Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH LOGIKA

Makalah Ini Disusun Untuk Ujian Akhir Semester (UAS)

Dosen Pengampu:

Vabio C. Nanulaitta S. Pd., M. Pd. M. A

Oleh:

Arifen Umbu Tayi


Nim: 2202017
Prodi: PAK
Semester: 3 (Ganjil)

PROGRAM STUDI
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN EKUMENE KUPANG
TAHUN AKADEMIK/ AJARAN 2023-2024
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................7
1. Argumen....................................................................................................................7
2. Argumen Kutip Tokoh...............................................................................................9
3. Argumen Lemah........................................................................................................11
4. Penalaran ...................................................................................................................15
5. Penalaran Induktif .....................................................................................................16
6. Penalaran Deduktif.....................................................................................................17
7. Kata dan Term............................................................................................................17
8. Generalisasi................................................................................................................21
9. Prasangka...................................................................................................................23
10. Stereotip ....................................................................................................................27
11. Analogi ......................................................................................................................29
12. Sebab Akibat..............................................................................................................31
13. Silogisme ...................................................................................................................33
14. Silogisme Kategoris ..................................................................................................33
15. Silogisme Hipotesis...................................................................................................33
16. Silogisme Disjunktif .................................................................................................34
17. Dilemma ....................................................................................................................35
18. Kesalahan-Kesalahan Logika.....................................................................................35
19. Kekeliruan Formal ....................................................................................................35
20. Kekeliruan Informal ..................................................................................................36
21. Kekeliruan Penggunaan Bahasa ................................................................................36
22. Mengambil Keputusan...............................................................................................37
BAB III PENUTUP...............................................................................................................38
A. Kesimpulan................................................................................................................38
B. Saran..........................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................39

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah
ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran darisetiap
kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada Waktu itu, disebut dengan nama “analitika”
dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika diberi nama
Organon, terdiri atas enam bagian.Theoprastus (371-287 SM), memberi sumbangan
terbesar dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga
tentang sebuah sifatasasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306),
seorang ahli pikir di 1skandariah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran
logika.Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam
bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungansifat di
dalam alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian,logika menjadi
tujuh bagian. Karya "ristoteles tentang logika dalam buku Organon dikenal di dunia
Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung penyalinan-penyalinan yang sangatluas
dari sekian banyak ahli pikir 1slam ke dalam bahasa Latin. Penyalinan- penyalinan
yang luas itu membukakan masa dunia Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus (meninggal 1227) menyusun pelajaran logika berbentuk
sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia 1slam, dan bukunya itu menjadi bukudasar bagi
pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yangmula-mula
mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang sahdalam perkaitan
bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulansajak Petrus Hispanus
mengenai logika ini bernama Summulae. Francis Bacon (1561-1626) melancarkan
serangan sengketa terhadap logikadan menganjurkan penggunaan sistem induksi
secara lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat
dari berbagai kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada
penggunaan sistem induksi. Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-
lain penulis di antaranya adalah Gottfried Wilhem Von Leibniz. 1a menganjurkan
penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol agar lebih umum sifatnya
danlebih mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonard Euler, seorang ahli
matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan tentangterm-term
denganmenggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm
yangterkenal dengan sebutan circle-Euler.
Logika dimulai sejak Thales (624 SM-548 SM), filosofi Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita yang berpaling kepada akal
budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah
arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales
telah mengenalkan logika induktif. Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai
ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales

3
menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air
adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut
Aristoteles disimpulkan dari; Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air
tumbuhan mati); Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia; Air jugalah uap; Air
jugalah es. Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam
semesta. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang
secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar,
dan dialektikayang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi
yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk pertama kalinya
dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM – 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi
logika terjadi pada masa Galenus. memberikan suatu interpretasi tentang kedudukan
di dalam pengalaman.
Logika di sini diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan dan kecakapan
untuk berpikir dengan benar. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk berpikir
dengan benar, yaitu berpikir secara masuk akal dan berpikir sistematis, atau biasa
dikenal juga dengan system thinking. Berpikir logis merupakan tindakan untuk
menganalisis situasi dan menghasilkan solusi yang masuk akal. Sebenarnya berpikir
logis mirip dengan berpikir kritis. Berpikir logis membutuhkan keterampilan penalaran
untuk mempelajari masalah secara objektif, yang akan membuat kita menarik
kesimpulan dengan rasional tentang bagaimana melanjutkan sesuatu. Satu Secara
sederhana berpikir logis memiliki arti kemampuan untuk menarik kesimpulan yang
benar berdasarkan logika dan bisa dibuktikan kesimpulan tersebut sesuai pengetahuan
atau ilmu yang sudah diketahui.Berpikir dengan nalar dibagi menjadi dua, yaitu
berpikir induktif dan berpikir deduktif. Berpikir induktif biasanya dimulai dari hal-hal
yang bersifat khusus, dan ditarik kesimpulannya secara umum. Sedangkan, berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang umumnya dimulai dari hal-hal yang sudah biasa
terlebih dahulu, baru kemudian ditarik kesimpulan pada hal-hal yang bersifat khusus.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Argumen?
2. Menjelaskan Argumen Kutip Tokoh?
3. Penjelasan Argumen Lemah?
4. Pengertian Penalaran?
5. Menjelaskan Penalaran Induktif?
6. Menjelaskan Penalaran Deduktif?
7. Penjelasan Kata dan Term?
8. Apa itu Generalisasi?
9. Menjelaskan apa itu Prasangka?
10. Penjelasan apa itu Stereotip?
11. Menjelaskan apa itu Analogi?
12. Menjelaskan mengenai apa itu Sebab Akibat?
13. Penjelasan tentang Silogisme ?
14. Menjelaskan apa itu Silogisme Kategoris?
15. Menjalaskan apa itu Silogisme Hipotesis?
16. Menjelaskan apa itu Silogisme Disjunktif ?
17. Menjelaskan apa itu Dilemma?
18. Menjelaskan apa itu Kesalahan-Kesalahan Logika?
19. Menjelaskan apa itu Kekeliruan Formal?
20. Menjelaskan apa itu Kekeliruan Informal?
21. Menjelaskan apa itu Kekeliruan Penggunaan Bahasa?
22. Menjelaskan bagaimana Mengambil Keputusan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk nmengetahui Apa yang dimaksud dengan Argumen
2. Untuk mengetahui bagaimana Argumen Kutip Tokoh
3. Untuk mengetahui Penjelasan Argumen Lemah
4. Untuk mengetahui Pengertian Penalaran
5. Untuk mengetahui Penalaran Induktif
6. Untuk mengetahui Penalaran Deduktif
7. Untuk mengetahui Penjelasan Kata dan Term
8. Untuk mengetahui Apa itu Generalisasi
9. Untuk mngetahui apa itu Prasangka
10. Untuk mengetahui Penjelasan apa itu Stereotip
11. Untuk mengetahui apa itu Analogi
12. Untuk mengetahui mengenai apa itu Sebab Akibat
13. Untuk mengetahui Penjelasan tentang Silogisme
14. Untuk mengetahui apa itu Silogisme Kategoris
15. Untuk mengetahui apa itu Silogisme Hipotesis
16. Untuk mengetahui apa itu Silogisme Disjunktif
17. Untuk mengetahui apa itu Dilemma
18. Untuk mengetahui apa itu Kesalahan-Kesalahan Logika
5
19. Untuk mengetahui apa itu Kekeliruan Formal
20. Untuk mengetahui apa itu Kekeliruan Informal
21. Untuk mengetahui apa itu Kekeliruan Penggunaan Bahasa
22. Untuk mengetahui bagaimana Mengambil Keputusan

6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Argumen
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), argumen adalah alasan untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Sementara itu,
berargumen diartikan sebagai berdebat dengan saling mempertahankan atau menolak
alasan masing-masing. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa argumen
memiliki dua tujuan, yaitu memperkuat pendapat sendiri atau melemahkan dan
mematahkan pendapat orang lain. Argumen merupakan sekumpulan pernyataan yang
berhubungan dengan topik dalam pendapat yang sedang disampaikan. Sebelum
berargumen, tentu penting untuk memahami apa saja komponen dasar yang
membentuk suatu argumen, yaitu premis, inferensi, dan kesimpulan
Argumen adalah alasan yang digunakan untuk memperkuat atau menolak
suatu pendapat. Berikut pengertian, komponen, contoh, dan cara menyusun teks
ekposisi sebagai media berargumen. Menurut KBBI adalah alasan yang bisa di
gunakan untuk memperkuat satu pendapat. argumen juga bisa digunakan untuk
menolak suatu pendirian, ide pikiran atau gagasan. Secara garis besar, argument adalah
sekumpulan pernyataan yang terdapat premis untuk mendukung suatu pertanyaan lain,
dan digunakan untuk menemukan sebuah kesimpulan. Sehingga memberikan suatu
argument, sama saja dengan memberikan satu premis untuk dijadikan alasan sebagai
kesimpulan. Argument adalah upaya yang disengaja untuk bergerak lebih dari sekadar
membuat pertanyaan. Saat memberi argument, kamu menawarkan serangkaian
pernyataan terkait yang mewakili upaya untuk mendukung pernyataan utama. Ini
bertujuan untuk memberikan alasan yang baik kepada orang lain untuk percaya bahwa
apa yang kamu tegaskan adalah benar dan bukan salah. sesuatu yang sering
dikemukakan saat menyampaikan pendapat. Mengetahui cara yang benar dan tepat
dalam berargumen merupakan sesuatu yang mesti dipahami. Apalagi jika Anda sering
terlibat dalam suatu forum diskusi atau mungkin hendak mempresentasikan sesuatu.
Berikut penjelasannya:

a. Premis
Premis adalah Pernyataan berupa fakta yang menjelaskan alasan dan atau bukti
untuk mempercayai suatu klaim atau inferensi. Berikut contoh argumen dengan
premis dan kesimpulan:
1) Jika kamu ingin mencari pekerjaan yang bagus, kamu harus bekerja
keras (premis)
2) Kamu benar-benar ingin mencari pekerjaan yang bagus. Jadi kamu
harus bekerja keras (kesimpulan).
Dua kalimat pertama di sini adalah premis argumen, dan kalimat terakhir
adalah kesimpulan. Memberikan argumen ini berarti menawarkan premis
sebagai alasan untuk menerima kesimpulan.

7
Untuk bisa memahami lebih jelas, berikut contoh sederhana dari sebuah
argumen:
1) Pilot memperoleh banyak uang (premis).
2) Saya ingin menghasilkan banyak uang (premis).
3) Saya harus menjadi pilot (kesimpulan).
Di sini dapat dilihat dua jenis klaim berbeda yang dapat terjadi dalam sebuah
argumen. Klaim yang pertama adalah klaim faktual, dan ini dimaksudkan
untuk menawarkan bukti. Dua premis pertama di atas adalah klaim faktual dan
biasanya, tidak banyak waktu yang dihabiskan untuk itu, baik klaim itu benar
atau tidak.
b. Inferensi
Inferensi atau klaim adalah apa yang diselesaikan di akhir argumen. Namun,
dalam argumen sederhana, bisa jadi tidak ditemukan inferensi, melainkan
hanya terdiri atas premis dan kesimpulan.
c. Kesimpulan
Kesimpulan adalah Penalaran dari sebuah argumen atau sering juga disebut
inferensi akhir. Untuk memaparkan sebuah argumen, seorang yang membuat
klaim mesti menawarkan pernyataan lanjutan yang setidaknya, secara teori
dapat mendukung klaim tersebut. Sebab, suatu argumen bertujuan untuk
menawarkan alasan dan bukti. Apabila inferensi mendapat pernyataan yang
mendukung, maka argumen berhasil. Begitu pula sebaliknya.
Struktur Teks Argumen
Teks Argumen disusun berdasarkan pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan
penegasan ulang. Bagian tesis berisi paragraf pembuka yang dijelaskan oleh penulis.
Bagian argumentasi berupa isi paragraf yang berisi alasan dan dukungan pernyataan.
Pada bagian argumentasi ini berisi data dan fakta. Terakhir adalah penegasan ulang
yang berada di akhir paragraf. Kalimat ini untuk mengulang kembali pernyataan serta
meyakinkan pembaca tentang kebenaran. Berikut penjelasan tentang struktur teks
eksposisi dikutip dari buku ajar “Teks Argumen dan Perangkatnya” oleh
Sulastriningsih Djumingin, yaitu:
a. Pembukaan
Pembukaan adalah kalimat yang berisi mengenai pandangan awal suatu topik.
Pandangan ini sifatnya opsional.
b. Tesis (pendapat)
Kalimat teks eksposisi ini merupakan bagian yang berisi pendapat penulis.
Bagian tesis membahas tentang suatu topik yang dipermasalahkan.
c. Pernyataan Pendapat
Pernyataan pendapat adalah kalimat yang berisi gagasan, ide, opini, anggapan,
argumentasi yang dijelaskan oleh penulis terhadap suatu peristiwa.
d. Argumen
Argumen berisi pendukung tesis berupa bukti yang dicantumkan oleh penulis.
Dalam menulis argumen, teks tidak hanya terdiri dari satu posisi saja.

8
Argumentasi bertujuan untuk memperkuat tulisan sehingga membutuhkan data
hasil temuan, fakta-fakta, dan pernyataan dari para ahli.
e. Penegasan Ulang Pendapat
Penegasan ulang pendapat bisa juga disebut paragraf penutup yang berisi
penegasan ulang, penulis memakai kalimat yang berbeda. Tujuan dari kalimat
penutup adalah untuk menegaskan paragraf argumen, menambah rekomendasi
dan saran. Dengan begitu, pendengar argumen bisa memahami isi dari argumen
yang telah disampaikan.
f. Susunan Paragraf Argumen
Argumentasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan
yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk. Dalam
penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan, pembuktian, alasan,
maupun ulasan objektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat.
Tujuan dari paragraf argumen adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan,
atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
2. Argumen Kutip Tokoh
Argumen kutip tokoh adalah jenis argumen yang menggunakan pernyataan
atau kutipan dari tokoh terkenal sebagai bagian dari bukti atau pendukung untuk
menguatkan atau mendukung posisi atau argumen yang diusulkan. Kutipan dari tokoh
terkenal memiliki kekuatan untuk memperkuat argumen dan memberikan otoritas pada
pandangan yang diungkapkan. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan pentingnya
menggunakan kutipan dari tokoh terkenal dalam argumen dan menyajikan beberapa
contoh bagaimana kutipan-kutipan tersebut dapat digunakan untuk memperkuat
argumen.
Logika disebut juga “the calculus of computer science” karena logika
memegang peranan yang sangat penting di bidang ilmu komputer. Peran kalkulus
(matematika) sama pentingnya untuk ilmu-ilmu bidang sains, misalnya ilmu fisika,
ilmu elektronika, ilmu kimia, dan sebagainya. Oleh karena itu, biasanya pelajar,
mahasiswa, guru, dan dosen setuju bahwa logika memainkan peranan penting dalam
berbagai bidang keilmuan, bahkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Logika,
komputasi numerik, dan matematika diskrit memiliki peran penting dalam ilmu
komputer karena semuanya berperan dalam pemrograman. Logika merupakan dasar-
dasar matemtis suatu perangkat lunak, digunakan untuk memformalkan semantik
bahasa pemrograman dan spesifikasi program, serta menguji ketepatan suatu program.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya logika matematika karena banyak
ilmu, khususnya dalam bidang ilmu komputer, yang memerlukan logika untuk
berkembang. Logika dalam ilmu komputer dalam ilmu komputer digunakan sebagai
dasar dalam belajar bahasa pemrograman, struktur data, kecerdasan buatan,
teknik/sistem digital, basis data, teori komputasi, rekayasa perangkat lunak, sistem
pakar, jaringan syaraf tiruan, dan lainlainnya yang mempergunakan logika secara
intensif. Salah satu contoh yang populer adalah sistem digital, yaitu bidang ilmu yang
didasari oleh logika untuk membuat gerbang logika (logic gates) dan arsitektur
komputer sebagai inti mikroprosesor, otak komputer ataucentral processing unit.

9
Logika matematika (mathematical logic) adalah cabang ilmu di bidang matematika
yang memperdalam masalah logika, atau lebih tepatnya memperjelas logika dengan
kaidah-kaidah matematika. Logika matematika sendiri juga terus berkembang, mulai
dari logika proposional, logika predikat, pemrograman logika, dan sebaganya.
Perkembangan terakhir ilmu logika adalah logika fuzzy, atau di Indonesia disebut
logika kabur atau logika samar. Implementasi logika fuzzy dapat ditemui pada
pengatur suhu udara (AC), mesin pencuci, kulkas, lainnya.
Pengertian Argumentasi Menurut Para Ahli. Menggunakan Kutipan dari Tokoh
Terkenal:
a. Menurut Aceng Hasani (2005 : 43)
Argumentasi adalah jenis esai yang mencoba untuk mempengaruhi orang lain
dengan menghadirkan bukti – bukti yang membuktikan argumen menyatakan
secara logis dan faktual dengan tujuan pembaca atau pendengar tertarik
disarankan oleh penulis.
b. Menurut Keraf (1997 : 116)
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, sehingga mereka percaya, dan akhirnya
bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.
c. Menurut Alwasilah (2005 : 116)
Argumentasi adalah sebuah esai untuk membuktikan kebenaran atau
ketidakbenaran dari pernyataan (statement).
d. Menurut Albert Einstein
Menurut Albert Einstein pernah mengatakan, "Imagination is more important
than knowledge" (Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan). Kutipan ini
dapat digunakan untuk mendukung argumen bahwa kreativitas dan imajinasi
memiliki peran penting dalam penemuan dan inovasi.

10
3. Argumen Lemah
a. Pengertian Argumen Lemah
Argumen lemah adalah argumen yang tidak memiliki dasar yang kuat atau
bukti yang meyakinkan. Mereka seringkali mengandung kesalahan logis atau
premis yang diragukan kebenarannya. Argumen yang lemah dapat
memengaruhi pengambilan keputusan, komunikasi yang efektif, dan
pemahaman yang akurat tentang suatu topik. Argumen lemah tidak dapat
dianggap sebagai bukti yang memadai atau alasan yang kuat untuk mendukung
kesimpulan. Dalam analisis logika, penting untuk mengidentifikasi argumen
yang lemah agar kita dapat melakukan penilaian yang tepat terhadap validitas
dan kebenaran suatu kesimpulan. Sebaliknya, argumen yang kuat adalah
argumen yang memiliki premis yang relevan dan cukup kuat untuk mendukung
kesimpulan yang diusulkan.
Argumen KSTJ dinilai kurang kuat karena hanya mengutip pernyataan pejabat
dari pemberitaan media daring. KSTJ menuntut keterbukaan informasi terkait
hasil kajian komite gabungan reklamasi Teluk Jakarta sejak Agustus 2016.
Kajian dikeluarkan era mantan Menko Bidang Kemaritiman Rizal Ramli yang
membatalkan reklamasi Pulau G, C, D, dan N. Itu dilandaskan kajian bahwa
reklamasi Teluk Jakarta membahayakan lingkungan, lalu lintas laut, dan
proyek vital. Usai membacakan pertimbangan dan simpulan, Ketua Majelis
Komisioner Evy Trisulo mengatakan, KIP menolak permohonan seluruh
pemohon atau KSTJ. Majelis berpendapat, sesuai fakta persidangan termohon,
Kemenko Kemaritiman telah memaparkan yang pokoknya tak ada kajian
hingga proses reshuffle kabinet dari Rizal Ramli ke Luhut Binsar Pandjaitan.
Dalam sidang, Kemenko Kemaritiman mengungkapkan komite bersama
bertugas mendiskusikan dan menelaah sebelum ada keputusan moratorium
reklamasi.”Pemohon hanya melampirkan bukti pemberitaan dari media online.
Bukti itu lemah sehingga obyek tidak jelas,” ujar anggota komisioner, Dyah
Aryani. Meski ditolak majelis komisioner, Evy Trisulo menyatakan pendapat
berbeda. Itu, di antaranya, didasarkan pada badan publik wajib memberi data
untuk umum. Terkait putusan itu, pemohon dari Pusat Kajian Hukum
Lingkungan Indonesia (ICEL), Rayhan Dudayev, mengatakan, dirinya
menunggu putusan majelis komisioner. ICEL akan mengajukan banding ke
Pengadilan Tata Usaha Negara. “Kenapa kami minta kajian? Karena ingin tahu
metode yang dilakukan, bagaimana metode analisisnya.
b. Bentuk-bentuk Argumen Lemah
Generalisasi berdasarkan pengalaman terbatas: Contoh: "Saya bertemu dua
orang yang suka musik klasik, jadi semua orang pasti suka musik klasik."
Korrelasi bukan kausalitas: Contoh: "Banyak orang yang memiliki payung juga
membawa kacamata hitam, jadi payung menyebabkan penggunaan kacamata
hitam." Argumentasi dengan kesalahan inferensial: Contoh: "Dia adalah
seorang profesor, jadi dia pasti memiliki pengetahuan yang luas tentang segala
hal."

11
Ada beberapa bentuk argumen lemah yang sering terjadi dalam logika.
Beberapa di antaranya meliputi:
1) Generalisasi yang tidak sah (Hasty Generalization): Argumen ini terjadi
ketika seseorang membuat kesimpulan umum berdasarkan jumlah yang
terlalu sedikit atau kasus-kasus yang tidak representatif. Contohnya,
"Saya bertemu dua orang dari kota X yang tidak sopan, jadi semua
orang dari kota X tidak sopan."
2) Argumen karena kausalitas yang salah (False Cause): Ini terjadi ketika
seseorang menganggap hubungan sebab-akibat antara dua peristiwa
tanpa bukti yang cukup. Misalnya, "Setiap kali saya membawa payung,
hujan turun. Jadi, membawa payung menyebabkan hujan."
3) Pernyataan Tidak Terbukti (Unwarranted Assumption): Ini terjadi
ketika argumen didasarkan pada asumsi yang tidak terbukti atau tidak
dapat diterima. Contohnya, "Semua orang di kantor ini suka minum
teh" tanpa bukti yang cukup.
4) Mengabaikan Informasi Penting (Ignoring Relevant Information):
Dalam argumen ini, informasi yang relevan diabaikan atau tidak
dipertimbangkan dengan benar. Contohnya, dalam perdebatan tentang
kenaikan upah minimum, mengabaikan dampak ekonomi yang
kompleks.
5) Aduan Tanpa Bukti (Appeal to Ignorance): Argumen ini terjadi ketika
seseorang mengklaim sesuatu hanya karena tidak ada bukti yang
membuktikan sebaliknya. Misalnya, "Ada banyak UFO yang belum
dapat dijelaskan, jadi pasti ada alien yang mengunjungi kita."
6) Pemalsuan Statistik (Misleading Statistics): Ini terjadi ketika data atau
statistik digunakan dengan cara yang menyesatkan untuk mendukung
argumen. Misalnya, mengambil statistik yang terisolasi untuk
menunjukkan trend yang palsu.
7) Argumen Populer (Bandwagon Fallacy): Ini terjadi ketika seseorang
mengklaim bahwa sesuatu harus benar atau baik hanya karena banyak
orang mendukungnya. Misalnya, "Banyak orang menyukai produk ini,
jadi produk ini pasti bagus."
8) Serangan Pribadi (Ad Hominem): Ini terjadi ketika seseorang mencoba
merusak karakter atau reputasi lawan argumen sebagai gantinya untuk
menjawab argumen yang sebenarnya. Misalnya, "Orang itu tidak bisa
dipercaya, jadi argumennya pasti salah."
9) Penalaran Melalui Kesalahan (Fallacy of Composition dan Fallacy of
Division): Fallacy of Composition terjadi ketika seseorang
mengasumsikan bahwa jika sesuatu benar untuk bagian-bagian
individu, maka itu juga benar untuk keseluruhan. Fallacy of Division
terjadi ketika seseorang mengasumsikan bahwa jika sesuatu benar
untuk keseluruhan, maka itu juga benar untuk bagian-bagian individu.
c. Dampak Argumen Lemah

12
Argumen lemah dalam logika dapat memiliki dampak negatif yang signifikan
dalam berbagai konteks, termasuk dalam pembuatan keputusan, perdebatan,
dan proses pengambilan keputusan. Beberapa dampak utama argumen lemah
dalam logika meliputi:
1) Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan: Argumen lemah dapat
mengarah pada kesalahan dalam pengambilan keputusan. Ketika
seseorang membuat keputusan berdasarkan argumen yang tidak kuat
atau tidak relevan, keputusan tersebut mungkin tidak tepat atau tidak
efektif.
2) Kesalahpahaman: Argumen lemah dapat menghasilkan kesalahpahaman
dan kebingungan. Membuat atau mendengar argumen yang tidak kuat
atau tidak relevan dapat membingungkan orang dan membuat sulit
untuk memahami isu yang sebenarnya.
3) Penyebaran Informasi Tidak Benar: Argumen lemah yang digunakan
dalam konteks informasi publik, media, atau politik dapat menyebabkan
penyebaran informasi yang tidak benar atau salah. Hal ini dapat
memengaruhi opini publik dan mempengaruhi kebijakan publik yang
diambil.
4) Pengurangan Kualitas Diskusi: Ketika argumen lemah digunakan dalam
debat atau diskusi, mereka dapat mengurangi kualitas diskusi tersebut.
Diskusi yang dipenuhi dengan argumen lemah seringkali tidak
produktif dan tidak membantu dalam mencapai pemahaman yang lebih
mendalam tentang suatu masalah.
5) Kerugian dalam Persuasi: Argumen lemah biasanya tidak efektif dalam
meyakinkan orang lain. Ketika seseorang menggunakan argumen yang
tidak kuat, mereka mungkin gagal meyakinkan orang lain atau
memenangkan dukungan untuk pandangan atau ide mereka.
6) Meningkatkan Ketidakpercayaan: Penggunaan argumen lemah dalam
komunikasi dapat meningkatkan ketidakpercayaan orang terhadap
pembicara atau penulis. Orang mungkin meragukan kemampuan
penalaran atau niat pembuat argumen yang lemah.
7) Ketidakadilan dan Diskriminasi: Dalam beberapa kasus, argumen
lemah dapat digunakan untuk mendukung pandangan atau tindakan
yang diskriminatif atau tidak adil terhadap kelompok tertentu. Hal ini
dapat merugikan kelompok-kelompok yang rentan atau minoritas.
8) Kegagalan dalam Penyelesaian Masalah: Argumen lemah seringkali
tidak efektif dalam membantu menyelesaikan masalah atau mencapai
solusi yang baik. Mereka dapat menghambat kemajuan dan inovasi.

d. Mengidentifikasi Argumen Lemah


Mengidentifikasi argumen lemah dalam logika memerlukan pemahaman
tentang berbagai jenis kesalahan logika yang umum terjadi. Berikut adalah

13
beberapa langkah yang dapat membantu Anda mengidentifikasi argumen
lemah:
1) Pahami Struktur Argumen: Pertama, pahami struktur argumen. Kenali
premis (pernyataan yang digunakan sebagai dasar) dan kesimpulan
(pernyataan yang ingin dibuktikan). Argumen yang kuat harus memiliki
premis yang mendukung kesimpulan.
2) Evaluasi Premis: Periksa premis-premis dalam argumen. Tanyakan
apakah premis-premis tersebut cukup kuat, relevan, dan dapat
dipertahankan. Apakah ada bukti yang mendukung premis-premis
tersebut?
3) Periksa Hubungan Sebab-Akibat: Jika argumen mencoba mengaitkan
dua peristiwa dengan hubungan sebab-akibat, pastikan bahwa hubungan
tersebut benar-benar ada dan didukung oleh bukti yang kuat. Hindari
kesalahan dalam menarik kesimpulan tentang sebab-akibat tanpa bukti
yang memadai.
4) Tinjau Kesalahan Logika Umum: Kenali kesalahan logika umum yang
sering terjadi, seperti generalisasi yang tidak sah, ad hominem,
penalaran melalui kesalahan, dan lainnya. Cari tanda-tanda kesalahan
ini dalam argumen.
5) Pertimbangkan Asumsi: Apakah argumen bergantung pada asumsi yang
tidak terbukti atau tidak masuk akal? Identifikasi asumsi-asumsi
tersebut dan pertimbangkan apakah mereka dapat diterima.
6) Identifikasi Analogi yang Tidak Relevan: Jika argumen menggunakan
analogi, pastikan analogi tersebut relevan dan mendukung kesimpulan
dengan baik. Jangan terjebak dalam analogi yang tidak relevan.
7) Periksa Kecurangan Statistik: Jika argumen menggunakan data atau
statistik, tinjau apakah data tersebut digunakan dengan benar dan tidak
menyesatkan. Pastikan bahwa statistik yang digunakan mewakili situasi
dengan benar.
8) Pertimbangkan Konteks: Pertimbangkan konteks argumen. Apakah
argumen tersebut mengabaikan informasi penting atau faktor-faktor
yang relevan dalam situasi tertentu?
9) Tinjau Bukti Tambahan: Carilah bukti tambahan yang dapat
mendukung atau membantah argumen. Jangan hanya bergantung pada
apa yang disampaikan dalam argumen itu sendiri.
10) Gunakan Pemikiran Kritis: Terapkan pemikiran kritis dan pertanyakan
argumen dengan skeptis. Jangan terburu-buru menerima kesimpulan
tanpa analisis yang cermat

14
4. Pengertian Penalaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai cara
menggunakan nalar, pemikiran, atau cara berpikir logis, proses mental dalam
mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip yang ada. Dalam buku
Kemahiran Matematika (2010), disebutkan bahwa penalaran adalah cara berpikir
spesifik untuk menarik kesimpulan dari premis-premis (antesedens) yang ada. Di sisi
lain, pengertian ini juga didefinisikan sebagai proses berpikir dengan menggunakan
landasan logis untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta atau premis yang telah
dianggap benar. Pengertian ini merupakan bagian berpikir yang bertolak belakang
dengan pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasil beberapa konsep
dan pengertian.
Penalaran dapat disebut sebagai proses dalam menggunakan sistem
pengetahuan yang ada untuk menarik kesimpulan, membuat prediksi, maupun untuk
membangun penjelasan. Dapat juga dianggap sebagai kemampuan berpikir logis untuk
merumuskan penilaian yang adil dan membenarkan suatu posisi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa hal ini merujuk pada identifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi
argumen-argumen yang ada. Dalam segi lain, penalaran dijadikan sebagai kapasitas
seseorang secara sadar dalam menerapkan logika dengan menarik bagian kesimpulan
dari informasi yang ada dengan tujuan untuk mencari sebuah kebenaran. Psikolog dan
ilmuwan kognitif telah berusaha mempelajari dan menjelaskan bagaimana orang
bernalar. Contohnya adalah proses kognitif dan saraf mana yang terlibat dan faktor
budaya yang mempengaruhi kesimpulan yang dibuat oleh seseorang.
Secara umum, pengertian penalaran adalah kemampuan untuk menilai sesuatu
secara rasional dengan menerapkan sistem logika berdasarkan informasi baru atau
yang sudah ada ketika membuat keputusan atau memecahkan rumusan masalah,
sehingga memungkinkan untuk menimbang keuntungan dan kerugian dari tindakan-
tindakan sebelum memilihnya. Pengelola dalam suatu pekerjan keuangan dalam
menata uang bagian administratif semata tetapi lebih maju berpikir dalam menangani
asset negara, dengan bagaimana menigkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan
nilai tamba dalam mengelolah. Proses, cara, perubahan menata, pengaturan,
penyusunan. Penataan Kawasan semanggi Surakarta sebagai taman ramah anak’
merupakan suatu unuk kerja berupa Kawasan permukiman dan secara micro
(bangunan) untuk meningkatkan kualitas lingkungan serta menjadi solusi dalam
jaminan keamanan, kelsamatan dan kenyamanan pengunaan terutama anak-anak serta
menciptakan keberlanjutan Kawasan semanggi. Kampung ramah anak semanggi
menjadi acuan pengembangan Kawasan yang berkelanjutan, baik lingkungan maupun
nilai ekonomi tanpa menghilangkan nilai-nulai kelokalan setempat dengan
mengeksplorasi potensi kawasan tersebut. selain itu, penataan terebut berfungsi
sebagai pengembangan dalam mewujutkan pemukiman berkelanjutan yang mampuh
menjamin hak anak.
Pengertian Menurut Para Ahli:

15
a. Collins Dictionary
Ia mengemukakan bahwa penalaran yang dikenal dengan reasoning adalah
proses di mana kita mencapai kesimpulan setelah memikirkan semua fakta.
b. Galloti (1989)
Menurutnya, penalaran adalah serangkaian transformasi informasi yang
diberikan untuk menelaah sebuah konklusi. Atau dapat dikatakan bahwa hal
tersebut adalah daya pikir seseorang dalam menarik dan menyimpulkan
sesuatu.
c. Keraf (1985:5)
Ia berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk, yang menuju kepada suatu
kesimpulan.
5. Penalaran Induktif
Penalaran deduktif merupakan proses nalar yang menarik kesimpulan yang
bersifat khusus dari hal-hal yang bersifat umum.Nilai kebenaran dalam penalaran
deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan tidak keduannya bersama-sama.
Umumnya penalaran deduktif mengambil kesimpulan secara logis berdasarkan premis
yang ditemukan. Premis adalah asumsi, pemikiran, dan landasan kesimpulan yang
dianggap benar. Perbedaan utama antara keduanya yaitu penalaran induktif mencapai
kesimpulan yang lebih umum berdasarkan bukti spesifik. Penalaran deduktif mencapai
kesimpulan yang lebih spesifik berdasarkan premis yang sudah ada. Berpikir Induktif
artinya bersifat induksi. Sinduksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau
sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses
penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomenafenomena yang
ada.
Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum
melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, proses penalaran itu juga disebut
sebagai corak berpikir ilmiah. Namun, induksi tidak akan banyak manfaatnya jika
tidak diikuti oleh proses berpikir deduksi. Berpikir induktif ialah menarik suatu
kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya. Dasarnya
adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Tingkatan berpikirnya adalah
induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini mendekatkan manusia pada ilmu
pengetahuan. Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara
induktif ini terutama bergantung pada representatif atau tidaknya sampel yang diambil,
yang mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah spel yang diambil, makin
representatif dan makin besar taraf validitas dari kesimpulan itu, demikian juga
sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh
obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang
diselidiki (Purwanto, 1998:47-48).
Contoh logika induktif
a. Manusia butuh makanan
b. Hewan butuh makanan
c. Tanaman butuh makanan

16
Kesimpulan: Semua makhluk hidup butuh makanan.

6. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan
atau fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika dimana cara penarikan
kesimpulan tersebut bersifat khusus dari hal-hal atau kasus-kasus yang bersifat umum.
Penalaran deduktif bersifat a priori yaitu premis-premis tidak memerlukan pengamatan
indrawi atau empiris. Inti penalaran deduktif adalah pada tepat atau tidaknya hubungan
antara premis-premis dan kesimpulan. Penalaran deduktif adalah suatu jenis penalaran
atau metode berpikir yang digunakan untuk mencapai kesimpulan yang pasti atau logis
berdasarkan premis atau asumsi yang telah diakui atau dianggap benar sebelumnya.
Dalam penalaran deduktif, kita mengambil premis atau asumsi umum, kemudian
menggunakan logika atau aturan yang telah ada untuk mencapai kesimpulan yang
bersifat spesifik atau konkret.
Contoh logika deduktif
a. Semua manusia bisa meninggal
b. Aristoteles adalah manusia
c. Kesimpulan: Maka, Aristoteles bisa meninggal.
7. Kata dan Term
a. Pengertian Kata dan Term
Berpikir terjadi dengan menggunakan kata-kata akal budi. Kita menggunakan
kata-kata, kalau kita mau menyatakan apa yang kita pikirkan. Karena itu kata
adalah tanda lahiriah (ucapan suara yang diartikulasikan atau tanda yang
tertulis) untuk menyatakan pengertian dan barangnya. Dengan ini jelaslah
kiranya bahwa obyek logika disini hanyalah bunyi-bunyi atau tanda-tanda yang
berarti (kata-kata yang merupakan tanda atau pernyataan pikiran atau sesuatu
yang dinyatakan dengan pengertian). Akal manusia apabila menangkap sesuatu
terwujud dengan membuat konsep atau ide atau juga pengertian. Dengan
demikian, buah atau hasil dari tangkapan akal disebut dengan istilah “konsep”.
Jadi ide dan konsep dalam logika adalah sama artinya. Konsep atau ide atau
juga pengertian adalah bersifat kerohanian dan dapat diungkapkan ke dalam
bentuk kata atau istilah atau juga beberapa kata. Ungkapan pengertian dalam
bentuk kata atau istilah disebut dengan “term”. Adapun kata, bisa dibedakan
menjadi kata kategorimatis dan kata sinkategorimatis.
Kata kategorimatis adalah kata yang dapat mengungkapkan sepenuhnya suatu
pengertian yang berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain, meliputi nama diri, kata
sifat, istilah yang mengandung ungkapan umum. Kata sinkategorimatis adalah
kata tidak dapat mengungkapkan suatu pengertian yang berdiri sendiri jika
tidak dibantu dengan kata lain, misalnya kata adalah, jika, semua, maka,
sebagian, barang siapa, dan, atau, dan sebagainya (Noor Ms Bakry, 1983).
17
Dalam logika banyak dipakai istilah term. Term yang pasti punya pengertian,
sedangkan kata ada yang punya pengertian ada juga bisa tida punya pengertian
jika tidak di tambah dengan kata lain yang menyertainya. Kata seperti sudah di
katakan adalah pernyataan lahiriah dari pengertian. Namun kata tidak sama
dengan pengertian. Pengertian yang sama sering kali dinyatkan dengan kata-
kata yang berbeda. Sebaliknya kata-kata yang sama sering kali menyatakan
pengertian yang berbeda pula. Kenyataan ini menyebabkan pentingnya dan
betapa pentingnya memperhatikan arti setiap kata itu.
Arti setiap kata dapat dilihat dari dua sudut. Yang pertama ialah arti kata dilihat
sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Arti kata itu dilihat terlepas dari fungsinya
dalam suatu kalimat. Yang kedua adalah arti kata yang dilihat dari sudut
fungsinya dalam kalimat yang kongkrit. Yang akhir ini biasa disebut ‘suposisi’
term.
Partap Sing Mehra dalam bukunya “Pengantar Logika Tradisional”
menjelaskan bahwa term adalah “kata” atau “kesatuan kata-kata” yang dapat
digunakan sebagai subjek atau predikat dalam sebuah proposisi logika. “Kata”
atau “kesatuan kata-kata” yang tak mungkin dipergunakan sebagai subjek atau
predikat, dalam pengertian logika bukanlah merupakan sebuah term. Jadi tidak
semua kata dapat dianggap sebagai term, meskipun setiap term itu terdiri dari
kata. Sedangkan menurut Dr. W. Poespoprodjo, SH, pengertian term adalah
pernyataan ide atau konsep dalam kata atau sejumlah kata. Pembagian term
sama dengan pembagian yang berlaku pada konsep atau ide. Manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk sosial, maka terdorong untuk mengungkapkan
pikirannya. Oleh karena itu, digunakan tanda-tanda sebagai sarana hubungan.
Kata-kata yang tanpa bantuan kata-kata lain dapat digunakan sebagai term
disebut kata-kata kategorimatis, seperti misalnya: orang, putih, makan, dan
lain-lain. Sedangkan kata yang tidak dapat digunakan sebagai term kalau tidak
dibantu oleh kata-kata lain disebut kata-kata sinkategorimatis. Misalnya
proposisi: “Bumi adalah planet yang berputar mengelilingi matahari”, “Bumi”
dipergunakan sebagai kata sinkategorimatis, sedangkan kata-kata lainnya
dalam proposisi ini yang berdiri sebagai predikat digunakan sebagai kata-kata
sinkategorimatis.
b. Fungsi Term
Pada umumnya term mempunyai dua fungsi, yaitu berfungsi denotasi dan
konotasi. Denotasi adalah nama ataua tanda dari suatu benda atau sejumlah
benda yang ditunjukkan oleh term itu. Konotasi adalah kualitas atau
karakteristik dari suatu benda atau sejumlah benda yang ditunjukan oleh term
sehingga term itu tidak dapat lagi dipergunakan untuk benda-benda lain. Antara
denotasi dan konotasi terdapat hubungan timbale balik yang erat, artinya jika
yang satu bertambah maka yang lainnya akan berkurang, dan sebaliknya.
Dalam hal ini terdapat berbagai kemungkinan:
1) Jika denotasi bertambah, konotasi berkurang.
2) Jika denotasi berkurang, konotasi bertambah.

18
3) Jika konotasi bertambah, denotasi berkurang.
4) Jika konotasi berkurang, denotasi bertambah.

c. Jenis-jenis Term
Telah kita ketahui bahwa suatu term adalah “kata” atau “kelompok kata-kata”
yang dapat dipergunakan sebagai subjek atau predikat dalam sebuah proposisi.
Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis term:
1) Term Bersahaja dan Komposit
Dinamakan “term bersahaja” yakni apabila term terdiri dari hanya satu
kata saja, misalnya: manusia, kuda, rumah, dan lain-lain. Sebaliknya
bila term itu terdiri lebih dari satu kata misalnya: kuda putih, rumah
besar, dan sebagainya maka term ini dinamakan “term komposit”.
2) Term Singular, General, dan Kolektif
Term Singular adalah term yang menunjukan satu objek saja. Misalnya:
gunung yang tertinggi di Indonesia, Presiden pertama RI. Sedangkan
term general adalah term yang dapat dipergunakan bagi setiap anggota
klas dengan arti yang sama. Misalnya: manusia, buku, mahasiswa, dan
lain-lain.
Lebih lanjut para ahli logika membagi lagi “term khusus” menjadi dua
sub-klas, yaitu “term tunggal signifikan” dan “term tunggal non-
sinifikan”. Term khusus yang menunjukan objek dengan
mengemukakan kualitas yang tertentu, seperti: gunung yang tertinggi di
Indonesia, Presiden RI yang pertama, dan sebagainya disebut “term
tunggal signifikan”, sedangkan term khusus yang tidak menunjukan
objek dengan mengemukakan kualitas tertentu dinamakan dengan “term
tunggal non-signifikan”, misalnya: gunung yang tertinggi, Presiden RI,
dan sebagainya.
Term kolektif adalah term yang dipergunakan untuk menunjukan
sekelompok benda yang membentuk satu keseluruhan atau satu klas,
misalnya: juri, mahasiswa, angkatan darat, dan lain-lain.
Term kolektif mungkin bersifat khusus dan umum. Term kolektif
khusus adalah term kolektif yang hanya dapat dipergunakan untuk
sekelompok benda-benda, misalnya: orang-orang Indonesia, mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan lain-lain; jika term kolektif itu
dapat dipergunakan untuk tiap-tiap kelompok, misalnya: mahasiswa,
pelajar, dan lain-lain, disebut term kolektif umum.
3) Term Positif, Negatif, dan Privatif
Suatu term dikatakan positif bila term itu menyatakan benda atau
atribut yang ada. Dikatakan negatif bila term itu menyatakan benda
yang tidak ada, dan dikatakan privatif bila benda atau atribut benda itu
tidak ada pada waktu sekarang, tetapi mungkin dimilikinya pada waktu
yang lain. Term privatif menyatakan bahwa suatu objek atau suatu

19
benda biasanya memiliki kualitas, tetapi kualitas itu pada saat ini tidak
ada, misalnya: buta, lumpuh, bisu, dan sebagainya. Seseorang disebut
buta karena oleh suatu sebab pada suatu waktu ia tidak dapat melihat
walaupun ia memiliki mata.
4) Term Konkrit dan Abstrak
Term konkrit adalah nama benda, sedangkan term abstrak adalah nama
kualitas atau kumpulan kualitas yang dapat dibicarakan terlepas dari
hubungannya dengan suatu benda. Suatu term dikatakan konkrit kalau
menunjukan suatu benda, artinya bila menunjukan seseorang, suatu
objek, suatu kenyataan, atau apa saja yang mempunyai kualitas dan
eksistensi tertentu. Misalnya meja, meja adalah suatu benda yang
memiliki beberapa kualitas, misalnya: bentuknya, beratnya, rupanya,
dan sebagainya pada suatu tertentu, pada tempat tertentu dan
mempunyai hubungan dengan objek lain. Sebaliknya suatu term adalah
abstrak, bila menyatakan kualitas atau kualitas terlepas dari eksistensi
tertentu pada suatu waktu dan suatu tempat atau dalam hubungan
dengan benda-benda lain, misalnya: persegi, putih, merah, dan
sebagainya.
5) Term Relatif dan Absolut
Term relatif adalah term yang tidak pernah dapat dipahami dengan
sendirinya dan selalu harus ada hubungannya dengan benda atau
kualitas yang lain. Dengan kata lain, term relatif adalah term yang
selalu menunjuk benda yang lain dan artinya hanya dapat dipahami dari
hubungannya dengan benda yang lain itu. “Abang” adalah term relatif,
karena term ini tidak akan berarti kalau tidak ada dua orang bersaudara
yang dilahirkan oleh orang tua yang sama. Demikian pula halnya sama
dengan suami, istri, anak, orang tua, dan lain-lain.
Term Absolut adalah nama suatu benda atau atribut yang dapat
dipahami dengan sendirinya dan tidak perlu dihubungkan dengan benda
atau atribut lain. Misalnya: pohon, manusia, kuda, dan lain-lain.
6) Term Sinonim dan Equivok
Term sinonim : Term yang mengacu pada berbagai benda dengan satu
sebutan . Contoh : “bunga” menandai mawar, kamboja, anggrek Term
equivok adalah term yang mempunyai makna lebih dari satu dan
umumnya mempunyai dua makna, seperti : bunga, bulan, buku dan lain
sebaginya. Bunga bisa berarti adalah gadis manis nan cantik, bisa juga
berarti bunga mawar yang merah nan harum dan bisa pula berarti bunga
bank. Bulan bisa bararti bulan yang ada dilangit (planet), bisa juga
berarti bulan untuk perhitungan kalender. Begitu juga buku, buku bisa
bararti panjang batang tanaman diantara dua ruas, dan bisa pula berarti
kertas yang diikat sebagian sisinya yang kemudian dijilid.

20
8. Generalisasi
a. Pengertian Generalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), generalisasi
merupakan perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu
kejadian, hal, dan sebagainya. Selain itu, KBBI juga mendefinisikan
generalisasi sebagai perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana daripada
yang sebenarnya (panjang lebar dan sebagainya). Mengutip buku Think Smart
Bahasa Indonesia karya Ismail Kusmayadi, generalisasi atau biasanya disebut
juga meluas memiliki merupakan sebuah bentuk pergeseran makna di mana
makna kata pada saat ini mengalami perluasan atau lebih luas dibandingkan
makna kata pada awalnya. Generalisasi merupakan bagian dari ilmu Dasar-
dasar Logika.Dilihat dari namanya saja general itu artinya umum,dan bisa kita
ambil kesimpulan atau pengertian dasar yaitu mengumumkan atau meng-
umum-kan sesuatau pernyataan yang sifatnya khusus. Dalam buku Dasar-dasar
Logika yang menyatakan bahwa generalisasi adalah suatu penalaran yang
menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dari premis-premis yang
berupa proposisi empiris. Prinsip yang menjadi penalaran generalisasi dapat
dirumuskan ”sesuatu yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat
diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”.
Surajiyo dkk, 2005 : 240 ]: menyatakan bahwa generalisasi adalah
suatu penalaran yang menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dari
premis-premis yang berupa proposisi empiris. Prinsip yang menjadi penalaran
generalisasi dapat dirumuskan ”sesuatu yang beberapa kali terjadi dalam
kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang
sama terpenuhi”. [Soekadijo,1991 : 134]: Kesimpulan itu hanya suatu harapan,
suatu kepercayaan, karena konklusi penalaran induktif tidak mengandung nilai
kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya suatu probabilitas suatu peluang. Dan
hasil penalaran generalisasi induktif itu sendiri juga disebut
generalisasi(proposisi universal).
b. Macam Macam Generalisasi
Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi
dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Generalisasi Sempurna
Generalisasi adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang
menjadi dasar penyimpulan yang diselidiki.
Contoh :

21
a) Setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun
Masehi kemudian disimpulkan bahwa : Semua bulan Masehi
mempunyai hari tidak lebih dari 31. dalam penyimpulan ini,
keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita
selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
b) Setelah bertanya pada masing-masing mahasiswa kosma H2
tentang kewarganegaraan mereka, kemudian disimpulkan bahwa
: Semua mahasiswa kosma H2 adalah warga negara Indonesia.
Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu
kewarganegaraan masing-masing mahasiswa, kita selidiki tanpa
ada yang ketinggalan. Generalisasi sempurna ini memberikan
kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja
tidak praktis dan tidak ekonomis.
2) Generalisasi Tidak Sempuran
Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi berdasarkan sebagian
fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena
sejenis yang belum diselidi
Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka
adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong,
maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna. Generalisasi
tidak sempurna ini tidak menghasilkan kesimpulan sampai ke tingkat
pasti sebagaimana generalisasi sempurna, tetapi corak generalisasi ini
jauh lebih praktis dan lebih ekonomis dibandingkan dengan generalisasi
sempurna. Jika kita berbicara tentang generalisasi, yang dimaksud
adalah generalisasi tidak sempurna. Karena populernya generalisasi ini
oleh para ahli logika disebut sebagai induksi tidak sempurna untuk
menyebut bahwa tehnik ini paling banyak digunakan dalam penyusunan
pengetahuan.
c. Generalisasi Ilmiah
Pada dasarnya, generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan generalisasi
biasa, baik dalam bentuk maupun permasalahannya. Perbedaan utama terletak
pada metodenya, kualitas data serta ketepatan dalam perumusannya.
Generalisasi dikatakan sebagai penyimpulan karena apa yang ditemui dalam
observasi sebagai sesuatu yang benar, maka akan benar pula sesuatu yang tidak
diobservasi, pada masalah sejenis atau apa yang terjadi pada sejumlah
kesempatan akan terjadi pula pada kesempatan yang lain bila kondisinya yang
sama terjadi. Pada generalisasi ilmiah, ada 6 tanda-tanda penting yang harus
kita perhatikan adalah :
1) Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat, dilaksanakan oleh
tenaga terdidik serta mengenal baik permasalahannya. Pencatatan hasil
observasi dilakukan dengan tepat, menyeluruh dan teliti; pengamatan

22
dan hasilnya dibuka kemungkinan adanya cek oleh peneliti terdidik
lainnya
2) Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur dan mendapatkan
ketepatan serta menghindari kekeliruan sejauh mungkin
3) Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta
4) Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan
dengan term yang padat dan metematik
5) Observasi atas fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan dengan
memperhatikan kondisi yang bervariasi misalnya waktu, tempat dan
keadaan khusus lainnya
6) Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian kembali, kritik,
dan pengetesan atas generalisasi yang dibuat.
9. Prasangka
Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negative yang mengarahkan
kelompok pada indibvidualis berdasarkan kepada keterbatasan atau kesalahan
informasi tentang kelompok, maka dari itu perluh sekali punya kesiapan diri,
prasangka juga salah satu bersifat emosional yang akan menjadi motivator munculnya
media sosial, Antipati berdasarkan Generalisasi yang keliru dan tidak fleksibel,
kemudia diarahkan kepada suatu kelompok atau pun lambaga organisasi secara
keseluruhan atau kepada seorang anggota karena ia adalah salah seorang anggota
kelompok. Sehingga dapat muncul beberapa bagian konflik langsung antar kelompok
orang berprasangka karena adanya kompetisi atas sumber-sumber berharga yang
terbatasTeori belajar sosial Prasangka berkembang karena individu mempelajarinya
Kategori Sosial Menekankan adanya kenyataan mendasar yang membuat seseorang
berprasangka Stereotip Individu yang memiliki stereotip tentang kelompok sosial
tertentu akan melihat bahwa semua anggota kelompok tersebut memiliki traits tertentu.
a. Pengertian Prejudice dari Beberapa Ahli
Setelah mengetahui pengertian dari prejudice secara umum. Berikutnya adalah
pengertian prejudice dari beberapa ahli. Di bawah ini adalah pengertian
prejudice dari beberapa pendapat ahli.
1) Baron dan Byrne
Baron dan Byrne menjelaskan jika prejudice atau prasangka merupakan
sikap yang lebih mengarah ke sisi negatif terhadap individu dalam satu
kelompok yang hanya didasari keanggotaan mereka dalam kelompok
tersebut.
2) Gerungan
Gerungan menjelaskan jika prejudice atau prasangka adalah perasaan
orang terhadap suatu golongan manusia tertentu, seperti golongan ras
ataupun kebudayaan yang lain atau berbeda dengan golongan orang
yang memberikan prasangka tersebut.
3) Liliweri
Liliweri menjelaskan jika prejudice adalah suatu sikap positif ataupun
negatif yang didasarkan keyakinan stereotip kita terhadap anggota dari

23
kelompok tertentu. Prasangka tersebut meliputi keyakinan yang bisa
menggambarkan jenis perbedaan kepada orang lain sesuai nilai yang
diberikan kepadanya.
4) Wade dan Tavris
Wade dan Tavris memiliki pendapat jika prejudice adalah ketidak
sukaan yang begitu kuat dan tidak memiliki dasar atau suatu kebencian
terhadap kelompok tertentu yang didasarkan oleh stereotip negatif.
5) Sarwono
Sarwono menjelaskan jika prejudice adalah suatu sikap, emosi ataupun
perilaku negatif terhadap seseorang maupun sekelompok orang karena
keanggotaanya dalam kelompok tertentu. Hal tersebut bisa terjadi
karena adanya suatu penilaian tanpa pernah melihat karakteristik unik
yang ada dalam diri individu atau kelompok lain yang mendapatkan
nilai tersebut.
6) Worchel, dkk.
Worchel dkk menjelaskan tentang prejudice atau prasangka adalah
suatu yang dibatasi sebagai sifat negatif yang tidak dapat dibenarkan
dalam suatu kelompok dan individu anggotanya. Prejudice juga suatu
perilaku negatif dari suatu kelompok kepada individu dengan dasar
keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok tersebut.
Prasangka juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang memiliki sifat
emosional yang nantinya akan sangat mudah menimbulkan ledakan
sosial.
7) Mar’at
Mar’at menjelaskan jika prasangka atau prejudice adalah dugaan yang
memiliki nilai positif maupun negatif. Namun prasangka lebih banyak
memiliki nilai yang bersifat negatif.
8) Brehm dan Kassin
Brehm dan Kassin menjelasakan jika prasangkan atau prejudice adalah
suatu perasaan negatif kepada orang lain dengan dasar orang tersebut
menjadi anggota kelompok tertentu.
9) David O. Sears, dkk.
David 0. Sear dkk menjelaskan jika prejudice adalah suatu penilaian
terhadap kelompok atau individu yang utamanya didasarkan pada
keanggotaan kelompok tertentu. Artinya prasangka sosial ditujukan
terhadap orang atau kelompok yang berada dengan kelompoknya
tersebut. Prasangka sosial memiliki suatu kualitas suka dan tidak suka
pada suatu objek yang diprasangkakan. Dan kondisi ini bisa
mempengaruhi suatu tindakan maupun perilaku seseorang yang
memberikan prasangka atau prejudice.
10) Kartono
Kartono menjelaskan jika prasangka adalah suatu penilaian yang
terbilang sangat tergesa-gesa dengan dasar pada generalisasi yang

24
begitu cepat pula. Prasangka juga memiliki sifat berat sebelah yang
dibarengi dengan tindakan yang bisa menyederhanakan suatu realitas
yang ada.
b. Aspek Prasangka
Adanya prasangka juga dipengaruhi oleh beberapa aspek. Menurut Gross ada
prasangka terdiri dari lima aspek. Lima aspek tersebut adalah sebagai berikut
ini penjelasanya.
1) Antilocution
Aspek yang pertama adalah antilocution yaitu suatu pembicaraan yang
mengarah ke permusuhan. Selai itu aspek ini di dalamnya juga terdapat
sikap merendahkan secara verbal, memiliki lelucon rasial atau lelucon
perbedaan budaya dan ras kepada seseorang ataupun sekelompok orang
tertentu.
2) Avoidance
Berikutnya ada aspek avoidance yang berarti suatu usaha untuk
menjaga jarak terhadap suatu kelompok maupun individu yang ada di
dalam kelompok tersebut. Akan tetapi penghindaran yang dilakukan ini
tidak akan menimbulkan efek kerugian secara aktif.
3) Discrimation
Discrimination adalah suatu usaha untuk pengusiran dari suatu tempat,
mengambil hak sipil serta pekerjaan yang mereka miliki.
4) Physical Attack
Ada juga aspek physical attack yang artinya adalah suatu tindakan
kekerasan terhadap orang maupun properti lain yang mana orang atau
properti tersebut dianggap selalu berhubungan dengan prasangka itu
5) Extermination
Terakhir ada extermination yang memiliki arti suatu kekerasan yang
dilakukan tanpa pandang bulu pada seluruh kelompok yang prasangka
termasuk genosida.
c. Jenis- jenis Prasangka
Menurut Hogg dan Vaughan ada beberapa jenis prasangka yang dilihat
berdasarkan targetnya. Beberapa jenis prasangka tersebut adalah sebagai
berikut ini.
1) Sexism
enis yang pertama adalah sexism, dimana suatu prasangka dan juga
tindakan diskriminasi akan dilakukan kepada individu ataupun
kelompok lain yang didasarkan oleh perbedaan jenis kelamin mereka.
Banyak korban dari jenis ini adalah wanita. Selain itu sexism bisa
terjadi pada wanita juga karena adanya perbedaan posisi atau jabatan
antara pria dan wanita dalam dunia bisnis, pemerintahan atau pekerjaan.
Sexism yang terjadi wanita berawal dari stereotip masyarakat terhadap
peran wanita.

25
Zaman dahulu tugas wanita hanya menjaga rumah, merawat anak dan
suami. Lalu untuk pekerjaan pria adalah keluar rumah seharian untuk
mencari nafkah bagi keluarga mereka. Pekerjaan-pekerjaan tertentu
diasosiasikan dengan pekerjaan wanita biasanya memang kurang
dihargai. Stereotip tersebut masih terus berlanjut hingga saat ini. Hal ini
menjadikan seorang wanita mendapatkan suatu pekerjaan dengan status
tinggi seperti menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi.
2) Racism
Racism adalah perasaan dan juga diskriminasi yang dilakukan terhadap
orang atau kelompok lain berdasarkan ras dan juga etnis mereka.
Genocide yang pernah terjadi di negara Jerman, Yugoslavia, irak dan
Rwanda adalah salah satu akibat yang terjadi karena adanya
diskriminasi. Rasisme bisa terjadi ketika ada stereotip terhadap individu
atau kelompok lain yang berbeda ras ataupun etnis. Saat ini racism
dianggap sebagai tindakan tidak bermoral di masyarakat. Meski begitu
racism tidak akan bisa hilang begitu saja. Sebab setiap orang dalam
setiap generasi akan memiliki rasa rasis dalam hatinya. Akan tetapi
mungkin cara mengekspresikannya saja yang berbeda.
3) Ageism
Ageism adalah suatu prasangka dan diskriminasi yang dilakukan
terhadap orang lain dengan dasar usia. Pada kebudayaan tertentu yang
menganut sistem extended family, orang dengan usia lebih tua kerap
dianggap sebagai orang yang bijaksana karena pengalaman yang
dimilikinya lebih banyak. Sedangkan pada nuclear family tidak
memiliki pandangan demikian. Pada nuclear family, orang dengan usia
lebih mudah dinilai lebih baik. Sedangkan bagi mereka yang berusia tua
akan diberi suatu stereotype yang kurang menarik. Orang usia tua
biasanya akan dianggap tidak berharga, lemah serta mereka juga tidak
akan mendapatkan hak miliknya.
4) Prasangka Terhadap Homoseksual
Kebanyakan masayrakat mengaggap homoseksual adalah suatu yang
menyimpang dan tidak bermoral sehingga menyebabkan penyiksaan
terhadap homoseksual yang dianggap legal dan dapat diterima. Pada
tahun 1980-an, pemerintah Australia mengesahkan udang-undang untuk
tidak melayani orang yang sesat dan menyimpang, salah satunya adalah
homoseksual.
5) Prasangka Terhadap Penderita Cacat Fisik
Zaman dahulu, mereka yang memiliki kondisi cacat fisik dianggap
sebagai orang rendah. Akan tetapi saat ini orang sudah bisa mulai
menghargai penderita cacat fisik. Hal ini bisa ditunjukkan adanya
ketersediaan tempat jalan khusus bagi mereka yang mengalami kondisi
cacat fisik. Selain itu penderita cacat fisik juga diperbolehkan untuk
mengikuti suatu ajang perlombaan olimpiade. Pada dasarnya orang-

26
orang tidak memberikan diskriminasi terhadap penderita cacat fisik.
Hanya saja mungkin orang-orang merasa tidak nyaman dengan
kehadiran penderita cacat fisik karena takut tidak bisa berinteraksi
dengan mereka.

10.Pengertian Stereotip
a. Pengertian Stereotip
Stereotip, istilah ini cukup familiar di telinga banyak orang. Namun hanya
sedikit yang tahu arti dari kata ini. Kalau kamu adalah salah satunya, stereotip
adalah penilaian kaku seseorang kepada orang lain yang dibuat berdasarkan
prasangka sendiri. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau
KBBI, stereotip adalah konsepsi mengenai sifat, watak, dan perilaku sebuah
golongan atau kelompok hanya berdasarkan prasangka yang tidak benar.
Gawatnya lama-kelamaan, stereotip yang tadinya hanya untuk seseorang,
kemudian berlaku kepada semua orang yang berasal dari wilayah atau memiliki
penampilan yang sama. Stereotip sebenarnya ada yang positif, namun
sayangnya kebanyakan memberikan kesan negatif. Misalnya stereotip bahwa
semua orang Batak itu berwatak keras, atau stereotip bahwa orang berbadan
gemuk itu malas dan rakus. Stereotip adalah suatu perilaku menggeneralisasi
secara berlebihan terhadap seseorang yang berdasarkan dari sifat-sifat yang ada
pada suatu kelompoknya. Dalam hal ini, kelompok yang dimaksud, seperti
suku, agama, dan ras.
b. Faktor Penyebab Munculnya Stereotip
1) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal seorang anak.
Keluarga juga menjadi tempat seorang anak untuk tumbuh besar dan
jadi dewasa. Disisi lain, orang-orang dalam sebuah keluarga juga tanpa
sadar menjadi guru pertama bagi seorang anak. Karena anak-anak
adalah seorang peniru yang handal, maka dia akan meniru segala hal
yang dia pelajari dari keluarganya. Tanpa sadar, seorang anak juga akan
memegang teguh apa yang diberitahu oleh orangtuanya padanya.
Misalnya ketika seorang ibu mengatakan bahwa anak perempuan harus
bisa memasak dan laki-laki tidak, maka kedua anaknya akan
menjadikan kalimat itu sebagai stereotip hingga dewasa yang kemudian
diwariskan kepada anak-anaknya kelak.
2) Teman Sepermainan

27
Pernah dengar pepatah “Bergaul dengan tukang minyak tanah akan
membuat kamu bau mintak tanah, tapi bergaul dengan tukang minyak
wangi akan membuat kamu wangi“? Jawabannya pasti pernah, kan?
Selain keluarga, teman-teman kita juga memiliki andil dalam
membentuk diri kita hari ini. Jika seorang anak berteman dengan orang-
orang baik, besar kemungkinan anak itu akan tumbuh menjadi orang
yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang baik bisa
jadi begitu buruk perangainya jika dia berteman dengan anak-anak yang
perilaku dan sifatnya buruk. Apalagi dengan hubungan pertemanan
yang erat, kita cenderung mempercayai perkataan teman kita begitu
saja. Memang sih, teman yang baik tidak akan menjerumuskan kamu ke
hal-hal buruk. Namun kadang kita juga lupa bahwa teman kita juga
manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan.
3) Sekolah
Sekolah menjadi tempat kedua di mana seorang anak menghabiskan
waktunya dalam sehari. Di sekolah, kita bukan hanya bertemu dengan
teman-teman sepantaran namun juga guru-guru. Guru-guru ini juga
akan membentuk pribadi kita. Apa yang mereka ajarkan akan selalu
diingat. Termasuk soal stereotip ini juga. Di sekolah misalnya, guru-
guru mengatakan bahwa anak-anak yang duduk di depan akan lebih
pintar ketimbang anak yang duduk di belakang. Stereotip lainnya
adalah, bahwa anak yang nilainya pas-pasan bahkan jelek tidak akan
sukses jika dewasa.
Nilai memang membantu kamu lulus. Nilai juga menjadi pertimbangan
perusahaan untuk memanggil seorang pelamar kerja melakukan
interview. Namun nilai juga bukan segalanya! Lebih dari itu, sukses
atau tidaknya seseorang di masa depan tidak selalu dipatok dari nilai
yang Ia dapat dari sekolah. Kerja keras, kerja keras, kerja keras, itu
kuncinya!
4) Media
Faktor lain yang memicu munculnya stereotip adalah media. Tidak
dipungkiri apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita
baca, dapat memengaruhi pikiran kita. Media jugalah yang juga
membentuk pendapat kita terhadap seseorang atau sebuah peristiwa.
Karena stereotip yang sudah berakar kuat, muncullah istilah
Islamphobia atau ketakutan berlebihan pada agama dan pemeluk agama
Islam. Bukan hanya memperlakukan umat Muslim dengan kasar, bukan
sekali dua kali kita mendengar berita pembantaian umat Muslim di
negara-negara Barat. Memang ada satu dua orang yang jahat, namun
kejahatan seseorang tidak dilakukan karena agamanya. Bagaimanapun
agama mengajarkan kebaikan, tapi itu semua toh kembali kepada
pemeluk agama tersebut. Mau mendengarkan dan menjadi orang yang
baik, atau tidak.

28
c. Jenis-jenis Stereotip yang Perlu Diketahui
Selain faktor penyebab, stereotip juga dibagi menjadi beberapa macam. Berikut
penjelasan lengkapnya!
1) Stereotip Gender
Stereotip gender menjadi stereotip yang paling umum terjadi, bukan
hanya di Indonesia tetapi juga di banyak negara dunia. Stereotip gender
sendiri adalah kepercayaan akan perbedaan ciri antara oleh laki-laki dan
perempuan. Dalam banyak kasus, perempuan lah yang paling banyak
menjadi korban stereotip ini, terutama dalam dunia kerja. Di banyak
negara, perempuan seringkali dianggap sebagai sosok yang emosional
dan lemah ketimbang laki-laki. Bahkan banyak yang beranggapan
bahwa laki-laki lebih unggul atau pintar dalam bekerja ketimbang
perempuan. Alhasil, tidak peduli sekeras atau setinggi apapun prestasi
perempuan, dia tidak akan mendapatkan posisi atau bahkan gaji yang
setara atau lebih dari laki-laki.
2) Stereotip Suku
Kalau stereotip gender mengelompokkan orang berdasarkan gender
laki-laki dan perempuan, maka stereotip suku berhubungan dengan
suku atau etnik tertentu. Di Indonesia sendiri, stereotip suku adalah
yang paling sering kita dengar. Dengan banyaknya suku yang ada di
Indonesia, hal ini sebenarnya cukup masuk akal. Contoh dari stereotip
suku adalah bahwa orang Batak itu kasar, orang Jawa itu keras kepala,
dan orang Sunda itu lemah lembut. Mungkin ada banyak Jawa yang
keras kepala, atau Sunda yang lemah lembut.
3) Stereotip Pekerjaan
Stereotip terakhir adalah stereotip pekerjaan, dimana seseorang dilabeli
dengan sebuah karakter atau sifat berdasarkan pekerjaan yang mereka
lakoni. Para artis sering disebut sombong dan para pengusaha dikaitkan
dengan kehidupan mewah.
11.Analogi
a. Pengertian Analogi
cara yang digunakan oleh seseorang untuk menjelaskan dialog, kalimat dan
istilah yang sulit dimengerti. Kemudian dia akan mengambil sebuah istilah lain
untuk menjelaskan maksud dari kalimat tersebut agar mudah dipahami.
Analogi pada KBBI (Kias) proses penalaran dari satu fenomena ke fenomena
yang lain yang sama kemudian kesimpulanya fenomena yang pertama akan
terjadi pada fenomena yang lain jika kita mau memformulasikan pada suatu
batasan. pengetahuan dibangun oleh kenyataan atau fakta-fakta yang dimana
sebagaiman gedung sekolah dibangun oleh batu, dimana tidak semua tumpukan
batu adalah gedung sekolah.
Ngalim Purwanto dalam Psikologi Pendidikan, menjelaskan bahwa analogi
adalah cara berpikir dengan menyamakan atau membandingkan fenomena-
fenomena yang biasa/pernah dialami. Metode berpikir ini artinya seseorang

29
beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang pernah
dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang. Analogi juga
bisa diartikan sebagai penggunaan contoh yang mirip dengan topik
pembicaraan. Hal ini pun sejalan dengan pendapat Ferdinand de Saussure.
Mengutip buku Pengantar Logika Teologi: Telaah Praktis Logika dalam
Teologi, bapak linguistik modern itu menyatakan bahwa analogi adalah bentuk
peniruan dari satu bentuk ke bentuk lain. Namun dengan syarat bentuk
tiruannya harus sama dan sesuai dengan bentuk tiruannya. Sementara itu,
pendapat lain datang dari Ibrahim Anis. Tokoh linguistik Arab tersebut
mengemukakan bahwa analogi adalah mengubah bentuk suatu hal dari yang
tidak diketahui menjadi sesuatu hal yang tidak dapat diketahui. Masih
mengutip dari buku yang sama, tujuan penggunaan analogi adalah sebagai
berikut:
1) Membuat klarifikasi dari suatu peristiwa
2) Membuat persamaan dari dua hal berbeda
3) Memudahkan dalam mendefinisikan atau memberi pengertian.
Menandaskan sebuah pesan
4) Menyederhanakan kerumitan.
b. Jenis-jenis Analogi
Analogi adalah pendekatan atau cara yang memberikan pandangan dengan
menyampaikan pesan supaya suatu konsep menjadi lebih mudah serta lebih
sederhana untuk diterima akal. Dikutip dari materi Prosiding SNMPM II, Prodi
Pendidikan Matematika, Unswagati Cirebon, 10 Maret 2018, analogi adalah
membahasakan dua hal yang berlainan namun memiliki kesamaan yang dapat
diperbandingkan dengan tujuan untuk mengenali suatu permasalahan.
Kemudian dianalisis hubungannya sehingga dapat memberi suatu kesimpulan.
Menurut buku Terampil Berargumentasi SMU 3, analogi adalah proses
penyimpulan secara induktif dengan dua realitas, peristiwa, atau dua hal
sehingga mampu menyimpulkan sesuatu yang baru dengan melihat persamaan
serta perbedaannya. Jika dilihat dari proses terbentuknya, analogi bisa
dibedakan menjadi dua kategori. Berikut penjelasannya:
1) Analogi Induktif
Jenis analogi ini adalah analogi yang berangkat dari dua hal atau
peristiwa yang memiliki persamaan sifat, kemiripan, atau identik.
Artinya, analogi ini bisa menyimpulkan suatu hal untuk diterapkan pada
hal lainnya.
2) Analogi Deklaratif
Dimaksud deklaratif karena analogi adalah sesuatu yang berdasarkan
pada suatu hal, peristiwa, realitas, atau sesuatu yang belum dikenal
dengan memperkenalkan hal yang sudah dikenal. Metodenya dengan
menunjukan keduanya sehingga mendapat sebuah kesimpulan.
c. Contoh Kalimat dan Paragraf Analogi

30
Masih menukil dari situs yang sama berikut contoh kalimat dan paragraf
analogi:
1) William Shakespeare, Romeo dan Juliet (1597):
“Apalah arti sebuah nama? Apa yang kita sebut mawar, dengan kata
lain akan berbau manis. Jadi Romeo akan melakukannya, jika dia bukan
Romeo yang dipanggil.” Dari penggalan kalimat di atas, Shakespeare
menggunakan kata-kata Juliet untuk membandingkan Romeo dengan
mawar. Implikasinya adalah bahwa di matanya, nama belakang Romeo
tidak mengubah siapa dia, atau siapa dia. Hal ini artinya Shakespeare
ingin menjelaskan bahwa analoginya adalah Juliet akan merasakan hal
yang sama seperti dia memanggil mawar dengan nama lain, karena
tidak mengubah karakteristik intrinsiknya.
2) George Orwell, “A Hanging” (1931):
“Mereka berkerumun sangat dekat di sekelilingnya, dengan tangan
mereka selalu di atasnya dalam genggaman yang hati-hati dan
membelai, seolah-olah sambil merasakannya untuk memastikan dia ada
di sana. Itu seperti orang yang memegang ikan yang masih hidup dan
mungkin melompat kembali ke air.”
12.Sebab Akibat
a. Pengeetian sebab Akibat
Sebab akibat adalah hubungan antar peristiwa atau perbuatan dimana peristiwa
yang satu, sebab, menimbulkan peristiwa yang lain, akibat. Idenya adalah
bahwa setiap tindakan atau peristiwa mempunyai konsekuensi atau akibat, dan
bahwa hasil tersebut tidak terjadi secara acak, namun ditentukan oleh faktor-
faktor yang menyebabkan hal tersebut.
1) Menyebabkan
Penyebab mengacu pada peristiwa, tindakan, atau kondisi yang secara
langsung mengakibatkan peristiwa atau tindakan lain, yang dikenal
sebagai akibat. Penyebab dapat berupa tindakan tunggal atau
serangkaian peristiwa yang mengarah pada hasil tertentu. Ini adalah
alasan di balik efeknya, dan tanpanya, efeknya tidak akan terjadi.
Memahami penyebab suatu peristiwa dapat membantu kita lebih
memahami faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa
tersebut, dan dapat membantu kita memprediksi serta mencegah
peristiwa serupa di masa depan.
2) Memengaruhi
Akibat mengacu pada peristiwa, tindakan, atau kondisi yang secara
langsung atau tidak langsung disebabkan oleh peristiwa atau tindakan
lain, yang disebut sebab. Ini adalah akibat atau akibat dari suatu sebab,
dan hal itu tidak akan terjadi tanpa adanya sebab. Dampaknya bisa
positif, negatif, atau netral, bergantung pada keadaan dan penyebab
spesifik yang menyebabkannya. Memahami akibat dari suatu sebab
dapat membantu kita lebih memahami dampak dan signifikansi dari
31
suatu sebab, dan dapat membantu kita mengevaluasi akibat dari
berbagai tindakan atau peristiwa. Memahami sebab dan akibat secara
bersama-sama dapat membantu kita lebih memahami hubungan antara
peristiwa dan fenomena. Ini dapat diterapkan pada berbagai bidang,
termasuk sains, psikologi, ilmu sosial, dan banyak lagi.
b. Ciri-Ciri Paragraf Sebab Akibat
Adapun karakteristik atau ciri-ciri paragraf sebab akibat, diantaranya yaitu
1) Paragraf mengikuti pola induksi. Pada awal kalimat merupakan kalimat
penjelas yang merupakan sebab dan akhir kalimat merupakan kalimat
utama yang merupakan akibat.
2) Paragraf menggunakan banyak contoh masalah atau peristiwa khusus
dalam pemaparannya yang bermuatan sebab di awal paragraf dan akibat
di akhir paragraf.
3) Paragraf memiliki gagasan utama yang terletak pada akhir kalimat.
4) Antara kalimat yang menjadi sebab dan akibat saling berkaitan.
c. Jenis-Jenis dan Contoh Paragraf Sebab Akibat
Berikut beberapa jenis contoh paragraf sebab akibat, diantaranya yaitu:
1) Sebab akibat
Paragraf ini diawali dengan kalimat-kaliamat khusus yang merupakan
sebab kemudian pada bagian akhir paragraf disimpulkan ke dalam
kalimat umum yang merupakan akibat. Contohnya: Linda suka
membantu sesama tanpa pamrih. Dia juga selalu baik terhadap semua
orang. Sikapnya yang sopan membuat dia mudah diterima di
lingkungan mana saja. Tidak hanya itu, dia juga memiliki tutur kata
yang lembut. Dia tidak pernah berbicara menyakiti perasaan orang lain.
Meskipun dia selalu jujur dia memiliki cara-cara yang tepat untuk
menasehati teman-temannya tanpa menyingung perasaan. Ditambah
lagi dia juga merupakan orang yang pintar di kelasnya. Meskipun
begitu dia tidak pernah pelit ilmu. Lindaselalu mengajarkan teman-
temannya yang bertanya kepadannya. Oleh karena itu, wajar saja Linda
menjadi teman kesayangan dan murid favorit guru-guru di sekolah.
2) Akibat sebab
Paragraf ini diawali dengan menyajikan kalimat-kalimat khusus yang
berupa akibat-akibat dari sesuatu dan disimpulkan menjadi kalimat
umum yang menjadi sebab masalah-masalah tersebut muncul.
Contohnya: Hasil panen petani di Desa Sukamaju tahun ini tidak
memuaskan. Ribuan hektar sawah hanya bisa di panen setengahnya.
Banyak tanaman padi yang mati sebelum dipanen karena serangan
hama seperti tikus, walang sangit dan lain-lain. Keadaan ini membuat
petani cukup kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Mereka harus memutar otak untuk menemukan jalan keluar dari
permasalahan ini. Tidak hanya berimbas pada petani, gagal panen tahun
ini juga berimbas pada kelangkaan beras di pasar sehingga membuat

32
hargannya menjadi naik hampir 2 kali lipat dari harga awalnya.
Pemasalahan lain yang muncul adalah keringnya sumber-sumber mata
air sehingga membuat setiap orang kerepotan untuk mendapatkan air
yang bersih. Di tambah lagi dengn cuaca yang sangat panas hingga
menusuk tulang. Semua permasalahan-permasalahan di atas timbul
karena disebabkan oleh kemarau yang terjadi tahun ini cukup panjang.

13.Silogisme
Silogisme adalah bagian yang paling akhir dari pembahasan logika formal
dandianggap sebagai yang paling penting dalam ilmu logika. Dilihat dari
bentuknyasilogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif
yaknimengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum. Hanya saja dalam
teorisilogisme kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari dua keputusan saja sedangsalah
satu keputusannya harus universal dan dalam dua keputusan tersebut harusada unsur-
unsur yang sama-sama dipunyai oleh kedua keputusannya. Jadi yang dinamakan
silogisme disini adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan
(yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal) suatu
keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang
mendahuluinya. Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di
susun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan
Contoh :
a. Semua makhluk mempunyai mata, (Premis Mayor)
b. Si kacong adalah seorang makhluk (Premis Minor)
c. Jadi, Si kacong mempunyai mata. (Kesimpulan)
Silogisme Menurut Para Ahli
1) Menurut Asal Katanya
Silogisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti konklusi.
2) Menurut Sutrisno Hadi
Silogisme itu terdiri atas empat yakni silogisme kategorik, silogisme hipotetik,
silogisme alternatif, dan silogisme disjungtif.
14.Silogisme Kategoris
Silogisme Kategoris adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi
kategorik.
Contoh:
a. Premis Mayor : Semua manusia tidak lepas dari kesalahan
b. Premis Minor : Semua cendikiawan adalah manusia
c. Konklusi : Semua cendikiawan tidak lepas dari kesalahan

d. Premis Mayor : Semua tanaman membutuhkan air


e. Premis Minor : Padi adalah tanaman
f. Konklusi : Padi membutuhkan air
15.Silogisme Hipotesis

33
Silogisme Hipotetis adalah argumen yang premis berupa proposisi mayornya hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan atau
mengingkari term antecedent atau term konsekuen premis mayornya.
Sebenarnya silogisme hipotetis tidak mempunyai premis mayor maupun minor karena
premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi, sedangkan premis minor
mengandung term subyek pada konklusi.
Macam tipe silogisme hipotetik:
a. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent
Contoh:
Premis Mayor : Jika hujan , saya naik becak
Premis Minor : Sekarang Hujan .
Konklusi : Jadi saya naik becak.
b. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya
Contoh:
Premis Mayor : Bila hujan , bumi akan basah
Premis Minor : Sekarang bumi telah basah .
Konklusi : Jadi hujan telah turun
c. Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari antecendent
Contoh:
Premis Mayor : Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul .
Premis Minor : Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa ,
Konklusi : Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
d. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekwensinya
Contoh:
Premis Mayor : Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak penguasa akan gelisah
Premis Minor : Pihak penguasa tidak gelisah
Konklusi : Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan
16.Silogisme Disjunktif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disjungtif
sedangkan premis minornya keputusan kategorika yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternative yang disebut oleh premis mayor. Seperti halnya silogisme
hipotetis, istilah premis mayor dan minor disini adalah secara analog, bukan
penggunaan semestinya.
Macam-macam silogisme disjungtif:
a. Silogisme disjungtif dalam arti luas: premis mayornya mempunyai alternative
bukan kontradiktif, seperti:
Hasan dirumah atau di pasar
Ternyata tidak dirumah
Jadi di pasar
b. Silogisme disjungtif dalam arti sempit: mayornya mempunyai alternative
kontradiktif, seperti:

34
Ia lulus atau tidak lulus
Ternyata ia lulus, jadi
Ia bukan tidak lulus.

17.Dilemma
Dilemma merupakan suatu kombinasi dari berbagai bentuk silogisme. Dilema adalah
semacam pembuktian, yangdidalamnya terdiri dari dua atau lebih putusan disjungtif
untuk ditarik kesimpulan yang sama atau dibuktikan bahwa dari masing-masing
kemungkinan harus ditarik kesimpulan yang tidak dikehendaki.
Cara Mengatasi Dilema. Ada beberapa cara yang dapat kita pakai dalam mengatasi
dilema yangkita bertindak:sebuah.Dengan mempelajari premis kau salitas mungkin
atau.Sering benar, dalam dilema terdapat hubungan kausalitas tidakbenar yang
dinyatakan dalam premis mayornya. Dalam contoh di atas
18.Kesalahan-Kesalahan Logika
Logika adalah ilmu pengetahuan aturan dan cara-cara. Cara berpikira yang
membuat manusia kepada kebenaran, berpikir juga membuat aktivitas yang dilakukan
oleh semua manusia, semua aktivitas yang berhubungan dekat dengan kerja akal. Akal
manusia yang menjadi salah satu alat menyerap pengetahuan menemukan dan
membedahkan mana yang benar atau keliru
Logical fallacy kesalahan dalam penalaran yang menyebabkan suatu argumen menjadi
tidak valid.kesalahan ini terdapat pada dua bagian yaitu formal fallacy dan informal
fallacy perbedaan mendengar antara keduanya ada atau tidak kaitan konteksnya dan
konteks suatu argumen, formal fallacy merupakan kesalahan logika yang tidak terkait
dengan tatabahasa dan konteks argumen untuk diketahui apakah suatu argumen
terbebas dari formal fallacy, seorang hanya perlih melihat suatu struktur argumen
tanpa evaluasi konteks, sedangkan informal fallacy merupakan kesalahan pada logika
akibat konteks dan konteksnya dari pada bentuknya.
jika A maka C. Yaitu: orang-orang yang kulia lebih sukses dalam hidup
Eka adalah orang yang sukses
Eka pasti sudah kuliah
Kesimpulan: sukses tahu tidak seseorang itu tidak bisa ditentuhkan oleh perkuliaanya
bisa saja dipengaruhi faktor kerjanya kerja keras atau kepribadiaan yang baik, itu
tergantung dengan hasil kerjanya.
Kesalahan logika, logical fallacy didefinisikan sebagai kesalahan dalam penalaran
yang menyebabkan suatu argumen menjadi tidak valid. Ini dapat dibagi menjadi dua
formal fallacy dan informal fallacy, kaitan dengan konteks dan konten suatu argumen.
Format fallacy yaitu kesalahan logika yang tidak berkaitan dengan tatabahasa dan
konteks argumen. Untuk mengetahui argumen yang terbatas dari formal fallacy, kita
hanya perluh memperhatikan struktur argumen tanpa tidak mengevaluasi konteks,

35
sedangkan informasi fallacy adalah kesalahan logika akibat konteks dari pada
bentuknya
19.Kekeliruan Formal
Kekeliruan formal adalah bentuk-bentuk jalan pikiran yang keliru yang
memperlihatkan bentuk-bentuk luar yang sama dengan bentuk-bentuk argument yang
valid. Terdapat beberapa contoh kekeliruan formal yaitu Fallacy of illcit process
(kekeliruan karena proses tidak benar). Kekeliruan berpikir karena term premis tidak
mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup.
Contoh:
a. Gajah adalah binatang
b. Ular bukanlah gajah,
c. karena itu ular bukanlah binatang.
Fallacy of two negative premises (kekeliruan karena menyimpulkan dari dua premis
negative).
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negative. Apabila
terjadi demikian sebenarnya tidak bisa di tarik konklusi.
Contoh:
a. Tidak satu pun barang yang itu murah
b. semua barang di toko itu adalah tidak murah
c. jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
Fallacy of Disjunction (kekeliruan dalam bentuk disyungtif).
Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternative
pertama, kemudian membenarkan alternative lain. Padahal menurut patokan,
pengingkaran alternative pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternative yang lain.
Contoh: Ani pergi ke Jepara atau ke Kudus. Ternyata Ani tidak ada di Jepara. Berarti
Ani di Kudus. (padahal bisa saja Ani tidak di Jepara maupun di Kudus.
20.Kekeliruan Informal
Kekeliruan formal dalam berlogika dijelaskan sebagai berikut.
Kekeliruan karena Membuat Generalisasi yang Terburu-Buru
Merupakan proses mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau
sedikit, sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya. Misalnya,
Dia orang Kristen mengapa membunuh. Kalau begitu orang Kristen memang jahat.
Kekeliruan karena Memaksakan Praduga Kekeliruan berfikir karena menetapkan
kebenaran suatu dugaan. Misalnya, seorang pegawai datang ke kantor dengan luka
goresan di pipinya. Seseorang menyatakan bahwa istrinyalah yang melukainya dalam
suatu percekcokan karena diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis
hubungannya dengan istrinya, padahal sebenarnya karena goresan besi pagar.
21.Kekeliruan Penggunaan Bahasa
Berikut ini kesesatan karena bahasa: Kesesatan Karena Metafora (kiasan),
Kesesatan dalam kiasan terjadi karena dalam suatu penalaran sebuah arti kiasan
disamakan dengan arti sebenarnya atau arti sebaliknya. Kekeliruan dalam Pembagian
Keseluruhan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka

36
demikian juga setiap bagiannya. Misalnya, Kompleks ini dibangun di atas tanah yang
luas, tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas.
Fallacy of composition kekeliruan karena komposisi menetapkan sefat yang ada pada
bagian menyipati keseluruhannya
Tentara sudah siap sedia untuk berperang maka keseluruhan angkatan laut sudah siap
tempur. Peluruhnya sangat singan karena ittu senjatahnya juga ringan
Fallacy of devision kekeliruan karena dalam pembagain menetapkan sifat yang ada
pada kekeliruan. Taman ini dibangun diatas tanah yang luas
Tentuhnya halamanya juga luas.
Fallacy of accent kekeliruan karena tekanan, memberi tekanan dalam pengucapan. ibu,
ayah pergi yang dimaksud adalah ibu dan ayah pembicara sedang pergi. Seharusnya
tidak ada penekanan pada ibu, karena maknanya menjadi pemberitahuan pada ibu
bahwa ayah baru saja keluar.
22.Mengambil Keputusan
Ilmu logika berkaitan erat dengan beberapa proposisi yang darinya dapat
ditarik suatu kesimpulan dan akhirnya dapat diambil suatu keputusan. Tujuan dari ilmu
ini adalah untuk mengetahui benar atau tidaknya suatu kalimat, dari situ kita dapat
menyimpulkan apa yang dapat dipelajari, agama itu umum, berpikir logis dan
mengambil keputusan yang darinya kita dapat belajar melalui bukti, ilmiah atau
sebaliknya. kalimat dengan bukti yang dibuktikan dengan hipotesis. Untuk
menentukan kebenaran suatu peristiwa dengan menggunakan kalimat logika, terlebih
dahulu kita harus mengubahnya menjadi kalimat sintaksis, suatu kemampuan atau
kesanggupan menarik kesimpulan yang benar dan sah. Logika mengacu pada
penalaran tentang benar atau salahnya suatu keadaan, sehingga logika dapat digunakan
untuk menyelesaikan suatu argumen, kita dapat mengambil keputusan di ruang rapat
yang dapat diterima, diterima dan diterima dalam ilmu logika informasional. Dalam
perhitungannya, kita harus mengetahui pendapat semua orang, yang dapat digunakan
dalam operasi logika sebelum memasukkan tabel kebenaran model masalah yang ada,
yang dapat dibuat dengan nilai boolean.
Model permasalahan
Pertanyaan A: semua orang miskin dikota ini harus diatasi
Pertanyaan B: setiap orang miskin harus di bantu secara merata.
Dialog Penalaran¸salah satu argument bisa diuraikan adalah dengan
mengindentifikasikan komponen structural pokok seperti yang dilakukan oleh RIPS
dan Koleganya

37
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Logika adalah ilmu yang mempelajari cara menyimpulkan dan menghasilkan
kebenaran dari pernyataan berupa kesimpulan, berdasarkan kebenaran dari satu
kumpulan pernyataan yang disebut premis. Logika memiliki berbagai bentuk, seperti
deduktif, induktif, abduktif, dan analogi. Dari mempelajari logika adalah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib,
metodis, serta berpikir koheren. Selain itu, memahami logika juga dapat membantu
dalam meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, objektif, dan tajam.
Secara umum, logika bertujuan untuk meraih penalaran yang tepat dan sah, serta
mempelajari kecakapan untuk berpikir tepat dan teratur
2. Argumen adalah usaha untuk mencari kebenaran dari pernyataan berupa kesimpulan,
berdasarkan kebenaran dari satu kumpulan pernyataan yang disebut premis. Argumen
dapat berupa bentuk, seperti argumen Kutip Tokoh, Argumen Lemah, Penalaran,
Penalaran Induktif, Penalaran Deduktif, dan lainnya.
3. Penyalaran adalah proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus atau
situasi yang melibatkan pemikiran logis. Penyalaran dapat dilakukan melalui analogi,
yaitu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus atau situasi yang
melibatkan pemikiran logis.
4. Kesimpulan adalah hasil dari proses berpikir logis, yang mencakup hubungan antara
fakta, memberi alasan, dan menyimpulkan suatu permasalahan atau situasi yang
melibatkan pemikiran logis.
5. Kekeliruan adalah kesalahan dalam penalaran atau argumen yang dapat terjadi
sebelum atau setelah koma, seperti kekeliruan formal dan kekeliruan informal.
6. Kekeliruan penggunaan bahasa terjadi ketika penggunaan bahasa dalam argumen atau
penalaran tidak tepat atau tidak konsisten.
7. Mengambil keputusan melibatkan penggunaan logika dan penyalaran untuk
menyimpulkan suatu permasalahan atau situasi yang melibatkan pemikiran logis.
8. Dalam berpikir logis, penting untuk memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep
ini untuk menyelesaikan masalah, mencapai tujuan pendidikan, dan mengembangkan
keterampilan berpikir logis pada tingkat operasi formal.

B. SARAN
Saran untuk mempelajari logika dapat beragam tergantung pada konteksnya. Namun,
umumnya, untuk mempelajari logika, disarankan untuk memahami konsep-konsep dasar
logika seperti deduksi, induksi, dan hukum-hukum logika. Selain itu, mempraktikkan
penerapan logika dalam berbagai konteks juga dapat membantu dalam memahami dan
menguasai logika. Sumber-sumber seperti buku, jurnal, atau panduan praktis juga dapat
menjadi saran yang berguna dalam mempelajari logika. Sehingga dalam berlogika dapat
mengambil keputusan yang pasti.

38
DAFTAR PUSTAKA

Academia.edu/29585675/Makalah_ilmu_logika
How To Win An Argumen, By Marcus Tullius Cicerom
Kata Data Berita., argumen-adalah-pengertian-komponen-dan-contohnya
Claria.,FranciscaMeylanilahirdiBarongTongkokpadatanggal09Mei1994.(Alwasilah,2005:116)
Mediaindonesia.com/humaniora/615693/pengertian-penalaran-induktif-dan-deduktif-dan-
contohnya
https://hadimuhamadrizal.wordpress.com/2015/02/09/kata-dalam-logika/
Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan, Pengntar Logika Dasar, (Bandung: Bina Cipta, 1964),
hal. 19
Poespoprodjo dan Gilarso, Logika Scientifika, (Bandung: Pustaka Grafika, 2011), hal. 89
EkaWidyastuti/dasar-dasar-logika-generalisasi-berpikir]
http://aatmandai.blogspot.co.id/2012/05/generalisasi.html
http//generalisasiilmiah.com
http//dasarlogika.co.id
Mundiri. 1994. Logika. Jakarta : Raja Grafindo Persada
https://www.gramedia.com/literasi/prejudice/\
https://katadata.co.id/intan/berita/61f004c950d33/analogi-adalah-persamaan-antara-dua-hal-
berbeda-ini-pengertiannya
https://www.pelajaran.co.id/pengertian-paragraf-sebab-akibat-ciri-jenis-dan-contoh-paragraf-
sebab-akibat-lengkap/
https://kapito.id/nulis/pengertian-silogisme-jenis-dan-contoh/
http://makalahdasar.blogspot.com/2017/01/kekeliruan-logika.html?m=1
https://www.scribd.com/doc/139528328/Logika-Dan-Pengambilan-Keputusan

39

Anda mungkin juga menyukai