Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup seluruh pengalaman dan


pemikiran manusia tentang pendidikan. Apabila kita mempelajari karya tulis yang
membahas pendidikan, baik sains pendidikan maupun filsafat pendidikan, maka
kita akan menemukan berbagai macam uraian atau pengertian tentang pendidikan.
Pada umumnya, pembahasan tersebut berkisar sekitar dasar dan tujuan
pendidikan, proses pendidikan, materi pendidikan, dan kebijakan-kebijakan ideal
maupun operasional pendidikan. Hal ini terjadi karena pendekatan yang
digunakan penulis berbeda-beda. Mungkin menggunakan pendekatan filosofis,
sains (ilmiah), atau dogmatis religi.

A. PRAKTIK PENDIDIKAN DAN TEORI PENDIDIKAN


Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan
kegiatan-kegiatan lain, seperti kegiatan ekonomi, hukum, agama, dan lain-lain.
Selain itu, kita dapat juga mempelajari pendidikan secara akademik, baik secara
empirik yan bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan, maupun dengan
jalan perenungan-perenungan yang mencoba melihat makna pendidikan dalam
suatu konteks yang lebih luas. Yang pertama, kita sebut praktik pendidikan,
sedangkan yang kedua kita sebut teori pendidikan.
1. Praktik Pendidikan
Menurut Redja M. (Depdikbud: IKIP Bandung, 1991), praktik pendidikan
adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar
mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat
dilihat dari tiga aspek,yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan, dan aspek
dorongan (motivasi). Tujuan praktik pendidikan adalah membantu pihak lain
mengalami perubahan tingkah laku fundamental yang diharapkan. Proses kegiatan
merupakan seperangkat kegiatan sosial/bersama, usaha menciptakan peristiwa
pendidikan dan mengarahkannya, serta merupakan usaha secara sadar atau tidak
sadar melaksanakan prinsip-prinsip pendidikan. Motivasi untuk melaksanakan
praktik pendidikan muncul karena dirasakan adanya kewajiban untuk menolong
orang lain atau sesama.

1
2. Teori Pendidikan
Kita harus mempelajari teori pendidikan, karena dalam pendidikan yang
kita hadapi adalah manusia. Berbicara tentang manusia akan menyangkut
harkat, derajat, martabat, dan hak asasinya. Mendidik bukan perbuatan
serampangan, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul didasari dan
disadari dalam rangka membimbing manusia pada suatu tujuan yang akan
dicapai.
Walaupun kita telah memahami berbagai teori pendidikan, kita tidak
boleh beranggapan bahwa kita telah memiliki resep pasti untuk menjalankan
tugas dalam pendidikan. Dalam pendidikan tidak dikenal suatu resep yang pasti
(mutlak), karena yang utama dalam pendidikan adalah kreativitas dan
kepribadian pendidik. Dalam kaitan ini Prof. Sikun Pribadi (1980)
mengemukakan :
Itulah sebabnya mengapa suatu upaya pendidikan tidak dapat dan
tidak boleh dikemukakan dalam bentuk resep atau aturan yang tetap untuk
dijalankan. Yang penting bukan resepnya, melainkan kepribadian dan
kreativitas pendidik sendiri. Pendidikan (walaupun harus didukung oleh ilmu
pendidikan atau pedagogik) dalam pelaksanaannya lebih merupakan seni
daripada teori.
Dalam pedidikan tidak akan sendirinya dapat menerapkan teori yang
ada, walaupun telah teruji, berhasil dipraktikan di tempat/negeri lain. Dalam
pelaksanaanya, kita harus memperhatikan si terdidik sebagai manusia unik
dengan segala aspek kepribadiannya, memperhatikan situasi dan kondisi
lingkungan , tujuan yang akan dicapai yang bersumber pada falsafah dan
pandangan hidup manusia di mana pendidikan berlangsung.
Pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan
dicapai.
2. Berfungsi untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik
pendidikan.

2
3. Dijadikan sebagai tolok ukur sampai di mana kita telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.

3
Beberapa pengertian/istilah teori.

1) Dalam Dictionary Americana dijelaskan bahwa teori adalah :


a) Suatu susunan yang sistematis tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan
dalil-dalil nyata atau dalil-dalil hipotesis.
b) Suatu penjelasan hipotesis tentang fenomena atau sebagai hipotesis yang
belum teruji secara empiris.
c) Suatu eksposisi tentang prinsip-prinsip umum atau prinsip-prinsip abstrak
ilmu humaniora yang berasal dari praktik.
d) Suatu rencana atau sistem yang dapat dijadikan suatu metode bertindak.
e) Suatu doktrin atau hukum yang hanya didasarkan atas renungan
spekulatif.
2) Dagobert Runes (1963:317) mengemukakan tiga pengertian teori yang sudah
diterjemahkan, yaitu :
Istilah teori memiliki tiga pengertian. Pertama, teori merupakan suatu
hipotesis tentang segala masalah, dapat diuji, tetapi tidak perlu diuji. Kedua,
teori merupakan lawan dari praktik , merupakan pengetahuan yang disusun
secara sistematis dari kesimpulan umum relatif. Ketiga, teori diartikan
sebagai lawan dari hukum-hukum dan observasi, suatu deduksi dari aksioma-
aksioma dan teorema-teorema suatu sistem yang pasti (tidak perlu diuji)
secara relatif kurang problematis dan lebih banyak diterima atau diyakini.
3) G.F. Kneller (1971:41) mengemukakan pengertian teori sebagai berikut, yang
artinya :
Kneller seolah menyimpulkan dari beberapa pengertian teori yang
disebutkan terdahulu. Menurut Kneller, teori memiliki dua pengertian.
Pertama, bahwa teori itu empiris, dalam arti sebagai suatu hasil pengujian
terhadap hipotesis dengan melalui observasi dan eksperimen. Cara berpikir
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode induktif. Maka teori disini
sama dengan makna teori dalam sains. Seorang guru tidak boleh dikacaukan
dengan isu-isu yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Kedua, teori dapat
diperoleh melalui berpikir sistematis spekulatif, dengan metode deduktif.
Dalam hal ini Kneller mengemukakan bahwa teori merupakan “a set of

4
coherent thought”, seperangkat berpikir koheren, yang sesuai dengan teori
koherensi tentang kebenaran.
Menurut teori koherensi, kebenaran suatu teori bukan bersesuaian dengan
realitas, melainkan kesesuaian secara harmonis dengan pengetahuan kita yang
telah dimiliki, kesesuaian dengan asumsi-asumsi , kesesuaian dengan
aksioma-aksioma atau dalil-dalil yang berlaku. Teori yang kedua ini
menggunakan cara berpikir rasional deduktif, dapat bersumber pada hasil
pemikiran filosofi yang telah ada, atau aksioma yang ada, seperti dalil-dalil
yang bersumber dari ajaran agama (wahyu dari Tuhan). Dalam pengertian
yang kedua ini, teori merupakan seperangkat prinsip yang berkaitan erat
sebagai petunjuk praktis. Teori, tidak sekadar diartikan sebagai suatu
penjelasan terhadap fenomena, melainkan merupakan petunjuk untuk
membangun dan mengontrol pengalaman.
B. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM TEORI PENDIDIKAN
Pendekatan-pendekatan dalam menyusun teori pendidikan, terdiri dari
pendekatan sains, pendekatan filosofis, pendekatan religi, dan pendekatan multi
disiplin.
1. Pendekatan Sains
Suatu pengkajian dengan menggunakan sains untuk mempelajari,
menelaah, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Teori ini
disebut sains pendidikan (science of education). Henderson (1959)
mengemukakan bahwa sains pendidikan pada dasarnya ingin
menyumbangkan pengetahuan yang diperoleh melalui eksperimen,
analisis, pengukuran perhitungan, klasifikasi, dan perbandingan.
Sains pendidikan menghasilkan ilmu pendidikan sebagai terapan dari
sains dasarnya. Pendekatan sains ini menelaah masalah-masalah
pendidikan secara ilmiah (Scienctific) dan mempelajari proses-proses
psikologis, sosiologis, sosiokultural, dan ekologis, karena akan
mempengaruhi dan menentukan pendidikan.

Karakteristik pendekatan sains

Dapat dilihat dari tiga segi, yaitu objek pengkajian, tujuan


pengkajian, dan metode kerja pengkajian. Objek pekerja dalam sains

5
pendidikan sangat terbatas, karena objeknya merupakan salah satu aspek
dari pendidikan. Dengan objek yang terbatas itulah, sains pendidikan
mencoba menganalisis objeknya menjadi unsur-unsur yang lebih kecil.

Tujuan pengkajian sains adalah untuk menggambarkan peristiwa-


peristiwa yang terjadi dalam pendidikan. Mendeskripsikan dan
menggambarkan apa yang terjadi dalam peristiwa pendidikan.
Karakteristik seperti ini disebut deskriptif atau deskriptif analitis, yaitu
menggambarkan secara rinci tentang unsur-unsur dari aspek pendidikan,
yang menjadi objek penyelidikannya.

Metode kerja pengkajian sains dalam pendidikan ialah dengan


menggunakan metode sains (yang lebih dikenal dengan metode ilmiah)
yaitu dengan cara induktif. Teori pendidikan dengan metode induktif
berasal dari fakta-fakta khusus, fakta empiris pendidikan, dianalisis dan
diverifikasi, kemudian ditarik suatu kesimpulan/generalisasi sebagai suatu
teori pendidikan.

Metode sains merupakan prosedur kerja yang terencana dan


cermat, melalui pengalaman, dengan menggunakan kerangka pemikiran
tertentu. Dengan demikian sains pendidikan menggunakan empiris logis,
yaitu suatu pengkajian yang bersumber pada data empiris yang diperoleh
dengan melakukan penelitian yang cermat dan menggunakan berbagai
metode/cara yang logis menurut aturan-aturan tertentu.

Jenis-jenis sains pendidikan

Terdapat beberapa jenis sains pendidikan, diantaranya:

1) Sosiologi Pendidikan
Merupakan cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dari sosiologi
dalam kajian pendidikan, aplikasi dari hasil-hasil penelitian dalam
sosiologi. Terminologi-terminologi atau istilah-istilah yang muncul
adalah istilah-istilah yang berasal dari sosiologi, misalnya struktur
sosial pendidikan, perubahan sosial dalam pendidikan, mobilitas sosial
pendidikan, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan berangkat dari

6
asumsi bahwa pendidikan merupakan organisasi sosial, sehingga objek
penyelidikan sosiologi pendidikan adalah faktor-faktor sosial dalam
pendidikan.
2) Psikologi Pendidikan
Sebagai aplikasi dari psikologi dalam kajian pendidikan, sangat
dipengaruhi oleh perkembangan dan hail-hasil penelitian dalam
psikologi. Terminologi-terminologi yang dipergunakan sudah barang
tentu istilah-istilah yang berasal dari psikologi, misalnya motivasi
belajar, minat, instink. Psikologi pendidikan bertolak dari asumsi
bahwa pendidikan merupakan hal-ihwal individu yang sedang belajar.
Belajar merupakan perubahan perilaku individu. Jadi, objek penelitian
dalam psikologi pendidikan adalah perilaku individu dalam belajar.
3) Administrasi Pendidikan
Sebagai aplikasi dari ilmu manajemen, dipengaruhi dan bersumber dari
hasil penelitian dalam bidang manajemen. Terminologi yang
digunakan sudah pasti istilah yang biasa dipergunakan dalam bidang
manajemen, seperti planning, supervisi, kontrol, dan sebagainya.
Administrasi pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa pendidikan
adalah usaha pendayagunaan sumber yang tersedia secara efektif dan
efisien. Objek utama penelitian administrasi pendidikan adalah
pengelolaan atau pengaturan sumber daya manusia dan bukan manusia,
agar individu dapat belajar efektif dan efisien.
4) Teknologi Pendidikan
Sebagai aplikasi dari sains dan teknologi, sangat dipengaruhi oleh
perkembangan dan hasil penilitian dalam bidang teknologi. Teknologi
pendidikan antara lain bertolak dari asumsi bahwa pendidikan
merupakan aspek metodologi dan teknik belajar mengajar yang efektif
dan efisien.
5) Evaluasi Pendidikan
Sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistik. Jadi, banyak
dipengaruhi oleh hasil perkembangan dan penelitian dalam psikologi
pendidikan dan statistik. Evaluasi pendidikan berasal dari asumsi

7
bahwa pendidikan merupakan persoalan untuk menemukan dan
menentukan tingkat keberhasilan pendidikan.
6) Cabang-cabang lain yang termasuk jenis sains pendidikan adalah
ekonomi pendidikan, pendidikan kependudukan, ekologi pendidikan,
bimbingan dan penyuluhan pendidikan, pengembangan kurikulum,
perencanaan pendidikan, evaluasi sistem pendidikan.
2. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan
untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
menggunakan metode filsafat. Pengetahuan atau teori pendidikan yang
dihasilkan dengan pendekatan filosofis disebut filsafat pendidikan.
Menurut Henderson (1959), filsafat pendidikan adalah filsafat yang
diterapkan/diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-
masalah pendidikan.
Pendidikan membutuhkan filsafat, karena masalah pendidikan tidak
hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas
pada pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang mungkin
tidak dapat dijangkau oleh sains pendidikan (science of education).
Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang
bersumber dari tujuan hdup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup
manusia. Nilai dan tujuan hidup manusia memang merupakan fakta,
namun pembahasannya tidak bisa menggunakan cara-cara yang terdapat
dalam sains pendidikan, melainkan diperlukan suatu perenungan yang
mendalam.
Tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan
hidup dan pandangan hidup individu. Pendidikan tidak dapat dipahami
sepenuhnya tanpa memahami tujuan akhirnya, sehingga hanya tujuanlah
yang dapat ditentukan terlebih dahulu dalam pendidikan.
Karakteristik pendekatan filosofis
Seperti halnya pendekatan sains, karakteristik pendidikan filosofis
dapat dilihat dari objek pengkajian, tujuan pengkajian, dan metode kerja
pengkajian. Objek pengkajian pendidikan dengan pendekatan filosofis

8
adalah semua aspek pendidikan seperti tujuan pendidikan, isi pendidikan,
metode pendidikan, pendidik, anak didik, keluarga, masyarakat, itu semua
merupakan kajian yang komprehensif dari pengkajian filosofi. Pengkajian
seperti ini disebut pengkajian sinopsis, yaitu suatu pengkajian yang
bersifat merangkum atau mencakup semua aspek pendidikan.
Tujuan akhir suatu pengkajian filosofi dalam pendidikan adalah
merumuskan apa dan bagaimana seharusnya tentang pendidikan. Kajian
filosofi berusaha merumuskan apa yang diamksud dengan pendidikan,
bagaimana seharusnya tujuan pendidikan, bagaimana seharusnya
kurikulum dirumuskan/disusun. Pengkajian seperti ini disebut pengkajian
normatif, karena berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai yang berlaku
dalam kehidupan manusia.
Metode pengkajian filosofi adalah melalui kajian rasional yang
mendalam tentang pendidikan dengan menggunakan semua pengalaman
manusia dan kemanusiaanya.
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi terhadap pendidikan, berarti bahwa suatu ajaran
religi diajdikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep-konsep
pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan
pendidikan. Ajaran religi yang berisikan kepercayaan dan niali-nilai dalam
kehidupan, dapat dijadikan sumber dalam menentukan tujuan pendidikan,
materi pendidikan, metode, bahkan sampai pada jenis-jenis pendidikan.
Metode yang dipergunakan dalam menyusun teori/konsep pendidikan
adalah tesis deduktif. Dikatakan tesis, karena bertolak dari dalil-dalil atau
aksioma-aksioma agama yang tidak dapat kita tolak kebenarannya.
Dikatakan deduktif, karena teori pendidikan disusun dari prinsip-prinsip
yang berlaku umum, diterapkan untuk memikirkan masalah-masalah
khusus. Ajaran agama yang berlaku umum dijadikan sebagi pangkal untuk
memikirkan prinsip-prinsip pendidikan yang khusus.
Sebagai contoh, teori pendidikan Islam akan berangkat dari Al-Quran,
sehingga ayat-ayat Al-Quran akan dijadikan landasan dalam keseluruhan
sistem pendidikan. Abdur Rahman Shalih Abdullah (1991)

9
membandingkan teori pendidikan Islam dengan teori sains. Ia mengatakan
bahwa teori sains bersifat deskriptif dapat membantu para pendidikan tidak
dapat dipungkiri. Tetapi, tidak mungkin dapat menjadi paradigma bagi
teori pendidikan,

10

Anda mungkin juga menyukai