Anda di halaman 1dari 63

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori dan Relevansi Masalah Penelitian

Landasan teori dalam penelitian merupakan teori dasar yang diperlukan

agar sebuah penelitian memiliki dasar kokoh bukan sekedar tindakan coba-coba.

Landasan teori adalah ciri penting dalam penelitian ilmiah untuk mendapatkan

data yang diperlukan dengan menggunakan cara-cara ilmiah. Landasan teori berisi

teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

Teori memiliki posisi yang sangat penting dalam pengembangan ilmu

pengetahuan yakni sebagai alat yang digunakan oleh peneliti untuk dapat

memberikan penjelasan tentang sebuah fenomena dan bahkan menemukan teori

baru. Teori merupakan tool of science (alat dari ilmu). Teori merupakan alat yang

terpenting dari ilmu pengetahuan, tanpa teori maka hanya akan ada pengetahuan

tentang serangkaian fakta-fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan.

Teori merupakan pernyataan tentang sebab akibat atau mengenai adanya suatu

hubungan antar gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam

masyarakat. Teori penelitian dan data empirik terlibat dalam suatu hubungan yang

erat, di mana teori membina penelitian, penelitian mencari dan memisahkan fakta-

fakta dan fakta-fakta mempengaruhi teori (Iskandar 2017:22).

Pengertian teori menurut Iskandar (2017:56) adalah serangkaian proposisi

yang saling berhubungan, beberapa diantaranya dapat dibuktikan secara empirik.

Jadi suatu teori memiliki tiga unsur utama, yaitu: (1) terdiri dari serangkaian

17
18

proposisi, (2) proposisi-proposisi tersebut saling berhubungan, (3) beberapa

diantaranya dapat dibuktikan secara empirik.

Menurut Iskandar (2017:318) bahwa fungsi suatu teori mencakup:

1. Menyimpulkan generalisasi-generalisasi dari fakta hasil pengamatan;

2. Memberikan kerangka orientasi untuk analisa dan klasifikasi fakta-fakta yang

dikumpulkan dalam penelitian;

3. Menjelaskan dan menerangkan tentang gejala-gejala;

4. Memberikan ramalan terhadap gejala-gejala lain yang akan terjadi;

5. Mengisi lowongan-lowongan ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala yang

tengah, telah atau akan terjadi.

Selanjutnya dalam Iskandar (2017: 319) bahwa pada pokoknya suatu teori

merupakan pernyataan tentang sebab akibat atau mengenai adanya suatu

hubungan antar gejala yang diteliti dan satu atau beberapa faktor tertentu dalam

masyarakat. Teori, penelitian dan fakta empirik terlibat dalam suatu hubungan

erat, teori membina penelitian, penelitian mencari dan memisahkan fakta-fakta.

Dari penjelasan diatas, maka teori adalah serangkaian konsep yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, beberapa pengertian

yang diungkapkan merupakan suatu pandangan sistematis tentang fenomena

pengertian tersebut melalui penetapan hubungan antara variabel penelitian.

Teori-teori dalam penelitian ini diuraikan secara sistematis, yaitu mulai

dari grand theory, middle theory dan technical operational theory, sampai pada

teori-teori yang bersifat operational theory , sehingga melandasi penelitian

tentang pengaruh kompetensi guru terhadap manajemen pembelajaran untuk


19

mewujudkan mutu lulusan, penelitian di MTs Darussalam Wanaraja.

2.1.1 Tinjauan Teoritik tentang Ilmu Pendidikan Islam dan Manajemen

Pendidikan Islam

2.1.1.1 Ilmu Pendidikan Islam

Ilmu pendidikan Islam, sangat erat kaitannya dengan kata pendidikan.

Dalam kamus, pendidikan berasal dari kata “didik” jika mendapatkan awalan

“me” menjadi kata kerja bermakna memelihara dan memberi latihan (ajaran,

pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan kata “didik”

mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an” pendidikan berubah menjadi nomina

(kata benda) mengandung arti segala hal berhubungan dengan cara, perbuatan dan

lain sebagainya dalam mendidik (Depdiknas,2008:352). Dengan kata lain,

pendidikan merupakan proses yang dilakukan dalam mengubah sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok orang dalam upaya mendewasakan manusia melalui

usaha pelatihan dan pengajaran.

Banyak ahli pendidikan mencoba mengungkap esensi makna pendidikan.

Di antaranya Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai daya upaya

untuk meningkatkan tumbuh kembang budi pekerti (karakter), intelektual

(pikiran) dan tubuh anak. Dengan demikian pendidikan menuntun segala kekuatan

kodrati pada diri peserta didik supaya menjadi manusia sekaligus anggota

masyarakat dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-

tingginya (Zen, 2017:30).

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) menjelaskan

bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


20

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian,

pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan peserta

didik untuk memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah

yang lebih baik.

Ahmad Tafsir (2016:34) mendefinisikan pendidikan merupakan berbagai

usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik)

agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Sedangkan menurut Ahmad

D. Marimba (2002:32) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar

oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama

Langeveld menyatakan orang dewasa yang memberikan bimbingan atau

pertolongan terhadap perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya disebut

dengan pendidikan. Bimbingan yang diberikan bertujuan supaya anak memiliki

kecakapan dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Sementara John Dewey berpendapat pendidikan adalah proses pembentukan

kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam

dan sesama manusia (Zen, 2017:27).

Richey dalam buku Planning for Teaching, An Introduction, menjelaskan

istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan

perbaikan kehidupan suatu masyarakat. Generasi muda sebagai masyarakat baru


21

diperkenalkan mengenai tanggung jawab dan kewajibannya di tengah masyarakat

sehingga, proses pendidikan memiliki makna jauh lebih luas daripada proses

belajar mengajar yang berlangsung di sekolah (Hikmat 2011: 15).

Ilmu Pendidikan Islam bila diurai terdiri dari tiga kata yaitu “ilmu”,

“Pendidikan” dan “Islam”. Kata ilmu berasal dari serapan Bahasa Arab

mengandung arti pengetahuan, sedangkan pada Bahasa Inggris disebut sains. Ilmu

merupakan pengetahuan yang rasional (logis) dan empiris. Bila dikaitkan dengan

pendidikan maka ilmu pendidikan dapat diartikan sebagai pengetahuan yang

rasional dan empiris dalam bidang pendidikan. Sehingga ilmu pendidikan adalah

kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan logis dengan

memiliki metode-metode tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki, merenungkan

tentang gejala-gejala perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh orang

“dewasa” kepada orang yang “belum dewasa” untuk mencapai kedewasaannya

dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna bagi

dirinya, masyarakat dan pencipta-Nya.

Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan

pendidikan yang berlandaskan ajaran agama Islam, dalam hal ini merujuk Al-

Quran, Hadits, serta ijtihad. Menurut Ahmad Tafsir (2016:21) ilmu pendidikan

Islam berisi teori-teori tentang pendidikan Islam. Ilmu pendidikan Islam adalah

pengetahuan tentang pendidikan Islam yang logis disertai dengan bukti-bukti

empiris, sehingga sebagai sains maka teori-teori di dalam ilmu pendidikan Islam

dapat diuji secara logis dan empiris.

Ilmu pendidikan Islam merupakan ilmu tentang bagaimana cara


22

mengedukasi, memberikan pembelajaran, serta melatih keterampilan peserta didik

dengan menerapkan nilai Al-Quran dan Hadits sebagai landasannya. Menurut

Hery Noer Ali dalam (Hanafi, 2018:45) Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang

berdasarkan Islam dengan metode yang memiliki tanggung jawab moral Islam.

Berdasarkan pengertian pendidikan Islam di atas, jelaslah bahwasanya

pendidikan Islam adalah sebuah lembaga pendidikan yang terbagi ke dalam

berbagai jenis pendidikan yang memiliki sifat, karakter dan tujuan yang berbeda,

namun memiliki tujuan ingin menerapkan nilai-nilai Islam dalam pendidikannya.

2.1.1.2 Manajemen Pendidikan Islam

Menurut bahasa, manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage yang

berarti mengatur, mengurus, atau mengelola. Menurut Malayu S.P. Hasibuan

manajemen adalah ilmu sekaligus seni untuk mengatur suatu proses pemanfaatan

sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lain

dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Ramayulis

padanan kata manajemen dalam Bahasa Arab adalah al-tadbir (pengaturan)

(Saefullah, 2014:1). Kata ini berasal dari dabbara yang berarti mengatur, Allah

SWT berfirman:

٥ ‫ُيَدِّبُر اَاْلْمَر ِم َن الَّس َم ۤا ِء ِاَلى اَاْلْر ِض ُثَّم َيْعُرُج ِاَلْيِه ِفْي َيْو ٍم َك اَن ِم ْقَداُر ٓٗه َاْلَف َس َنٍة ِّمَّم ا َتُع ُّد ْو َن‬
Artinya: Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian

(segala urusan) itu naik kepada-Nya) pada hari yang kadarnya (lamanya) adalah

seribu tahun menurut perhitunganmu.(Q.S. As-Sajdah:5)

Terdapat banyak pengertian dari kata manajemen yang dikemukakan para

ahli, antara lain:


23

1. G.R. Terry (2019:77) mengatakan bahwa manajemen merupakan proses

yang berisi serangkaian tindakan berupa perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan

pengendalian (controlling) yang ditujukan untuk mencapai sasaran

yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan

sumber daya lain yang dimilikinya.

2. James A.F. Stoner (1982:8) mendefinisikan manajemen diartikan

sebagai seni mencapai tujuan melalui usaha yang dilakukan orang lain,

terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan

sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang

ditetapkan.

3. Lawrence A. Appley dan Oey Liang Lee (2000:67) menjelaskan

manajemen merupakan seni, ilmu, dan strategi yang memanfaatkan

tenaga serta pikiran orang lain dalam melaksanakan kegiatan yang

diarahkan untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Di dalam ilmu manajemen memuat teknik berisi nilai- nilai

kepemimpinan untuk mengarahkan, mempengaruhi, mengawasi, dan

mengorganisasikan komponen-komponen yang saling menunjang untuk

tercapainya tujuan.

Dari pengertian manajemen diatas, dapat ditarik benang merah yang

berhubungan dengan aktivitas manajemen baik secara fungsionalitas

maupun tujuan yang ditargetkan yaitu:

1. Organisasi merupakan wadah utama adanya manajemen


24

2. Tujuan organisasi

3. Adanya regulasi berupa AD (Anggaran dasar) dan ART (anggaran

rumah tangga) organisasi

4. Manajer merupakan pimpinan yang mengemban tanggung jawab penuh

dalam organisasi

5. Adanya program perencanaan

6. Adanya pemanfaatan sumber daya organisasi

7. Menggunakan teknik-teknik dalam pelaksanaan kegiatan organisasi

8. Adanya pengawasan aktivitas organisasi

9. Evaluasi kegiatan organisasi

10. Ditunjang oleh sarana dan prasarana organisasi

11. Penempatan personalitas yang profesional

12. Adanya pertanggungjawaban terkait pelaksanaan organisasi.

Mary Parker Follet dalam bukunya said (2017:4-6) menjelaskan

pengertian manajemen sebagai kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah

ditentukan dengan memanfaatkan orang lain (getting things done through the

other people). Terdapat adanya lima unsur manajemen menurut persepsi Mary

Parker Follet yaitu:

1. Pimpinan

2. Pelaksana

3. Target yang ingin dicapai

4. Kerja sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

5. Sarana atau prasarana manajemen (tool of management).


25

Dalam perkembangannya, unsur manajemen berkembang sehingga terdiri

atas 7 macam yang kemudian disingkat dengan 7 M, yaitu:

1. Man (manusia)

2. Money (dana)

3. Method (Metode)

4. Materials (bahan-bahan)

5. Machines

6. Market (pasar) dan

7. Minutes (waktu)

Elemen-elemen dasar pada proses manajemen selanjutnya digunakan oleh

manajer sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan. Menurut Henry Fayol dalam Rohman (2017:32) menjelaskan

kegunaan manajemen adalah untuk: merancang, mengorganisasi, memerintah,

mengkoordinasi, dan mengendalikan. Sedangkan studi manajemen berguna

sebagai prinsip-prinsip umum dalam manajemen, yaitu:

1. Merancang pembagian kerja (division of work)

2. Wewenang dan tanggung jawab secara profesional dan proporsional

3. Disiplin pegawai yang taat asas dan taat pada tanggung jawabnya

masing- masing

4. Adanya kesatuan perintah (unity of command) yaitu kedisiplinan

dibangun melalui visi dan misi perusahaan serta karisma pemimpin

5. Adanya kesatuan perintah yaitu kesatuan pengarahan (unity of

direction) yang merupakan bentuk kepedulian serta tanggung jawab


26

kepemimpinan

6. Adanya prinsip mengutamakan kepentingan organisasi dalam

manajemen dan pelaksanaan fungsinya

7. Adanya penggajian, imbalan, reward, bonus, atau bentuk lainnya

untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai dan menjaga kewibawaan

manajemen

8. Penerapan asas profesionalitas kerja, asas keadilan dan asas

tingkatan para pegawai dalam manajemen penggajian

9. Pelaksanaan asas-asas manajemen sebagai suatu kesatuan yang utuh

supaya stabilitasnya organisasi dapat terjaga dengan baik.

Adapun kegunaan studi manajemen menurut Siswanto (2007:2) pada

lembaga pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Pada dimensi perencanaan yaitu menyusun rancangan kerja, waktu

pelaksanaan, strategi, metode dan teknik yang digunakan, kiat-kiat

model- model kinerja lembaga pendidikan, menjabarkan kelebihan dan

kekurangan sumber daya yang dimiliki, serta pemecahan masalah yang

dipandang memungkinkan. Perencanaan berguna untuk menentukan

tujuan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk mencapainya.

2. Pada dimensi Pengorganisasian (organizing) dengan mengklasifikasikan

rencana kegiatan/pekerjaan berdasarkan prioritas, penggunaan sumber

daya agar kegiatan di lembaga pendidikan berjalan secara efektif dan

efisien. Pengorganisasian berguna dalam mempermudah kepala

madrasah dalam melakukan pengawasan pembagian tugas-tugas dengan


27

proporsional melalui konsep pembagian kerja yang profesional terhadap

sumber daya manusia yang dimiliki.

3. Pada dimensi pengarahan (directing) merupakan tindakan dengan

mengusahakan supaya semua anggota organisasi sekolah mencapai target

yang telah ditetapkan. Pengarahan dilakukan oleh kepala sekolah dan

supervisor/pengawas yang bertugas memotivasi sekaligus meluruskan

dan mengembangkan kecerdasan warga sekolah dalam mengembangkan

kinerja dan meningkatkan kualitas capaian kerjanya. Pengawasan

berkaitan langsung dengan pelaksanaan (actuating) dalam kegiatan

pembelajaran yang dilakukan warga sekolah supaya menjalankan setiap

kegiatan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan dalam mengemban

tugas dan kewajibannya.

4. Pada dimensi evaluasi (evaluating) dan controlling (pengawasan) dan

pengendalian kinerja lembaga pendidikan berguna dalam memastikan

jalannya roda lembaga pendidikan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Evaluasi terhadap hasil kinerja lembaga pendidikan kemudian

dimanfaatkan untuk mengatasi setiap kelemahan dari segala aspeknya

sehingga ada perbaikan di kemudian hari agar berjalan dengan dengan

baik. Kelemahan lembaga pada lembaga pendidikan dapat terjadi pada

kepala madrasah, tenaga pendidik dan kependidikan maupun pada

peserta didik, pendanaan, pada pembagian tugas dan juga manajemen

sekolah.

Dari uraian di atas, manajemen pendidikan Islam secara singkat dapat


28

disimpulkan sebagai ilmu sekaligus seni mengatur proses pemanfaatan semua

sumber daya yang dimiliki suatu lembaga pendidikan Islam untuk mencapai

tujuan pendidikan yaitu terwujudnya peserta didik memiliki sifat, karakter yang

meyakini, memahami, mengamalkan nilai-nilai Islam.

Madrasah merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan,

bersifat formal, nonformal, maupun informal. Pendirian lembaga pendidikan

dapat dilakukan oleh negara maupun masyarakat (swasta) dengan tujuan untuk

memberikan pengajaran, mendidik dan melatih murid melalui bimbingan yang

diberikan oleh pendidik.

Madrasah adalah lembaga atau bangunan yang dipakai untuk aktivitas

belajar dan mengajar sesuai dengan jenjang pendidikannya. Menurut Daryanto

(1997:544) Madrasah adalah mengacu pada bangunan tempat terselenggaranya

belajar yaitu tempat memberi dan menerima pelajaran. Madrasah adalah tempat

untuk belajar seperti membaca, menulis, dan belajar untuk berperilaku yang baik.

Madrasah juga merupakan lingkungan tempat anak-anak berlatih dan

menumbuhkan kepribadiannya (Made Pidarta, 1997:171).

2.1.2 Relevansi Masalah Penelitian dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

Al-Quran dan Hadis merupakan pedoman hidup bagi umat manusia. Di

samping itu, Al-Quran dan Hadis adalah rujukan utama umat Islam dalam

menentukan segala urusan. Menurut Ijudin, fungsi dan peran diturunkannya Al-

Quran ke dunia adalah untuk menjadi pedoman hidup dan sumber hidayah bagi

sekalian manusia di dalam hidup dan kehidupannya. Sedangkan Hadits adalah

setiap perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad Saw terhadap suatu
29

peristiwa. Hadis berfungsi sebagai antara lain: (1) memperkokoh dan memperkuat

pernyataan Al-Quran (bayan taqrir), (2) menerangkan ayat-ayat yang sangat

umum (bayan tafsir), (3) mengkhususkan ayat yang bersifat umum (bayan

takhshish), (4) memperluas keterangan dari ayat Al-Quran yang bersifat khusus

(bayan tsabit), (5) Menetapkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam Al-Quran

(bayan tasyri’) (Ijudin & N. Munawaroh, 2018:40-57).

Salah satu mukjizat Al-Quran adalah isinya senantiasa relevan dengan

masalah pada segala zaman. Adapun relevansi variabel-variabel dalam penelitian

ini dengan Al-Quran dan Hadist adalah sebagai berikut:

2.1.2.1 Kompetensi Guru

Kompetensi didefinisikan sebagai memiliki pengetahuan dasar,

kemampuan, dan prinsip-prinsip moral yang tercermin dalam pola pikir dan

perilaku seseorang. Definisi lain dari kompetensi adalah gambaran tentang

pengetahuan, kemampuan, sikap seseorang dan bagaimana hal tersebut diterapkan

pada pekerjaannya sesuai standar kinerja yang diharapkan dalam masyarakat.

(Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010:35).

Kompetensi Guru merupakan suatu kompetensi atau kemampuan yang

berhubungan dengan keahlian yang dimilikinya yaitu:

1. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang

studi yang diajarkannya, secara mendalam.

2. Kemampuan dalam menguasai ilmu-ilmu lain secara generalis yang

berhubungan dengan keahliannya.

3. Kemampuan dalam mengembangkan kurikulum mata pelajaran.


30

( Ramayulis: 2018:131).

Adapun ayat yang berkaitan dengan kompetensi yang menekankan pada

professional terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’: 84

ࣖ ‫ُقْل ُك ٌّل َّيْع َم ُل َع ٰل ى َش اِكَلِتٖۗه َفَر ُّبُك ْم َاْع َلُم ِبَم ْن ُهَو َاْهٰد ى َس ِبْياًل‬

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan

pembawaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang

lebih benar jalannya.( QS.Al-Isra’: 84)

Dalam pandangan Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 84 yaitu isyarat yang

mengarah pada adanya petunjuk bahwa suatu perbuatan atau pekerjaan, apapun

jenis profesi yang disandang, hendaknya dilakukan dengan profesional.

Pernyataan ini diambilkan dari adanya pendapat mufasir yang memberikan

penekanan terhadap makna kata ‘ala syakilatihi, kata tersebut bermakna bentuk,

tabiat, jalan, tujuan, niat, agama, kebiasaan, akhlak dan madzhab. Kesemuanya itu

dapat dipahami dalam arti kondisi seseorang mampu melaksanakan pekerjaan

yang dikehendakinya semaksimal mungkin. Dari sinilah yang dapat ditarik

pemahaman bahwa Al-Quran memberikan isyarat pekerjaan itu harus dilakukan

secara profesional. Demikian pula dengan profesi guru harus dilakukan secara

profesional.

Kompetensi yang harus dimiliki dan diamalkan oleh guru sebagaimana

dalam Hadits di bawah ini:

‫ُك ْو نُــْو ا َر َّباِنِّيْـيَن ُح َلَم اَء ُفَقَهاَء ُع َلَم اَء َو ُيَقاُل َالَّرَّباِنُّي اَّلِذ ى ُيــَر ِبـّـى الَّناَس‬
‫ِبِص َغاِر ْالِع ْلِم َقْبَل ِكَباِر ه‬
31

Artinya: "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Disebut

pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-

sedikit yang lama-lama menjadi banyak.” (HR. Bukhari)

2.1.2.2 Manajemen Pembelajaran

Manajemen berarti mengelola. Pengelolaan dilakukan melalui proses dan

dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. (Rohiat,

2012: 14).

Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat AS-Sajdah : 5

‫ُيَدِّبُر اَاْلْمَر ِم َن الَّس َم ۤا ِء ِاَلى اَاْلْر ِض ُثَّم َيْعُرُج ِاَلْيِه ِفْي َيْو ٍم َك اَن ِم ْقَداُر ٓٗه َاْلَف َس َنٍة ِّمَّم ا َتُع ُّد ْو َن‬
Artinya: “Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (segala

urusan) itu naik kepada-Nya.pada hari yang kadarnya (lamanya) adalah

seribu tahun menurut perhitunganmu”. (QS. As-Sajdah:5)

Yang dimaksud urusan itu naik kepada-Nya adalah beritanya dibawa oleh

malaikat. Ayat ini merupakan tamsil bagi kebesaran Allah Swt. dan keagungan-

Nya.

Adapun Hadits yang menjelaskan tentang manajemen pembelajaran adalah:

‫ َأَخ َذ َر ُس وُل اِهلل ص لى اهلل علي ه وس لم‬: ‫َعِن اْبِن ُعَم َر َر ِض َي اُهلل َعْنُه َم ا َق اَل‬

‫ِب ِب‬ ‫ِر‬ ‫يِف‬ ‫مِب ِك‬


‫ (ُك ْن ال ُّد ْنَيا َك َأَّن َك َغ ْيٌب َأْو َع ا ُر َس ْيٍل ) َو َك اَن اْبُن ُعَم َر‬: ‫ْن َّيَب َفَق اَل‬
‫ َو ِإَذا َأْص َبْحَت َفال َتْنَتِظ ِر‬، ‫ ِإَذا َأْم َس ْيَت َفال َتْنَتِظ ِر الَّص َباَح‬: ‫َر ِض اُهلل َعْنُه َم ا َيُق ْو ُل‬
‫َي‬
‫ َرَو اُه اْلُبَخ اِر ُّي‬. ‫ َو ِم ْن َحَياِتَك ْو ِتَك‬، ‫ َو ُخ ْذ ِم ْن ِص َّح ِتَك ِلَمَر ِض َك‬.‫ا َس اَء‬
‫َمل‬ ‫َمل‬
32

Dari ibnu Umar Ra. Telah berkata bahwa Rasulullah SAW telah memegang
pundakku lalu beliau berkata: “Jadilah engkau didunia seolah-olah perantau
(orang asing) atau yang sedang menempuh perjalanan”. Ibnu Umar berkata: “Jika
engkau ada di waktu sore maka jangan menunggu sampai waktu pagi dan
sebaliknya, jika engkau diwaktu pagi maka jangan engkau menunggu sampai
waktu sore dan gunakanlah sehatmu untuk sakitmu, dan gunakanlah hidupmu
untuk matimu.” (HR. Bukhari)

Allah Swt adalah pengatur semesta alam, manusia sebagai khalifah dimuka

bumi diberi kekuasaan oleh Allah Swt untuk mengatur, mengelola, memelihara,

melestarikan, menggali, mengelola, dan memanfaatkan setiap karunia yang Allah

berikan untuk kesejahteraan manusia itu sendiri dalam rangka beribadah kepada

Allah Swt.

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan hal pertama yang harus dilaksanakan oleh seorang

manajer. Banyak yang beranggapan keberhasilan dan kegagalan suatu pekerjaan

berawal dari perencanaan. Oleh sebab anggapan itu, maka dalam Islam Al-Qur’an

memberikan pedoman kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah

perencanaan yang akan dilakukan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

Al- Hasyr ayat 18 sebagai berikut:

١٨ ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَتْنُظْر َنْفٌس َّم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍۚد َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌرۢ ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-Hasyr : 18)

Dalam ayat di atas, tersirat bahwa setiap orang hendaklah memperhatikan

(merefleksi) apa yang telah diperbuatnya, kemudian merencanakan apa yang akan

diperbuat kemudian (esoknya).


33

2. Pengorganisasian

Dalam hal pengorganisasian, setiap anggota organisasi harus menyadari

dengan baik tugas yang diembannya serta melaksanakan tugasnya dengan penuh

tanggung jawab. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 25:

٢٥ ‫َو اَّتُقْو ا ِفْتَنًة اَّل ُتِص ْيَبَّن اَّلِذ ْيَن َظَلُم ْو ا ِم ْنُك ْم َخ ۤا َّص ًةۚ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلِع َقاِب‬

Artinya: “ Dan Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa

orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah Maha

keras hukuman-Nya”. (Al-Anfal: 25)

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang didalamnya terdapat

kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik dan komunikasi timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77 Allah SWT. Berfirman:

‫َو اْبَتِغ ِفْيَم ٓا ٰا ٰت ىَك ُهّٰللا الَّد اَر اٰاْل ِخ َر َة َو اَل َتْنَس َنِص ْيَبَك ِم َن الُّد ْنَيا َو َاْح ِس ْن َك َم ٓا َاْح َس َن ُهّٰللا ِاَلْي َك َو اَل‬
٧٧ ‫َتْبِغ اْلَفَس اَد ِفى اَاْلْر ِضۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلُم ْفِسِد ْيَن‬

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.
Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash:77)

4. Pengawasan

Di dalam Islam konsep pengawasan terdapat perbedaan dengan konsep

pengawasan yang dikenal di dunia barat. Dalam Islam pengawasan mencakup

unsur keimanan, sehingga meskipun tidak adanya pengawasan dari luar,


34

sesungguhnya Allah SWT mengawasi setiap apa yang kita lakukan. Pengawasan

itu dapat berupa pengawasan langsung dari Allah SWT, berupa pengawasan dari

Malaikat, maupun pengawasan dari dalam diri sendiri karena sesungguhnya

anggota badan kita akan memberi kesaksian di Yaumul Akhir.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 7 :

‫َاَلْم َتَر َاَّن َهّٰللا َيْع َلُم َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو َم ا ِفى اَاْلْر ِۗض َم ا َيُك ْو ُن ِم ْن َّنْج ٰو ى َثٰل َث ٍة ِااَّل ُه َو َر اِبُعُهْم َو اَل‬
‫َخ ْمَس ٍة ِااَّل ُه َو َس اِد ُس ُهْم َو ٓاَل َاْد ٰن ى ِم ْن ٰذ ِل َك َو ٓاَل َاْكَث َر ِااَّل ُه َو َم َع ُهْم َاْيَن َم ا َك اُنْو ۚا ُثَّم ُيَنِّبُئُهْم ِبَم ا‬
٧ ‫َع ِم ُلْو ا َيْو َم اْلِقٰي َم ِۗة ِاَّن َهّٰللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬
Artinya: “ Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia
antara tiga orang, kecuali Dialah yang keempatnya dan tidak ada lima orang,
kecuali Dialah yang keenamnya. Tidak kurang dari itu atau lebih banyak, kecuali
Dia bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian, Dia memberitakan
apa yang telah mereka kerjakan kepada mereka pada hari Kiamat. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-Mujadalah:7)

2.1.2.3 Mutu Lulusan

Mutu adalah “ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat

(kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya), kualitas.”

Mutu memiliki pengertian yang cukup beragam, mengandung banyak

tafsir dan bertentangan. Hal ini disebabkan karena tidak ada ukuran yang baku

tentang mutu itu sendiri. Mutu adalah konsep yang kompleks yang telah menjadi

salah satu daya tarik dalam semua teori manajemen.

Dalam konteks pendidikan, apabila seseorang mengatakan madrasah itu

bermutu, maka bisa dimaknai bahwa lulusannya baik, gurunya baik, gedungnya

baik, dan sebagainya. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang

menghasilkan keluaran, baik pelayanan dan lulusan yang sesuai kebutuhan atau

harapan pelanggan (pasar) nya, (Fathurrohman dan Sulistyorini,2012:45).


35

Mutu merupakan realisasi dari ajaran ihsan dalam Al-Qur’an surat Al

Qashash ayat 77 :

‫َو اْبَتِغ ِفْيَم ٓا ٰا ٰت ىَك ُهّٰللا الَّد اَر اٰاْل ِخ َر َة َو اَل َتْنَس َنِص ْيَبَك ِم َن الُّد ْنَيا َو َاْح ِس ْن َك َم ٓا َاْح َس َن ُهّٰللا ِاَلْي َك َو اَل‬
‫َتْبِغ اْلَفَس اَد ِفى اَاْلْر ِضۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلُم ْفِسِد ْيَن‬
Artinya: “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.
Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al Qashash:77)

Perwujudan mutu lulusan merupakan sebuah proses yang melibatkan

semua bagian dalam lembaga pendidikan. Semua bagian tersebut saling

berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, bagian tersebut diantaranya adalah

siswa, tenaga pendidik/guru, kepala madrasah, serta stakeholder atau masyarakat

sebagai pengguna lulusan. Kesemua bagian tersebut harus sinergi untuk

menghasilkan kinerja madrasah berupa prestasi siswa yang memuaskan

(Ubaidillah, 2017).

Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran Ayat 110 :

‫ُكْنُتْم َخْيَر ُاَّمٍة ُاْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُن ْو َن ِباِهّٰللۗ َو َل ْو ٰا َم َن‬
١١٠ ‫َاْهُل اْلِكٰت ِب َلَك اَن َخْيًرا َّلُهْم ۗ ِم ْنُهُم اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َو َاْكَثُر ُهُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬
Artinya : “ Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk

manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, mencegah dari yang

mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahli kitab beriman, tentulah itu

lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan

mereka adalah orang-orang fasik”. (Q.S. Ali Imran: 110)

Hadits yang menjelaskan tentang mutu lulusan adalah:


36

)‫المسلم القوّي خير وأحّب إلي هللا من المسلم الّضعيف ( رواه البخاري‬

Artinya: “Muslim yang kuat lebih baik dan lebih disukai dari muslim yang

lemah”( HR. Bukhari )

)‫المؤمن القوي خير واحب الى هللا من المؤمن الضعيف ( رواه مسليم‬

Artinya: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah

ketimbang orang mukmin yang lemah”. (HR Muslim)

2.1.3 Tinjauan Teoritik Variabel-Variabel Penelitian

Tinjauan teoritik dalam suatu penelitian ilmiah sangat penting dilakukan,

hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan yang menjadi fokus permasalahan dalam

penelitian tersebut secara runtut, terutama berkaitan dengan hubungan antar

konsep-konsep, proposisi-proposisi, dan asumsi-asumsi yang mendasari kegiatan

penelitian tersebut. Teori-teori dalam penelitian ini akan diuraikan secara

sistematis, yaitu mulai dari grand theory, middle theory, hingga teori-teori yang

bersifat technical operational theory, sehingga melandasi penelitian tentang

pengaruh kompetensi guru terhadap manajemen pembelajaran untuk mewujudkan

mutu lulusan, Penelitian di MTs Darussalam Wanaraja Garut.

2.1.3.1 Kompetensi Guru

Mulyasa dalam bukunya mengatakan bahwa kompetensi guru merupakan

perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual

yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup

penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang

mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.


37

Menurut Rina (2019 : 9) Kompetensi adalah konsep individu yang rumit

yang mencakup beberapa potensi. Kompetensi guru dapat dipandang sebagai

suatu kesatuan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Dengan

menitikberatkan pada unsur-unsur yang dapat diaplikasikan dalam bentuk

tindakan untuk menjalankan profesinya, maka potensi tersebut meliputi

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai seseorang yang dikaitkan dengan

panggilan tertentu. dan sikap yang mereka tunjukkan melalui tindakan mereka

sebagai agen pembelajaran yang berpengetahuan dan bertanggung jawab.

Dalam uraian di atas bisa disampaikan bahwasanya kompetensi guru

merupakan keterampilan guru dalam melaksanakan kewajibannya yang mencakup

kemampuan personal, wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan , sosial, dan

spiritualnya untuk menghadapi peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Glasser yang dikutip Nana Sudjana (2002:18) mengatakan bahwa ada

empat dimensi kompetensi guru, meliputi: (1) kemampuan mendiagnosa tingkah

laku siswa, (2) Menguasai bahan pelajaran, (3) Kemampuan melaksanakan proses

pembelajaran, (4) kemampuan mengukur hasil belajar siswa.

Dalam penelitian digunakan rincian dimensi Kompetensi Guru dari Rina

(2019:9) meliputi ; (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3)

kompetensi sosial, (4) kompetensi sosial.

Alasan penulis menggunakan dimensi ini karena secara keseluruhan

dimensi ini sederhana namun sesuai dengan operasional variabel Kompetensi

guru.

1. Kompetensi Pedagogik
38

Kompetensi Pedagogik adalah “Kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik “. Kompetensi ini sebagai kompetensi pengelolaan pembelajaran.

Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan seorang guru dalam merencanakan

program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola

proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi guru dalam mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliki

Untuk mengukur dimensi pedagogik pada penelitian ini, maka dapat

dijabarkan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Indikator pengorganisasian bahan pembelajaran

Pengorganisasian bahan pembelajaran merupakan suatu tindakan yang

dilakukan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien. Dalam

pengorganisasian pembelajaran terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui

oleh seorang guru baik tahapan sebelum masuk kelas dan saat di dalam kelas.

Pengorganisasian bahan pembelajaran diukur dengan menggunakan 4 item,

yakni:

1) Merumuskan RPP

2) Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi

3) Memilih materi yang relevan


39

4) Memilih metode yang tepat

b. Indikator pengelolaan belajar mengajar

Pengelolaan belajar mengajar adalah cara seorang guru mengatur kelasnya dan

mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan serta mengurangi atau

meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. mengembangkan hubungan

interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif, serta mengembangkan

dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

Indikator pengelolaan belajar mengajar diukur dengan menggunakan lima item,

yakni:

1) Pemahaman wawasan/landasan Pendidikan

2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Pengembangan kurikulum/silabus

4) Perancangan pembelajaran

5) Evaluasi hasil belajar

c. Indikator pengelolaan kelas

Tempat belajar seperti ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat

disarankan dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan ). Pengelolaan tempat belajar meliputi pengelolaan beberapa

benda/objek yang ada dalam ruang belajar seperti : meja, kursi, pajangan

sebagai hasil karya siswa,perabot sekolah, atau sumber belajar yang ada

dikelas. Ruang belajar hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga memenuhi

kriteria sebagai berikut : (1) menarik bagi siswa, (2) memudahkan mobilitas

guru dan siswa, (3) memudahkan interaksi guru dan siswa atau siswa-siswa,
40

(4) memudahkan akses ke sumber lain/alat bantu belajar, dan (5)

memudahkan kegiatan bervariasi.

Indikator pengelolaan kelas dapat diukur dengan menggunakan tiga item,

yakni:

1) Penataan tempat duduk siswa

2) Penataan kebersihan dan keindahan kelas

3) Kelengkapan/ penggunaan media

d. Indikator penggunaan media

Media berasal dari Bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium yang

berarti perantara yang dipakai untuk menunjukan alat komunikasi. Secara

harfiah media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim

ke penerima pesan. Dengan demikian media dapat dikatakan segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar pada siswa.

Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan

siswa untuk belajar lebih banyak.

Indikator Penggunaan media dapat diukur dengan menggunakan tiga item,

yakni:

1) Keefektifan dalam penggunaan media

2) Kemanfaatan dengan menggunakan media

3) Keterampilan dalam menggunakan media

e. Indikator penilaian prestasi


41

Penilaian prestasi oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data

tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek

pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis

yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil

belajar.

Indikator penilaian prestasi dapat diukur dengan menggunakan 4 item, yakni:

1) Penilaian aspek spiritual

2) Penilaian aspek sosial

3) Penilaian aspek pengetahuan

4) Penilaian aspek keterampilan

2. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka

membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan . kompetensi

profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di

sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut

memiliki indikator esensial.

Indikator-indikator kompetensi profesional sebagai alat ukurnya sebagai

berikut:

a. Indikator materi ajar

Indikator materi ajar, diukur dengan menggunakan empat item yaitu :


42

1) Mengembangkan materi ajar yang diampu

2) Kompetensi yang ingin dicapai

3) Informasi pendukung

4) Petunjuk kerja atau lembar kerja

b. Indikator konsep keilmuan yang koheren

Indikator keilmuan yang koheren, diukur dengan menggunakan empat item

pernyataan, yaitu :

1) Mengaitkan konsep keilmuan dengan materi ajar

2) Menghubungkan konsep keilmuan dengan kurikulum yang digunakan

3) Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya

4) Meningkatkan kinerja

c. Indikator penerapan konsep keilmuan

Indikator penerapan konsep keilmuan , diukur dengan menggunakan dua

item pernyataan, yaitu :

1) Menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari

2) Mengevaluasi hasil penerapan konsep keilmuan.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan,

orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Peran yang dibawa pendidik

dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain, Oleh karena itu, perhatian yang

diberikan masyarakat terhadap pendidik pun berbeda dan ada kekhususan,


43

terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat

pendidik tinggal.

Indikator kompetensi sosial diukur menggunakan empat item, yaitu:

a. Terampil berkomunikasi

Terampil berkomunikasi merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki

oleh seorang pendidik. Seorang guru harus berusaha mengembangkan

komunikasi dengan orang tua peserta didik sehingga terjalin komunikasi dua

arah yang berkelanjutan. Dengan adanya komunikasi dua arah, peserta didik

dapat dipantau secara lebih baik dan dapat mengembangkan karakternya

secara lebih efektif pula.

Indikator terampil berkomunikasi diukur menggunakan tiga item yaitu:

1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik

2) Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan

3) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

b. Dapat bekerja sama

Agar partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan selayaknya lembaga

Pendidikan melakukan kerja sama baik dengan orang tua siswa, tokoh

masyarakat maupun dengan semua pihak yang terlibat dengan masalah

Pendidikan.

Indikator bekerja sama diukur dengan menggunakan empat item yaitu:

1) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah

2) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan

3) Melaksanakan kerja sama secara harmonis


44

4) Membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis dan

lincah.

c. Memahami lingkungan sekitar

Memahami lingkungan sekitar sangat berpengaruh bagi seorang pendidik.

Indikator memahami lingkungan sekitar diukur dengan menggunakan tiga item

yaitu:

1) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

2) Kemampuan untuk memahami perubahan lingkungan yang

berpengaruh terhadap tugasnya

3) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

4. Kompetensi Kepribadian

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki

karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok

seorang pendidik dan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik

maupun masyarakatnya. Dengan demikian pendidik akan tampil sebagai sosok

yang patut “digugu” (ditaati nasihat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru’ (dicontoh

sikap dan perilakunya).

Untuk mengukur dimensi kompetensi kepribadian, maka dapat dijabarkan

indikator-indikatornya sebagai berikut:

a. Penampilan sikap yang positif

Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru

dan terhadap keseluruhan situasi Pendidikan terhadap unsur-unsurnya.


45

Mantap dan stabil memiliki indikator esensial yakni bertindak sesuai dengan

hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru dan

memiliki konsistensi dalam bertindak dan teratur.

Indikator penampilan sikap yang positif diukur dengan menggunakan dua

item yaitu:

1) Tampil sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan menjadi teladan

bagi peserta didik dan masyarakat

2) Tampil sebagai pribadi yang mantap, dewasa, stabil dan berwibawa.

b. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai

Indikator pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai diukur

berdasarkan dua item yaitu:

1) Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,

sosial dan kebudayaan nasional Indonesia.

2) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga sebagai tenaga

pendidik dan rasa percaya diri.

c. Kepribadian, nilai dan sikap hidup

Indikator pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai diukur

berdasarkan dua item yaitu:

1) Menjadikan diri sebagai teladan dan panutan bagi para siswa

2) Memiliki kelebihan sehingga bisa mengembangkan rasa percaya diri

dan tanggung jawab.

2.1.3.2 Manajemen Pembelajaran

Menurut Handoko (2011:10) manajemen dapat didefinisikan sebagai


46

bekerja dengan orang – orang untuk menemukan, menginterpretasikan dan

mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi – fungsi

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia

atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan

pengawasan (controlling).

Menurut G.R. Terry dalam Saefullah (2019:3) kegiatan utama

manajemen dikenal dengan istilah POAC adalah Planning (perencanaan),

organizing (pengorganisasian), Actuating (penggerakan) dan Controlling

(pengendalian).

Bruce Weil (dalam Ajat, 2019:11) Pembelajaran adalah penyediaan dan

penggunaan kegiatan sumber belajar yang dikembangkan atau terjadi secara

alami, yang mendukung siswa dalam mengembangkan keterampilan dan/atau nilai

baru.

Dimensi manajemen pembelajaran menurut Bruce Weil (dalam Ajat,

2019:12) sebagai berikut :

a. Membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk struktur kognitif peserta

didik.

Menyiapkan lingkungan belajar dengan kegiatan untuk penerapan fakta

adalah tujuan dari proses pendidikan ini.

b. Pengetahuan fisis, sosial, dan logika

Berkaitan dengan jenis pengetahuan yang harus dipelajari. Untuk

mempelajari pengetahuan, seseorang harus terlebih dahulu memiliki pertama,

pengetahuan fisis, atau pemahaman tentang sifat benda atau peristiwa seperti
47

bentuk. kedua, pengetahuan logis pengetahuan yang terbentuk melalui

pengalaman dengan item dan keadaan tertentu, terutama pengetahuan yang

berkaitan dengan penalaran matematis. Ketiga, Perilaku individu dalam sistem

sosial atau interaksi antara orang-orang yang dapat berdampak pada interaksi

sosial, keduanya merupakan contoh dari pengetahuan sosial.

c. Melibatkan peran lingkungan sosial

Anak-anak berinteraksi, berbicara, bertukar pengalaman, dan hal-hal lain

yang membantu mereka berkembang secara alami.

Menurut Triwiyanto (2019:37) manajemen pembelajaran adalah

pemanfaatan sumberdaya pembelajaran yang ada, baik faktor yang berasal dari

dalam individu yang sedang belajar maupun factor yang berasal dari luar individu

untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Triwiyanto (2019:37)

tentang dimensi-dimensi manajemen pembelajaran yang meliputi: (1)

Perencanaan pembelajaran, (2) Pengorganisasian program pembelajaran, (3)

Pelaksanaan program pembelajaran, (4) Evaluasi pembelajaran.

Alasan penulis menggunakan dimensi ini karena secara keseluruhan

dimensi ini sederhana namun sesuai dengan operasional variabel manajemen

Pembelajaran.

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai pedoman penyusunan

program pembelajaran, penyiapan proses pembelajaran, penyiapan

bahan/media/sumber belajar dan menyiapkan perangkat penilaian. Dengan


48

demikian perencanaan pembelajaran bermanfaat dalam menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif yakni terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan. Perencanaan pembelajaran diaktualisasikan dalam

bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Indikator-indikator dalam dimensi perencanaan pembelajaran adalah

sebagai berikut :

a. Indikator perencanaan program pembelajaran

Indikator perencanaan program pembelajaran diukur berdasarkan item yaitu:

1) Merancang RPP

2) Menyusun prota (program tahunan)

3) Menyusun prosem (program semester)

4) Guru merumuskan tujuan pembelajaran.

b. Indikator memilih metode pembelajaran

Indikator memilih metode pembelajaran diukur berdasarkan dua item yaitu:

1) Merencanakan metode pembelajaran sesuai dengan RPP

2) Merencanakan metode sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran

c. Indikator merencanakan media pembelajaran

Indikator merencanakan media pembelajaran diukur dengan menggunakan

lima item yakni :

1) Merencanakan media pembelajaran sesuai dengan RPP

2) Merencanakan media dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik

materi pembelajaran.

3) Menggunakan media pembelajaran Audio


49

4) Menggunakan media pembelajaran Visual

5) Menggunakan media pembelajaran Audio Visual

2. Pengorganisasian Program Pembelajaran

Dalam konteks pembelajaran, Triwiyanto (2019:152) menjelaskan bawa

pengorganisasian pembelajaran adalah proses identifikasi kebutuhan sekolah,

kemudian menentukan prioritas berdasarkan kebutuhan, dan mengembangkan

usaha pemenuhan kebutuhan berdasarkan skala prioritas, sumber-sumber daya

yang dimiliki itu sendiri maupun yang berasal dari luar sekolah sebagai hasil

kolektif dengan pihak lain. Pengorganisasian pembelajaran berkaitan dengan

proses pengelompokan rumpun ilmu, materi, pelajaran, pokok pikiran, waktu,

media, dan sumber-sumber rujukan sehingga mencapai tujuan pendidikan yang

ditetapkan.

Indikator-indikator dalam dimensi pengorganisasian, adalah sebagai berikut :

a. Mengorganisir sumber daya pembelajaran

Indikator mengorganisir sumber daya pembelajaran diukur dengan

menggunakan empat item yakni :

1) Memilih media/alat pembelajaran sesuai dengan RPP

2) Menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan sumber daya

pembelajaran yang dimiliki.

3) Menentukan pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik materi

pembelajaran.

4) Mengkomunikasikan prosedur dan peraturan-peraturan dalam kegiatan

pembelajaran.
50

b. Indikator pengelolaan kelas

Indikator pengelolaan kelas diukur dengan menggunakan dua item yakni :

1) Melakukan pengelolaan siswa.

2) Melakukan pengelolaan fisik (ruang, perabot, alat pembelajaran,

pencahayaan dll ).

3. Pelaksanaan Program Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan standar pendidikan

Nasional, yaitu standar proses pembelajaran. standar proses merupakan standar

minimal mengenai proses pembelajaran yang berada pada satuan pendidikan.

Standar proses dijadikan sebagai landasan yang menjadikan lulusan sesuai atau

lebih dari standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan. Dalam meraih tujuan

tersebut membutuhkan strategi dan pendekatan dalam pelaksanaannya.

Pendekatan dan strategi pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan

karakteristik mata pelajaran, karakteristik materi ajar, kebutuhan pada kompetensi

lulusan yang diharapkan, perkembangan daerah, dan perkembangan zaman.

Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran harus terprogram secara sistematis

dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan aksi nyata dari

Rencana pembelajaran yang tertuang pada RPP. Pelaksanaan pembelajaran

meliputi kegiatan-kegiatan antara lain adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti

dan kegiatan penutup. Kegiatan untuk melaksanakan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya yang didukung oleh sumber daya manusia dan sumber
51

daya lainnya sehingga rencana dan program pembelajaran dapat berjalan dengan

baik untuk mencapai tujuan.

Indikator-indikator dalam dimensip pelaksanaan program pembelajaran,

adalah sebagai berikut :

a. Indikator memulai pembelajaran (kegiatan pendahuluan)

Kegiatan pendahuluan merupakan indikator pertama dalam dimensi actuating

(pergerakan). Indikator kegiatan pendahuluan, diukur dengan menggunakan

lima item, yaitu :

1) Memberikan salam dan memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa

3) Menjelaskan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa

4) Menyampaikan cakupan materi kepada siswa

5) Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang

disajikan

b. Indikator mengelola pembelajaran (kegiatan inti)

Indikator kegiatan inti pada penelitian ini diukur berdasarkan empat item,

yaitu :

1) Melaksanakan eksplorasi bersama siswa

2) Melaksanakan elaborasi bersama siswa

3) Melaksanakan konfirmasi bersama siswa

4) Melaksanakan pendekatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik

kompetensi dasar materi pembelajaran

c. Indikator mengakhiri pembelajaran (kegiatan penutup)


52

Indikator mengakhiri pembelajaran menggunakan lima item yaitu:

1) Menyimpulkan materi bersama siswa

2) Menilai efektivitas pembelajaran

3) Memberi umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran

4) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut

5) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya

4. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi atau penilaian merupakan proses dalam pengumpulan informasi

baik yang angka, deskripsi, maupun verbal, dianalisis, dan diinterpretasikan untuk

membuat keputusan. Evaluasi dapat dilakukan oleh : (1) pendidik, (2) Satuan (3)

Pendidikan, dan (3) Pemerintah. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik harus

melalui tahap perencanaan serta dilakukan pada saat atau setelah pembelajaran

dilaksanakan. Menurut Wiyono dan Sunarni (2009:1) untuk memperoleh

informasi hasil pembelajaran yang tepat dalam kegiatan diperlukan dasar

informasi yang akurat. Dasar informasi ini diperoleh dengan melakukan

pengukuran kemudian diikuti dengan proses mendeskripsikan suatu keadaan

secara kuantitatif, sedangkan penilaian merupakan proses memberikan nilai

(value) terhadap keadaan yang ada (Triwiyanto, 2019:190) .

Dalam penelitian ini, dimensi evaluasi terdiri dari tiga indikator, yaitu

a. Indikator menyiapkan instrumen penilaian

Pada indikator menyiapkan instrumen penilaian, diukur dengan menggunakan

tiga item yaitu:


53

1) Melakukan perencanaan penilaian

2) Melakukan teknik penilaian yang tepat sesuai karakteristik materi

pembelajaran

3) Membuat instrumen evaluasi penilaian

b. Indikator melaksanakan evaluasi

Pada indikator pelaksanaan evaluasi, diukur menggunakan empat item, yaitu :

1) Melaksanakan tes diagnostik kepada siswa

2) Melaksanakan tes formatif kepada siswa

3) Melaksanakan tes sumatif kepada siswa

4) Melaksanakan sistem penilaian ulangan dengan melihat ketuntasan

kompetensi dasar

5) Melakukan analisis hasil evaluasi untuk mengetahui tingkat kesulitan

instrumen

c. Indikator menindaklanjuti hasil evaluasi

Pada indikator pelaksanaan evaluasi, diukur menggunakan tiga item, yaitu :

1) Melaksanakan program pengayaan

2) Melaksanakan program remedial

3) Melaporkan hasil evaluasi kepada pihak-pihak berkepentingan.

2.1.3.3 Mutu Lulusan

Secara terminologi mutu lulusan adalah sebuah komponen utama yang

menjadi target dari suatu lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan

Pendidikan (Nur Zazin,2011:135). Mutu merupakan sesuatu yang dapat

membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang sukses dan yang gagal,
54

sehingga dari sini mutu merupakan sesuatu hal yang sangat pentingyng harus

terus di kembangkan dalam setiap institusi pendidikan yang ada . (Edward Sallis,

2015:23-24).

Karakteristik mutu lulusan merupakan beberapa kriteria atau sifat yang

melekat pada kualitas lulusan di lembaga pendidikan. Menurut Sagala

menjelaskan pada dasarnya ada dua cara dalam memperoleh peningkatan mutu

pendidikan, yakni: Pertama, “peningkatan mutu pendidikan berorientasi

akademis, untuk memberikan dasar minimal penilaian yang harus ditempuh”

karena mensyaratkan tuntutan zaman. Kedua, peningkatan mutu pendidikan

berorientasi non akademis, artinya hal ini memberikan jalur dalam keterampilan

didalam hidupnya yang mencakup pendidikan secara luas, nyata, dan bermakna.

(Fathurahman, 2015:140).

Dalam “peningkatan mutu sekolah maupun madrasah terhadap siswa

siswanya, banyak aspek yang mempengaruhinya, mulai dari aspek kepala sekolah,

sarana prasarana, guru profesional, kurikulum, dan sebagainya. Maka dari itu,

mutu atau kualitas yang baik akan terwujud dan tercipta dimana lembaga sekolah

atau madrasah itu dapat dilihat dari berbagai aspek yang memiliki mutu atau

kualitas yang baik pula”, sehingga menghasilkan profil lulusan berkualitas (Ikapi,

2006:6).

Adanya “membangun profil mutu lulusan sebagai komponen pekerjaan

penting di madrasah agar setiap pendidik dan siswa mendapatkan arah

pengembangan yang baik. Apabila ada madrasah yang tidak menjabarkan mutu

lulusan yang baik, menyebabkan guru dan siswa mengembangkan kemampuan


55

seadanya saja, sehingga tidak terlihat proses juang seluruh warga madrasah”

dalam meningkatkan mutu lulusan. Sedangkan, sekolah atau madrasah yang

memiliki target mutu yang jelas, guru-gurunya dan para siswa pun dapat

memaksimalkan proses belajar dengan efektif dan efisien, sehingga dapat terlihat

pula prestasi yang diperoleh para siswa untuk menaikan derajat sekolah dan mutu

lulusannya (Umi Salamatud Diniyah:2020). Sehingga, dengan adanya “mutu

lulusan yang jelas dapat membantu semua pihak dapat menentukan arah dan

mengukur harapan sesuai kemampuan di tiap masing-masing mata pelajaran.

Alhasil, penentuan target mutu lulusan dapat dijabarkan dari standar nasional yang

dipadukan dengan cita-cita dan harapan madrasah.

Menurut Syafaruddin (2009:242-244), aspek yang dapat mempengaruhi

peningkatan kualitas lulusan suatu lembaga pendidikan adalah adanya strategi

pengembangan sekolah yang unggul. Berikut ini adalah faktor-faktornya:

a. Komponen tujuan harus dipertimbangkan ketika berusaha untuk meningkatkan

standar pendidikan karena, jika tidak kualitas lembaga akan jauh dari harapan.

Ini disebut sebagai faktor tujuan. Sekolah harus selalu mempromosikan tujuan

instruksional yang dapat menghasilkan output berkualitas tinggi untuk

meningkatkan standar pendidikan.

b. Faktor guru (pendidik) adalah seseorang yang sangat ahli dalam mempelajari

materi baru. Guru harus memiliki kesetiaan abadi kepada siswanya. Suatu

keharusan bagi guru adalah bahwa mereka memiliki otoritas dan berpikiran

terbuka. Karena mereka bertanggung jawab untuk melaksanakan sebagian


56

besar kegiatan pembelajaran, guru adalah salah satu penentu utama dalam

upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

c. Faktor siswa, kualitas pendidikan yang ingin dicapai akan tergantung pada

kesehatan fisik, perilaku, dan minat serta bakat siswa. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa adalah objek pendidikan.

d. Faktor alat yaitu setiap upaya yang disengaja yang diambil untuk mencapai

tujuan pendidikan. masalah penting dalam pendidikan adalah alat pendidikan.

Perlu dilakukan upaya untuk pengadaan alat-alat tersebut. Sarana, prasarana,

dan kurikulum merupakan contoh hal-hal yang termasuk dalam kategori alat

pendidikan karena dapat membantu siswa mencapai tujuan pendidikan.

e. Termasuk orang tua dari anak-anak, karena sulitnya menaikkan mutu

pendidikan tanpa dukungan dan bantuan dari masyarakat. Sehingga masyarakat

dan sekolah merupakan dua kelompok yang saling bergantung yang saling

mendukung.

Dalam penelitian ini menggunakan teori Bloom dalam Imam Gunawan

(2017: 3) yang meliputi: (1) Kognitif, (2) Afektif, (3) Psikomotorik.

Alasan penulis menggunakan dimensi ini karena secara keseluruhan

dimensi ini sederhana namun sesuai dengan operasional variabel Manajemen

Pembelajaran.

1. Kognitif (Pengetahuan)

Kognitif menurut Anderson dan Krathwohl dibedakan menjadi dua jenis

yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Pada dimensi

pengetahuan kemudian dibagi ke dalam empat jenis yaitu pengetahuan faktual,


57

pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan meta kognitif.

a. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan tentang unsur-unsur dasar yang

dipergunakan untuk menjelaskan dan memahami suatu disiplin ilmu.

Pengetahuan faktual dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengetahuan tentang

terminologi, dan pengetahuan tentang detail-detail serta elemen-elemen yang

spesifik.

b. Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi,

hubungan antar dua atau lebih kategori tertentu. Pengetahuan konseptual terdiri

dari tiga jenis yaitu 1) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, 2)

pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan 3) pengetahuan tentang teori

model dan struktur.

c. Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara, langkah dan

tahap yang harus diikuti dalam melakukan sesuatu mulai baik dalam

mengerjakan yang rutin sampai menyelesaikan masalah-masalah baru.

d. Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum

dan kesadaran akan kognisi itu sendiri. Pengetahuan kognisi meliputi

pengetahuan strategis, pengetahuan tugas-tugas kognitif, dan pengetahuan diri.

Pada dimensi proses kognitif, dalam pembelajaran, Anderson dan

Krathwohl membagi menjadi enam jenjang dimulai dari yang paling rendah ke

paling tinggi yaitu : mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta.

a. Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori

jangka panjang, dengan kata lain mengemukakan kembali apa yang sudah
58

dipelajari dari guru, buku, dan sumber lainnya. Mengingat dibedakan menjadi

(1) mengenali, (2) mengingat kembali.

b. Memahami adalah proses mengkonstruksi makna pesan-pesan pembelajaran,

baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafik yang disampaikan melalui

pengajaran, buku dan sumber-sumber belajar lainnya. Proses kognisi

memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,

merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

c. Mengaplikasikan atau menerapkan artinya menggunakan informasi, konsep,

prosedur, prinsip, hukum, yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum

dipelajari. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses yaitu

mengeksekusi dan mengimplementasikan.

b. Menganalisis berarti menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya

terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan

informasi, menentukan keterhubungan antara satu kelompok/informasi dengan

kelompok/informasi yang lainnya, antara fakta dengan konsep, antara

argumentasi dengan kesimpulan benang merah pemikiran antara satu karya

dengan karya lainnya. Menganalisis meliputi proses kognitif membedakan,

mengorganisasi, dan mengatribusikan.

c. Mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar

tertentu. Jenis proses kognitif mengevaluasi adalah memeriksa dan mengkritik.

d. Mencipta (mengkreasi) berarti membuat suatu yang baru dari apa yang sudah

ada sehingga hasilnya merupakan suatu kesatuan utuh dan berbeda dari

komponen yang digunakan untuk membentuknya. Kategori proses kognitif


59

mencipta yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Pada dimensi kognitif dibagi menjadi enam indikator yaitu :

a. Indikator pengetahuan , diukur dengan menggunakan dua item yaitu :

1) Mengenal dan memahami istilah – istilah

2) Mengetahui cara membuat klasifikasi

b. Indikator pemahaman, diukur dengan menggunakan lima item yaitu:

1) Memahami tentang perbandingan

2) Memahami tentang persamaan dan perbedaan

3) Memahami tentang mengidentifikasikan suatu karakteristik

4) Memahami tentang menganalisis

5) Memahami tentang cara menyimpulkan

c. Indikator penerapan , diukur dengan dua item yaitu :

1) Mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata

2) Mengatasi masalah

d. Indikator Analisis, diukur dengan enam item yaitu :

1) Mengidentifikasi masalah

2) Membedakan atau memisahkan

3) Menganalisis secara konseptual

4) Menyampaikan pendapat

5) Membuat asumsi-asumsi

6) Menyusun hipotesis dan kesimpulan

e. Indikator sintesa, diukur dengan dua item yaitu :

1) Membuat suatu rencana


60

2) Menyusun suatu kegiatan

b. Indikator evaluasi , diukur dengan dua item yaitu :

1) Menyusun kriteria untuk mengukur nilai suatu gagasan, karya dan

sebagainya.

2) Melakukan penilaian dan koreksi.

2. Afektif (Sikap)

Menurut Stiggins (1994) menyatakan bahwasanya siswa yang memiliki

sikap positif dan motivasi memiliki peluang yang lebih untuk mencapai prestasi

belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap negatif, begitu pun dengan

Dengan demikian sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran memiliki

peranan yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan siswa

(Widoyoko:2018:48).

Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks, menurut Johnson

& Johnson dalam (Widoyoko,2018) mengartikan sikap sebagai sebuah reaksi

positif atau negatif kepada seseorang, objek atau ide (“an attitude is a positive or

negative reaction to a person, object or idea”). Sedangkan Noeng Muhajir

mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan afeksi suka tidak suka pada

suatu objek sosial, Harvey dan Smith mendefinisikan sikap sebagai kesiapan

respons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau

situasi. Eagly dan Chaiken menyebutkan sikap sebagai tendensi psikologi yang

diekspresikan melalui penilaian bagian entitas. Dari keempat definisi tersebut

dapat disimpulkan bahwa sikap adalah reaksi seseorang terhadap objek tertentu

dapat dilakukan dengan melihat respons yang teramati dalam menghadapi objek
61

yang bersangkutan. Respons seseorang dalam menghadapi suatu objek dibagi

menjadi tiga yaitu : respons kognitif, respons afektif dan respons perilaku.

Respons kognitif berkaitan dengan apa yang diketahui orang tersebut terhadap

objek sikap, respons afektif berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang

berkaitan dengan objek sikap sedangkan responsi perilaku berkaitan dengan

tindakan yang muncul dari seseorang ketika menghadapi objek sikap. Sedangkan

menurut Mar’at menggunakan istilah-istilah kognisi, afeksi dan konasi dalam

istilah respons sikap yang diperkenalkan oleh Eagly dan Chaiken

(Widoyoko,2018).

Indikator mutu lulusan pada ranah afektif terdiri dari :

a. Receiving/attending (menerima/memperhatikan).

Pada indikator receiving diukur berdasarkan lima item, yaitu:

1) Mengarahkan perhatian siswa pada fenomena yang menjadi objek

pembelajaran.

2) Memiliki kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.

3) Memiliki sikap menerima hal

4) Memiliki sikap mau mengenal

5) Memperhatikan berbagai Stimulasi

b. Responding (menanggapi).

Pada indikator responding diukur berdasarkan lima item yaitu :

1) Mengarahkan peserta didik untuk merespons suatu fenomena yang

menjadi objek pembelajaran.


62

2) Mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena dalam

pembelajaran.

3) .Memiliki keinginan memberi respons terhadap fenomena dalam

pembelajaran.

4) Memberikan tanggapan terhadap suatu gagasan

5) Tanggap terhadap suatu nilai

c. Valuating (menilai/menghargai).

Indikator valuating diukur berdasarkan tiga item yaitu :

1) Memiliki kemampuan untuk menilai konsep atau fenomena yaitu baik dan

buruk.

2) Mampu mengatakan hasil proses penilaian.

3) Mampu tampil konsisten dan stabil terhadap nilai yang telah dikenalnya

secara jelas

4) Menilai dengan perasaan

5) Menilai suatu gagasan

6) Menilai dengan cara berfikir tertentu

d. Organizing (mengatur atau mengelola)

Pada indikator organizing, dapat diukur berdasarkan lima item yakni :

1) Mampu mempertemukan perbedaan nilai sehingga dapat menyelesaikan

konflik antar nilai (baik/buruk).

2) Mengembangkan nilai diri dalam sistem organisasi.

3) Mengorganisasikan nilai-nilai

4) Menjelaskan nilai-nilai tertentu dalam suatu nilai


63

5) Menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada

nilai yang lain

e. Menghayati (pengamalan), pada indikator ini diukur berdasarkan dua item,

yaitu:

1) Mengendalikan perilaku dengan baik sehingga terbentuk gaya hidup.

2) Membentuk tingkah lakunya secara mantap, konsisten dan dapat

diamalkan.

3) Mengamalkan nilai- nilai kedalam suatu nilai pribadi

4) Mengintegrasikan nilai- nilai kedalam suatu sistem pribadi

3. Psikomotorik ( Keterampilan )

Aspek psikomotorik merupakan hasil belajar yang pencapaiannya

melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang

berhubungan dengan aktivitas fisik, seperti berlari, bermusik, melukis, menari,

menendang, memanah dan lain sebagainya. Keterampilan merujuk pada keahlian

seseorang dalam melakukan tugas tertentu. Psikomotorik merupakan kemampuan

bertindak sebagai akibat seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil

pembelajaran pada ranah psikomotorik tercermin dalam bentuk keterampilan

(skills) dan kemampuan bertindak individu.

Menurut Bloom, ranah keterampilan dibedakan menjadi tujuh, yaitu :

a. Persepsi yaitu perhatian untuk melakukan suatu gerakan. Kemampuan ini

ditunjukkan dengan suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya

rangsangan dan perbedaan di antara rangsangan yang ada.


64

b. Set merupakan kesiapan yang meliputi fisik, mental, dan emosional untuk

melakukan gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan

jasmani dan rohani.

b. Respons terpimpin (guided response) dalam hal ini adalah siswa menirukan

gerakan yang dilakukan oleh guru. Respons terpimpin merupakan tahap awal

dalam mempelajari keterampilan yang kompleks. Respons terpimpin mencakup

imitasi dan gerakan coba-coba.

c. Mekanisme (mechanism) yaitu membiasakan gerakan-gerakan yang telah

dipelajari sehingga terampil dengan cakap dan meyakinkan sehingga siswa

dapat melakukan suatu gerakan tanpa memerlukan lagi bimbingan.

d. Respons tampak yang kompleks, pada tahap ini ditunjukkan dengan gerakan

motorik yang terampil, di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang

kompleks mencakup suatu keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen

dengan lancar, tepat dan efisien.

e. Adaptasi merupakan keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat

disesuaikan dengan berbagai situasi. Pada tahap ini siswa sudah terampil

melakukan dan menyesuaikan gerakan yang dipelajari dalam berbagai situasi

yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

f. Originasi (penciptaan) merupakan keterampilan membuat dan melakukan pola

gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi permasalahan tertentu.

Penciptaan merupakan tingkat keterampilan tertinggi.


65

Dalam kurikulum 2013, keterampilan abstrak adalah (1) mengamati, (2) menanya,

(3) mengumpulkan informasi/mencoba, (4) menalar/mengasosiasi dan (5)

mengkomunikasikan

a. Mengamati adalah keterampilan memperhatikan dengan cermat, misalnya pada

waktu mengamati suatu objek, membaca suatu tulisan, mendengar suatu

penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati

b. Menanya merupakan keterampilan lisan dalam menggali informasi.

keterampilan mengajukan berbagai jenis pertanyaan, baik pertanyaan faktual,

konseptual, prosedural maupun yang bersifat hipotesis

c. Mengumpulkan informasi merupakan keterampilan mencari, menemukan dan

menggali sumber pengetahuan atau mencari informasi yang memadai dari segi

jumlah, kualitas, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan

dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

d. Menalar merupakan keterampilan mengembangkan interpretasi, argumentasi,

dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua

fakta/konsep,interpretasi argumentasi, dan kesimpulan mengenai keterkaitan

lebih dari dua fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta

keterkaitan antar berbagai jenis fakta/konsep/teori, mengembangkan

interpretasi struktur baru.

e. Mengkomunikasikan merupakan keterampilan dalam menyajikan hasil kajian

(dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media

elektronik, multimedia, dan lain-lain.

Ranah psikomotor terdiri dari lima indikator yaitu :


66

a. Indikator meniru diukur dengan dua item yaitu :

1) Meniru sebuah konsep

2) Meniru perilaku yang dilihatnya

b. Indikator manipulasi diukur dengan dua item yaitu :

1) Membuat model yang berbeda

2) Mampu meniru perilaku tanpa bantuan visual

c. Indikator ketetapan gerakan diukur dengan dua item yaitu :

1) Mampu menjaga konsistensi gerak

2) Mampu melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan alat bantu

d. Indikator artikulasi diukur dengan tiga item yaitu :

1) Mampu mengartikulasikan sesuatu dengan serangkaian gerakan secara

akurat

2) Mampu membuat urutan gerakan yang benar

3) Melakukan gerakan secara cepat dan akurat

e. Indikator pengalamiahan diukur dengan dua item yaitu :

1) Melakukan gerakan tertentu secara spontan

2) Melakukan gerakan tertentu secara optimis

2.2 Penelitian Terdahulu

Pertama, Wresni Pujiyati, 2018 “Pengaruh Kompetensi Kepala Sekolah

dan Manajemen Pembelajaran terhadap Mutu Lulusan Siswa Sekolah

Menengah Pertama”

Tujuan penelitian ini untuk melihat Pengaruh Kompetensi Kepala

Sekolah dan Manajemen Pembelajaran Terhadap Mutu Lulusan Siswa


67

Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini akan dilakukan pada sekolah

menengah pertama di sektor V Kabupaten Indramayu. Populasi penelitian

ini adalah guru-guru dan siswa alumni SMP Negeri di sektor V

Kabupaten indramayu. Dari jumlah guru SMP Negeri di sektor V

populasi sebanyak 413 diperoleh sampel sebanyak 80 responden.

Kesimpulan penelitian ini yakni (1) Implementasi kompetensi

kepala sekolah dan manajemen pembelajaran pada siswa SMP Negeri di

sektor V Kabupaten Indramayu memberikan pengaruh positif terhadap

mutu lulusan; (2) Salah satu cara meningkatkan mutu lulusan siswa SMP

Negeri di sektor V Kabupaten Indramayu adalah dengan mengefektifkan

implementasi kompetensi kepala sekolah dan manajemen pembelajaran saling

bersinergi; (3) Persentase pengaruh kompetensi kepala sekolah dan

manajemen pembelajaran terhadap mutu lulusan sebesar 4,4% sisanya

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kedua, Hasim Adnani, 2022” Manajemen Pembelajaran Sistem Sekolah

Berasrama dalam Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan”

Tujuan dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan mutu dari lulusan berdasarkan pelaksanaan

sistem sekolah berasrama yang telah diimplementasikan oleh SMP IT

Aminul Ummah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang

mendeskripsikan Sistem sekolah berasrama. Penelitian ini dilaksanakan di

SMP IT Aminul Ummah Garut dengan sumber data adalah kepala


68

sekolah dan para guru. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara,

observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan sistem sekolah

berasrama ini disusun dan direncanakan dengan memadukan kurikulum

Depdiknas dan Kurikulum keislaman. Pelaksanaan sistem sekolah berasrama

telah sesuai dengan kurikulum yang telah disusun dalam perencanaan

sebelumnya dengan beberapa inovasi pembelajaran yang telah

teraplikasikan. Adapun evaluasi yang telah dilakukan oleh SMP IT Aminul

Ummah Garut ini dibagi kedalam 2 jenis yaitu penilaian sistem sekolah dan

penilaian sistem asrama. Produk lulusan SMP IT Aminul Ummah

merupakan tujuan utama dari seluruh proses pendidikan yang dilakukan.

Mutu lulusan sekolah ini mampu mengimplementasikan keilmuannya serta

mampu berdaya saing dalam segala aspek bidang seperti pendidikan,sosial,

ekonomi dan kemasyarakatan.

Ketiga, Maulida Qotrun Nada, 2019 “Manajemen Pengembangan

Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Meningkatkan

Mutu Lulusan”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan

kompetensi profesional guru dalam meningkatkan mutu lulusan di SD Islam

Al-Amanah Cinunuk. Penelitian ini memusatkan perhatian pada

pengembangan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu lulusan.

Pengembangan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di SD

Islam Al-Amanah adalah unsur peningkatan kualitas peserta didik baik yang
69

masih belajar disekolah maupun yang sudah menjadi lulusan sekolah tersebut.

Dalam upaya meningkatkan kompetensi guru kepala sekolah selalu

memperhatikan, mengupayakan, memberikan dorongan motivasi serta arahan

tentang pentingnya mengembangkan kompetensi yang dimiliki sebagai guru.

Ketentuan ini pun sudah tertera dalam Undang-undang tentang pentingnya

pengembangan kompetensi guru, seperti halnya pengembangan pada

kualifikasi guru, sertifikasi, pelatihan, supervisi pendidikan, MGMP, IHT,

workshop, pembinaan guru internal baik dari pembinaan kompetensi

pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial, selain itu pula pengembangan

ini dilakukan untuk mengembangkan karir pendidik. Kesimpulan dari

penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa program, tetapi belum semua

program diikuti oleh guru secara baik. Masih ada beberapa guru yang bukan

dari jurusan pendidikan dan kurang memanfaatkan kegiatan yang diberikan

oleh sekolah.Hasil yang didapatkan dari pengamatan dan penelitian

Manajemen.

Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan
Antara Penelitian Penulis dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian


Terdahulu I Terdahulu II Terdahulu II Penulis Sri
Wresni Pujiyati Hasim Adnani Maulida Qotrun Haryati
Program Pasca Program Pasca Nada Program Pasca
Sarjana Sarjana Program Pasca Sarjana
Universitas Universitas Islam Universitas Garut
Sarjana
Wiralodra Nusantara Sunan
Gunung Djati Universitas Islam
Bandung Nusantara Sunan
Gunung Djati
Bandung
Judul : Judul : Judul : Judul :
Pengaruh Manajemen Manajemen Pengaruh
Kompetensi Kepala Pembelajaran Pengembangan Kompetensi Guru
70

Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian


Terdahulu I Terdahulu II Terdahulu II Penulis Sri
Wresni Pujiyati Hasim Adnani Maulida Qotrun Haryati
Program Pasca Program Pasca Nada Program Pasca
Sarjana Sarjana Program Pasca Sarjana
Universitas Universitas Islam Universitas Garut
Sarjana
Wiralodra Nusantara Sunan
Gunung Djati Universitas Islam
Bandung Nusantara Sunan
Gunung Djati
Bandung
Sekolah Dan Sistem Sekolah Kompetensi Terhadap
Manajemen Berasrama Dalam Pendidik dan Manajemen
Pembelajaran Upaya Tenaga Pembelajaran
terhadap Mutu Meningkatkan Kependidikan Untuk
Lulusan Siswa Mutu Lulusan Dalam Mewujudkan
Sekolah Menengah Meningkatkan Mutu Lulusan
Pertama Mutu Lulusan
Lokasi Penelitian : Lokasi Penelitian: Lokasi Lokasi
SMP Negeri di SMP IT Aminul Penelitian: Penelitian:
sektor V Ummah Garut SD Islam Al- MTs Darussalam
Kabupaten Amanah Wanaraja Garut
indramayu Cinunuk
Variabel Variabel Variabel Variabel
Penelitian: Penelitian: Penelitian: Penelitian:
Variabel X1: Variabel X: Variabel X: Variabel X:
Kompetensi Kepala Manajemen Manajemen Kompetensi Guru
Sekolah Pembelajaran Pengembangan
Sistem Sekolah Kompetensi Variabel Y:
Variabel X2: Berasrama Pendidik dan Manajemen
Manajemen Tenaga Pembelajaran
Pembelajaran Variabel Y: Kependidikan
Mutu lulusan Variabel Z:
Variabel Y: Variabel Y: Mutu lulusan
Mutu Lulusan Mutu Lulusan
Metode Penelitian: Metode Metode Metode
Metode deskriptif Penelitian: Penelitian: Penelitian:
analisis dengan Metode deskriptif Metode deskriptif Metode deskriptif
teknik survei analisis dengan analisis dengan analisis dengan
teknik survei teknik survei teknik survei

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu pada tabel di atas, maka penelitian

yang dilakukan peneliti adalah asli/original dan tidak plagiat. Adapun

keorisinilan yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian Manajemen Pendidikan Islam

di mana fokus penelitian adalah Pengaruh kompetensi guru terhadap


71

manajemen pembelajaran untuk mewujudkan mutu lulusan.

2. Teori sebagai rujukan dimensi yang digunakan pada penelitian ini

merupakan teori yang berkaitan dengan kompetensi guru yang dikutip Rina

(2019:9), manajemen pembelajaran menggunakan teori Triwiyanto (2019:37),

mutu lulusan menggunakan bloom dalam (Imam Gunawan, 2017:3).

3. Variabel yang dilakukan peneliti lebih kepada mutu lulusan.

4. Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah MTs Darussalam

Wanaraja Garut.

2.3 Kerangka Konseptual

Sebagaimana telah dinyatakan pada problem statement diatas, peneliti

memberikan indikasi masalah bahwa mutu lulusan di MTs Darussalam Wanaraja

Garut belum optimal hal itu diduga antara lain karena manajemen pembelajaran

belum efektif, hal ini diduga karena kompetensi guru belum maksimal. Dengan di

tingkatkannya kompetensi guru diharapkan mampu meningkatkan manajemen

pembelajaran yang optimal serta mewujudkan mutu lulusan peserta didik yang

baik di lingkungan madrasah tsanawiyah.

Masalah-masalah tentang belum maksimalnya kompetensi guru dan belum

efektifnya manajemen pembelajaran serta belum optimalnya mutu lulusan peserta

didik, adalah menjadi fokus kajian utama dan terdapat relevansi yang signifikan

dengan ilmu Manajemen Pendidikan Islam, sehingga grand theory atau teori

utamanya adalah Ilmu Pendidikan Islam, kemudian middle range theory atau teori

tahap menengahnya adalah Manajemen Pendidikan Islam dan operational theory

atau teori operasionalnya adalah variabel – variabel penelitian tersebut.


72

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teori memiliki posisi yang

sangat penting sebagai alat yang digunakan oleh peneliti untuk dapat memberikan

penjelasan tentang sebuah fenomena dan bahkan menemukan teori baru. Menurut

Iskandar (2015:56) teori adalah serangkaian proposisi yang saling berhubungan,

beberapa diantaranya dapat dibuktikan secara empirik. Jadi suatu teori memiliki

tiga unsur utama yaitu:

1. Terdiri dari serangkaian proposisi

2. Proposisi-proposisi tersebut saling berhubungan

3. Beberapa diantaranya dapat dibuktikan secara empirik

Teori merupakan alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat

konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum

menurut Sugiyono (2013:54) teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk

menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan mengendalikan

(control) suatu gejala.

Teori akan semakin berarti apabila dapat lebih banyak menjelaskan dan

meramalkan suatu gejala.

Teori-teori dalam penelitian ini akan diuraikan secara sistematis, yaitu

mulai dari grand theory, middle theory, sampai pada teori-teori yang bersifat

technical operational theory, sehingga melandasi penelitian tentang pengaruh

kompetensi guru terhadap manajemen pembelajaran untuk mewujudkan mutu

lulusan, dalam gambaran sebagai berikut:

Grand Theory
Ilmu Pendidikan Islam
73

Middle Theory
Manajemen Pendidikan Islam

Operational Theory
Kompetensi guru, Manajemen pembelajaran, Mutu lulusan

Gambar.2.1
Model Kerangka Konseptual

2.3.1. Kerangka Konseptual Kompetensi Guru

Kompetensi adalah konsep individu yang rumit yang mencakup beberapa

potensi. Kapasitas seseorang untuk menjalankan profesi tertentu ditinjau dari

unsur-unsur yang dapat dilakukan dalam bentuk tindakan, yang meliputi

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang relevan dengan profesi

tersebut. (Budianto, R, & Rina 2019:9).

Sutama (2005:153-154) menyatakan di dalam kompetensi guru terdapat

aspek- aspek manajemen pembelajaran yang meliputi: (1) terampil menyusun

rencana pengajaran, (2) menyusun program pembelajaran, (3) terampil

melaksanakan prosedur mengajar, (4) terampil mengelola pembelajaran, (5)

mengembangkang tekhnik dan media pembelajaran, (6) terampil melakukan

evaluasi pembelajaran.

Peningkatan kompetensi guru yang dilakukan secara holistik atau

komprehensif dan berkelanjutan cenderung akan menghasilkan guru-guru yang

kompeten yang akhirnya akan menghasilkan mutu Pendidikan yang meningkat.

faktor yang dipengaruhi oleh kompetensi adalah (1) dimensi orang yang terlibat

dan (2) dimensi isi.


74

Berdasarkan pemaparan teori di atas maka peneliti menjadikan acuan teori

dalam proses ilmiah ini Rina (2019:9) menyatakan dimensi kompetensi guru

adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi pedagogik dengan indikator yaitu:

a. Pengorganiasasian bahan pembelajaran

b. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar

c. Pengelolaan kelas

d. Penggunaan media

e. Penilaian prestasi.

2. Kompetensi profesional dengan indikator yaitu:

a. Materi ajar

b. Konsep keilmuan yang koheren

c. Penerapan konsep keilmuan.

3. Kompetensi sosial dengan indikator yaitu:

a. Terampil berkomunikasi,

b. Dapat bekerjasama

c. Memahami lingkungan sekitar

4. Kompetensi kepribadian dengan indikator yaitu:

a. Penampilan sikap yang positif

b. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai

c. Kepribadian nilai dan sikap hidup

2.3.2. Kerangka Konseptual Manajemen Pembelajaran

James. A.F. Stoner mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan,


75

pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen sebagai seni pencapaian

tujuan yang dilakukan melalui orang lain (Saefullah, 2019).

Menurut Triwiyanto (2019:37) manajemen pembelajaran adalah

pemanfaatan sumberdaya pembelajaran yang ada, baik faktor yang berasal dari

dalam individu yang sedang belajar maupun faktor yang berasal dari luar individu

untuk mencapai tujuan Pendidikan yang efektif dan efisien.

Menurut Nurfuadi (2012:65) salah satu faktor yang mempengaruhi

manajemen pembelajaran adalah kompetensi guru.

Berdasarkan pemaparan teori diatas maka peneliti menjadikan acuan teori

dalam proses penelitian ilmiah ini dari Triwiyanto (2019:37) agar setiap dimensi-

dimensi manajemen pembelajaran dan indikator-indikator pembelajaran dapat

terukur meliputi :

1. Perencanaan program pembelajaran dengan indikator yaitu :

a. Merencanakan tujuan pembelajaran

b. Memilih metode pembelajaran

c. Merencanakan media pembelajaran

2. Pengorganisasian program pembelajaran dengan indikator yaitu:

a. Mengorganisir sumber daya pembelajaran

b. Pengelolaan kelas

3. Pelaksanaan program pembelajaran dengan indikator yaitu:

a. Memulai pembelajaran

b. Mengelola pembelajaran
76

c. Mengakhiri pembelajaran

4. Evaluasi pembelajaran dengan indikator :

a. Menyiapkan instrumen penilaian

b. Melaksanakan evaluasi

c. Menindaklanjuti hasil evaluasi

2.3.3. Kerangka Konseptual Mutu Lulusan

Peningkatan mutu lulusan tidak lepas dari peningkatan mutu pendidikan.

Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan

tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam arti hasil

(output) harus dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target

yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input

dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai

(Fatah Syukur, 2013: 44-45)

Rahmat Hidayat (2019:142) dalam peraturan pemerintah Pendidikan dan

Kebudayaan nomor 20 tahun 2016 tentang standar kompetensi Lulusan,

pemerintah merinci dimensi kompetensi siswa tersebut yakni: (a) Sikap,

(b) Pengetahuan, (c) Keterampilan.

Menurut Suleman (2021:6) faktor yang mempengaruhi mutu lulusan

adalah: 1) manajemen dan kepemimpinan, (2) kurikulum, (3) guru, (4) proses

belajar mengajar, (5) input siswa, (6) fasilitas belajar, (7) lingkungan belajar, (8)

dana operasional, (9) kemampuan guru dalam melakukan penelitian ilmiah, (10)

kemampuan guru dalam menulis laporan.


77

Menurut Ibrahim Bafadal (2003:82) salah satu faktor yang mempengaruhi

mutu lulusan adalah manajemen pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan teori diatas maka peneliti menjadikan acuan teori

dalam proses penelitian ilmiah ini dari Bloom dalam Imam Gunawan (2017:3) ada

3 bagian penting dalam konsep pembelajaran yang bisa diartikan sebagai tujuan

Pendidikan telah dipecah menjadi tiga domain menggunakan sistem hierarkis

yang mengurutkan keterampilan dari level terendah hingga level tertinggi.

Adapun dimensi nya adalah sebagai berikut:

1. Dimensi kognitif dengan indikator yaitu:

a. Pengetahuan

b. Pemahaman

c. Penerapan

d. Analisis

e. Sintesa

f. Evaluasi

2. Dimensi afektif dengan indikator yaitu:

a. Menerima

b. Tanggapan

c. Penilaian

d. Pengorganisasian

e. Pengamalan

3. Dimensi psikomotorik dengan indikator:

a. Meniru
78

b. Manipulasi

c. Ketetapan Gerakan

d. Artikulasi

e. Pengalamiahan

Berdasarkan teori, kerangka konseptual variabel dan penelitian terdahulu

dirumuskan proposisi. Terdapat pengaruh kausal effectual antara kompetensi guru

terhadap manajemen pembelajaran untuk mewujudkan mutu lulusan.

Berdasarkan proposisi di atas dirumuskan anggapan dasar sebagai berikut:

1. Manajemen pembelajaran akan baik apabila kompetensi guru sudah baik.

2. Manajemen pembelajaran yang baik akan mewujudkan mutu lulusan yang

baik.

3. Kompetensi guru yang baik akan menghasilkan mutu lulusan yang baik.

Untuk memudahkan pemahaman tentang keterkaitan antara variabel-

variabel yang dikaji dalam penelitian ini, maka kerangka pemikiran dalam

penelitian ini dapat digambarkan dengan model penelitian sebagai berikut:

Kompetensi Manajemen Mutu


Guru Pembelajaran Lulusan

Gambar.2.2
Model Penelitian
79

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka peneliti merumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Hipotesis Utama

H0 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap manajemen

pembelajaran untuk mewujudkan mutu lulusan.

H1 : Terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap manajemen

pembelajaran untuk mewujudkan mutu lulusan.

2. Sub-sub Hipotesis

a. H0 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap manajemen

pembelajaran

H1 : Terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap manajemen

pembelajaran

b. H0 : Tidak terdapat pengaruh manajemen pembelajaran terhadap mutu

lulusan

H1 : Terdapat pengaruh manajemen pembelajaran terhadap mutu lulusan.

c. H0 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap mutu lulusan.

H1 : Terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap mutu lulusan.

Anda mungkin juga menyukai