PENDAHULUAN
D. SEJARAH LOGIKA
Sesungguhnya, sejak Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama, meninggalkan segala
dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta, sejak saat itu ia meletakkan dasar-dasar pemikiran
logis. Bahkan, ketika Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (prinsip atau asas
pertama) alam semesta, ia telah memperkenalkan logika induktif. Jika benar dugaan
Aristoteles yang mengatakan bahwa Thales telah menarik kesimpulan bahwa air adalah
alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu, misalnya air jiwa
tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati), darah jiwa hewan dan manusia, sedangkan
uap dan es adalah air, maka penalaran induktif yang dilakukan Thales adalah sebagai
berikut
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan
Air adalah jiwa hewan
Air adalah jiwa manusia
Air jugalah uap, dan
Air jugalah es.
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu yang berarti, air adalah alam semesta.
Inti logika Aristoteles ialah silogisme. Dan silogisme itulah yang sesungguhnya
merupakan penemuan murni Aristoteles dan yang terbesar dalam logika. Theophratus
(370-288SM), murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan karya-
karya Aristoteles, termasuk bidang logika. Istilah logika pertama kali digunakan oleh
Zeno dari Citium (334-262 SM), pelopor kaum Stoa.
F. KEGUNAAN LOGIKA
Paling kurang ada empat kegunaan logika : pertama, membantu setiap orang
mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis dan
koheren; kedua, meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan objektif;
ketiga, menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri; keempat, meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta
kesesatan. Bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan keharusan.
2
BEBERAPA LANDASAN POKOK PENALARAN
E. PREDIKABEL
Predikabel adalah pengertian-pengertian yang dinyatakan oleh predikat mengenai
subjeknya. Ada bermacam-macam pengertian yang dinyatakan oleh predikat dalam
hubungannya dengan subjek. Menurut Aristoteles, ada empat macam predikabel, yaitu
genus (jenis), differentia (ciri pembeda), propium (sifat khusus) dan accidentia (sifat
sampiran). Prophyrius membagi predikabel kedalam lima macam predikabel sebagai
berikut : genus (jenis, species (kelompok terbatas yang berada dibawah genus),
differentia (ciri pembeda), propium (sifat khusus), dan accidentia (sifat sampiran).
Genus adalah jenis yang merupakan himpunan benda, perorangan atau hal
lainnya yang meliputi kelompok-kelompok terbatas yang berada dibawahnya yang
disebut species.
Differentia adalah ciri pembeda yang membedakan suatu species dengan species
lainnya dari genus yang sama. Misalnya, genus hewan dan species manusia, monyet dan
kuda.
Proprium adalah sifat khusus yang merupakan kelanjutan dan konsenkuensi logis
dan differentia.
Accidentia ialah sifat sampiran yang tidak termasuk di dalam differentia atau
proprium. Accidentia merupakan suatu sifat yang tidak khusus yang melekat pada genus
atau species sehingga bukan merupakan bagian yang hakiki.
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi acap kali juga disebut sebagai penggologan atau pembagian.
Klasifikasi adalah aktvitas akal budi untuk menggolong-golongkan dan membagi-bagi
serta menyusun benda-benda atau pengertian-pengertian tertentu berdasarkan kesamaan
dan kebedaannya.
Dilihat secara metodis ada dua sistem klasifikasi, yaitu klasifikasi logis dan
klasifikasi dikotomis.
1. Klasifikasi logis adalah pembagian atau penggolongan kelompok-kelompok dalam
suatu himpunan yang dimulai dari genus ke species terdekat dan demikian seterusnya
hingga mencapai infimae species. Klasifikasi logis itu memang baik, namun karena
pengetahuan manusia terbatas untuk mengetahui semua anggota kelompok dari suatu
himpunan (genus), pembagian atau penggolongan klasifikasi logis tidak mungkin
lengkap.
Contoh :
Binatang
2. Klasifikasi dikotomis ialah pembagian genus kedalam dua species yang saling
bertentangan, seperti genus binatang dibagi ke dalam species yang saling
bertentangan, yakni replitilia dan bukan reptilia.
Binatang
G. DEFINISI
Istilah definisi berasal dari kata Latin definitio yang berarti “penentuan arti” atau
“pembatasan”. Definisi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yakni definisi nominal
(verbal) dan definisi real. Definisi nominal terdiri atas definisi nominal umum dan
definisi nominal khusus. Definisi real terdiri atas definisi real esensial dan definisi real
deskriptif. Definisi real esensial dapat dibagi lagi menjadi definisi real esensial fisik dan
definisi real dekskriptif kausal, definisi genetic, dan definisi real deskriptif aksidental.
Catatan : Definisi aksidental adalah definisi yang buruk yang sering digolongkan
kedalam pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku bagi pembuatan definisi. Oleh
karena itu, hindarilah membuat definisi aksidental.
3
KONSEP DAN TERM-TERM LOGIKA
C. JENIS-JENIS TERM
Term biasanya dibedakan atas lima jenis, yaitu term konkret (concrete term),
term abstrak (abstract term), term tunggal (singular term), term kolektif (collective
term) dan term umum.
Term konkret adalah term yang mengacu kepada suatu benda konkret, dan
dalam logika tradisional termasuk pula nama diri (proper name).
Term abstrak mengacu pada kualitas, sifat dan hubungan dari sesuatu.
Term tunggal ialah term yang mengacu kepada satu benda atau peorangan,
atau kepada suatu himpunan yang terdiri atas sebuah pengertian yang
menunjuk kepada satu diri.
Term kolektif ialah term yang mengacu kepada himpunan atau kelompok hal-
0hal atau benda-benda yang dilihat selaku satu kesatuan.
Term umum adalah term yang mengacu kepada suatu himpunan tanpa
pembatasan kuantitas ataupun kualitas (berlaku umum).
4
PROPOSISI
A. PENGERTIAN PROPOSISI
Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh
dan utuh. Proposisi logika terdiri atas tiga bagian utama, yaitu subjek, predikat, dan
kopula. Kopula ialah kata yang menghubungkan subjek dan predikat. Sering kali
proposisi memiliki pembimbing (quantifier) yang mengacu kepada kuantitas subjek.
Contohnya : “Semua manusia adalah fana.”
Semua = pembilang (quantifier)
Manusia = subjek
Adalah = kopula
Fana = predikat
B. JENIS-JENIS PROPOSISI
Proposisi dapat dibedakan atas berbagai jenis berdasarkan materi, kualitas,
kuantitas, komposisi, bentuk, kebenaran isi, dan sebagainya. Pembedaan demikian itu
akan menghasilkan berpuluh-puluh proposisi. Namun, kita hanya membicara beberapa
jenis proposisi berikut ini :
1. Proposisi Kategorik (categorical proposition), sering pula disebut proposisi subjek
predikat (subject predicate proposition).
2. Proposisi afirmatif (affirmative proposition), sering juga disebut proposisi positif
(positive proposition).
3. Proposisi negatif (negative proposition)
4. Proposisi Universal (universal proposition)
5. Proposisi Partikular (particular proposition)
6. Proposisi Atomik (atomic proposition) sering pula disebut proposisi sederhana (simple
proporsition), proposisi elementer (elementary proposition) atau proposisi tunggal
(singular proposition)
7. Proposisi Asertorik (assertoric proposition)
8. Proposisi Apodiktik (apodictic proposition), sering pula disebut proposisi keharusan
(necessary proposition) atau proposisi a dan priori (apriori proposition).
9. Proposisi empirik (empirical proposition) atau proposisi factual (factual proposition)
sering dianggap sama dengan proposisi a posteriori (a posteriori proposition).
10. Proposisi majemuk (compound proposition), sering juga disebut proposisi kompleks
(complex proposition) atau proposisi molecular (molecular proposition).
11. Proposisi disjungtif (disjungtive proposition) atau proposisi alternatif (alternative
proposition).
12. Proposisi konjungtif (conjunctive proposition)
13. Proposisi kondisional (conditional proposition) atau proposisi implikatif (implicative
proposition).
14. Proposisi komparatif (comparative proposition)
15. Proposisi problematic (problematic proposition)
16. Proposisi relasional (relational proposition)
17. Proposisi eksponibel (exponible proposition)
18. Proposisi ekseptif (exceptive proposition)
19. Proposisi ekslisif (exclusive proposition)
20. Proposisi tanpa pembilang (indesignate proposition)
C. PROPOSISI-PROPOSISI KATEGORIK
Apabila dilihat dari segi kualitasnya, proposisi kategorik ini dapat dibedakan atas
dua jenis. Jenis pertama ialah yang menyatakan bahwa ada hubungan yang mengiakan
antata subjek dan predikat dalam proposisi yang bersangkutan. Jenis itu disebut proposisi
afirmatif. Contohnya :
- Manusia adalah hewan yang berakal budi
- Sokrates adalah seorang filsuf.
Jenis kedua ialah yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara subjek dan
predikat dalam proposisi yang bersangkutan. Jenis itu disebut proposisi negatif.
Contohnya :
- Meja bukanlah bola
- Segitiga tidaklah bulat.
Inferensi adalah suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Ada
dua cara yang biasa ditempuh dalam inferensi, yaitu inferensi deduktif dan inferensi induktif.
Inferensi deduktif terdiri atas inferensi langsung dan infensi tidak langsung (inferensi silogistik).
Inferensi langsung adalah penarikan konklusi hanya dari sebuah premis proposisi
yang digunakan untuk penarikan konklusi.
Inversi
Inversi ialah penalaran langsung dengan cara menegasikan subjek proposisi premis dan
menegasikan atau tidak menegasikan predikat proposisi premis.
Konversi
Konversi adalah jenis penarikan konklusi secara langsung dengan membalikkan atau
mempertukarkan term predikat menjadi term subjek, dan term subjek menjadi term predikat.
Obversi
Obversi adalah penalaran langsung yang konklusinya menunjukkan perubahan kualitas
proposisi kendatipun maknanya tetap dan tidak boleh berubah.
Kontraposisi
Kontraposisi ialah penarikan secara langsung dengan jalan menukar posisi subjek dan
predikat yang telah dinegasikan terlebih dahulu.
Oposisi
Oposisi adalah penalaran langsung yang proposisi konklusinya merupakan oposisi dari
proposisi premis dengan term subjek dan predikat yang sama.
6
INFERENSI SILOGISTIS
A. DEFINISI
Inferensi silogistis adalah inferensi deduktif dengan menggunakan silogisme.
Silogisme ialah penarikan konklusi secara tidak langsung dengan menggunakan dua buah
premis yang merupakan bentuk formal penalaran deduktif. Karena silogisme adalah
inferensi deduktif, konklusinya tidak aka lebih umum daripada premis-premisnya. Premis
adalah proposisi-proposisi yang digunakan untuk penarikan konklusi. Konklusi ialah
proposisi yang menyatakan hasil inferensi yang dilakukan berdasarkan proposisi-
proposisi yang menjadi premis-premis suatu inferensi.
B. PRINSIP-PRINSIP SILOGISME
Ada dua prinsip silogisme (canons of syllogism)
Prinsip Kesesuaian (principium convenientiae).
Contoh: o = q; p = q maka o = p.
Prinsip Ketidaksesuaian (principium discrepantiae).
Contoh: o = q; p =/ q maka o =/ p.
C. KETENTUAN-KETENTUAN TERM
Ada empat ketentuan term dalam sebuah silogisme.
Sebuah silogisme yang benar hanya terdiri atas tiga term.
Term M harus berada dalam premis dan bukan dalam konklusi
Term M dalam premis harus berdistribusi, sekurang-kurangnya satu kali.
Tidak satu pun term yang berdistribusi dalam konklusi bila tidak berdistribusi
dalam premis.
D. KETENTUAN-KETENTUAN PREMIS
Ada tujuh ketentuan premis dalam silogisme yang harus diperhatikan demi meraih
konklusi yang benar.
Sebuah silogisme hanya memiliki dua premis dan satu konklusi
Premis-premis dalam sebuah silogisme tidak boleh kedua-duanya
Apabila kedua premis afirmatif, konklusinya pun afirmatif.
Jika salah satu premis negative, konklusi pun negative.
Premis tidak boleh kedua-duanya particular
Konklusi tidak dapat diambil dari premis mayor particular dan premis minor
negatif.
Apabila satu premis partikular, konklusi pun harus partikular.
7
FIGURA DAN MODUS SILOGISME
A. FIGURA SILOGISME
Ada empat kemungkinan tempat term M dalam kedua premis : oleh sebab itu, ada
empat figura sebagai berikut :
Figura I. Term M menjadi subjek dalam premis mayor dan predikat dalam
premis minor.
Figura II. Term M menjadi predikat dalam premis mayor dan premis minor.
Figura III. Term M menjadi subjek dari premis mayor dan premis minor.
Figura IV. Term M menjadi predikat dari premis mayor dan subjek dari
premis minor.
B. MODUS SILOGISME
Modus silogisme ialah bentuk-bentuk silogisme yang didasarkan pada kualitas
dan kuantitas kedua proposisi yang menjadi premis-premisnya. Dilihat dari segi kualitas
dan kuantitas proposisi, ada empat jenis proposisi, yaitu A, E, I dan O. keempat proposisi
itu akan menghasilkan 16 modus silogisme sebagai berikut.
Premis mayor AAAA EEEE IIII OOOO
Premis minor AEIO AEIO AEIO AEIO
8
SILOGISME HIPOTESIS
A. JENIS-JENIS SILOGISME
Silogisme dapat dibagi ke dalam beberapa jenis sebagai berikut.
Kategoris
Sempurna
Silogisme Hipotesis
Tidak sempurna
Silogisme sempurna adalah silogisme yang terdiri atas tiga proposisi, yaitu
dua premis dan satu konklusi.
Silogisme kategoris adalah silogisme yang proposisi pertamanya merupakan
proposisi kategoris.
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang proposisi pertamanya merupakan
proposisi hipotesis.
Silogisme tidak sempurna adalah silogisme yang proposisinya kurang atau
lebih dari tiga.
B. SILOGISME KONDISIONAL
Silogisme kondisional ialah silogisme yang memiliki premis mayor kondisional.
Silogisme kondisional dapat dibedakan atas tiga jenis, berikut ini.
1. Silogisme kondisional, yang memiliki relasi kausal satu arah.
2. Silogisme kondisional, yang memiliki relasi kausal timbal balik (dua arah)
3. Silogisme kondisional, yang memiliki relasi kausal probabilitas.
Silogisme kondisional dengan relasi kausal satu arah memiliki dua modus dasar,
yaitu yang premis minornya adalah anteseden proposisi premis mayor dan yang premis
minornya ialah konsekuen proposisi premis mayor.
C. SILOGISME DISJUNGTIF
Silogisme disjungtif ialah silogisme yang memiliki premis mayor dalam bentuk
proposisi disjungtif. Proposisi disjungtif yang merupakan premis mayor silogisme
disjungtif itu terdiri atas anteseden dan konsekuen. Antesedennya ialah bagian proposisi
yang terletak di depan kata “atau”, sedangkan konsensuennya yang terletak dibelakang
kata “atau”.
D. SILOGISME KONJUNGTIF
Silogisme konjungtif ialah silogisme yang memiliki premis mayor dalam bentuk
proposisi konjungtif. Proposisi konjungtif yang merupakan premis mayor dari silogisme
konjungtif itu terdiri atas anteseden dan konsekuen. Antesedennya ialah bagian proposisi
yang terletak di depan kata “dan”, sedangkan konsekuennya terletak di belakang kata
“dan”.
9
SILOGISME TIDAK SEMPURNA
A. ENTHYMEME
Enthymeme adalah silogisme yang premis mayor atau premis minornya
dihilangkan karena dianggap telah diketahui oleh semua orang sehingga tidak perlu
disebutkan lagi.
B. EPICHEIREMA
Epicheirema adalah silogisme yang salah satu atau kedua premisnya ditambah dan
diperluas dengan member alasan atau bukti. Premis atau premis-premis dalam
epicheirema merupakan konklusi dari suatu silogisme tersendiri sehingga premis-premis
itu merupakan suatu rangkaian enthymeme yang disusun sedemikian rupa untuk
memperoleh konklusi baru.
C. POLISILOGISME
Polisilogisme adalah silogisme yang terdiri atas rangakain silogisme yang
disusuin sebagai berikut: Konklusi silogisme pertama menjadi premis mayor dari
silogisme berikut, dan demikian pula seterusnya.
D. SORITES
Sorites adalag silogisme berantai yang susunannya berbeda dengan polisilogisme.
Sorites dibagi kedalam dua jenis, yaitu sories progresif dan sorites regresif. Sorites
progresif berasal dari Aristoteles, maka sering disebut sebagai sorites Aristotelian,
sedangkan Sorites Regresif berasal dari Goclenius dan sering disebut sorites Goclenian.
E. DILEMA
Dilema ialah suatu silogisme yang terdiri atas dua pilihan yang serba salah.
Dalam sebuah dilemma, kedua pilihan yang disodorkan sama buruknya sehingga sulit
untuk mengambil keputusan karena yang mana pun yang dipilih, akan tetap salah.
Dilemma terdiri atas empat jenis sebagai berikut:
Dilema Konstruktif Sederhana (Simple Constructive Dilemma)
Rumusnya :
(p q ) ^ (r q)
p v r
q
Dilema Konstruktif Pelik (Complex Constructive Dilemma)
Rumusnya :
(p q ) ^ (r s)
p v r
q v s
Dilema Destruktif Sederhana (Simple Destructive Dilemma)
Rumusnya :
(p q ) ^ (p r)
~p v ~r
~p
Dilema Destruktif Pelik (Compex Destructive Dilemma)
Rumusnya :
(p q ) ^ (r s)
~q v ~s
~p v ~r
F. PARADOKS
Paradoks adalah suatu situasi yang timbul dari sejumlah premis yang diakui
kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan tiba pada konklusi yang
mengandung konflik atau kontradiksi. Paradox disebut juga antinomi karena melanggar
principium contradictionis (law of contradiction) atau hukum kontradiksi yang
menyatakan bahwa tidak mungkin sesuatu itu pada waktu yang sama adalah sesuatu itu
dan bukan sesuatu itu.
10
LOGIKA INDUKTIF
A. METODE INDUKSI
Induksi adalah suatu bentuk penalaran dari particular ke universal. Premis-premis
yang digunakan dalam penalaran induktif terdiri atas proposisi-proposisi particular,
sedangkan konklusinya adalah proposisi universal. Karena proses penalaran yang
ditempuh bertolak dari particular ke universal atau dari khusus ke umum, pada
hakikatnya induksi adalah suatu proses generalisasi, yakni berdasarkan hal-hal partikular
yang diteliti, diperoleh konklusi universal.
B. METODE INDUKTIF
Menurut Mill, setiap fenomena merupakan akibat dari suatu sebab yang
tersembunyi. Induksi adalah penalaran atau penelitian untuk menemukan sebab-sebab
yang tersembunyi itu. Untuk itu, Mill menyusun lima kanon yang berlaku sebagai lima
metode penalaran dan penelitian induktif, yaitu metode persesuaian (method of
agreement), metode perbedaan (method of difference), metode gabungan persesuaian dan
perbedaan (joint method of agreement and difference), metode residu (method of
residues), dan metoe variasi kesamaan (method of concomitant variations).