Anda di halaman 1dari 3

Nama :Tri Nur Sriana

Nim : 2103101011

Matkul : ILMU FILSAFAT

“RANGKUMAN MATA KULIAH ILMU FILSAFAT“

“BAB XIV~ AKSIOLOGI MASALAH NILAI”

Nilai dalam filsafat, adalah suatu prinsip atau standar untuk mempertimbangkan baik
buruknya sesuatu. Baik adalah sesuatu yang menyenangkan dan sesuai bagi maksud tertentu,
sedangkan buruk berarti yang tidak menyenangkan dan tidak sesuai bagi maksud tertentu. Benar
adalah kesesuaian putusan atau hasil kebaikan tertinggi (dan tidak sekedar mendekati kebaikan),
sedangkan salah berarti ketidaksesuaian putusan atau hasil tertinggi.

A. Pengertian Aksiologi

Kata aksiologi berasal dari bahasa Inggris “axiology”; dari kata Yunani “axios” yang
artinya layak; pantas; nilai, dan “logos” artinya ilmu; studi mengenai. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. Dalam aksiologi, ada dua penilaian yang umum digunakan, yaitu etika dan
estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-
masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia.

Kattsoff dalam Soejono Soemargono (2004:318), mengatakan bahwa nilai itu sangat erat
kaitannya dengan kebaikan atau dengan kata baik, walaupun fakta baiknya, bisa berbeda-beda
satu dengan yang lainnya.

B. Konsep Tentang Nilai


Konsep nilai merupakan komplemen dan sekaligus lawan konsep fakta. Kita memang hanya
mengetahui fakta, tetapi harus mencari nilai. Karena sikap apapun, ideal mana saja, maksud
apa saja, maksud apa saja, atau tujuan mana saja pasti mempunyai nilai, maka nilai harus
merupakan objek preferensi atau penilaian kepentingan. Dalam sejarah filsafat telah muncul
sejumlah nilai.
Teori umum tentang nilai bermula dari perdebatan antara Alexius Meinong dengan Cristian
von Ehrenfels pada tahun 1890-an berkaitan dengan sumber nilai. Meinong memandang
bahwa sumber nilai adalah perasaan (feeling), atau perkiraan atau kemungkinan adanya
kesenangan terhadap suatu obyek. Ehrenfels (juga Spinoza) melihat bahwa sumber nilai
adalah hasrat/keinginan (disire). Suatu obyek menyatu dengan nilai melalui keinginan aktual
atau yang memungkinkan, artinya suatu obyek memiliki nilai karena ia menarik. Menurut
kedua pendapat tersebut, nilai adalah milik obyek itu sendiri-obyektivisme aksiologis.
C. Karakteristik dan Tingkatan Nilai

Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai, yaitu :

 Nilai objektif atau subjektif


Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai;
sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung
pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini
bersifat psikis atau fisik.
 Nilai absolut atau berubah
Suatu nilai dikatakan absolut atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudah
berlaku sejak masa lampau, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras,
maupun kelas sosial. Di pihak lain, ada yang beranggapan bahwa semua nilai relatif
sesuai dengan keinginan atau harapan manusia.
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan tingkatan atau hierarki nilai :
o Kaum Idealis
Mereka berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai, dimana nilai spiritual
lebih tinggi dari pada nilai non spiritual (niai material).
o Kaum Realis
Mereka menempatkan niai rasional dan empiris pada tingkatan atas, sebab
membantu manusia menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam, dan aturan
berfikir logis.
o Kaum Pragmatis
Menurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti yang lainnya, apabila
memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai instrumental. Mereka
sangat sensitif terhadap nilai-nilai yang menghargai masyarakat.
D. Jenis Nilai
Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2, yaitu:
 Etika dan Pendidikan
o Etika Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan
manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan
filsafat tentang perilaku manusia.
o Filsafat Pendidikan Islam dan Etika Pendidikan
Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan
kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih untuk
mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Sangat sulit
membayangkan perkembangan iptek tanpa adanya kendali dari nilai-nilai etika
agama. Untuk itulah kemudian ada rumusan pendekatan konseptual yang dapat
dipergunakan sebagai jalan pemecahannya, yakni dengan menggunakan
pendekatan etik-moral, dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari
perspektif yang mengikut sertakan kepentingan masing-masing pihak, baik itu
siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas.
 Etika dan Pendidikan
o Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan
pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan
seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa,
pola, bentuk dsb.
o Filsafat Pendidikan Islam dan Estetika Pendidikan
Nalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi patokan penting dalam
proses pengembangan pendidikan yakni dengan menggunakan pendekatan estetis-
moral, dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif yang
mengikut sertakan kepentingan masing-masing pihak, baik itu siswa, guru,
pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan Islam
diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang kreatif, berseni
(sesuai dengan Islam).

E. Hakikat dan Makna Nilai


Hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat
kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga
bagi seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada dibalik fakta, memunculkan tindakan, terdapat
dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah
yang lebih kompleks.
Mengenai makna nilai Kattsoff mengatakan, bahwa nilai mempunyai beberapa macam
makna. Sejalan dengan itu, maka makna nilai juga bermacam-macam. Rumusan yang bisa
penulis kemukakan tentang makna nilai itu adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung nilai
(berguna), merupakan nilai (baik, benar, atau indah), mempunyai nilai artinya merupakan
objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap
“menyetujui” atau mempunyai sifat nilai tertentu, dan memberi nilai, artinya menanggapi
sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu.

REFERENSI
https://maglearning.id/2021/02/14/tentang-nilai-dalam-aksiologi/

Anda mungkin juga menyukai