Anda di halaman 1dari 6

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/mpmt5101/index.

html# Filsafat Matematika Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mempelajari asumsi-asumsi yang bersifat filsafat, dasar-dasar, dan implikasi-implikasi matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk meyediakan perhitungan dasar dan metodologi matematika serta memahami bagian dari matematika dalam kehidupan kita. Secara logika dan sifat dasar matematika itu sendiri membuat pengajaran tentang filsafat matematika itu luas dan unik diantara filsafat-filsafat ilmu lainnya. Tema-tema dalam filsafat matematika termasuk di dalamnya adalah: Apa sumber-sumber dari pokok persoalan matematik? Apakah status ontology matematik sungguh-sungguh ada? Apakah itu berarti mengacu pada obyek matematik? Apa karakter dari proposisi matematik? Apa hubungan antara logika dengan matematika? Apa peran hermeneutika dalam matematika? Pemeriksaan macam apa yang memainkan peran dalam matematika? Apa tujuan dari penelitian matematik? Apa yang matematika berikan sebagai pegangan dalam pengalaman di kehidupan? Apa karakter manusia di belakang matematika? Apa keindahan matematik itu? Apa sumber-sumber dan sifat dasar dari kebenaran matematik? Apa hubungan antara dunia abstrak matematika dengan benda-benda alam semesta? Apakah bahasa matematika itu absolut dan universal? (tema ini biasa dalam genre Science-Fiction) Filsafat matematika bisa digunakan untuk memformalkan pokok masalah secara filsafat, seperti estetika, etika, logika, metafisika, ataupun teologika, dalam bentuk isi pokok yang lebih eksak dan lebih teliti, sebagai contoh adalah kerja dari para kelompok teologi Scholastic, atau tujuan-tujuan yang sistematik dari Leibniz dan Spinoza. Pengertian lain adalah mengacu pada filsafat kerja dari para praktisi secara individu atau komunitas para matematikawan yang berpikiran lebih suka pada praktek. Sebagai tambahan, beberapa pemahaman terhadap batasan filsafat matematik dari suatu kiasan kepada pendekatan yang ditulis oleh Bertrand Russell dalam bukunya Introduction to Mathematical Philosophy.

Tinjauan Sejarah
Banyak pemikir telah mengkontribusikan pemikirannya berkaitan dengan sifat dasar matematika. Saat ini, beberapa ahli filsafat matematik berniat memberikan laporan bentuk penelitian dan hasil-hasil seperti yang mereka berlakukan, sementara yang lainnya menekankan peran mereka sendiri dari interpretasi sederhana sampai dengan analisis kritis. Ada dua macam tradisi dari filsafat matematik, yaitu filsafat Barat (Western philosophy) dan filsafat Timur (Eastern philosophy). Filsafat Matematika Barat seperti Plato, yang mempelajari status ontologi dari obyek matematik, dan Aristotle, mempelajari logika serta isu-isu yang berkaitan dengan ketakhinggaan (aktual versus potensial). Filsafat Matematika Yunani Greek dipengaruhi kuat oleh pengajaran geometri. Sebagai contoh, pada suatu ketika, orang Yunani memegang opini bahwa 1 (satu) adalah bukan bilangan, tetapi cukup sebuah unit sembarang dari panjang. Sebuah bilangan didefinisikan sebagai sebagai jumlah, sehingga sebagai contoh 3, digambarkan sebagai jumlah tertentu dari unit, jadi bukan benar-benar sebuah bilangan.

Dari sudut pandang lain, dengan argumen yang sama bahwa 2 bukanlah bilangan tetapi pengertian dasar dari sebuah pasangan. Sudut pandang ini datang dari sisi lurus geometri dan sudut pandang yang terbatas dari orang-orang Yunani, bahwa garis yang digambarkan dalam geometri diukur sebagai proporsi gamabr garis sembarang yang pertama, jadi juga sebuah bilangan pada garis bilangan yang diukur sebagai proporsi terhadap bilangan sembarang pertama atau satu . Pemikiran awal bangsa Yunani tentang bilangan diakhiri dengan penemuan tentang keirrasionalan akar kuadrat dari bilangan dua. Hippasus, seorang murid Pythagoras, telah menunjukkan bahwa diagonal dari kuadrat unit tidak dapat dibandingkan dengan sisi (panjang unit)nya: dengan perkataan lain ia telah membuktikan bahwa tidak ada bilangan (rasional) yang menggambarkan secara akurat proporsi dari diagonal kuadrat unit terhadap sisinya. Hal ini disebabkan adanya re-evaluasi dari filsafat matematika bangsa Yunani. Menurut legenda, para pengikut kaum Pythagorean dibuat trauma dengan penemuan ini, mereka membunuh Hippasus untuk menghentikan penyebaran ide-idenya. Pemikiran-pemikiran bangsa Yunani tetap dominan sampai dengan abad ke-17. Pada saat ini, dimulai oleh Leibniz, fokus bergeser secara kuat ke hubungan antara matematika dengan logika. Pandangan ini telah mendominasi filsafat matematika sampai saatnya Frege dan Russell, yang dibawa oleh pengembangan dalam akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Filsafat Matematika dalam abad ke-20


Isu abadi dalam filsafat matematika tertuju pada hubungan antara logika dan matematika. Sementara para filsafat abad ke-20 melanjutkan untuk mempertanyakan pertanyaanpertanyaan yang telah disebutkan pada awal artikel ini, dimana filsafat matematika dalam abad ke-20 telah mempunyai ciri utama yaitu berminat pada logika formal, teori himpunan, dan isu-isu mendasar. Adalah suatu teka-teki yang besar bahwa pada satu sisi kebenaran matematik tampaknya mempunyai keniscayaan yang menarik, tetapi di sisi lain sumber dari "kebenaran" mereka tetap sukar dipahami. Investigasi terhadap isu-isu ini dikenal sebagai program dasar-dasar matematik Saat dimulainya abad ke-20, para ahli filsafat siap mulai untuk membagi ke dalam berbagai macam aliran pemikiran. Tiga aliran pemikiran, yaitu, formalisme, intuisionisme, dan logisisme, pada saat ini telah muncul, bagian dari tanggapan terhadap meningkatnya kekhawatiran bahwa matematika masih berdiri, khususnya analisis mati sampai standar ketidakpastian dan ketelitian telah dianggap remeh. Mengherankan bahwa pengembangan yang kontra secara intuisi dalam logika formal dan teori himpunan dalam abad ke-20 menyebabkan pertanyaan baru mengenai apa yang secara tradisional disebut dasar-dasar matematika. Sebagai abad yang terbuka, fokus awal menyangkut perluasan terhadap eksplorasi terbuka dari aksioma dasar matematika, pendekatan aksiomatiknya dianggap remeh karena waktu Euclid sekitar 300 SM adalah sebagai basis dasar untuk matematika. Gagasan-gagasan tentang aksioma, proposisi dan pembuktian matematik, seperti juga gagasan tentang proposisi yang benar dari obyek matematik (lihat logika matematik), telah diformalkan, sehingga memungkinkan proposisiproposisi tersebut diperlakukan secara matematik. Aksioma Zermelo-Fraenkel untuk teori himpunan dibuat formulasi yang menyediakan kerangka konseptual dimana banyak tulisan matematik akan diinterpretasikan. Dalam matematika seperti juga dalam fisika, gagasangagasan baru dan tak terduga telah muncul dan perubahan-perubahan yang signifikan pun dating. Dengan penomoran Gdel, proposisi-proposisi dapat diinterpretasikan sebagai acuan terhadap dirinya sendiri atau proposisi-proposisi lain, memungkinkan pemeriksaan kedalam kekonsistenan dari teori-teori matematk. Kritik yang refleksif ini, dimana teori di bawah tinjauan "menjadi dirinya sendiri adalah obyek dari studi matematik " membawa Hilbert menyebut studi tersebut adalah metamatematika atau teori pembuktian.

Pada abad pertengahan, sebuah teori matematik baru telah diciptakan oleh Samuel Eilenberg dan Saunders Mac Lane, yang dikenal dengan teori kategori, dan teori ini menjadi pesaing baru bagi bahasa dasar dalam berfikir secara matematik (Mac Lane 1998). Ketika filsafat menemukan sesuatu yang salah dengan ilmu pengetahuan, kadang-kadang kita berfikir bahwa ilmu pengetahuan harus diubah (paradox Russel), seperti Berkeley menentang terhadap ketakhinggaan, tetapi yang lebih sering terjadi adalah filsafat yang harus berubah. Tidak terpikirkan oleh kita semua bagaimana sulitnya filsafat menemukan matematik klasiknya (merupakan kesulitan yang murni); dan terpikir bahwa interpretasi filsafat terhadap matematik yang setiap kali diberikan adalah salah, dan interpretasi filsafat adalah sesuatu yang tidak dibutuhkan. (Putnam, 169-170). Filsafat matematika saat ini melanjutkan terus beberapa garis penyelidikan yang berbeda oleh para ahli filsafat matematik, para ahli logika, dan para ahli matematik serta ada banyak sekolah yang memikirkan tentang masalah ini.

Formalisme Formalisme berpegang pada prinsip bahwa pernyataan matematik bisa diartikan sebagai pernyataan tentang konsekuensi dari aturan rangkaian manipulasi tertentu. Sebagai contoh, dalam "permainan" dari geometri Euclid (yang kelihatannya terdiri dari beberapa rangkaian yang disebut "aksioma-aksioma", dan beberapa "aturan inferensi" untuk membangun

rangkaian baru dari rangkaian-rangkaian yang diketahui), salah satunya dapat membuktikan bahwa memenuhi teorema Phytagoras (yaitu, dapat membangun string yang berkaitan dengan teorema Phytagoras). Menurut Formalisme, kebenaran matematik adalah bukan tentang bilangan dan himpunan dan segitiga dan semacamnya seperti kenyataannya. Versi lain dari formalism sering dikenal dengan nama deduktivisme. Dalam deduktivisme, teorema Pythagoras tidak benar secara absolut, tetapi relatif benar : jika Anda menetapkan arti strings sedemikian sehingga aturan-aturan permainan menjadi benar (contohnya, pernyataan yang benar diberikan untuk aksioma dan aturan-aturan inferensi adalah memelihara kebenaran), maka Anda harus menerima teorema, atau sebaliknya, interpretasi yang telah Anda berikan harus menjadi pernyataan yang benar.

Hal yang sama benar untuk semua pernyataan matematik. Jadi, formalisme tidak membutuhkan arti bahwa matematika tidak lebih dari permainan simbolis yang tidak berarti. Biasanya diharapkan ada suatu interpretasi dimana aturan-aturan permainan dipenuhi. (Bandingkan dengan posisi strukturalisme.) Tetapi formalism mempersilahkan para ahli matematika melanjutkan karya-karyanya dan meninggalkan masalah-masalah pada para ahli filsafat dan ilmu pengetahuan. Banyak para penganut formalisme akan mengatakan bahwa dalam prakteknya, sistem aksioma yang dipelajari oleh peminat ilmu pengetahuan atau bidang matematika lain. David HilbertPendukung awal dari formalisme adalah David Hilbert, dimana programnya bertujuan mengaksiomakan semua matematika secara lengkap dan konsisten. ("Konsisten" disini berarti bahwa tidak ada kontradiksi yang dapat berasal dari sistem.). Hilbert mertujuan menunjukkan konsistenci sistems matematik dari asumsi bahwa " aritmetik yang hingga" (suatu subsistem aritmetik lazimnya dari bilangan bulat positif, yang terpilih tidak kontroversi secara filsafat) adalah konsisten ujuan Hilbert untuk menciptakan suatu sistem matematika yang lengkap dan konsisten tertutup oleh teorema incompleteness Gdel kedua, yang menyatakan bahwa sistem aksioma konsisten yang cukup ekspresif tidak pernah dapat membuktikan kekonsistenan mereka sendiri. Karena setiap sistem aksioma akan berisi aritmetik yang hingga sebagai sebuah subsistem, teorema Gdel telah mengartikan bahwa tidak mungkin aksioma membuktikan kekonsistenan sistem secara relatif (karena aksioma akan membuktikan kekonsistenan dirinya sendiri, dimana Gdel telah menunjukkan ketidakmungkinan). Jadi, untuk menunjukkan bahwa setiap sistem aksioma matematika sebenarnya konsisten, maka salah satunya adalah membutuhkan asumsi pertama kekonsistenan suatu sistem matematika yang dirasakan lebih kuat dari sistem yang telah terbukti konsisten. Hilbert pada mulanya adalah penganut deduktivisme (deduktivis), tetapi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, ia telah mempertimbangkan metode metamatematik tertentu untuk menghasilkan hasil-hasil yang bermakna secara intrinsik dan ia adalah seorang penganut realisme (realis) terhadap aritmetik yang hingga. Kemudian, ia memegang opini bahwa tidak ada matematika lain apapun yang bermakna, tanpa memperhatikan interpretasi.

Penganut formalisme lain seperti Rudolf Carnap, Alfred Tarski dan Haskell Curry, telah menganggap matematika menjadi investigasi dari sistem aksioma formal. Para ahli logika matematik mempelajari sistem aksioma formal tersebut. Para penganut formalisme secara relatif toleran dan mempersilakan pendekatan-pendekatan baru terhadap logika, sistem bilangan non-standar, teori-teori himpunan yang baru, dan lainlain. Jadi formalism itu bungkan terhadap pertanyaan sistem aksioma apa yang seharusnya diajarkan, seperti tak satupun yang lebih bermakna dari sudut pandang formalistik yang lain. Akhir-akhir ini, beberapa ahli matematika penganut formalism telah mengusulkan bahwa semua semua pengetahuan matematik formal kita secara sistematik sebaiknya dikodekan dalam format komputer yang terbaca, untuk memfasilitasi pengecekan pembuktian yang otomatis (automated proof checking) dari pembuktian-pembuktian matematik dan penggunaan teorema pembuktian yang interaktif (interactive theorem proving) dalam pengembangan matematik teori dan perangkat lunak komputer. Karena hubungan dekatnya dengan computer science, pemikiran ini juga didukung oleh para penganut intuisionisme dan konstruktivisme matematik dalam tradisi "computability".

Logisisme

Gottlob Frege, penemu dari Logisisme Logisisme adalah desertasi bahwa matematika diturunkan menjadi logika, oleh sebab itu tidak ada sama sekali bagian dari logika (Carnap 1931/1883, 41). Para ahli Logika berpendapat bahwa matematik dapat dikenal a priori, tetapi menyarankan bahwa pengetahuan matematika kita adalah hanya bagian dari pengetahuan logika kita secara umum, jadi secara analitis tidak membutuhkan fakultas khusus tentang intuisi matematik. Dalam sudut pandang ini, logika adalah dasar-dasar yang benar dari matematika, dan semua pernyataan matematik memerlukan kebenaran logika. Rudolf Carnap (1931) memperkenalkan desertasi para ahli logika yang terdiri dari dua bagian : 1. Konsep-konsep matematika dapat diturunkan dari konsep-konsep logika melalui definisi-definisi yang gamblang/jelas. 2. Teorema-teorema matematika dapat diturunkan dari aksioma-aksioma logika melalui pengambilan kesimpulan murni. Gottlob Frege adalah penemu logisisme. Dalam tulisannya Die Grundgesetze der Arithmetik (Basic Laws of Arithmetic) ia membangun aritmetika dari suatu sistem logika dengan prinsip pemahaman yang umum, yang disebut "Basic Law V" (untuk konsep F dan G, perluasan dari F sama dengan perluasan dari G jika dan hanya jika untuk semua obyek a, Fa jika dan hanya jika Ga), sebuah prinsip yang dapat diterima sebagai bagian dari logika.

Konstruksi Frege ini cacat. Russell menemukan bahwa Basic Law V tidak konsisten. (Ini adalah paradoks Russell). Setelah Frege meninggalkan ahli-ahli program logikanya, diteruskan oleh Russell dan Whitehead dengan menghubungkan paradoks "lingkaran setan" dan membangun apa yang mereka sebut dengan jenis teori yang bercabang (ramified type theory) untuk menanganinya. Dalam sistem ini, mereka akhirnya mampu membangun banyak matematika modern, tetapi bentuknya berubah dan kebanyakan kompleks (sebagai contoh, ada bilangan asli yang berbeda dalam setiap jenis, dan ada banyak jenis yang tak hingga). Mereka juga telah membuat beberapa kompromi untuk mengembangkan begitu banyak matematika, seperti "axiom of reducibility". Bahkan Russell mengatakan bahwa aksioma ini tidak benar-benar termasuk logika. Para ahli logika moderen (seperti Bob Hale, Crispin Wright, dan mungkin yang lainnya) telah kembali ke program yang lebih mendekati ke Frege. Mereka telah meninggalkan Basic Law V dan setuju terhadap prinsip-prinsip abstraksi seperti prinsip Hume (banyaknya obyek yang jatuh dibawah konsep F sama dengan banyaknya obyek yang jatuh dibawah konsep G jika dan hanya jika extension dari F dan extension dari G dapat digolongkan ke dalam korespondensi satu-satu). Frege membutuhkan Basic Law V agar mampu memberikan definisi ekplisit dari bilangan, tetapi semua sifat-sifat bilangan dapat diturunkan dari prinsip Hume. Hal ini tidak cukup untuk Frege karena tidak meniadakan kemungkinan bahwa bilangan 3 sebetulnya adalah Julius Caesar. Sebagai tambahan, banyak prinsip-prinsip yang lemah yang telah diadopsi untuk mengganti Basic Law V tidak banyak tampak, sehingga betul-betul analitis, jadi logika murni. Jika matematika adalah bagian dari logika, maka pertanyaan-pertanyaan tentang obyekobyek matematik mengurangi pertanyaan-pertanyaan tentang obyek-obyek logika. Satu pertanyaan, apa obyek-obyek dari konsep logika? Rasanya, logisisme dapat diartikan sebagai pergeseran pertanyaan dari pertanyaan-pertanyaan tentang filsafat matematika ke pertanyaanpertanyaan tentang logika tanpa jawaban secara lengkap.

Anda mungkin juga menyukai