Pendidikan merupakan suatu isu yang senantiasa menarik untuk dikaji, sepanjang masih ada
kehidupan manusia di planet bumi ini. Semua bangsa di dunia pasti berkepentingan dengan
mewariskannya kepada generasi penerus mereka, sehingga pendidikan sering disebut juga
sebagai agent of culture. Karena dengan pendidikan, manusia dapat menentukan sikap dan
perilaku serta langkah ke depan yang harus diambil. Perubahan yang dialami melalui proses
pendidikan senantiasa beraturan dan terukur, bukan atas emosi dan ketergesa-gesaan yang
yaitu bahwa pendidikan seharusnya mengikuti tujuan-tujuan itu dan cara-cara yang umum harus
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Filsafat pendidikan bersifat analitik tatkala
menguji rasionalitas ide-ide pendidikan, baik konsistensinya dengan ide-ide yang lain maupun
cara-cara yang berkaitan dengan adanya distorsi pemikiran. Konsep-konsep pendidikan diuji
secara kritis demikian pula dikaji juga apakah konsep-konsep tersebut memadai ataukah tidak
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan merupakan tolok ukur bagi suatu bangsa dalam
menentukan kemajuan bangsanya. Pendidikan sebagai sarana kemajuan bangsa inilah yang
mendorong setiap individu untuk bisa mengakses dunia pendidikan sekaligus bisa mengabdi
terhadap bangsa dan negara. Bagi siapapun yang sudah memperoleh pendidikan maka akan bisa
merasakan suatu kebahagiaan dalam arti penting dari ilmu pengetahuan yang diperolehnya ketika
mampu ditransformasikan kepada masyarakat secara umum. Kedudukan pendidikan sebagai
sebuah kewajiban bagi setiap individu untuk selalu berusaha mengejar dan berproses secara formal
maupun non formal akan melahirkan individu yang bisa membuat peradaban bangsa bisa menjadi
maju.
Oleh karena itu, filsafat pendidikan memiliki kaitan dengan pendidikan modern antara satu
sama lain. Demikian makalah ini dibuat untuk membahas aliran filsafat pendidikan modern
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “aksios” yang berarti
nilai dan kata “logos” berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari
nilai. Dengan kata lain, aksiologi adalah teori nilai. Suriasumantri mendefinisikan aksiologi
sebagai teori nilai yang berkaitan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Aksiologi dalam
Kamus Bahasa Indonesia (1995) adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia,
kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono seperti yang dikutip Surajiyo
(2007), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar
normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Dalam Encyclopedia of Philosophy
sebenarnya nilai itu? Bertens menjelaskan nilai sebagai sesuatu yang menarik bagi seseorang,
sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang dicari, sesuatu yang dicari, sesuatu yang disukai dan
diinginkan. Pendeknya, nilai adalah sesuatu yang baik. Lawan dari nilai adalah non-nilai atau
disvalue. Ada yang mengatakan disvalue sebagai nilai negatif. Sedangkan sesuatu yang baik
adalah nilai positif. Hans Jonas, seorang filsuf Jerman-Amerika, mengatakan nilai sebagai the
addresse of a yes. Sesuatu yang ditujukan dengan ya. Nilai adalah sesuatu yang kita iya-kan atau
Berdasarkan defenisi dari aksiologi sebagaimana disebutkan diatas, dapat dipahami bahwa
aspek aksiologi dari filsafat mempelajari dan menjelaskan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan moral dan nilai- nilai. Selanjutnya, aksiologis dalam wacana filsafat mengacu
1. Etika
Pengertian secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata ethikos
atau ethos yang berarti adat, kebiasaan dan praktik (Frans Magnis S, 2006). Secara umum etika
merupakan teori mengenai tingkah laku atau tindak-tanduk perbuatan manusia yang dipandang
dari aspek nilai baik dan burukyang dapat ditentukan oleh akal. Dalam pandangan para ahli, etika
secara garis besar dapat diklasifikasi ke dalam tiga bidang studi yaitu: etika deskriptif, etika
2. Estetika
Estetika adalah ilmu yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta
bagaimana dapat merasakannnya. Sebuah keindahan yang sudah terbentuk tentunya harus dapat
dirasakan oleh banyak orang. Istilah estetika berasal dari bahasa Yunani, aesthesis yang berarti
merupakan salah satu bagian penting dari filsafat yang membahas dan menerangkan terkait
persoalan nilai, mengapa sesuatu itu dinilai baik atau buruk, dan dinilai indah
atau tidak indah serta berhubungan dengan nilai-nilai, etika dan estetika. Jadi ilmu pengetahuan
bukan hanya bersifat teoritis semata melainkan juga berdampak praktis secara fungsional dalam
3. Relativisme nilai
Relativisme nilai adalah pandangan yang memiliki beberapa prinsip sebagai berikut: a). bahwa
nilai-nilai bersifat relatif karena berhubungan dengan preferensi (sikap, keinginan, ketidaksukaan,
perasaan, selera, kecenderungan dan sebagainya), baik secara social maupun pribadi yang
berbeda secara radikal dalam banyak hal dari suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya; c) bahwa
pernilaian-penilaian seperti benar atau salah, baik atau buruk, tepat atau tidak tepat, tidak dapat
diterapkan padanya; dan d) bahwa tidak ada, dan tidak dapat ada nilai-nilai universal, mutlak, dan
objektif manapun yang diterapkan pada semua orang pada segala waktu (Lorens Bagus, 2002:
718).
C. ANALISIS PERAN AKSIOLOGI DALAM PEMBANGUNAN
Kita pembangunan mungkin saja sangat akrab di telinga kita. Secara umum kata ini diartikan
sebagai usaha untuk mewujudkan kemajuan hidup berbangsa. Akan tetapi pada sebagian besar
masyarakat, pembangunan selalu diartikan sebagai perwujudan fisik. Bahkan pada masyarakat
kecil, pembangunan mempunyai makna yang khas, seperti makna kata pembangunan yang sering
kita temukan di berbagai tempat yang ditulis pada papan peringatan di tepi-tepi jalan: hati-hati
sedang ada pembangunan mall, jembatan, jalan raya, rumah ibadah, dan sebagainya.
Implikasi aksiologi dalam studi pembangunan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai
tersebut dalam kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian peserta didik.
Memang untuk menjelaskan apakah yang baik itu, benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang
mudah. Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan untuk
bagus, buruk dan sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti dilihat dari segi
di dalam rumah tangga/keluarga, tetangga, kota, negara adalah nilai-nilai yang tak mungkin
diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya harus mendapat perhatian. Berdasarkan elemen
aksiologi. Secara aksiologi, berarti ilmu secara ilosofis berupaya menelaah ilmunya dan segi azas
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kesejahteraan umat manusia. Dalam konteks ilmu, kajian ini
biasanya berhubungan dengan masalah nilai (value). Jadi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
selalu berkaitan dengan persoalan nilai, bisa nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat atau
norma-norma yang ada di masyarakat. Terjadi pengkubuan terkait persoalan nilai, kubu pertama
mengakui eksistensi nilai (value), kubu lainnya tidak mengakui keberadaan nilai dalam proses
kerja ilmiah ilmu pengetahuan. Contoh masalah kloning manusia, ada yang tidak setuju terkait
nilai dan norma, ada yang menganggap ilmu itu bekerja untuk ilmu itu sendiri dan tidak ada
hubungannya dengan masalah nilai dan norma yang dipersepsikan oleh budaya yang dibangun
Untuk melihat peran aksiologi dalam studi pembangunan, Theodore Brameld, seorang tokoh
1. Pertama adalah moral, etika atau tindakan manusia. Peran utama aksiologi ini adalah memberi
arah pada manusia untuk melakukan suatu tindakan yang lebih baik, melalui nilai,etika dan
moral tersebutlah yang dipergunakan dalam studi pembangunan, karena dalam kajian ilmu
pembangunan diperluka moral untuk melakukan perubahan pembangunan yang lebih baik.
2. Kedua adalah ekspresi keindahan. Di sini aksiologi berperan sebagai pembimbing dalam diri
manusia untuk berekspresi yang melahirkan suatu keindahan dalam dirinya. Adanya ekspresi
perkembangannya.
3. Ketiga yaitu sosial politik. Pada tingkatan ini, aksiologi berperan sebagai sarana proses
sosialisasi manusia. Dalam studi pembangunan pasti sudah mempelajari tentang proses
sosialisasi antar individu. Hal ini menjadi penting, karena kajian pembangunan melibatkan
seklompok orang yang beriteraksi dan memiliki nilai sosial sebagai proses dalam perubahan
pembangunan.
Secara umum, kita dapat memberikan makna tentang pembangunan sebagai suatu proses
perencanaan (social plan) yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan untuk membuat
menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera sehingga terdapat beberapa cara untuk
menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara. Tolok ukur pembangunan bukan hanya
pendapatan per kapita, namun lebih dari itu harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan,
Adib Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arief Arman. 2005.Reformasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press.
Bagus Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
Bakhtiar Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hamdani (2019), Aksiologi Ilmu Pengetahuan Dan Keislaman (Interkoneksi Nilai-Nilai
Keislaman) Al-
Shah A. B. 1986. Metodologi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sofyan Ayi. 2010.Kapita Selekta Filsafat. Bandung: Pustaka Setia.
Suhartono Suparlan. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Russ Media.
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indoensia: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi
Aksara.