PENDAHULUAN
Pada skema besar filsafat terdapat tiga aspek utama yang mendasari
perspektif filafat dalam memandang setiap problem filsafat yang dihadapi. Ketiga
ini mengkaji problem filsafat dengan cara pandang yang saling berbeda.
Aksiologi dalam skema besar filsafat berisi logika, etika dan estetika.
secara benar dan tepat sesuai aturan-aturan logis matematis. Etika merupakan
baik atau buruknya tindakan manusia secara individu maupun dalam masyarakat.
dalam karya seni, seni itu sendiri, maupun pemikiran-pemikiran tentang seni dan
karya seni.
mencapai pemahaman radikal dan menyeluruh tentang apa itu pendidikan. Dalam
metode pembelajaran dalam pendidikan harus dapat diuji secara logis matematis,
1
metodologi. Logika membantu perumusan materi-materi pembelajaran dan
menyeleksi apakah suatu materi layak atau tidak untuk diajarkan. Pendidikan
membutuhkan alat bantu berupa rasio akal budi, yang dari rasio inilah prinsip-
prinsip logika dapat muncul dan dipelajari. Dalam ranah etika, pendidikan
dirumuskan sebagai sarana untuk mencapai tujuan etis. Tujuan yang dimaksud
adalah menjawab pertanyaan tentang pentingnya pendidikan yang sarat nilai dan
isi moral manusia. Melalui kajian etika, penentuan tujuan dan orientasi
pelaksanaan pendidikan dapat lebih jelas dan terarah. Sedangkan dimensi estetika
tersistematisasi.
Hal ini menunjukkan perlunya nilai-nilai seni dalam pendidikan. Seni yang
dimaksud adalah seni mengajarkan atau seni menyusun argumentasi dan bahan
nilai dalam perspektif filsafat dapat menyumbang perumusan nilai-nilai etis yang
B. RUMUSAN MASALAH
2
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Pengertian Aksiologi (Etika dan Estetika)
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami
terdiri dari kata aksios yang berarti nilai dan kata logos yang berarti teori. Jadi
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus,
yaitu etika.
1 Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), hlm. 36
2 Jujun S. Sumantri. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta : 2005, Sinar Harapan), hlm. 105
4
2. Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan
keindahan.
permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan
bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat
dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi
baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi
tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta
tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu
permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
5
dinilai. Teori tentang aksiologi (nilai) dalam filsafat mengacu pada permasalahan
dan pemikiran filsafat yang dianut oleh masing-masing aliran filsafat, yakni :3
Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah William James (1842-
nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak,
atau manusia.
John Amos Comenius (1592- 1670), John Locke (1632-1704), John Hendrick
3 Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006) hlm. 157-158
6
Herbanrth (1776-1841),dan William T. Horris (1835-1909). Bagi aliran ini, nilai-
kosmos karena itu seseorang dikatakan baik, jika banyak berinteraksi dalam
ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.
Orang yang berpakaian serba formal seperti dalam upacara atau peristiwa lain
yang membutuhkan suasana tenang haruslah bersikap formal dan teratur. Untuk
pandangan idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan menyatakan bahwa
"nilai" itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat,
Walaupun idealisme menjunjung tinggi asas otoriter atau nilai-nilai, namun tetap
7
mengakui bahwa pribadi secara aktif menentukan nilai-nilai itu atas dirinya
sendiri.
Tokoh utama aliran ini diantaranya Aristoteles (394 SM) St. Thomas
lingkungan sosial dan kultural yang lain. Sedangkan menyangkut nilai aliran ini
yang abadi. Dengan asas seperti itu, tidak hanya ontologi, dan epistemolagi yang
didasarkan pada teologi dan supernatural, tetapi juga aksiologi. Tingkah laku
manusia dipengaruhi oleh potensi kebaikan dan keburukan yang ada pada dirinya.
khususnya tingkah laku manusia. Jadi hakikat manusia terletak pada jiwanya.
Oleh karena itulah hakikat manusia itu juga menentukan hakikat perbuatan-
perbuatannya.
8
Aliran rekonstruksionalisme adalah aliran yang berusaha merombak
perilaku orang. Semua perilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian.
Jadi, tidak benar suatu perilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat, perilaku
adalah beretika baik atau beretika tidak baik. Sejalan dengan perkembangan
penggunaan bahasa yang berlaku sekarang, istilah tidak etis dan etis tidak baik
untuk hal yang sama. Demikian juga etis dan etis baik.
Perlu juga diingat, bahwa pada banyak wacana dalam hal perilaku ini
digunakan istilah baik dan jahat untuk etika karena perbuatan manusia yang tidak
baik akan berarti merusak, sedangkan perbuatan yang baik akan membangun.[3]
manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan
filsafat tentang perilaku manusia. Antara ilmu pendidikan dan etika memiliki
hubungan erat. Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekat manusia untuk
9
mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Sangat sulit
agama. Untuk itulah kemudian ada rumusan pendekatan konseptual yang dapat
pendekatan etik-moral, dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari
kepribadian yang mantap dan dinamis, mandiri dan kreatif. Tidak hanya pada
target arah pengembangan sistem pendidikan. Oleh sebab itu berdasarkan pada
peserta didik sesuai dengan potensi dasar yang dimiliki serta latar belakang sosio
budaya masing-masing.[4]
memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah
10
adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman
pada suatu pihak, rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainnya. Hal ini
gustibus nun disputdum, meskipun tidak mutlak, tidak untuk segala hal.
diberikan pada hasil seni. Dalam dunia pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh
Randall dan Buchler mengemukakan ada tiga interpretasi tentang hakikat seni :
Seni sebagai penembusan terhadap realitas, selain pengalaman, Seni sebagai alat
Namun, lebih jauh dari itu, maka dalam dunia pendidikan hendaklah
masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat
11
D. HUBUNGAN ANTARA AKSIOLOGI DENGAN PENDIDIKAN
bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu,selain itu adalah mata pelajaran
kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya
tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk
menyatakan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang penting dalam kehidupan
bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah apalagi menilai secara mendalam
12
dalam kepribadian peserta didik. Memang untuk menjelaskan apakah yang baik
itu, benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi, baik, benar,
indah dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan untuk membina kepribadian
buruk dan sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti dilihat
dari segi etika, estetika dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai itu
tetangga, kota, negara adalah nilai-nilai yang tak mungkin diabaikan dunia
melahirkan atau menciptakan konsep-konsep baru, yang secara langsung dan tidak
13
potensial mempunyai nilai kegunaan untuk mengembangkan isi dan metode ilmu
pendidikan.
rasional, suatu cara berpikir skeptis dan sistematis tentang belajar dan mengajar.
dari kalangan para pengamat pendidikan pada umumnya, maupun yang datang
turut serta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan tugas-
14
menerangkan prinsip-prinsip bagaimana orang melakukan pendidikan.
Apabila hal ini terjadi, maka seorang tenaga pendidikan akan dapat bekerja
konsisten dan efisien, karena dilandasi oleh prinsip-prinsip pendidikan yang jelas
terbaca dan kokoh. Tindakan-tindakannya akan menunjukan arah yang lebih jelas,
dan bentuknya pun tidak asal-asalan, tetapi lebih terpola yang dipilih berdasarkan
pendidikan dikatakan sebuah seni pendidikan apabila kegiatan tersebut tidak saja
sosial, melibatkan emosi yang cukup mendalam dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal
berupa rasa puas, rasa senang ataupun rasa yang sejenisnya. Hal ini dapat dicapai
15
hanya apabila dikemas dalam bentuk prosedur dan teknik-teknik pendidikan yang
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
7 Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002). Cet. II hlm .189-199
16
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang
nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. etika
estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya
penulisan ini jauh dari sempurna tapi minimal penulis telah mengimplementasikan
tulisan ini. Masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
penulis butuh saran dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini dan bisa
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari pada sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan
17
Wiramihardja, Sutardjo A., 2006, Pengantar Filsafat, Bandung: PT. Refika Aditama
Mudyahardjo, Redja, 2002, Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung: PT.
18
19