“LOGIKA MATEMATIKA”
OLEH
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa penulis curahkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Logika Matematika.laporan
makalah yang penulis susun ini merupakan Tugas Akhir mata kuliah Sejarah Matematika.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makakah ini. Oleh karena
itu, diharapkan krikan dan saran dari pembaca demi perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dalam menambah wawasan
kita mengenai Logika Matematika.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar dari logika itu sendiri adalah penalaran. Dimana penalaran itu sudah ada sejak
manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman kuno manusia telah menggunakan akal
pikirannya untuk menarik kesimpulan ataupun penalaran.
Thales (624 SM – 548 SM) filsuf Yunani adalah seorang ilmuwan yang pertama kali
meninggalkan segala dongeng, takhayul dan cerita-cerita isapan jempol dan ia berpaling
kepada akal budi yang memecahkan rahasia alam semesta.
Pada masa Aritoteles logika masih disebut dengan anlitica yang secara khusus mneliti
berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar dan dialektika yang seecara
khusus meneliti argumentas yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah Silogisme.
Konsep dari logis adalah inti dari logika. Konsep ini mengatakan bahwa kesahihan
(validitas) sebuah argument ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya.
1.3 TUJUAN
1. Agar kita dapat mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan dari logika
2. Agar kita dapat mengetahui apa-apa saja dasar-dasar dari logika
3. Agar kita dapat mengetahui logika sebagai matematika murni
4. Agar kita mengetahui logika itu sebagai ilmu pengetahuan
5. Agar kita mengetahui logika itu sebagai cabang dari filsafat
6. Agar kita dapat mnegetahui kegunaan dari logika
7. Agar kita dapat mengetahui macam-macam dari logika
BAB II
LANDASAN TEORI
Dasar dari logika itu adalah penalaran sejak manusia ada di dunia ini, manusia telah
menggunakan akal pikirannya untuk menarik sebuah kesimpulan ataupun penalaran. Logika
berasal dari kata Yunani kuno yaitu logos yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu logika disebut dengan logika
episteme (Latin : logicascientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan ) yang mampelajari
kecakapan untuk berfikir secara lurus, tepat, dan teratur.
Masa Yunani kuno, logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani
pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengtakan bahwa air adalah arkhe ( Yunani ) yang berarti prinsip atau asas
utama alam semesta. Saat itu Thale telah mengenal logika induktif.
Dan Aritoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu yang kemudian disebut
logica scientica Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah
arkhe alam semesta dengan alas an bahwa air adalah jiwa dari segala sesuatu .
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles dapat di
simpulkan :
Dari kesimpulan itu dapat diktakan air adalah segala sesuatu yang berarti dan arkhe alam semesta.
Sejak saat Thlaes sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai di
kembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM – 347 SM ) juga telah merintis dan memberikan
saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang
secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya.Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada (370 SM – 288 SM ) Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum,
melanjutkan pengembangan logika. Istialh logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno
dari Citium 334 SM – 226 SM pelopor Kaum Stoa. Murid Aristoteles Sistematika logika terjadi
pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis
yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232-305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu
buku Aristoteles. Boethius (480-305) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa
Latin dan menambahkan komentar-komentarnya. Johanes Damascenus (674-749) menerbitkan
Fons Scienteae. Abad pertengahan dan logika modern.
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes
(1588-1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806-1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran
induksi dalam bukunya System of Logic.
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar
di John Hopkins University melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia
memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum
mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak kejayaan logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwing Wittgenstein (1889-1951),
Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978).
2. Aliran logikaMetafisis
Susunan pikiran itu dianggap kenyataan sehingga logika dianggap seperti metafisika.
Tugas pokok logika adalah menafsirkan pikiran sebagai suatu tahap dari struktur
kenyataan. Sebab itu untuk mengetahui kenyataan, orang harus belajar logika lebih
dahulu.
B. Dasar-dasar logika
Konsep dari bentuk logis adalah inti dari logika.Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan
(validitas) sebuah argument ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya.Dalam hal ini
logika menjadi alat untuk menganalisis argument, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti
atau bukti-bukti yang di berikan (premis). Logiika silogistik tradisional Aristoteles dan logika
simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua yakni deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif
Kadang disebut logika deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi
argument deduktif. Argument deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar
atau salah. Sebuah argument deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika
kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Penalaran induktif
Kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-
fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan
deduktif
Induktif Deduktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan Jika premis benar, kesimpulan mungkin
pasti benar benar, tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan Kesimpulan memuat informasi yang tak ada,
sudah ada sekurangnya secara implisit dalam bahkan secara implisit dalam premis.
premis
C. Logika sebagai ilmu pengetahuan
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berfikir
(khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berfikir/penalaran yang
ditinjau dari segi ketepatannya.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di
Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, ilsuf-
filsuf Yunani konu tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan
kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengtakan yang bentuk
inferensi yang berlaku dan yang tidak sah. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang
filosofi, tetapi juga bias dianggap sebagai cabang matematika. Logika tidak bias dihindarkan
dalam proses hidup mencari kebenaran.
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika
yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau symbol-simbol matematika (logika simbolik). Logika
tersistematis dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201) dan Sctus Empiricus
(sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematics tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1816-1914) dan
Bertrand Arthur William Russel (1872-1970).
F. Kegunaan Logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berfikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambahkan kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berfikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berfikir,
kekeliruan, serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik, gugon-tuhon (bahasa jawa).
8. Apabila sudah mampu berfikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana
tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
G. Macam-macam logika
Logika almiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berfikir secara tepat dan lurus
sebelum di pengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecendrungan-kecendrungan yang
subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari
dengan member contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran, serta akal budi. Logika ilmiah
menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat,
lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau paling tidak di kurangi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari landasan teori di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa logika itu sendiri
adalah penalaran. Di mana penalaran telah di pergunakan oleh manusia dari zaman dahulu
kala sampai sekarang. Dasar penalaran itu sendiri terdiri dari dua yaitu penalaran deduktif
dan penalaran induktif. Penalaran deduktif itu merupakan penalaran yang membangun atau
mngevaluasi argument, argument dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atua salah.
Sedangkan penalaran induktif merupakan penalaran yang berangkat dari serangkain fakta-
fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika
yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau symbol-simbol matematika (logika simbolik). Logika
sistematis dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130 – 201) dan Sctus Empiricus
(sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Logika terbagi atas 2 macam yaitu, logika alamiah dan logika ilmiah. Yang di
maksud dengan logika alamiah adalah kinerja akal dubi manusia yang berfikir secara tepat
dan lurus sebelum dipengaruhi oleh kienginan0keinginan dan kecendrungan-kecendrungan
yang subjektif. Sedangkan yang dimaksud dengan logika ilmiah adalah memeperhalus,
mempertajam,
3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini mungkin penulis masih memiliki kekurangan , sehingga
semua yang berhubungan dengan Logika Matematika tidak dapt tersampaikan seluruhnya.
Untuk penulis makalah selanjutnya diharapkan dapat mencari bahan selengkap mungkin agar
semua materi dapat tersampaikan dan dapat membuat pembacanya bias menggerti. Untuk
pembaca agar dapat memahami isi makalah Logika Matematika ini.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=logika&oldid=6219616
Rapar, Jan Hendrik. Pengantar Logika dan Asas-asas Penalaran Sistematis. Penerbit : Kansius.
ISBN 979-497-676-8.
OFM, Alex Lanur. 1983. Logika Selayang Pandang. Penerbit : Kansius. ISBN 979-413-124-5.