai
Nilai-nilai dalam kenyataannya terdapat yang lebih tinggi dan ada yang lebih
rendah. Hirarkhi nilai dikelompokkan ke dalam empat tingkatan seperti berikut. Pertama,
nilainilai kenikmatan. tingkatan nilai ini meliputi nilai-nilai kebendaan yang mengenakkan
secara jasmaniah serta mengakibatkan orang senang. contoh: rasa lezat setelah makan, atau
sebab memiliki uang yang banyak. kedua, nilai-nilai kehidupan. tingkatan nilai kehidupan
mencakup nilai-nilai yang penting bagi kehidupan pribadi dan bermasyarakat. contoh:
keterampilan, kesehatan, kesejahteraan perorangan sampai dengan keadilan bermasyarakat.
Ketiga, nilai-nilai spiritual. tingkatan nilai spiritual meliputi macam-macam nilai kejiwaan
yang sama sekali tak tergantung pada keadaan jasmani. Nilai kejiwaan ini meliputi
kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Keempat, nilai-nilai kerohanian. tingkatan nilai
kerohanian mencakup modalitas nilai yang suci. Nilai kerohanian ini terdiri berasal nilai-
nilai eksklusif, terutama pada hubungannya dengan yang kuasa sebagai eksklusif paling
tinggi dan suci. contoh: keimanan dan ketakwaan.
2. Norma Moral
Nilai kebaikan manusia secara spesifik dibahas pada etika sehingga nilai kebaikan
seringkali dianggap nilai etis. Nilai etis sebagai sumber nilai bagi evaluasi baik atau
buruknya manusia sebagai insan, bukan pada hubungan menggunakan peran tertentu,
misalnya menjadi ilmuwan, seniman, atau pedagang. Etika yang secara spesifik membahas
nilai kebaikan insan pada perkembangannya dapat dibedakan dua macam, yaitu sebagai
berikut. Pertama, etika dipahami dalam pengertian yang sama dengan moralitas. Etika
berkaitan dengan norma hidup yang baik, norma hidup yang baik, baik di diri seseorang
atau masyarakat. norma hidup yang baik tersebut dianut dan diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan pada bentuk kaidah
aturan atau tata cara yang disebarluaskan, dipahami, dan diajarkan secara lisan pada
masyarakat. Kaidah hukum atau norma ini intinya menyangkut baik atau buruknya perilaku
manusia. kedua, etika dipahami pada pengertian yang berbeda menggunakan moralitas.
Etika dimengerti menjadi refleksi kritis tentang bagaimana manusia wajib hidup dan
bertindak pada situasi nyata, situasi khusus tertentu. Etika adalah filsafat moral yang
membahas dan mempelajari secara kritis problem baik dan buruk secara moral, tentang
bagaimana wajib bertindak dalam situasi nyata.
Manusia melakukan refleksi kritis untuk memilih pilihan, perilaku, dan bertindak
secara sahih secara moral menjadi manusia. Refleksi kritis ini menyangkut tiga hal. (1)
Refleksi kritis tentang norma moral yang diberikan oleh etika serta moralitas pada
pengertian pertama, yaitu tentang adat moral yang dianut selama ini. (dua) Refleksi kritis
tentang situasi khusus yang dihadapi menggunakan segala keunikan dan kompleksitasnya.
(tiga) Refleksi kritis tentang berbagai paham yang dianut oleh manusia atau gerombolan
masyarakat perihal segala sesuatu yang terdapat di dunia. contohnya, paham perihal
manusia, tuhan, alam, warga , sistem sosial politik, dan sistem ekonomi. Moralitas
(karakter) seorang dan grup rakyat bisa dievaluasi tinggi atau rendah ditinjau dari sudut
pandang nilai kebaikan. adat-istiadat moral merupakan pedoman-pedoman untuk hidup
luhur sinkron dengan nilai kebaikan. norma-norma moral bersumber dari norma hidup yang
baik dan norma hidup yang baik. norma-norma moral ialah tolok ukur untuk menentukan
sahih atau keliru sikap serta tindakan manusia ditinjau dari segi baik atau buruk sebagai
manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Nilai kebaikan sebagai asal
norma-istiadat moral sebagai berikut. Pertama, absolut dan objektif sebab moralitas di insan
seharusnya bebas dari sifat- sifat mementingkan diri sendiri yang ada di kehendak-
kehendak cukup. kedua, primer, karena moralitas pada insan melibatkan suatu komitmen
untuk bertindak serta merupakan landasan hasrat yang paling primer. Ketiga, real atau
nyata karena moralitas adalah fenomena bukan sekedar angan-angan atau semu belaka.
Keempat, universal dan terbuka, sebab moralitas mengharuskan lingkup yang terbuka
sepanjang waktu. Kelima, bersifat positif serta bukan yang negatif, sebab tata cara moral
bisa berwujud anjuran-anjuran juga larangan- embargo. Keenam, hierarkhi tinggi, sebab
nilai kebaikan memiliki ciri intrinsik yang menjadi sumber nilai bagi norma-norma moral.4
Filsafat memiliki peranan yang sangat krusial dalam kehidupan manusia sebab
filsafat mengajarkan nilai-nilai yg ada di dalam kehidupan, yg berfumgsi menjadi

4
Dr. H. Amka, M.Si. 2019. (Filsafat Pendidikan). Diakses pada tanggal 20 Juni 2022, Pukul 14.30 WIB
pengontrol sifat keilmuan manusia. Berikut beberapa yg termasuk pada peranan pada
filsafat:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakkan memahami dan mereaksi dunia pemikiran,
Yaitu belajar filsafat, maka akan menerima beberapa keterampilan berikut;
memikirkan suatu masalah secara mendalam serta kritis, menghasilkan argumen pada
bentuk ekspresi maupun goresan pena secara sistematis dan kritis, mengkomunikasikan
ide secara efektif, serta mampu berpikir secara logis pada menangani masalah-masalah
kehidupan yg selalu tak terduga. menggunakan belajar filsafat, seorang dilatih sebagai
manusia yang utuh, yakni yang bisa berpikir mendalam, rasional, komunikatif. Apapun
profesi anda, kemampuan-kemampuan ini amat diperlukan. di sisi lain, dengan belajar
filsafat, pula akan mempunyai pengetahuan luas, yg merentang lebih dari 2000 tahun
sejarah insan. seseorang dengan belajar filsafat, akan bisa melihat masalah dari berbagai
sisi, berpikir kreatif, kritis, serta independen, mampu mengatur saat serta diri, dan
mampu berpikir fleksibel di pada menata hayati yang terus berubah.
Filsafat mengajak buat tahu serta mempertanyakan pandangan baru-ide perihal
kehidupan, perihal nilai-nilai hayati, dan tentang pengalaman sebagai insan. berbagai
konsep yang akrab dengan kehidupan, seperti perihal kebenaran, akal budi, dan
eksistensi insan, juga dibahas menggunakan kritis, rasional, dan mendalam. Filsafat itu
bersifat terbuka. Sekali lagi, filsafat tak menyampaikan jawaban mutlak yang berlaku
sepanjang masa. Filsafat menggugat, mempertanyakan, dan mengganti dirinya sendiri.
Ini semua sinkron menggunakan semangat pendidikan yang sejati. Filsafat mengajarkan
untuk melakukan analisis, dan mengemukakan pandangan baru menggunakan jelas
serta rasional. Filsafat mengarahkan seseorang untuk mengembangkan dan
mempertahankan pendapat secara sehat, bukan menggunakan kekuatan otot, atau
kekuatan otoritas kekuasaan semata. Filsafat merupakan komponen penting
kepemimpinan. menggunakan belajar berpikir secara logis, seimbang, kritis, sistematis,
serta komunikatif, seorang akan sebagai seorang pemimpin ideal, yang amat dibutuhkan
sang aneka macam bidang di Indonesia sekarang ini.5

5
Ade Hidayat. 2020. (Filsafat Ilmu: Sejarah, Konsep, dan Strategi Pengembangan Ipteks).
2. Filsafat sebagai pandangan hidup
Yaitu sebagai Weltanschaung" (pandangan global) me rupakan etos manusia yang
dijadikan dasar se tiap tindakan serta perilaku kehidupan. Demikian juga di pada
merampungkan majemuk problem peri kehidupan, semua itu akan tercermin pada
perilaku hayati dan cara hayati yang di arahkan pada tujuan hidup yang bisa diketahui
setelah ma nusia mau memikirkan dirinya sendiri. insan pada pada me mikirkan dirinya
sendiri tak bisa lepas dari korelasi an tara diri dengan sesama, dengan alam, serta
dengan Pencipta nya. pandangan hidup yg sudah meningkat sebagai tujuan hayati,
kemudian sebagai pendirian hidup, pegangan hidup, akhirnya menjadi panduan hayati.
Tatkala filsafat telah men jadi pandangan hidup bagi seorang maka seorang terse but
tentu akan selalu seimbang dalam pribadinya, bisa mawas diri dan tak mempunyai sifat
yang emasional.
Lebih asal itu beliau akan sebagai dewasa, yakni bisa berpikir secara kritis, ber
perilaku terbuka, toleran serta selalu bersedia meninjau setiap duduk perkara yang
dihadapi secara menyeluruh berasal semua sudut pandang. Akhirnya, filsafat pun akan
sebagai lebih penting daripada hal-hal lain yg diketahui sendiri. oleh sebab itu filsafat
akan tercermin pada pada tindakan sehari-hari dan akan mewarnai seluruh aspek
kehidupan. dalam kontes yg demi kian ini maka filsafat dapat dimengerti menjadi suatu
azas atau pendirian yang kebenarannya telah diyakini dan diterima. Azas ini umumnya
digunakan sang seseorang sebagai dasar dan pedoman untuk menuntaskan majemuk
problem yang jumpai di dalam kehidupannya. Arti filsafat yg di demikian, sekali lagi,
merupakan filsafat sebagai pandangan hidup. dengan demikian, pada kontes ini maka
dapat dikatakan bahwa ham pir setiap orang itu memiliki filsafatnya sendiri-sendiri.6
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah,
Dalam kehidupan absolut mempunyai berbagai problem serta rintangan yg sulit.
Kehidupan akan dijalani lebih enak Jika persoalan masalah itu bisa diselesaikan.
terdapat banyak cara merampungkan masalah, mulai dari cara yg sederhana sampai
yang paling rumit. Bila cara yg dipergunakan amat sederhana maka umumnya dilema
6
Win Usuluddin Bernadien. 2011. (Membuka Gerbang Filsafat). Diakses pada tanggal 20 juni 2022, pukul 11.30
WIB
tak terselesaikan secara tuntas penyelesaian yg detail itu biasanya dapat mengungkap
seluruh masalah yg berkembang dalam kehidupan manusia. Nilai itu bersifat objektif,
akan tetapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif bila nilai-nilai tak
tergantung di subjek atau kesadaran yg menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada
objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tak tergantung di
kebenaran pada pendapat individu melainkan di objektivitas informasi. kebalikannya,
nilai menjadi subjektif, jika subjek berperan dalam memberi evaluasi, pencerahan insan
sebagai tolak ukur evaluasi.
Menggunakan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan
yg dimiliki logika budi manusia, mirip perasaan yang akan mengasah kepada senang
atau tak suka, senang atau tak senang. Bagaimana menggunakan objektivitas ilmu?
telah sebagai ketentuan umum serta diterima oleh banyak sekali kalangan bahwa ilmu
wajib bersifat objektif. salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah
dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. seorang ilmuan wajib
melihat realitas realitas dengan mengesampingkan pencerahan yang bersifat idiologis,
agama dan budaya. seorang ilmuan haruslah bebas dalam memilih topik penelitiannya,
bebas melakukan eksperimen eksperimen. ketika seseorang ilmuan bekerja beliau hanya
tertuju pada proses kerja ilmiah dan tujuannya supaya penelitiannya berhasil dengan
baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, beliau tak mau terikat di nilai
subjektif.7
1.2 Aksiologi Sebagai Cabang Filsafat
1. Nilai-nilai Budaya
Nilai sesungguhnya ialah bagian yg tak terpisahkan dari kebudayaan. Para pakar
kebudayaan berpandangan bahwa membahas tentang kebudayaan wajib berdasarkan di
petunjuk keyakinan tentang nilai-nilai kejiwaan, yaitu baik-jelek, benar-salah, indah -
jelek, dan suci-dosa. Nilai menjadi akibat konsep ukuran yg diyakini seseorang atau
kelompok warga ialah bagian berasal kebudayaan. Konsep berukuran tersebut tidaklah

7
Amar fatkhalloh (Makalah Filsafat Pendidikan) https://www.academia.edu/25976956/Aksiologi. Diakses pada
tanggal 20 juni 2022, pukul 11.30 WIB
bebas dari penilaian. Konsep berukuran nilai sekaligus pula merupakan objek bernilai
yg potensial buat dinilai. Hal ini membawa konsekuensi bahwa evaluasi seorang intinya
merupakan evaluasi yang bersifat sementara. Suatu saat seorang dapat menetapkan hasil
evaluasi atas dasar konsep berukuran yang telah diyakininya, namun akibat penilaian itu
akan berubah seiring menggunakan berubah atau berkembangnya konsep ukuran yang
diyakininya.
Akibat evaluasi seorang memang dapat berubah, tetapi tidak berarti bahwa
seseorang tak mempunyai pendirian. Sangat berbahaya justru bila seorang tetap
mempertahankan konsep ukuran lama yg sudah diyakini, sedangkan konsep berukuran
baru yang lebih baik telah hadir. kenyataan demikian justru harus disadari supaya
seorang mau terbuka, mau terus menerus mengadakan obrolan dengan lingkungan
masyarakat pada arti luas, yaitu dengan sistem keyakinan yg dianut, dengan hasil
evaluasi yg sudah dibuat, menggunakan budaya baru yang hadir. dialog menggunakan
lingkungan masyarakat akan memunculkan suatu pemahaman yang lebih kaya atas
objek-objek bernilai sehingga konsep ukuran yang diyakini pula akan sebagai lebih
kaya (Brameld, 1999:12). Benoit (1996:85) menekankan bahwa pemilihan nilai-nilai
budaya dipengaruhi pada konteks sosial, yaitu menjadi berikut. Pertama, dari sudut
pandang sejarah, nilai-nilai budaya merupakan yang akan terjadi dari gerakan sejarah
yang konkret. Meskipun nilai-nilai budaya dari sudut pandang filsafat adalah nilai
absolut, fundamental, serta universal, tetapi nilai-nilai itu dinyatakan (diajarkan, tersaji,
digaris bawahi) serta dipelajari. Pernyataan dan penjelasan tentang nilai-nilai tersebut
merupakan produk sosial, hasil kerja insan, atau hasil dari gerakan sejarah yang nyata.
kedua, asal sudut pandang sosiologi, terdapat gunanya dibedakan beberapa grup nilai
budaya.
Nilai-nilai terdapat yg mengungkapkan perintah secara umum abstrak. Nilai-
nilai yg mirip ini kerap kali memberikan kebutuhan (hak, kewajiban) yang dicermati
mutlak serta universal, contohnya keadilan, cinta kasih, kejujuran. Nilainilai pula bisa
memberikan kebutuhan umum namun kurang mendasar, misalnya keramahan,
ketekunan, kesopanan serta sebagainya. Nilai-nilai yg bersifat awam dan tak berbentuk,
yang tidak mengacu di keadaan eksklusif, terkadang dikatakan bahwa nilai-nilai
tersebut tak berkaitan menggunakan konteks sosial. Pemilihan nilainilai sang suatu
masyarakat, cara merumuskan, tahu dan mempelajarinya pada kenyataannya
menunjukkan bahwa nilai-nilai tadi betapapun abstrak dan universal memunyai kaitan
dengan konteks sosial tertentu. Nilai-nilai budaya adalah jiwa kebudayaan dan sebagai
dasar dari segenap wujud kebudayaan. rapikan hayati ialah pencerminan yg nyata
berasal nilai budaya yg bersifat tak berbentuk. kegiatan manusia dapat ditangkap sang
panca indra, sedangkan nilai budaya hanya dapat ditangkap oleh budi manusia.
Nilai budaya serta tata hayati manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan yg
berupa sarana kebudayaan. sarana kebudayaan pada dasarnya ialah perwujudan
kebudayaan yg bersifat fisik yg merupakan produk dari kebudayaan atau indera yg
menyampaikan kemudahan pada berkehidupan. Setiap kebudayaan memiliki skala
hirarkhi tentang nilai yg dipandang lebih penting dan yang dipandang kurang krusial.
Pendidikan sebagai perjuangan yang sadar serta sistematis pada membantu murid buat
mengembangkan pikiran, kepribadian, serta kemampuan fisiknya, memunyai tugas
untuk menyelidiki terus nilai-nilai kebudayaan.
Hal yang perlu diperhatikan pada pendidikan merupakan pengembangan nilai
budaya yg sudah tertanam dalam diri anak didik agar tetap relevan menggunakan
perkembangan jaman. Nilai-nilai budaya sebagai suatu sistem adalah suatu rangkaian
konsep tak berbentuk yang hidup pada alam pikiran masyarakat rakyat, yaitu tentang
apa yg harus dianggap penting dan berharga pada hidupnya. Nilainilai budaya sebagai
suatu sistem adalah bagian asal kebudayaan yang berfungsi sebagai pengarah dan
pendorong kelakuan insan. Nilai-nilai budaya sebagai sistem hanya merupakan konsep-
konsep yang abstrak tanpa perumusan yg tegas, sehingga memerlukan suatu pedoman
yg nyata berupa tata cara-tata cara, aturan dan hukum, yang bersifat tegas serta konkret.
Normanorma serta hukum-hukum tersebut wajib permanen bersumber pada sistem
nilai budaya serta merupakan pemerincian berasal konsep-konsep abstrak pada sistem
nilai tersebut.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Landasan Aksiologis
Sistem Pendidikan Nasional merupakan suatu subsistem asal sistem kehidupan
nasional, yang berarti bahwa sistem pendidikan nasional merupakan subsistem dari
kehidupan berbangsa serta bernegara. Sistem pendidikan nasional bukanlah sesuatu
yang bebas nilai dan bebas budaya sebab merupakan bagian asal sistem komunitas
nasional serta global. Sistem pendidikan wajib selalu bersifat bergerak maju,
kontekstual, dan selalu terbuka pada tuntutan relevansi di seluruh bidang kehidupan.
Sistem pendidikan nasional tak perlu berisi hukum pelaksanaan jelas karena yg krusial
memiliki kejelasan konsep dasar dan nilai-nilai budaya yang sebagai landasan di setiap
pelaksanaan jenjang pendidikan. Landasan aksiologis sistem pendidikan nasional
Indonesia adalah Pancasila, sebab nilai-nilai budaya Indonesia adalah nilai-nilai
Pancasila. Nilai-nilai Pancasila sebagai landasan aksiologis sistem pendidikan nasional
Indonesia merupakan konsistensi landasan ontologisnya. Landasan ontologis sistem
pendidikan nasional Indonesia adalah pandangan bangsa Indonesia perihal hakikat
eksistensi insan. Hakikat pribadi kebangsaan Indonesia terdiri atas nilai-nilai hakikat
humanisme dan nilai- nilai permanen yang spesifik sebagai ciri khas bangsa Indonesia.
Nilai-nilai hakikat kemanusiaan menyebabkan bangsa Indonesia serta orang
Indonesia sama menggunakan bangsa lain dan orang bangsa lain. Nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan bisa menjadi ciri spesial bangsa-
bangsa lain, namun kesatuan rumusannya secara lengkap sebagai Pancasila hanya
dimiliki dan sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Nilai-nilai keluhuran hayati manusia yg
terkandung dalam sila kedua Pancasila dirumuskan dari pengertian hakikat manusia
sehingga landasan aksiologis sistem pendidikan nasional Indonesia artinya
implementasi landasan ontologisnya. Landasan ontologis sistem pendidikan nasional
Indonesia artinya hakikat eksistensi manusia, yaitu sebagai makhluk majemuk tunggal
atau monopluralis. Susunan kodratnya terdiri atas unsur-unsur tubuh serta jiwa (logika-
rasa-kehendak) dalam kesatuan ketunggalan; sifat kodratnya merupakan sifat makhluk
perseorangan dan makhluk sosial dalam kesatuan ketunggalan, dan kedudukan
kodratnya sebagai pribadi berdiri sendiri dan makhluk tuhan pada kesatuan
ketunggalan.
Nilai-nilai kemanusiaan bangsa Indonesia bukan hanya nilai-nilai kebenaran,
estetika, serta kebaikan, namun masih ditambah karakteristik khas adil dan mudun.
kemanusiaan yang mudun tak memisahkan kemampuan nalar berasal rasa dan
kehendak, tetapi menyatukannya dalam kerjasama. Kerjasama akal, rasa, serta
kehendak dianggap budi atau kepercayaan -keyakinan. Budi bisa mengenal serta
memahami nilai religius sebagai kenyataan mutlak. Nilai religius meliputi nilai-nilai
keabadian serta kesempurnaan yg memunyai sifat mutlak dan permanen atau tak
berubah. humanisme yg adil meliputi korelasi keadilan selengkapnya, yaitu adil di diri
sendiri, masyarakat dan negara, serta pada tuhan sebagai asal mula insan. Negara
Indonesia bukan lembaga agama, namun memiliki tertib negara serta tertib aturan yg
mengenal aturan tuhan, aturan kodrat, serta hukum susila (etis). aturan-aturan tidak
tertulis tersebut sebagai sumber bahan dan asal nilai bagi negara serta aturan positif
Indonesia. Peraturan perundang-undangan serta putusanputusan penguasa wajib
menghormati serta memperhatikan nilai-nilai religius yg sudah diwahyukan oleh yang
kuasa dan nilai-nilai humanisme. 8

KESIMPULAN
Berdasarkan artikel di atas dapat di simpulkan. Dalam berfikir filsafat berarti
berpikir buat menemukan kebenaran secara tuntas, analisa falsafat tentang hakekat ilmu
harus ditekankan pada upaya keilmuan pada mencari kebenaran yang selanjutnya terkait
secara erat dengan aspek-aspek moral, seperti kejujuran. Serta Aksiologi adalah cabang
filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan
bagaimana manusia memakai ilmu tersebut. Jadi hakikat yang ingin dicapai aksiologi
adalah hakikat manfaat yang ada dalam suatu pengetahuan. Objek kajian aksiologi ialah
menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu wajib disesuaikan dengan nilai-
nilai budaya serta moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat dirasakan oleh
masyarakat. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik dan jelek
(good and bad), benar dan salah (right and wrong), dan tata cara dan tujuan (mean and
end). Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji hakikat nilai yang dilihat
asal sudut kefilsafatan. Di dalam hal ini, konsep filsafat dapat didefenisikan sebagai
sebuah proses, upaya, dan metode untuk dinamis dengan menggunakan pemikiran
kritis dan radikal untuk menemukan kebenaran.
8
Dr. H. Amka, M.Si. 2019. (Filsafat Pendidikan). Diakses pada tanggal 20 Juni 2022, Pukul 14.30 WIB
Dalam peranannya aksiologi filsafat memiliki nilai-nilai dan peranan, nilai-
nilainya yaitu hirarki nilai dan norma moral, hirarki nilai yaitu Nilai-nilai dalam
kenyataannya terdapat yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Sedangkan norma
moral adalah Nilai kebaikan manusia secara spesifik dibahas pada etika sehingga nilai
kebaikan seringkali dianggap nilai etis. Peranannya yitu, Filsafat sebagai kumpulan
teori digunakkan memahami dan mereaksi dunia pemikiran, Filsafat sebagai pandangan
hidup, dan Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah
Aksilogi sebagai cabang filsafat yaitu, nilai-nilai budaya dan nilai-nilai
pancasila sebagai landasan aksiologis. Nilai-nilai budaya adalah jiwa kebudayaan dan
sebagai dasar dari segenap wujud kebudayaan. rapikan hayati ialah pencerminan yg
nyata berasal nilai budaya yg bersifat tak berbentuk. kegiatan manusia dapat ditangkap
sang panca indra, sedangkan nilai budaya hanya dapat ditangkap oleh budi manusia.
Nilai budaya serta tata hayati manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan yg berupa
sarana kebudayaan. sarana kebudayaan pada dasarnya ialah perwujudan kebudayaan yg
bersifat fisik yg merupakan produk dari kebudayaan atau indera yg menyampaikan
kemudahan pada berkehidupan. Setiap kebudayaan memiliki skala hirarkhi tentang nilai
yg dipandang lebih penting dan yang dipandang kurang krusial. Pendidikan sebagai
perjuangan yang sadar serta sistematis pada membantu murid buat mengembangkan
pikiran, kepribadian, serta kemampuan fisiknya, memunyai tugas untuk menyelidiki
terus nilai-nilai kebudayaan.
Sedangkan nilai-nilai pancasila sebagai landasan aksiologis adalah Nilai-nilai
hakikat kemanusiaan yang menyebabkan bangsa Indonesia serta orang Indonesia sama
menggunakan bangsa lain dan orang bangsa lain. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan bisa menjadi ciri spesial bangsa-bangsa lain,
namun kesatuan rumusannya secara lengkap sebagai Pancasila hanya dimiliki dan
sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Nilai-nilai keluhuran hayati manusia yg terkandung
dalam sila kedua Pancasila dirumuskan dari pengertian hakikat manusia sehingga
landasan aksiologis sistem pendidikan nasional Indonesia artinya implementasi
landasan ontologisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Amka, M.Si. 2019. (Filsafat Pendidikan). Diakses pada tanggal 20 Juni 2022, Pukul
14.30 WIB
Amar fatkhalloh (Makalah Filsafat Pendidikan)
https://www.academia.edu/25976956/Aksiologi. Diakses pada tanggal 20 juni 2022,
pukul 11.30 WIB
Win Usuluddin Bernadien. 2011. (Membuka Gerbang Filsafat). Diakses pada tanggal 20
juni 2022, pukul 11.30 WIB
Ade Hidayat. 2020. (Filsafat Ilmu: Sejarah, Konsep, dan Strategi Pengembangan Ipteks).
Diakses pada tanggal 20 juni 2022, pukul 11.30 WIB
Dr. H. Amka, M.Si. 2019. (Filsafat Pendidikan). Diakses pada tanggal 20 Juni 2022, Pukul
14.30 WIB
Maria Sanprayogi. 2017. (Aksiologi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Keilmuan).
Diakses pada tanggal 19 Juni 2022, Pukul 12.36 WIB
Firdausi Nuzulah, Moh. Unis Yadri K. A., Lailatul Fitria. (Aksiologi Pendidikan Menurut
Macam-Macam Filsafat Dunia (Idealisme, Realisme, Pragmatisme,
Eksistensialisme).
Rosnawati , Ahmad Syukri , Badarussyamsi , Ahmad Fadhil Rizki. 2021. (Aksiologi Ilmu
Pengetahuan dan Manfaatnya bagi Manusia)

Anda mungkin juga menyukai