Anda di halaman 1dari 27

Filsafat dan Teori

Administrasi Pen-
didikan
Oleh:
Dr. Yayah Rahyasih, M.Pd
INDIKATOR CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan Arti Kebenaran


2. Memahami Teori Kebenaran
3. Menguraikan Kebenaran dalam Ilmu Pengetahuan
4. Filsafat dan Konsep Administrasi Pendidikan
5. Kepala Sekolah sebagai Administrator Pend.
Pokok Bahasan
Materi ini akan menjelaskan secara singkat beberapa
hal yang dapat dijadikan dasar dalam memahami filsafat
administrasi pendidikan, yakni :

01 Arti Kebenaran

02 Teori Kebenaran

03 Kebenaran dalam Ilmu Pengetahuan

04 Filsafat dan Konsep Administrasi Pendidikan

05 Kepala Sekolah sebagai Administrator Pend.


1. Arti Kebenaran

Substansi filsafat adalah kebenaran. Istilah kebenaran memiliki 4 arti yang berbeda.
Dalam hal ini dapat disimbolkan dengan T1, T2, T3, T4 (Lincoln & Guba, 1985):
1. Kebenaran T1. Kebenaran Metafisik  Kebenaran yang paling mendasar dan puncak dari
seluruh kebenaran yang pernah ada. Kebenaran ini adalah kebenaran yang datang dari Tuhan.
2. Kebenaran T2. Kebenaran Etik  Kebenaran yang merujuk pada perangkat standar moral atau
profesional sebagai pegangan perilaku yang harus dilakukan oleh pemegang jabatan. T2
bersumber dari T1 atau norma sosial budaya, komunitas profesi.
3. Kebenaran T3. Kebenaran Logik  Kebenaran hasil konsensus, dianggap benar apabila secara
matematis konsisten atau koheren dengan yang telah diakui dalam T1 dan T2.
4. Kebenaran T4. Kebenaran Empirik  Kebenaran yang teruji dan tahan dari kritik atau
falsifikasi. Kebenaran ilmiah yang konsisten dengan kenyataan alam.
Dari 4 bentuk kebenaran menurut Lincoln & Guba, secara sederhana dapat
dikelompokan kembali menjadi 2 bentuk, yakni :
1. Kebenaran Absolut  Kebenaran ini merupakan dasar dari segala
kebenaran yang ada dan bersumber dari Tuhan Sang Pencipta.
2. Kebenaran Nisbi  Kebenaran yang bersifat relatif dan bersumber dari
manusia yang ditemukan melalui pengalaman atau ilmu pengetahuan.
2. Teori Kebenaran

Teori Teori Teori


Korespondensi Koherensi Pragmatisme
1) Teori Korespondensi
Dikatakan benar bila ada relasi interaksional antara
subyek dengan obyek (knower & known). Materi yang
terkandung dalam pernyataan koresponden dengan
obyek yang sebenarnya. Misalnya pimpinan universitas
disebut Rektor. Pernyataan itu dikatakan benar karena
secara faktual yang memimpin universitas itu dinamakan
Rektor bukan Direktur atau pun Ketua.
2) Teori Koherensi
Dikatakan benar bila merujuk kepada kebenaran yang
sesuai dengan pernyataan sebelumya. Merujuk kepada
kebenaran logis yang mendahului kebenaran empiris.
Misalnya, semua mahasiswa yang belajar dengan rajin
dan tekun adalah calon sarjana, Asep adalah mahasiswa
yang selalu tekun dan rajin belajar, maka Asep adalah
calon sarjana.
3. Teori Pragmatisme
Kebenaran tersimpul dalam sesuatu yang fungsional
bagi kehidupan manusia. Kebenaran dilihat dari sudut
pandang nilai kegunaan bagi kehidupan manusia.
Misalnya, teori cooperative learning adalah teori belajar
yang diterapkan dalam suatu mata pelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, dan secara ilmiah
terbukti siswa meningkat hasil belajarnya, maka teori
tersebut dapat dianggap benar.
Teori-teori kebenaran tadi merupakan hasil dari cara berfikir
manusia dalam mencari kebenaran. Cara berifikir adalah suatu
kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Adapun
cara berfikir terdiri dari:
1) Penalaran: Suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan (cirinya logis dan
analitik).
2) Intuisi: Suatu kegiatan berfikir non analitik bercampur
dengan perasaan.
3) Perasaan: Penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan
penalaran.
4) Logika: Pengkajian untuk berfikir secara sahih.
3. Kebenaran Dalam Ilmu Pengetahuan

“Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science. Kata


science bermula dari bahasa Latin yaitu scire yang
berarti belajar atau mengetahui. Secara umum ilmu
dapat diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam,
pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu yang
dipahami dengan yakin dan gamblang”
Sesuatu dapat dikatakan sebagai ilmu harus memiliki ciri-
ciri standar sebagai berikut:
a. Obyektivitas;
b. Ada pokok persoalan tertentu (obyek studi);
c. Memiliki sistematika content dan area of studies;
d. Terbuka – dapat dijelaskan secara ilmiah;
e. Ada metodologi;
f. Memiliki terminologi-terminologi yang standar.
Dalam filsafat, syarat sesuatu dapat dikatakan sebagai ilmu
ditandai oleh adanya unsur :
Ontologi: Pembahasan tentang hakekat atau tentang
apa yang dikaji.
Epistimologi: Pembahasan secara mendasar tentang
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan atau
metode yang digunakan untuk memperoleh ilmu.

Aksiologi: Pembahasan tentang kegunaan dan fungsi


dari suatu ilmu.
Ilmu adalah bentuk pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah
yang disebut “logico – hypotetico – verivikatif” atau “deducto –
hypotetiko – verivikatif”

Adapun metode ilmiah secara logico – hypotetico – verivikatif adalah


sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah.
2. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis (studi
pustaka dan dokumentasi ilmiah).
3. Perumusan hipotesis.
4. Menguji hipotesis, untuk ini diperlukan data dan informasi empirik
yang relevan. Adapun cara menguji nya harus valid dan sahih disebut
verifikasi data.
5. Proses menerima atau menolak kesimpulan, apakah hipotesis diterima
atau ditolak.
(Yuyun Suriasumantri, 1996)
Bagan langkah-langkah metode ilmiah
4. Filsafat dan Konsep Administrasi Pendidikan
A. Filsafat Administrasi
Filsafat  Upaya manusia untuk mengetahui secara benar tentang sesuatu dengan sedalam-
dalamnya baik mengenai hakekat, fungsi, ciri, kegunaan, masalah dan solusi dari masalah itu sendiri.
Administrasi  Keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang didasari atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Beberapa hal yang terkandung dari definisi di atas:


1) Administrasi sebagai seni adalah menunjuk pada proses yang diketahui hanya permulaan sedang
akhirnya tidak ada.
2) Administrasi memiliki unsur-unsur: adanya dua manusia atau lebih; adanya tujuan yang hendak
dicapai; adanya tugas-tugas yang harus dilaksanakan; dan adanya peralatan atau perlengkapan
termasuk waktu dan tempat untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
3) Administrasi sebagai proses kerjasama.
Unsur yang terkandung dalam Administrasi
Leadership (Kepemimpinan): merupakan inti dari administrasi atau manajemen (motor atau daya
penggerak) dari semua sumber-sumber dan alat-alat yang ada dalam organisasi.
Human Relation: keseluruhan rangkaian hubungan, baik bersifat formil maupun non formil antara atasan
dengan bawahan, bawahan dengan bawahan yang harus dibina dan dipelihara, human relation
merupakan inti dari kepemimpinan.
Organisasi: setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama serta secara formil
terikat dalam rangka pencapaian tujuan.
Manusia: sebagai “Homo Adminstratikus” atau “Organization-Man” dimana manusia memiliki naluri
bermasyarakat, berorganisasi dan kemampuan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya serta
sifat hakiki ‘yang tidak pernah puas’ sehingga manusia menjadi milik yang paling berharga dalam suatu
organisasi.
“Dengan alasan ini, maka ‘Filsafat Adminisrasi’ memandang manusia sebagai fokus analisis karena seluruh
proses administrasi dimulai oleh manusia, dimaksudkan demi kepentingan manusia dan akan diakhiri pula
oleh manusia”.
B. Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan terbagi menjadi 2:


1. Filsafat Praktek Pendidikan merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana
seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat
Praktek Pendidikan dibedakan kembali menjadi dua, yaitu
a) Filsafat Proses Pendidikan, yaitu analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana
seharusnya kegiatan pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
b) Filsafat Sosial Pendidikan, yaitu analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana
seharusnya pendidikan diselenggarakan dalam mewujudkan tatanan manusia.
2. Filsafat Ilmu Pendidikan merupakan analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah
satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Bagan Filsafat Pendidikan (ISPI, 1995)
C. Filsafat Administrasi Pendidikan

 Administrasi pendidikan merupakan ilmu yang membahas pendidikan dari sudut


pandang kerjasama dalam proses mencapai tujuan pendidikan.
 Administrasi pendidikan didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas
pendidikan dari sudut pandang proses kerjasama antar manusia dalam
mengembangkan potensi peserta didik melalui perubahan sikap dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan. (Suhardan, 2007)
Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan

Sumber: Engkoswara (2007)


Keterangan:
SDM = Sumber Daya Manusia M = Metode pengajaran
PD = Peserta Didik A = Alat/Media/Buku belajar
G = Guru SDF = Sumber Dana dan Fasilitas
PJ = Pengguna Jasa Pendidikan D = Dana
SB (K) = Sumber Belajar F = Fasilitas
SL = Silabus TP = Tujuan Pendidikan
Kriteria Keberhasilan Administrasi pendidikan

Kriteria keberhasilan administrasi pendidikan dapat dilihat dari pencapaian


efektivitas dan efisiensi :
 Efektivitas menunjukan kesepadanan antara masukan yang merata dan
keluaran yang banyak dan bermutu tinggi atau keluaran yang relevan
dengan kebutuhan pembangunan bangsa.
 Efisiensi menunjukan pada motivasi belajar yang tinggi, semangat
belajar, kepercayaan berbagai pihak dan pembayaran, waktu dan tenaga
yang sekecil mungkin dengan hasil yang sebesar-besarnya.
5. Kepala Sekolah sebagai Administrator Pendidikan

Kajian tentang Kepala Sekolah sebagai administrator


pendidikan dipandang sebagai satu kesatuan dalam filsafat
administrasi pendidikan, karena pada hakekatnya kebenaran
yang mendasari sikap dan perilaku Kepala Sekolah akan
membimbingnya ke arah cita-cita pendidikan secara benar dan
konsisten dalam menjalankan tugas memimpin sekolah.
Tugas Kepala Sekolah adalah mengelola pendidikan. Tuntutan
terbaru dalam Permen No. 053/u/2001 adalah pengelolaan
pendidikan dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
MBS bertujuan untuk mendirikan, memberikan otoritas kepada
sekolah, memberdayakan sekolah, keleluasaan mengembangkan
program sekolah dan mengelola sumber daya dan potensi yang ada
di sekolah sehingga akan terwujud sekolah yang efektif dan bermutu.
Keberhasilan pelaksanaan MBS memerlukan sosok Kepala Sekolah
yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas profesional yang
tinggi serta demokratis dalam proses pengambilan keputusan
disekolah.
Tugas Kepala Sekolah juga harus mampu membangun visi. Visi yang
telah dimiliki harus disosialisasikan, dikomunikasikan, dihidupkan
bahkan dikembangkan agar mempunyai arti dan bermakna bagi
kehidupan sekolah. Visi merupakan cita-cita dan pandangan kedepan
yang dapat diraih di masa depan melalui kinerja dengan berbagai
upaya dan cara. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat
pilar, yaitu: “1. Penentu Arah, 2. Agen Perubahan, 3. Juru Bicara,
4. Pelatih”. (Aan Komariah, 2002)
Apabila Kepala Sekolah ingin berhasil menggerakan bawahan, maka
Kepala Sekolah harus:
 Menghindarkan diri dari sikap perbuatan yang bersifat memaksa
atau bertindak keras
 Mampu melakukan tindakan yang melahirkan kemauan untuk
bekerja dengan semangat dan percaya diri
 Mampu membujuk bawahan sehingga bawahan yakin apa yang
dilakukan adalah benar
Terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Dr. Yayah Rahyasih, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai