KARYANTO (G2I123017)
DEWI PURNAMA PUTRI POU (G2I123015)
FENI YATIN (G2I123023)
Pokok Bahasan
1 Ruang Lingkup Filsafat
Matematika
3 Empirisme Kuasi
1. Ruang Lingkup Filsafat Matematika
1 Pertama, ada perbedaan antara pengetahuan sebagai produk akhir yang sebagian besar diwujudkan dalam
bentuk dalil-dalil dengan kegiatan memahami atau kegiatan mencari pengetahuan. Yang terakhir
berhubungan dengan asal-usul pengetahuan dan dengan keterlibatan manusia dalam penciptaannya.
2 Kedua, ada perbedaan antara matematika sebagai pengetahuan yang berdiri sendiri dan bebas nilai dengan
matematika sebagai sesuatu yang berhubungan dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
jaringan ilmu pengetahuan manusia.
3
Ketiga, perbedaan ini memisahkan pandangan matematika sebagai ilmu yang objektif dan bebas nilai
karena hanya terfokus pada logika internalnya sendiri, dengan memandang matematika sebagai bagian
yang menyatu dengan budaya manusia dan oleh karena itu dipengaruhi oleh nilai-nilai manusia seperti
halnya wilayah dan pengetahuan lainnya.
1. Ruang Lingkup Filsafat Matematika
4.Konvensionalism 5. Empirisme
e
2. Pengujian Lebih Lanjut Beberapa Aliran Filsafat Matematika
1. Aliran Absolutis
Pengikut aliran logis, formalis dan Contructivism adalah pengikut aliran absolutis. Pada Bab sebelumnya telah
diberikan contoh kegagalan pemikiran aliran ini dan juga telah dibuktikan ketaktepatan aliran absolutis untuk filsafat
matematika
Filsafat absolutis progresif secara umum memenuhi kriteria dibandingkan dengan filsafat absolut formal,
meskipun secara keseluruhan tetap memberikan penentangan karena aliran ini memberikan ruang, meskipun
terbatas, untuk para ahli matematika yang beraktivitas.
2. Pengujian Lebih Lanjut Beberapa Aliran Filsafat
3.Matematika
Platonisme
Platonisme adalah pandangan bahwa objek matematika memiliki eksistensi objektif yang nyata dalam
beberapa wilayah ideal. Pandangan ini berasal dari Plato dan dapat dilihat dalam tulisan penganut aliran Logis
seperti Frege dan Rusell, dan juga Cantor, Bernays (1934), Hardy (1967) dan Godel (1964).
1. Aliran ini tidak mampu menawarkan penjelasan yang tepat terkait dengan bagaimana ahli matematika
memperoleh akses kedalam pengetahuan yang ada dalam wilayah platonic.
2. Aliran ini tidak mampu memberikan deskripsi yang tepat untuk matematika baik secara internal atau
eksternal. Karena aliran ini tidak dapat memenuhi persyaratan diatas, platonisme ditolak sebagai filsafat
matematika.
2. Pengujian Lebih Lanjut Beberapa Aliran Filsafat
Matematika
4.Konvensionalisme
Filasafat matematika konvensionalis telah dikritik oleh penulis sebelumnya dengan dua alasan :
Pertama, dikatakan disini bahwa aliran ini tidak banyak memberikan informasi.
Kedua, penolakan dari Quine, dia mengatakan bahwa kita tidak akan menemukan semua kebenaran
matematika dan logika yang dikemukakan secara literal seperti aturan dan konvensi linguistik
2. Pengujian Lebih Lanjut Beberapa Aliran Filsafat Matematika
5. Empirisme
Memandang Matematika
Menampilkan Arah baru
sebagai apa yang ahli
dalam filsafat Matematika
matematika lakukan dan dengan karena penekanannya pada
semua kekurangan yang melekat praktek matematika
(Tymoczko, 1986),
pada aktifitas atau ciptaan
manusia.
3. Empirisme Kuasi
Sketsa awal dari pemikiran
empirisme kuasi
Matematika adalah sebuah dialog diantara Lima Thesis
orang-orang yang mencoba menyelesaikan
persoalan matematika. Ahli matematika tidak bisa Lima tesis dari empirisme kuasi dapat
lepas dari kesalahan dan produk mereka termasuk diidentifikasi sebagai berikut:
konsep dan pembuktian tidak dapat dianggap 1. Pengetahuan matematika dapat keliru
produk akhir atau sempurna tetapi masih 2. Matematika Bersifat Hipotetis-deduktif
membutuhkan negosiasi kembali sebagai standar 3. Sejarah adalah pusat
perubahan yang harus dilakukan dengan teliti atau 4. Penegasan Pentingnya Matematika
sebagai tantangan baru atau makna yang muncul. Informal
Sebagai aktifitas manusia, matematika tidak dapat 5. Dimasukkannya Teori Penciptaan
dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari Pengetahuan
sejarah dan aplikasinya kedalam sains dan ilmu
lainnya. Empirisme kuasi menampilkan
“kembangkitan kembali empirisme dalam filsafat
matematika terkini” (Lakatos, 1967).
3. Empirisme Kuasi
1. Dugaaan awal.
2. Pembuktian (eksperimen atau argument, perubahan dari dugaan awal menjadi sub-dugaan atau
lemma).
3. Kontra contoh “global” (kontra contoh untuk dugaan sederhana).
4. Bukti pengujian kembali: “lemma yang salah” untuk kontra contoh global adalah kontra contoh
“local”.
Empat tahap ini adalah inti dari analisa bukti. Tetapi ada beberapa tahap standar berikutnya
yang sering muncul:
5. Bukti pengujian teori lainnya
6. Pengecekkan hasil yang diterima saat itu dari dugaan aslinya dan yang sekarang dibuktikan
kesalahannya.
7. Kontra Contoh menjadi contoh baru – wilayah baru dari penemuan terbuka.
3. Empirisme Kuasi