Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pesatnya ilmu pengetahuan, perkembangan industri sebagai hasil teknologi, peradaban modern, sikap ilmiah yang kritis dan skeptis, tuntutan kajian yang mendalam yang menimbulkan spesifikasi masuk dalam dunia pendidikan sekolah dan pendidikan tinggi seolah-olah harus mengajarkan semuanya. Namun karena tidakm ada yang permanen maka akhirnya tidak didapatkan semuanya, maka kritik tentang schooling itu teaching , dan teacing itu remembering dan akhirnya forgettin , maka semuanya jadi nothing nampaknya banyak benarnya. Dunia pendidikan jadi kehilangan makna hakikinya sebgai lembaga yang bermakna menyampaikan dan membina makna. Untuk menghadapi ketidakmaknaan seperti itulah pendidikan umum hadir dalam dunia pendidikan. B. Pokok Masalah Atas dasar latar belakang diatas, maka pokok masalah dalam makalah ini berisi tiga hal pokok : 1. Apakah hakekat pendidikan umum ? 2. Apakah hakekat pendidikan nilai serta perspektif Pendidikan nilai dalam Pendidikan Umum?

3. Apakah hakekat Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) serta perspektif ISBD dalam pendidikan umum ? C. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan penulisan makalah ini secara umum bermaksud untuk menjelaskan hakekat pendidikan nilai dan ISBD dalam pespektif pendidikan umum. Dan secara terperinci ingin menjelaskan : 1. Latar Belakang Pendidikan Umum 2. Pengertian Pendidikan Umum. 3. Tujuan Pendidikan Umum. 4. Pengertian Nilai. 5. Problematika Nilai. 6. Nilai dan Pendidikan Nilai. 7. Pijakan Filosofis Pendidikan Nilai. 8. Pendidikan Nilai dalam Perspektif Pendidikan Umum. 9. Perkembangan Historis ISBD. 10. Pengertian, Visi dan Misi ISBD. 11. Materi dan Strategi ISBD. 12. ISBD dalam perspektif Pendidikan Umum.

BAB II Pendidikan Umum


A. Latar belakang pendidikan umum Reaksi terhadap kehidupan manusia. Perkembangan kebudayaan Perkembangan industri dan teknologi Perkembangan pendidikan dan dampak sampingan dari perkembangan ilmu pengetahuan . B. Faktor-faktor munculnya pendidikan umum Adanya spesialisasi yang berlebihan Penekanan pendidikan pada bidang kerja tertentu (vocational) Kritisisme dan skeptisisme Ketidak seimbangan antara minat tertentu pemenuhan untuk menjadi warga yang baik Depersonalisasi dan fragmentasi kehidupan akibat spesialisasi kurikulum Cepatnya perubahan kondisi kehidupan yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak aman Adanya massa mengambang (marginal) dalam peradapan modern

        

C. Pengertian Pendidikan Umum Pendidikan umum adalah suatu pendidikan yang harus diberikan pada setiap orang pada setiap level pembelajaran dengan memberikan makna-makna esensial agar berkembangnya nilai, sikap dan pememahaman serta keterampilan seseorang sebagai pribadi dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab serta sebagai warga negara yang demokratis (bahkan sebagai warga dunia yang baik). D. Tujuan Pendidikan Umum Adapun tujuan dari Pendidikan Umum yaitu : Mengembangkan pola tingkah laku seseorang. Berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah sosial ekonomi dan politik. Menyadari saling ketergantungan. Memahami fenomena lingkungan alam. Memehami ide-ide orang lain dan menyampaikan ide secara efektif. Menjaga emosi dan secara serasi dan memuaskan untuk keseimbangan dalam masyarakat Memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri dan bekerja sama secara aktif dan cerdas memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Memahami dan menikmati kesusasteraan, seni lukis, musik, dan hasil budayaan lainnya. Mencari dan mengenali ilmu pengetahuan.

BAB III PENDIDIKAN NILAI


A. Pengertian Nilai 1) Nilai dalam Filsafat digunakan Frankena untuk menunjukkan : - kata benda : keberhargaan atau kebaikan. - kata kerja : suatu tindakan kejiwaan dalam menilai/ melakukan penilaian. 2) Jack R Fraenkel Value is an idea concept about someone think is important in life. 3) Artur W Comb Nilai adalah kepercayaan kepercayaan yang digeneralisir yang berfungsi sebagai garis pembimbing untuk menyeleksi tujuan serta perilaku yang akan dipilih untuk dicapai. Dengan demikian nilai merupakan ka[pasitas dan kualitas obyek yang baik dan berharga (ada pada obyek yang dinilai), nilai juga bisa berarti menilai atau melakukan penilaian (ada subyek yang menilai). Nilai bisa diarikan pila sebagai gagasan atau konsep sesuatu yang dipandang penting dalam hidup (ada pada dunia ide) dan nilai dipandang sebagai pedoman hidup (pada dunia psichospiritual).

B. Problematika Nilai Upaya dalam memberikan pengertian nilai secara holistik oleh setiap pakar cenderung memasuki relung kosong yang belum tersentuh oleh pemikir lainnya. Sikap berfikir seperti ini sering terjadi dalam berfilsafa, karena filsafat sering mencari hakikat kebenaran, mencari dan memecahkan sesuatu yang belum terpecahkan dan berupaya terus menjawab yang belum terjawab. Akan tetapi upaya mengisi relung kosong tersebut sering terjerumus pada pereduksian makna utamanya sehingga dalam pengertian diatas terjadi pereduksian makna nilai dengan tiga sektor besar realitas, yakni benda, esensi dan keadaan psikologis. Frondizi Nilai direduksi dengan kondisi psikologis bila disamakan dengan sesuatu yang menyenangkan. Sasaran perhatian kenikmatan, keinginan, perhatian merupakan suasana kejiwaan . Nilai direduksi dengan esensi,.... Disebabkan oleh pengacauan antara yang bukan realitas-tanda khas bagi nilai dengan identitas yang menandai esensi sehingga keabadian nilai dimasukkan kedalam kategori obyek ideal. dalam kajian filsafat, nilai merupakan tema kajian aksiologi yaitu filsafat perspektif, yang menurut imanuel yang harus menjawab What can I do? . Oleh karena itu aksiokologi berkaitan dengan right, virtu, dan good yang merupakan nilai etika dan persoalan keindahan yang dibahas pada nilai estetika.

Nilai estetika bertujuan untuk menciptakan obyek mengartikulasikan perasaan subyektif dalam bentuk abstraksi ideal yang dikembangkan dalam berbagai ragam, oleh karena itu dalam estetika ada adagium degutibus non disputandum artinya selera tidak selera tidak dapat diperdebatkan, sedangkan nilai etika merupakan tindakan yang sengaja secara benar dimana seseorang secara sukarela harus melakukannya. Kekeliruan sering terjadi bila pertimbangan moral digunakan untuk kriteria estetika atau sebaiknya. Bila prinsip moral (etik) digunakan untuk kriteria estetika atau sebaliknya. Bila prinsip moral digunakan untuk kriteria estetika biasanya terjadi perampasan estetik karya seni, sedangkan bila moral diasimilasikan dengan estetika maka kewajiban moral jadi hilang dan erubah menjadi selera dan gaya. Namun demikian bukan berarti pertimbangan etik tidak boleh digunakan pada bidang estetika, akan tetapi prinsip moral hanya untuk memastikan pengaruh karya terhadap perbuatan bukan pada kepentingan estetika itu sendiri. C. Nilai dan Pendidikan Nilai Nilai berhubungan dengan kegiatan manusia menilai. Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan yang lain yang selanjutnya diambil suatu keputusan. Keputusan nilai dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau buruk, religius atau tidak religius. Reisi Frondizi Nilai memiliki polaritas dan hirarki. Polaritas Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan negatif yang sesuai seperti baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.

Hirarki

Nilai tersusun secara hirarkis tentang urutan pentingnya, yang berarti ada nilai yang lebih diutamakan dari nilai yang lainnya.

Contoh Hirarki Nilai :  Max Scheller 1. Nilai Kenikmatan. 2. Nilai Kehidupan. 3. Nilai Kejiwaan. 4. Nilai Kerohanian.  Notonagoro 1. Nilai Material. 2. Nilai Vital, 3. Nilai kerohanian Nilai kerohanian dibedakan dalam 4 macam : a. Nilai kebenaran. b. Nilai keindahan atau nilai estetis. c. Nilai kebaikan/ moral. d. Nilai Religius Dari gambaran hirarki nilai menunjukkan bahwa nilai yang tertinggi selalu berujuung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi manusia. Terdalam dalam arti lebih hakiki dalam bentuk ideal yang dapat dipikirkan, sedangkan nilai yang paling rendahlebih bersifat sementara, instrumental tergantung pada indrawi manusia , serta hanya memuaskan jasmani manusia. Oleh karena itu dalam pendidikan nilai bukan hanya menjelaskan jenis-jenis nilai, akan tetapi harus mengajak siswa untuk menemukan nilai tertinggi yang menjadi pegangan dirinya.

Menurut Max Sheller menyebutkan : 1. Nilai tertinggi menghasilkan kepuasan yag lebih mendalam. 2. Kepuasan jangan dikacaukan dengan kanikmatan (meskipun kenikmatan merupakan hasil dari kepuasaan). 3. Semakin kurang kerelatifan nilai, semakin tinggi keberadaannya, nilai tertinggi dan semua nilai adalah nilai mutlak. Nilai Etika memiliki tiga arti yaitu : 1. Nilai-nilai norma dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur tingkah lakunya. 2. Merupakan kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). 3. Ilmu yang baik dan yang buruk (filsafat moral). Sedangkan estetika di kembangkan dalam berbagai seni, baik seni musik yang merupakan bentuk bunyi yang terpola yang mengkomunikasikan maknamakna kualitatif sendiri, tidak mengungkapkan makna dalam bentuk diskursus, atau dalam bentuk visual seperti menggambar, seni grafik, yang lebih membentuk materi konkrit.

D. Pijakan Folosofis Pendidikan Nilai Banyak filosuf yang memberikan kontribusi terhadap pendidikan nilai sejak dialog Meno-Socrates yang dikemukakan Plato sampai para filosuf kontemporer, sebut saja Thomas Hobbes sebagai tokoh Contract Sosial , Lawrence Kohlberg sebagai tokoh Cognitive moral develpment Ada empat pandangan bagaimana sikap sekolah dalam menghadapi pendidikan nilai menurut JW Watkins, : 1. one day to treat moral instruction in the go school is to ignore it completely. 2. A second aproach to moral instruction is to use it provide oppurtunities for student to clarify and defend their own values. 3. Moral instruction can also be conctructed in school by teaching student a specificprocess to follow when making value decision. 4. A four approach to value instruction in to teach student a given set of values. Sehubungan dengan empat pandangan ini, ada tiga kelompok akar filosofi yang mendasari Pendidikan Nilai yaitu : 1. Idealisme dan Realisme Idealisme menyatakan bahwa nilai itu absolut. Anak anak mempelajari nilainilai permanen untuk dijadikan pedoman hidupnya sehingga dia harmonis dengan sekuruh spirit yang dia miliki. Pengikut realisme mengatakan bahwa hanya sistem pendidikanlah yang menjadi penggerak kearah pemahaman nilai yang benar. Dengan demikian standar moral perlu diajarkan pada siswa.

2. Pragmatisme Seorang Paragmatis memandang bahwa standar moral suatu masyarakat dengan masyarakat lain itu berbeda, dan setiap individual membuat keputusan nilai berdasarkan atas pertimbangan baik kesejahteraan manusia dalam kelompok masyarakatnya . 3. Filsafat Eksistensialisme. Menurut Kneller bagi seorang eksistensialis, hanya nilai yang dapa diterima individu yang dapat diterima individu yang bebas pakai.

BAB IV ILMU SOSIAL BUDAYA DAERAH


A.Perkembangan Historis ISBD

ISBD merupakan nama mata kuliah yang baru muncul berdasarkan Surat Keputusan Dirjen DIKTI RI No. 30/DIKTI/Kep/2003 yang implementasinya berdasarkan Surat edaran D8IKTINo.1058/D/T/2003.Surat Keputusan Dirjen DIKTI No.355/DIKTI/Kep/1998 yang memuat secara terpisah mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD),Ilmu Budaya Dasar (IBD) dan Ilmu Alamiah Dasar (IAD).Bahkan sebelumnya kelompok mata kuliahini lebih terperinci lagi,dimana ISD terdiri dari Basic Social Sciences (BSS),Study Sosial (SS) dan Seminar Study Sosial (SSS),demikian pula pada IBD terdiri dari Basic Cultural Studies (CS), dan Seminar Culteral Studies (MCS) serta Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sekarang disebut Ilmu Alamiah Dasar. Penggabungan mata kuliah ini lebih terlihat sebagai upaya memperkecil SKS.karena SKS mata kuliah mayor lebih besar bahkan untuk kasus di Universitas Pendidikan Indonesia ISD,IBD,dan IAD ini digabung menjadi satu mata kuliah hanya 2 SKS dengan nama Pendidikan LIngkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT).Sementara berdasarkan Surat Keputusan Dirjen DIKTI No.30/DIKTI/Kep.2003 di atas kelompok mata kuliah tersebut disebut Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) dan jenis mata kuliahnya terdiri dari ISBD dan IAD yang Bermasyarakat (MBB) dan jenis mata kuliahnya terdiri dari ISBD dan IAD yang seharusnya sudah berlaku sejak tahun akademi 2004 sesuai dengan edaran Dirjen DIKTI 1058/D/T/2003.

B.Pengertian,Visi dan Misi ISBD Penertian ISBD secara khusus tidak dikenal dalam SK Dirjen DIKTI No.30/DIKTI/Kep/2003. Oleh karena itu untuk mempertegasnya pengertiannya pengertian dan hakekat mata kuliah tersebut perlu ditelusuri terlebih dahulu dari visi dan misi ISBD. C.Materi dan Strategi ISBD Agar tercapai visi dan misi ISBD seperti diatas, maka dikembangkan ruang lingkup materi ISBD (Dikti,2004,h. 15-16)sebagai berikut : 1. Pendahuluan yang berisi tentang : a. Visi,misi dan tujuan ISBD . b. Pengertian Ilmu-Ilmu budaya dan ISBD. c. Fungsi Pendidikan Umum dan MBB di Perguruan Tinggi. d. ISBD sebagai pendidikan umum e. Ruang lingkup ISBD f. Metode pembelajaran ISBD g. Beberapa alternatif h. Proses pembelajaran ISBD di Perguruan Tinggi i. Sistem evaluasi pembelajaran ISBD j. ISBD sebagai alternative pemecahan masalah social budaya

2. Manusia dan kebudayaan a.Pengertian budaya dan kebudayan b.Fungsi dan peran akal budi bagi manusia c.Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan d.Memanusiakan manusia melalui pemahaman terhadap konsep dasar manusia e.Proses pembudayaan manusia dan perubahan kebudayaan f.Masyarakat manusia mempunyai aneka ragam corak kebudayaan g.Kebudayaan merupakan pedoman bagi kehidupan manusia yang berisikan perangkat pengetahuan dan keyakinan yang diguakan untuk memanfaatkaN linkungan bagikebutuhan kehidupan. h. Problematika kebudayaan bagi kehidupan manusia. 3) Manusia dan Peradaban a. Pengertian adab dan paradaban b. Pengertian manusia sebagai mahluk adap dalam masyarakat adab. c. Evolusi budaya dan tahapan-tahapan peradaban d. Peradaban dan perubahan sosial. e. Wujud peradaban

4) 5) 6) 7) 8)

f. Tradisi , modernisasi dan masyarakat madani g. Ketenagan ,kenyamanan ,ketentraman dan kedamaian sebagai manusia yang h. Problematika peradaban dalam kehidupan manusia Manusia sebagai mahluk individu dan mahluk social Manusia,kergaman dan kesetaraan Manusia,nilai, moral dan hokum Manusia, sains, teknologi dan seni Manusia dan lingkungan.

BAB V PENDIDIKAN NILAI DAN ISBD SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM


A.Pendidikan Nilai sebagai Pendidikan Umum Pendidikan Nilai secara filosofi berisi bidang makna-makna etika dan astetika merupakan kajian pendidikan umum (PU) karena keduanya merupakan esensi kehidupan. Makna estetika tidak boleh berbenturan dengan makna etika,karena lebih elementer dibandingkan dengan makna etika. Estetika lebih mengartikulasikan makna-makna subyektif yang di wujudkan dalam berbagai ragam seni,sedangkan etika meliputi makna-makna moral yang mengekspresikan kewajiban,yang berhubungan dengan tindakan seseorang yang didasarkan kebebasan. Makna-makna estetika dan etika dalam PU lebih menyentuh sikap,emosi,perasaan dan nurani individu. Studi estetika harus mampu mengekspresikan nilai-nilai sendiri,serta mampu menikmati dan menghargai nilai-nilai yang lain serta mensyukri karya estetika teragung yakni ciptaan Tuhan,sedangkan studi etika (moral) bermaksud meyakini nilai dirinya serta diantarkan pada keyakinan nilai moral sehingga dia memilki prinsip yang benar.

B.ISBD sebagai Pendidikan Umum ISBD dapat dikategorikan pada Pendidikan Umum karena berhubungan dengan makna empirik yang berhubungan untuk membina individu untuk menjadi masyarakat dan warga negara yang baik.Untuk memper mudah pembelajarannyabisa menggunakan pendekatan stuktural dimana satu bidang disiplin sebagai pusat kajiannya. Karena proses perkuliahan lebih menekankan pemecahan masalah disamping penyampaian informasi,maka evaluasi yang dilakukan bukan hanya mengandalkan tes tertulis bersifat kognitif melainkan dilakukan penilaian secara holistik terhadap perencanaan yang mengevaluasi aspek kepribadian dan seluruh aspek aktivitas mahasiswa.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan Pendidikan Umum muncul karena cepatnya perubahan kondisi kehidupan termasuk kemajuan teknologi yang menyebabkan rasa tidak aman dan nyaman serta munculnya massa mengambang (marjinal) dalam peradaban modern. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan bagi setiap orang untuk setiap level pembelajaran yang memberikan makna-makna esensial dalam bidang symbolik,empirik,estetik,pendidikan tersebut tidak lain adalah Pendidikan Umum. Pendidikan Nilai merupakan program pendidikan yang membina dan mengembangkan nilai estetika dan nilai etika.Pendidikan nilai ini bukan hanya mengajarkan pemahaman tentang nilai,akan tetapi siawa harus memahami,menghargai,bangga dan mampu mengekspresikan nilai dirinya serta mampu memahami dan menghargai nilai orang lain. ISBD merupakan program pendidikan untuk membina dan mengembangkan makna empirik yang bertujuan agar individu mampu mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial dan budaya secara kritis,serta menjadi mahluk sosial yang berdab.

B.Saran Pendidikan Umum yang berupaya memberikan makna-makna esensial sudah sewajarnya mendapatkan porsi yang layak dan memadai dalam program kurikulum persekolahan perguruan tinggi. Pendidikan Nilai dan ISBD merupakan dua bidang yang semakin diperkecil porsinya dalam kurikulum persekolahan ataupun perguruan tinggi. Dampak dikuranginya pendidikan ini semakin ketara terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh.Dekadensi moral dan rendahnya sikap sosial serta menurunnya manusia sebagai mahluk yang beradab saat ini.Bila porsi Pendidikan Nilai dan ISBD maka perusakan harkat dan martabat manusia serta lingkungannya akan semakin besar.Pemberian porsi yang berlebihan pada mata pelajaran spesialisai hanya menumbuhkan manusia cerdas tai gila . Menyeimbangkan kurikulum spesialisasi dengan pendidikan umum mutlak perlu agar terciptanya kehidupan yang harmonis.

Anda mungkin juga menyukai