Anda di halaman 1dari 4

Nama : Meri Weri Kristiani Sitio

Npm : 2001070010

1.a.Ontologi

Ontologi berakar dari dua jenis kata dalam bahasa Yunani yaitu "ontos" dan logos". Ontos berarti sebuah
keberadaan atau kondisi yang ada secara fakta dan logos berarti sebuah wawasan atau ilmu. Apabila
digabungkan, maka ontologi berarti ilmu yang mempelajari sesuatu keberadaan atau kondisi yang ada
sesuai fakta.

Contoh Ontologi

Ontologi tentang rumah. Di zaman sekarang, sudah berbagai macam model rumah yang dibangun.
Rumah saat ini ada yang bersusun, rumah tingkat, dan bahkan membentuk apartemen. Pada zaman
dahulu, manusia hanya mengenal satu jenis rumah. Tapi, faktanya walau saat ini sudah banyak jenis-
jenis susunan rumah tetap saja kita menyebutnya dengan rumah atas dasar wawasan yang benar dan
memang ada.

b.Epistemologi

Epistemologi berakar dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu "episteme" dan "logos". Episteme berarti
sebuah wawasan atau ilmu pengetahuan dan logos berarti sebuah ilmu pengetahuan yang disusun
dengan sistematis. Apabila digabungkan, epistemologi berarti sebuah wawasan pengetahuan yang
membahas dasar sebuah ilmu pengetahuan secara sistematis.

Contoh Epistemologi

Pada ontologi kita mengetahui jika kita bisa mengetahui rumah walau dengan tampilan berbeda. Dalam
epistemologi kita akan mengetahui bagaimana cara kita menganalisa bahwa bangunan itu adalah
rumah. Kita akan melihatnya melalui panca indera. Kemudian, hasil dari penglihatan akan dikirim oleh
saraf ke otak. Dalam otak, penglihatan tadi akan dianalisis lebih lanjut tentang semua yang dilihat agar
dapat diketahui apakah itu rumah atau bukan.

c.Aksiologi

Aksiologi berakar dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu "axios" dan "logos". Axios berarti sebuah rasa
layak atau pantas dalam menerima sesuatu dan logos berarti ilmu pengetahuan. Apabila digabungkan,
aksiologi berarti ilmu yang mencari tahu sebuah manfaat atau nilai yang didapat dari sebuah analisis
ilmu terhadap sesuatu.

Contoh Aksiologi
Aksiologi mempelajari sebuah manfaat atau nilai dari analisis ilmu. Dengan contoh sebelumnya, maka
dengan ilmu aksiologi kita bisa mengetahui rumah mana yang akan kita tinggali, rumah yang nyaman
dan rumah sesuai yang kita inginkan. Dengan itu kita bisa mudah menentukan sbeuha keputusan.

2.Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan ilmu

lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari ilmu dan matematika adalah ibu dari
segala ilmu. Ada juga yang beranggapan bahwa fil safat dan matematika adalah ibu dari segala ilmu yang
ada. Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan matematika mengalami perkembangan yang
sangat menyolok. Artikel ini membahas perkembangan matematika dalam filsafat dan aliran formalisme
yang terkandung dalam filosofi matematika secara khusus.Matematika dan filsafat sama-sama
mempunyai daya tarik yang kuat pada saat zaman Yunani kuno. Ilmu matematika banyak menginspirasi
filusuf Yunani untuk, mendeskripsikan pemikiran filsafat. Hubungan yang erat antara matematika dan
filsafat menurunkan ilmu pengetahuan baru. Oleh
karena itu, perlunya menguas matematika dan filsafat sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang
tidak dapat dipecahkan oleh logika semata.

3.a. Pemikiran rasional (deduktif) adalah berfikir dari umum kekhusus atau dari aturan yang kita
terapkan ke diri kita sendiri.

Contoh nya: pada suatu ruang tertera tulisan “Dilarang makan dan minum”, walaupun saya dalam
keadaan lapar, tapi saya tetap tidak akan makan ketika di dalam ruangan itu. Namun jika saya tetap
makan dan minum di ruangan itu, berarti saya tidak berpikir deduktif.

b. Pengamatan empiris (induktif) adalah membuat suatu kesimpulan dari khusus ke umum. Membuat
suatu kesimpulan umum berdasarkan pengamatan termasuk pengalaman kita.

Contohnya: Saya pergi kuliah pukul 07.30 wib, tiba di kampus 08.10 wib (ternyata saya terlambat 10
menit). Besok saya masih berangkat jam 07.30 wib, masih juga terlambat. Agar tidak terlambat,
beberapa hari kemudian saya berangkat pukul 07.00 wib.

Antara pemikiran rasional (deduktif) dan pengamatan empiris (induktif) saling mendukung dam
memerlukan untuk perkembangan ilmu. Adakalanya suatu masalah harus ditelaah secara deduktif dan
adakalanya juga mesti ditelaah secara induktif.
4 a.Pemikiran Aristoteles yang terbesar dalam matematika adalah tentang logika dan analisis. Aristoteles
berpendapat bahwa logika harus dureapkan pada semua bidang ilmu, termasuk matematika. Analisis
diperlukan untuk membangun aksioma-aksioma yang terdapat di dalam matematika.

b.Pandangan Leibniz

Leibniz setuju dengan Aristhoteles, bahwa setiap proposisi didalam analisis terakhir berbentuk subjek-
predikat. Konsep Leibniz tentang bidang studi matematika murni sangat berbeda dengan pandangan
Plato dan Aristotheles karena menurutnya semua boleh mengatakan bahwa proposisi-proposisi adalah
perlu benar untuk semua objek, semua kejadian yang mungkin, atau dengan menggunakan phrasenya
yaitu dalam semua dunia yang mungkin.

5.Sejarah Perkembangan Geometri Euclid

Euclid dapat disebut sebagai matematikawan utama. Dia dikenal karena peninggalannya berupa karya
matematika yang dituang dalam buku The Elements sangatlah monumental. Buah pikir yang dituangkan
ke dalam buku tersebut membuat Euclid dianggap sebagai guru matematika sepanjang masa dan
matematikawan terbesar Yunani.Banyak teorema-teorema yang dijabarkannya merupakan hasil karya
pemikir-pemikir sebelumnya, termasuk Thales, Hipokrates, dan Pythagoras dalam buku The Elements.
Akan tetapi, secara umum Euchild dihargai karena telah menyusun teorema-teorema ini secara logis,
agar dapat ditunjukkan ( tak dapat di sangkal, tidak selalu dengan bukti teliti seperti yang dituntut
matematika modern) bahwa cukup mengikuti lima aksioma sederhana.

Pembuktiannya Dalam matematika, teorema Pythagoras adalah suatu keterkaitan dalam geometri
Euclides antara tiga sisi sebuah segitiga siku-siku.Teorema ini dinamakan menurut nama filsuf dan
matematikawan Yunani abad ke-6 SM, Pythagoras. Pythagoras sering dianggap sebagai penemu
teorema ini meskipun sebenarnya fakta-fakta teorema ini sudah diketahui oleh matematikawan India
(dalam Sulbasutra Baudhayana dan Katyayana), Yunani, Tionghoa dan Babilonia jauh sebelum
Pythagoras lahir. Pythagoras mendapat kredit karena ialah yang pertama membuktikan kebenaran
universal dari teorema ini melalui pembuktian matematis. Ada dua bukti kontemporer yang bisa
dianggap sebagai catatan tertua mengenai teorema Pythagoras: satu dapat ditemukan dalam Chou Pei
Suan Ching (sekitar 500-200 SM), satunya lagi dalam buku Elemen Euklides.

Teorema Pythagoras menyatakan bahwa:


“Jumlah luas bujur sangkar pada kaki sebuah segitiga siku-siku sama dengan luas bujur sangkar di
hipotenus.”Sebuah segitiga siku-siku adalah segitiga yang mempunyai sebuah sudut siku-siku; kaki-nya
adalah dua sisi yang membentuk sudut siku-siku tersebut, dan hipotenus adalah sisi ketiga yang
berhadapan dengan sudut siku-siku tersebut. Akan halnya, Sulbasutra India juga menyatakan bahwa:

Tali yang direntangkan sepanjang panjang diagonal sebuah persegi panjang akan menghasilkan luas
yang dihasilkan sisi vertikal dan horisontalnya. Menggunakan aljabar, kita dapat mengformulasikan
ulang teorema tersebut ke dalam pernyataan modern dengan mengambil catatan bahwa luas sebuah
bujur sangkar adalah pangkat dua dari panjang sisinya: Jika sebuah segitiga siku-siku mempunyai kaki
dengan panjang a dan b dan hipotenus dengan panjang c, maka a+ b' = c

Anda mungkin juga menyukai