Anda di halaman 1dari 30

Logika

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Filosofi

Cabang[tampilkan]
Zaman[tampilkan]
Tradisi[tampilkan]
Filsuf[tampilkan]
Sastra[tampilkan]
Daftar[tampilkan]
Portal

s
Rangkaian dari
Sains

Sains formal[tampilkan]

Sains fisik[tampilkan]
Sains kehidupan[tampilkan]
Ilmu sosial[tampilkan]
Ilmu terapan[tampilkan]
Antardisiplin[tampilkan]

Portal
Kategori

Le Penseur, atau "Sang Pemikir", oleh Auguste Rodin, 1902.


Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan
untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.[1]
Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Daftar isi

1 Logika sebagai ilmu pengetahuan

2 Logika sebagai cabang filsafat

3 Dasar-dasar Logika
o 3.1 Penalaran deduktif
o 3.2 Penalaran induktif

4 Sejarah Logika
o 4.1 Masa Yunani Kuno
o 4.2 Abad pertengahan dan logika modern

5 Logika sebagai matematika murni

6 Kegunaan logika

7 Macam-macam logika
o 7.1 Logika alamiah
o 7.2 Logika ilmiah

8 Referensi

9 Pranala luar

10 Lihat Pula

Logika sebagai ilmu pengetahuan


Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek
formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Logika sebagai cabang filsafat
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya,
filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional,
logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika tidak bisa dihindarkan dalam proses
hidup mencari kebenaran.
Dasar-dasar Logika
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk
logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau
bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika
formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembuktian melalui deduksi

Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen
dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif
dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya
merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
1. Setiap mamalia punya sebuah jantung
2. Semua kuda adalah mamalia
3. Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembuktian melalui induksi
Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai
kesimpulan umum.
Contoh argumen induktif:
1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
2. Kuda Australia punya sebuah jantung
3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
5. Setiap kuda punya sebuah jantung

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.
Deduktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan
pasti benar.

Induktif
Jika premis benar, kesimpulan
mungkin benar, tapi tak pasti benar.

Semua informasi atau fakta pada kesimpulan Kesimpulan memuat informasi yang
sudah ada, sekurangnya secara implisit,
tak ada, bahkan secara implisit, dalam
dalam premis.
premis.
Sejarah Logika
Masa Yunani Kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan
jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika
induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik
kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:

Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)

Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia

Air jugalah uap

Air jugalah es

Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga
telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi
yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari
logika Aristoteles adalah silogisme.
Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang Silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada
masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.

Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.


Abad pertengahan dan logika modern
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.[2]
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:

Petrus Hispanus (1210 - 1278)

Roger Bacon (1214-1292)

Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar
pengertian.

William Ocham (1295 - 1349)

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan
John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding
Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:

Gottfried Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan
menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.

George Boole (1815-1864)

John Venn (1834-1923)

Gottlob Frege (1848 - 1925)

Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di Johns Hopkins University,melengkapi logika
simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai
tanda (general theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya
bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
Logika sebagai matematika murni
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan
logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi
dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan
menerapkan metode geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred
North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Kegunaan logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.

4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa: gugon-tuhon)
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan
meningkatkan citra diri seseorang.

Macam-macam logika
Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi
contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus
ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan
lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Logika
BAHASA DAN LOGIKA

Logika
Logika ialah ilmu berpikir yang tepat, logika sekedar menunjukkan adanya kekeliruan didalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu
dapat dielakkan, maka hakekat dari logika dapat pula disebut sebagai teknik berpikir.
Bahasa
Bahasa merupakan alat dari proses pemikiran atau alat dari logika.
Hubungan Bahasa dan Logika
Dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika), akan tergantung dari baik-buruknya alat bahasa yang
digunakan.
Penggunaan bahasa sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan.
Kita ambil contoh dari pernyataan Lukisan itu tidak jelek, maka yang saya maksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, atau saya
bermaksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, namun saya tidak berani untuk mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika hanya dapat
memperhitungkan penilaian-penilaian yang isinya dirumuskan secara seksama, tanpa suatu nilai perasaan.
Penggunaan bahasa sebagai alat dari logika masih memiliki kekurangan. Contohnya puisi yang diubah ke dalam bentuk prosa. Puisi tadi akan
kehilangan nilai puisi-nya, pikiran yang tadi muncul didalam puisi dengan indahnya tidak lagi menghantarkan maknanya kepada si pembaca.
Hakekat kesusastraan berada di atas hubungan dan batas-batas logika, bahkan keindahana dalam puisi bertentangan syarat-syarat logika.

Begitu pula terjadi didalam peribahasa, perumpamaan-perumpamaan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari mungkin dapat dimengerti seperti
bintang lapangan, kupu-kupu malam. Syarat-syarat logika dalam pembentukan peribahasa diabaikan didalam susunan kata katanya dan
isinya.
Bahasa sebagai alat logika memiliki kekurangankekurangan, karena sebagaian besar bahasa berkembang dan dipengaruhi oleh proses berpikir
secara pre-logis (tidak logis) seperti simbolisme didalam mitologi.
Jadi,bahasa memiliki dua fungsi yang dilihat dari segi perkembangannya. Bahasa lebih mudah digunakan pada kesusastraan daripada sebagai
alat pemikiran ilmiah umumnya khususnya pada logika.
PENGERTIAN DAN TERM
Arti Pengertian dan Term
Pengertian adalah gambaran dari sesuatu yang ada dalam pikiran kita yang dapat dilihat oleh akal kita. Pengertian juga disebut juga sebagai
konsep terhadap sesuatu. Sedangkan term adalah ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau beberapa kata.
Misal : Istilah biologi yang terbentuk dari dua suku kata yaitu bios dan logos. Ide atau konsep yang terkandung dalam dua rangkaian kata
itu disebut sebagai pengertian atau apa yang dimaksud dengan istilah biologi. Sedangkan istilah biologi itu adalah term.
Kata manusia, dalam gambaran kita bila orang menyebut manusia, telah tergambar dalam akal budi tentang apa yang ditunjukkan dengan
katamanusia itu. Gambaran inilah yang disebut sebagai pengertian, sedangkan kata manusia yang merupakan ekspresi dari dari
pengertian itu disebit dengan term.
Jadi ekspresi pengertian dalam bentuk kata atau beberapa kata disebut term.

Term sebagai ungkapan pengertian, jika terdiri dari satu kata atau satu istilah maka term dikatakan sebagai term sederhana atau term simpel,
seperti manusia , gajah, negara, dan lainnya. Dan jika terdiri dari beberapa kata maka term itu dinamakan term komposit atau term kompleks,
misal : reaktor atom, sejarah kontemporer, sejarah ekonomi, dan sebagainya. Term komposit ini walaupun masing-masing bagian mempunyai
pengertian sendiri-sendiri, tetapi jika digabungkan hanya menjadi satu pengertian.
Kata atau istilah yang untuk mengungkapkan pengertian juga sebagai simbol dari pengertian. Term berarti kata suatu kesatuan kata-kata yang
dapat dipergunakan sebagai subyek atau prediket logika. Term (kata) yang tak mungkin digunakan dalam logika bukanlah merupakan sebuah
term, meskipun setiap term itu terdiri dari kata-kata. Dengan demikian dapat dikatakan juga term adalah simbol atau kesatuan beberapa simbol
yang dapat untuk menyatakan suatu pengertian. Kata sebagai simbol yang dapat untuk menyatakan suatu pengertian dibedakan atas menjadi dua
macam yaitu kata kategorimatis dan kata sinkategorimatis. Kata kategorimatis ialah kata yang dapat mengungkapkan sepenuhnya suatu
pengertian yang berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain, meliputi: nama diri, kata sifat, istilah yang mengandung pengertian umum. Kata
sinkategorimatis ialah kata yang tidak adapat mengungkapkan suatu pengertian yang berdiri sendiri jika tidak dibantu oleh kata lain, misalnya
kata: adalah, jika, semua, maka, dan sebagainya.
KONOTASI DAN DENOTASI
Setelah mengerti dengan pengertian term, selanjutnya yang penting diketahui adalah konotasi dan denotasi. Konotasi dengan istilah lain berarti
intensi atau isi, sedangkan denotasi dengan istilah lainnya berarti ekstensi atau lingkungan. Konotasi dan denotasi term ini merupakan hal mutlak
untuk penalaran.
Konotasi

Konotasi adalah keseluruhan arti yang dimaksudkan oleh suatu term. Yang dimaksudkan dengan keseluruhan arti adalah kesatuan antara unsur
dasar dengan sifat pembeda yang bersama-sama membentuk suatu pengertian. Jadi, jika ingin menguraikan konotasi suatu term tidak jarang
harus menggunakan banyak kata. Dengan menggunakan bahasa yang mudah dapat dinyatakan bahwa konotasi tidak lain adalah isi atau apa yang
termuat dalam suatu term, misal termmanusia:
Konotasi term manusia adalah hewan yang berakal budi atau secara terurai dapat dirumuskan substansi (unsur dasar) yang
berbadan, berkembang, berperasa dan berakal (sifat-sifat pembeda).
Konotasi term demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan (sebagai unsur dasar atau jenis) yang berdasarkan atas tuntutan dari
rakyat yang dipertimbangkan oleh rakyat untuk kepentingan rakyat (sebagai sifat pembeda).
Konotasi kata term hukum adalah peraturan (sebagai unsure dasar atau jenisnya) yang bersifat memaksa (sebgai sifat pembeda
atau pemisahnya)
Di sini jelas bahwa konotasi term adalah suatu definisi. Tetapi tidak semua definisi adalah konotasi term., hal ini akan dibahas pada bab
definisi.
Denotasi
Setiap term mempunyai denotasi atau lingkungan. Denotasi adalah keseluruhan hal yang ditunjuk oleh term, atau dengan kata lain keseluruhan
hal sejauh mana term itu dapat diterapkan. Contoh diatas tadi meliputi manusia, demokrasi, hukum, denotasinya sebagai berikut:
Denotasi term manusia yang didefinisikan sebagai hewan berakal , dapat diterapkana pada bangsa Indonesia, bangsa Cina, bangsa Yahudi.
Denoatasi term demokarasi ynag telah didefinisikan, dapat diterapkan sebagai demokrasi Indonesia, demokarasi Amerika.
Denotasi term hukum yang telah didefinisikan, dapat diterapkan pada hukum pidana, hukum perdata, hukum positif, dan dalam bentuk
hukum lainnya.

Denotasi term ini menunjukkan suatu himpunana, karena sejumlah hal-hal yang ditunjukkan itu menjadi suatu kesatuan denag ciri-ciri tertentu.
Atau, dengan adanya sifat-sifat yang diuraikan oleh konotasi (isi term) maka dapatlah dihimpun beberapa hal tertentu
Hubungan Konotasi dan Denotasi
Kalau denotasi diartikan luas cakupannya dari suatu term, sedangkan konotasi berarti isi yang dikandung term itu. Antara denotasi
dengan konotasi mempunyai kaitan yang erat, sebab keduanya saling ketergantungan. Jika konotasi bertambah maka denotasi berkurang, dan
sebaliknya. .Untuk itu digunakan dalam kaedah seperti berikut ini:
1. Jika denotasi bertambah, konotasi berkurang
2. Jika denotasi berkurang, konotasi bertambah
3. Jika konotasi bertambah, denotasi berkurang
4. Jika konotasi bertambah, denotasi berkurang.
Contoh : term demokrasi, jika hanya kata demokrasi saja, maka denotasinya yang dapat dicakupnya sangat luas, baik demokrasi
Amerika Serikat, demokrasi di Uni Sovyet, dan demokrasi yang ada di Indonesia. Tetapi bila ditambah dengan ciri pembeda dengan kata
pancasila, dalam arti demokrasi pancasila, maka hanya dapat diterapkan dalam diterapkan di negara yang berdasarkan pancasila saja, yaitu
negara Indonesia saja.
Contoh lain misalnya term negara. Jika penggunaan term negara ini sebagai konotasinya adalah organisasi masyarakat dalam suatau
wilayah yang bertujuan kesejahteraan umum dan tunduk pada satu pemerintahan pusat, maka denotasinya ialah semua negara-negara yang ada

di dunia sejak dahulu hingga sekarang, Jika pada konotasi term negara ini ditambahkan dengan tunduk pada satu pemerintahan pusat yang
dipilih oleh rakyat, maka penambahan ini ini akn melahirkan pengertian baru yaitu negara demokrasi. Dengan demikian denotasinya tidak
memasukkan negara-negara totaliter dan negara-negara absolut dan bentuk-bentuk lainnya.
JENIS-JENIS TERM
1. Pembagian term menurut konotasi
1. Term konkrit artinya suatu term yang menunjukkan suatu benda yang mempunyai kualitas dan eksistensi, seperti meja, rumah,
dan radio
2. Term abstrak yaitu term yang menyatakan kualitas atau kualitas yang terlepas dari eksistensi tertentu, misalnya putih, merah dan
kekuatan, kepahlawanan.
2. Pembagian term menurut denotasi
a) Term umum yaitu dapat mencakup setiap anggota suatu klas dengan arti yang sama, misalnya: mahasiswa, buku, warga, dan lain-lain.
Kemungkinan pemakaian term umum bagi benda-benda yang terbatas jumlahnya dalam suatu klas tergantung pada kenyataan bahwa
benda-benda ini memilki sifat umum. Term Umum masih dibagi menjadi :
1.
1.
1. Universal: Sifat umum yang berlaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu, misal orang , manusia, mahasiswa.

2. Kolektif : Sifat umum yang berlaku di dalamnya menunjukkan pada suatu kelompok tertentu sebagaian kesatuan,
misalnya : rakyat Indonesia, bangsa Cina, Mahasiswa UGM.
2. Term Khusus : yaitu hanya menunjukan sebagian dari keseluruhan sekurang-kurangnya satu bagian atau satu hal. term khusus
juga dibedakan yaitu :
1. Partikuler : Sifat khusus yang berlaku di dalamnya hanya menunjukan sebagian tidak tertentu dari suatau keseluruhan,
misalnya: sebagian manusia, sebagian mahasisiwa, sebagian hewan yang dapat hidup di air.
2. Singular : sifat khusus yang berlaku di dalamnya hanya menunjukkan pada satu hal atau satu himpunan yang mempunyai
hanya satu anggota, misalnya: presiden pertama RI, dosen logika FIB.
2. Pembagian Term menurut kandungan makna.
1. Makna penuh yaitu bila makna suatu term itu betul-betul sepenuhnya arti yang yang dikandungnya. Seperti: Saya membeli
rumah, pengertian rumah di sini betul-betul rumah dalam arti yang sebenarnya bukan sebagian dari rumah.
2. Makna kandungan yaitu bila dengan term itu yang dimaksud hanya sebagian dari term yang dinyatakan. Seperti : Saya sedang
memompa sepeda, maka yang dipompa adalah ban sepeda, bukan sepeda.
3. Makna lazim yaitu bila term itu yang dimaksud sama sekali dikeluarkannya, tetapi lazim mengikuti trem yang disebut. Seperti:
Tadi pagi saya memasak di rumah, maksudnya ialah memasak di dapur, sebab dapur adalah bagian dari rumah.
3. Pembagian term menurut kategori

1. Substansi, suatu zat dasar yang diliki oleh suatu yang dapat berdiri sendiri; manusia, singa, pohon, bunga adalah semua pengertian
yang dinyatakan secara gramatikal.
2. Kuantitas, jumlah atas sekian banyak diri atau pun satu diri yang memiliki besaran atau ukuran/memiliki nilai dan satuan; besar,
kecil, panjang, lebar, dalam, dan sejenisnya.
3. Kualitas, sifat perwujudan sebagai ciri atau tanda pengenal; putih, panas, dingin, bagus, baik, dan sejenisnya.
4. Relation (hubungan), hubungan dengan berbagai hal lain; mirip, sama, majikan, hamba, guru, murid, dan sejenisnya.
5. Aksi (tindakan), tindakan yang mempengaruhi dalam perbuatan; membangun, mengajar, melahirkan, dan sejenisnya.
6. Passi, kesan yang dipengaruhi dari perbuatan; dibangun, diajar, dilahirkan, dan sejenisnya
7. Ruang, tempat yang menyertai di mana sesuatu itu ada; di sini, di situ, di rumah, di kamar, dan sejenisnya.
8. Waktu, tempo yang menyertai kapan sesuatu itu ada; sekarang, kemarin, besok, bulan depan, dan sebagainya.
9. Posisi, kedudukan sesuatau itu berada dalam suatu tempat; duduk berdiri, berlutut, dan sebagainya.
10. Keadaan, kepunyaan khusus yang menyertai kedudukan; bersenjata, berpakaian, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abri, Ali.1991,Pengantar Logika Tradisional,Surabaya:Usaha Nasional

Bakry, Noor Ms,1986,. Logika Praktis Bagian Pertama, Yogyakarata: Liberty


Hutabarat,1967, Logika. Djakarta: Erlangga
https://sejarawan.wordpress.com/2007/10/05/situs-sangiran/
Bentuk Hubungan Logis dalam Bahasa Indonesia
A. Pengertian Bentuk Hubungan Logis
Bentuk hubungan logis merupakan satuan gambaran cirri semantic kata-kata pembentuk kalimat yang dapat membuahkan kesimpulan secara
logis serta mengandung nilai kebenaran secara analitis.
B. Bentuk Hubungan Logis dalam Perspektif Kajian Semantik
Menurut Davidson pada tataran pertama bahasa disikapi sebagai standard logic atau sebagai gejala yang mengandung kaidah hubungan logis.
Bahasa pada tataran tersebut didudukan sebagai formal language atau bahasa yang diformulasikan pengaji sesuai dengan norma yang
digunakan. Bahasa yang diformalisasikan pengkaji sesuai dengan gambaran bentuk hubungan logisnya pengkaji melakukan pemberian
karakteristik bentuk logisnya dengan mendasarkan pada karakteristik hubungan semantisnya.
Sebagai obyek kajian hubungan logis, bahasa yang didudukan dalam konteks standard formal language dengan demikian adalah bahasa yang
telah diidealisasikan. Selain itu, sesuai dengan kedudukan kalimat-kalimat itu sebagai formal language pengkaji dapat saja memodifikasi
lambing kebahasaan itu ke lambing logika simbolik. Meskipun demikian, dari adanya pemertalian standard formal language dengan bahasa
natural, menunjukkan bahwa formal language bukanlah jenis bahasa yang disusun secara fiktif, melainkan bahasa yang memiliki pertalian
dengan pengalaman keseharian. Dengan kata lain, formal language adalah bahasa keseharian yang diidealisasikan, diformalisasikan.
Betolak dai wawasan Montague, dan Thomason dapat dikemukakan bahwa tugas utama semantic adalah melakukan studi tentang hubungan
antara ekspresi (=wujud formal proposisi) yang satu dengan yang lain dalam kaitannya dalam dunia acuan sebagai nonlinguistic subject matter.
Dalam pembahasan ini studi tentang hubungan antara bentuk ekspresi dengan dunia acuan selain dikaji lewat pembahasan hubungan dengan
unsure referensial atau kongkretum dalam kalimat dihubungkan dengan dunia acuan, juga dihubungkan dengan kajian tentang antara nilai

kebenaran dalam suatu proposisi ditinjau dari cirri bentuk hubungan logisnya dihubungkan dengan dunia acuan.
Kaidah hubungan logis yang dihubungkan dengan indeks maupun signifikan, nilai kebenarannya berkaitan dengan kebenaran analitis. dalam hal
demikian, antara kebenaran secara logis dengan kebenaran secaa analitis akhirnya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. keeatan hubungan
demikian juga ditunjukkan oleh keeratan hubungan antara kebenaran dengan kebermaknaan. Dalam kajian Semantik sebutan bentuk hubungan
logis selain dihubungkan dengan bentuk hubungan logis makna kata-kata dalam kalimat, makna kata-kata dalam hubungan antara kalimat juga
dihubungkan dengan inferensi atau pengambilan kesimpulan secara logis.
Dalam logika simbolik, sebutan logika lazim dihubungkan dengan logika proposional, dan logika kuantifikasional. Permasalahannya secara
umum meliputi (i) spesifikasi bentuk hubungan logis sesuai dengan perakit yang digunakan, (ii) spesifikasi cirri hubungan antara anteseden
dengan konsekuen, dan (iii) kaidah pembuahan inferensi sahih (valid inferences) dari argument dan pedikator dalam proposisi yang berbeda, dan
(iv) permasalahan menyangkut kuantifikasi. Dalam kajian semantic, hasil kajian logika simbolik tersebut dijadikan salah satu dasar penafsiran
system kaidah hubungan logis dalam bahasa natural.
C. Pemilihan Bentuk Hubungan Logis dalam Kalimat
1. Bentuk hubungan analitis
Sebutan analitis dalam studi makna berhubungan dengan dua hal. Pertama, sebutan analitis menyangkut nilai kebenaan secara analitis.
Kedua, istilah analitis sebagai salah satu bentuk hubungan logis. Ditinjau dari terdapatnya cirri kebenaran secara analitis, semua relasi
makna yang memiliki nilai kebenaran berdasarkan criteria analitis dapat disebut berbentuk analitis.
2. Bentuk hubungan simetris
Dalam hubungan secara simetris, argument-argumen dalam kalimat salain mengarahkan karena predikator yang berlaku bagi argument 1
juga berlaku bagi argument 2. sebaliknya predicator yang berlaku bagi argument 2 juga berlaku bagi argument 1. Dari terdapatnya
keharusan cirri demikian, ditinjau dari prinsip kalkulus predikat kalimat yang mengandung hubungan simetris adalah kalimat yang
ditinjau dari predikatornya mengharuskan adanya dua argument atau lebih.
3. Bentuk hubungan refleksif
Bentuk hubungan logis disebut hubungan refleksif apabila relasi makna dalam kalimat penjelasan yang diberikan pada argument
merefleksikan cirri lain pada argument itu sendiri.

4. Bentuk hubungan transitif


Relasi makna dalam kalimat disebut mengandung hubungan transitif apabila cirri hubungan argument x dan y, dan hubungan argument y
dan z secara logis juga menentukan hubungan argument x dan z.
5. Bentuk hubungan Kontradiksi
Hubungan kontradiksi dapat diartikan sebagai hubungan kata-kata dalam suatu proposes yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian atau
bersifat kontradiktif. Sebagaimana bentuk hubungan logis yang lain, bentuk hubungan kontradiksi dapat memberikan spesifikasi cirri
hubungan unsure-unsur pembentuk proposisi. proposisi tersebut selain dapat berupa proposisi sederhana yang terdiri atas sebuah
argument dan sebuah predicator, dapat juga berupa proposisi kompleks.
D. Ciri Bentuk Hubungan Logis dalam Kalimat Bahasa Indonesia
1. Hubungan analisis dalam kalimat bahasa Indonesia
Ditandai oleh adanya (i) (A) yang dijelaskan, dan (B) ungkaian yang berisi penjelasan, (ii) kemampuan urutan (A) (B) dinyatakan dalam
urutan (B) (A) tanpa mengubah proposisinya, (iii) nilai kebenaran hubungan (A) dan (B) dapat ditentukan berdasarkan identifikasi cirri
semantic, dan signifikan secara logis.
Contoh:
Durian adalah jenis buah-buahan yang kulitnya berduri.
(A) = durian
(B) = jenis buah-buahan yang kulitnya berduri
Kaidah hubungan logis pada jenis tautologies yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan tautologies apabila unsure-unsur
pembentuk relasi makna itu saling menjelaskan karena beberapa cirri yang dimiliki unsure yang lain.
2. Hubungan simetris dalam kalimat bahasa Indonesia
Ditandai oleh adanya (i) ungkaian-ungkaian pembentuk proposisi yang nilai kebenarannya saling mengarahkan, (ii) kehadiran ungkaian
yang satu secaa logis dapat menyertakan kehadiran ungkaian yang lain, dan (iii) dalam sebuah kalimat, salah satu ungkaian pembentuk
proposisinya memiliki kemungkinan dihilangkan.
Contoh:

Ari suami Vivi, Vivi istri Ari


Kalimat tersebut antara ungkaian yang satu dengan yang lain saling mengarahkan. Ungkaian (P) Ari suami Vivi nilai kebenarannya
ditentukan oleh ungkaian (Q) Vivi istri Ari, atau sebaliknya.
Kaidah hubungan simetris yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan simetris apabila beberapa cirri pada (P) sebagai salah satu
ungkaian pembentuk proposisinya nilai kebenarannya ditentukan oleh ungkaian (Q), sehingga kehadiran ungkaian (P)/(Q) secara logis
sudah menyertakan kehadiran ungkaian (Q)/(P).
3. Hubungan refleksif dalam kalimat bahasa Indonesia
Ditandai oleh adanya (i) dua predikat atau penjelmaan pada referan yang sama, (ii) kedua penjelasan itu saling merefleksikan cirri referan
yang diacu, (iii) refleksi penjelasan pertama secara logis menentukan refleksi penjelasan kedua atau sebaliknya.
Contoh:
Bobot tubuh Tya sama dengan berat badan Tya
Kalimat tersebut mengandaikan adanya signifikasi logis : referensi x pada bobot Tya sebagai (P) = bobot Tya, adalah juga (P) =
berat badan Tya. Sebab itulah penjelasan menyangkut (A) Tya, ada sebagai PAP.
Kaidah hubungan secara refleksif yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan refleksif apabila cirri x yang satu
merefleksikan/direfleksikan cirri x lain yang mengacu pada referan yang sama.
4. Hubungan transitif dalam kalimat bahasa Indonesia
Ditandai oleh adanya (i) tiga ungkaian yang salah satunya dapat dibuahkan berdasarkan pada signifikasi secara logis, (ii) berlakunya nilai
pada hubungan ungkaian pertama dengan ungkaian kedua pada ungkaian ketiga sehingga nilai ungkaian ketiga nilai kebenarannya dapat
dihubungkan dengan ungkaian pertama, dan (iii) dalam sebuah kalimat, ungkaian ketiga sebagai ungkaian yang dibuahkan berdasakan
signifikasi logis kehadirannya secara tidak langsung sudah termban dalam ungkaian pertama, dan ungkaian kedua.
Contoh:
Tya lebih gemuk dari pada Dipta. Dipta lebih gemuk dari pada Novan. Dengan demikian, Tya lebih gemuk dari pada Novan.
Merujuk pada kalimat di atas, mengandaikan Tya = X, lebih gemuk = P, Dipta = Y, dan Novan = Z, nilai yang ada pada XPY, dan YPZ,
secara logis membuahkan nilai yang berlaku bagi XPZ.

Kaidah hubungan secara transitif yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan transifitas apabila perbandingan argument x dengan
argumen y, antara y dengan z, secaa logis berlaku bagi pebandingan antara x dengan z.
5. Hubungan kontradiksi dalam kalimat bahasa Indonesia
Ditandai oleh adanya (i) ketidaksesuaian hubungan makna kata-kata, sehingga hubungan makna kata-kata sebagai pembentuk satuan
proposisinya bersifat kontradiktif, dan (ii) proposisi yang dikandungnya memiliki kesalahan.
Contoh:
Ia orang kaya yang miskin.
Kalimat tesebut, antara lain dibentuk oleh kata (A) kaya, dan (B) miskin. Representasi makna (A) dan (B) mengandung ketidaksesuaian
relasi makna. Sebab itu proposisi yang dikandungnya dapat ditentukan mengandung kesalahan.
Kaidah hubungan secara kontradiktif yaitu relasi makna ditentukan memiliki hubungan kontradiksi apabila dalam satuanproposisinya
mengandung x dan bukan x.
Penulis: Ian Konjo

Artikel ini berjudul Bentuk Hubungan Logis dalam Bahasa Indonesia.


Semoga artikel ini bermanfaat. Silahkan meng-copy/paste dan menyebarluaskan artikel ini, namun ADMIN meminta dengan hormat kepada
Anda untuk menyertakan link dari blog ini sebagai sumbernya.
Terima kasih!
Artikel Terkait Lain Yang
http://jaririndu.blogspot.com/2011/09/bentuk-hubungan-logis-dalam-bahasa_30.html
Bahasa dan LogikaA.

Pendahuluan
Menurut Felicia (2001: 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan
maupun bahasa tulis. Begitudekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perluuntuk mendalami dan
mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya,sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa.
Suatukelemahan yang tidak disadari.Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya,
kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk
berbahasa bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kitaakan berbahasa secara terbata-bata atau
mencampurkan bahasa standar dengan bahasanonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita.Padahal,
bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja,
bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar
dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahuifungsi-fungsi bahasa.Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang
digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagaialat untuk berkomunikasi, sebagai alat
untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosialdalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial(Keraf,
1997: 3).Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak
mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru
didalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secaratidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia.
Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang
dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993,
1995).Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia)iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu
bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang
sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran
bahasaserupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya didalam pengembangan daya nalar, menjadikan
bahasa sebagai prasarana berfikir modern.Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena
bahasa merupakan cermin dari logika dan daya nalar (pikiran).Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa
yangdigunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akanmenghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula.
Pengertian KonsepWilayahkebahasaan
wilayah akal budi atau pikiran sementara konsep berada dalam wilayah kebahasaan.Perhatikan gambar di bawah ini.

Kata
Kursi
ialah konsep. Sebelum menjadi konsep kata
kursi
merupakan pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau pikiran. Selanjutnya dengan kata
kursi
itu kita dapat berpikir atau berbicara hal ihwal mengenai kursi tanpa harusmenghadirkan benda kongkret yang bernama
kursi
karena
kursi
itu telah ada di dalamakal budi atau pikiran. Kehadiran kursi di dalam akal budi atau pikiran ialah karena panca indera menangkap benda
kongkret yang kemudian diberi nama
kursi.
Lalu akal budi atau pikiran memberinya pengertian dan mengungkapkannya melalui bahasadengan konsep
kursi
atau gagasan lainnya.
2.
Kata, pembagian kata, nilai rasa kata dan kata-kata emosional
Kata menurut artinya dapat dibagi ke dalam bentuk-bentuk kata sebagai berikut:1. Univok(al) (sama suara, sama artinya) Artinya, kata yang
menunjukkan
pengertian yang sama antara suara dan arti. Contoh, kata Mahasiswa hanyamenunjukkan pengertian yan
g dinyatakan oleh kata itu saja.Kata univokal merupakan kata yang dipergunakan dalam pemikiran dan ilmu pengetahuan seperti diskusi ilmiah
dan karya tulis ilmiah.2. Ekuivok(al) (sama suara, tetapi tidak sama artinya), Sebuah kata yangmenunjukkan
pengertian yang berbeda atau berlainan. Kata bisa misalnya dapat berarti mampu atau racun yang dikeluarkan oleh ular.
Kata-kata ekuivokal baik untuk lelucon tetapi tidak baik untuk diskusi dan karya ilmiah. Dunia politik dan propaganda lazim menggunakan katakata yang ekuivok.3. Analogis (sama suara, memiliki kesamaan dan juga perbedaan arti). Misalnya:
sehat sebenarnya dikatakan tentang orang, khususnya badannya, tetapi juga dapat
Wilayah akalbudi ataupikiran

dikatakan tentang jiwanya, tentang obat (karena dapat menyembuhkan ganguan-ganguan kesehatan), tentang makanan (karena berguna untuk
memelihara kesehatan),tentang hawa (karena baik untuk kesehatan), dan sebagainya.
3. Term
Kata adalah tanda lahir atau pernyataan dari pengertian. Term adalah bagian darisuatu kalimat yang berfungsi sebagai subjek atau predikat ( S
atau P). Dengan demikianterm ialah gabungan dari sejumlah kata (kalimat) yang terdiri subjek, predikat, dan kata penghubung. Kata
penghubung seperti, antara lain,
jika
,
dan

,
oleh
,
dalam, akan, adalah
,
merupakan
, tidak terkategori ke dalam term.Term dipahami juga sebagai sebuah gagasan atau segugus gagasan yangdinyatakan dalam wujud kata-kata (E.
Sumaryono, 1999 : 32). Gagasan dalam hal ini berarti juga pengertian yang membentuk kata. Selanjutnya kata membentuk term sebagaisarana
komunikasi atau bahasa. Bahasa diproduksi manusia. Manusia menyatakan pikirannya melalui bahasa. Dengan begitu pemikiran yang
diungkapkan tidak terdiri darikata-kata yang satu sama lain terlepas, tetapi kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang dapat dimengerti.
Itulah sesunguhnya yang dimaksud dengan term. Contoh:Ade Munajat seorang dosen (Ade Munajat = S; seorang dosen = P). Kalimat itu dapat
berfungsi hanya sebagai subjek ketika diperluas dengan tambahan Dia ada
lah kakak
saya yang berfungsi sebagai predikat.
Berbeda dengan linguistik, di dalam logika sebuahkalimat (term) hanya terdiri dari subjek atau predikat.
4. Penggolongan
Penggolongan (ada pula yang menyebutnya dengan
pembagian
atau
klasifikasi
)ialah pekerjaan akal budi kita untuk menganalisis, membagi-bagi, menggolong-golongkan, dan menyusun pengertian-pengertian dan barangbarang menurut kesamaandan perbedaannya (Pospoprodjo, 199 : 61). Penggolongan dijelaskan pula sebagai sebuah proses dimana benda-benda
individual di kelompok-kelompokkan menurut ciri khasnyayang berlaku umum yang secara bersama-sama membentuk sebuah kelas atau
golongan(E. Sumaryono, 1999 : 49).
5. Defenisi
Kata defenisi berasal dari kata
definitio
(bahasa Latin) yang berarti pembatasan
(Alwx Lanur, 1983 : 21). Pembatasan dalam kaitan ini ialah pembatasan terhadap suatu pengertian dengan tepat. Dengan demikian defenisi
merupakan perumusan yang singkat, padat, jelas, dan tepat sehingga jelas dapat dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain(Poespoprodjo,
1999 : 67). Dalam kaitan ini definisi yang baik harus 1) merumuskandengan jelas, lengkap, dan singkat semua unsur pokok (isi) pngertian

tertentu itu, 2) Yaituunsur-unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan tidak kurang), 3) sehingga
dengan jelas dapat dibedakan dari semua hal yanglain (Poespoprodjo, 1999 : 67).
G.
Kesimpulan
Dalam logika, untuk mendapatkan kesimpulan yang benar. Syarat yang utamaialah mengumpulkan argumen-argumen. Kemudian argumen
tersebut disusun secara logissesuai dengan kaidah umum (kebiasaan). Maka kerelevanan akan terbukti kebenarannya.Sedangkan pada tata
bahasa fungsi gramatikal berupa subjek, predikat, objek, danketerangan. Sedangkan kategorinya adalah nomina (kata benda), verba (kata kerja),
danadjektiva (kata sifat). Sedangkan pada bagian peran mencakup peran gramatikal seperti peran agentif (sebagai pelaku), pasien (sebagai
penderita), objek (sebagai sasaran), benefaktif (sebagai kegitan/ melakukan pekerjaan terhadap orang lain), lokatif (sebagaitempat/ lokasi),
instrumental (sebagai alat) dan sebagainya.
Daftar Referensi
Alex lanur OFM.
Logika Selayang Pandang
. Jogjakarta: Kanisiu,. 1983Amsal Bakhtiar,
Filsafat Ilmu,
Jakarta: Rajawali Press, 2005, cet ke-IIE. Sumaryono.
Dasar-Dasar Logika,
Jogjakarta: Penerbit Kanisius, 1999Mundiri,
Logika,
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005Ensiklopedi Indonesia. Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992.
http://www.academia.edu/4676962/BAHASA_DAN_LOGIKA

Anda mungkin juga menyukai