Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH LOGIKA SAINTIFIK

“Sejarah Logika”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Logika Saintifik”

Oleh :

Diva Ananda Alifia (1220302025)


Aufa Zakiya Faizza (1220302004)
Amalia Khoerani (1220302027)

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-ZAYTUN INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas curahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini
bisa kami selesaikan dengan baik, meskipun kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan.
Shalawat dan salam kami curahkan kepada Rasulullah SAW. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan bantuan materi maupun pemikirannya.
Tujuan serta maksud kami menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Logika
Saintifik. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan wawasan, pengetahuan dan pengalaman kami merasa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Saya juga
berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
“Sejarah Logika”.

Indramayu, 30 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Logika..........................................................................................................................5
B. Logika pada Zaman Yunani Kuno..............................................................................5
C. Logika pada Abad Pertengahan (Abad IX-XVI).........................................................6
D. Eropa Modern (Abad XVII-XVIII/XX)......................................................................7
E. Logika Di India dan Indonesia....................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Logika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu ini mengacu pada kemampuan rasional
untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut
bisa juga diartikan dengan masuk akal. Dalam memenuhi hajat hidup kita sendiri dan
juga masyakat umumnya kita dapat mengartikan dan mengambil kesimpulan setelah
melalui pemikiran-pemikiran atau pernyataan-pernyataan yang ada, dan kebenaran-
kebenaran akan muncul.Dalam makalah ini akan dijelaskan sejarah logika pada Masa
Yunani Kuno, Masa Pertengahan dan Masa Modern serta Pertumbuhan Dan
Perkembangan Logika Pada Masa Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Logika?
2. Bagaimana sejarah Logika pada Masa Yunani Kuno?
3. Bagaimana sejarah Logika pada Abad Pertengahan?
4. Bagaimana sejarah Logika pada Masa Eropa Modern?
5. Bagaimana sejarah Logika Di India dan Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian logika.
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan logika.
3. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah
logika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (Logos) yang berarti hasil pertimbangan
yang berasal dari akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan
Logike Episteme (Latin: Logica Scientia) atau Ilmu Logika (Ilmu Pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini
mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis
yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Dalam sejarah perkembangan logika muncul bersama dengan filsafat. Menurut
sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium (±340 SM – 265 SM) disebutkan bahwa
tokoh Stoa adalah yang pertama kali menggunakan istilah logika. Namun demikian,
akar logika sudah terdapat dalam pikiran dialektis para filsuf mazhab Elea. Mereka
telah melihat masalah identitas dan perlawanan asas dalam realitas. Tetapi kaum
sofis-lah yang membuat fikiran manusia sebagai titik api pemikiran secara eksplisit.

B. Logika pada Zaman Yunani Kuno


Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan
bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta.
Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif. Aristoteles kemudian mengenalkan
logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan
bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan
alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari: Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan
mati).
 Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
 Air jugalah uap
 Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara
khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan
dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi
yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Aristoteles meninggalkan 6 buku yang diberi nama to Oraganon oleh muridnya,
bukunya yaitu:
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian.
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan.
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang Silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6. De Sohisticis Elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Dalam karyanya ini Aristoteles telah menggarap masalah kategori, struktur
bahasa, hukum formal konsistensi proposisi, silogisme kategoris, pembuktian ilmiah,
pembedaan atribut hakiki dan yang bukan hakiki, sebagai kesatuan pemikiran, bahkan
telah menyentuh bentuk-bentuk dasar simbolisme. Sehingga pola dari buku Organon
masih tetap dipakai rujukan sampai saat ini dikarenakan 1. Tentang Ide, 2. Tentang
keputusan, 3. Tentang proses pemikiran.Pada 370 SM-288 SM Theophrastus, murid
Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M-201 M) dan Sextus Empiricus
200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri, yakni metode ilmu ukur. Galenus sangat berpengaruh karena
tuntutannya yang sangat ketat aksiomatisasi logika. Karya utama Galenus berjudul
Logika Ordini Geometrico Demonstrata. Tapi impian Galenus hanya terlaksana jauh
kemudian. Yakni di akhir abad 17 melalui karya saceheri yang berjudul Logica
Demonstrativa.
Kemudian muncullah zaman dekadensi logika. Salama ini logika
mengembang karena menyertai perkembangan pengetahuan dan ilmu yang menyadari
betapa berseluk beluknya kegiatan berpikir yang langkahnya mesti
dipertanggungjawabkan. Kini ilmu menjadi dangkal sifatnya dan sangat sederhana,
maka logika juga merosot. Tetapi beberapa karya pantas mendapat perhatian kita,
yakni Eisagogen dari Porphyrios, kemudian komentar-komentar dari Boethius dan
Fons Scientiae (Sumber Ilmu) karya Johannes Damascenus.

C. Logika pada Abad Pertengahan (Abad IX-XVI)


Pada masa itu masih dipakai buku-buku seperti Interpretatione dan Categoriae
(Aristoteles), Eisagoge (Porphyrius) dan buku-buku dari Boethius (Abad XII-XIII).
Ada usaha untuk mengadakan sistematisasi dan komentar-komentar (kritik).
Usaha ini dilakukan oleh Thomas Aquinas (1224-1274) dan kawan-kawannya.
Mereka juga serentak mengembangkan logika yang telah ada.
Logika modern muncul dalam abad XIII-XV. Tokoh-tokoh penting dalam
bidang ini ialah Petrus Hispanus (1212-1278). Roger Bacon (1214-1292), Raymundus
Lullus (1232-1315), Wilhelmus Ockhman (1295-1349) dan lain-lain. Khususnya
Raymundus Lullus menemukan suatu metode logika baru yang disebut Ars Magna;
yang merupakan semacam aljabar pengertian. Aljabar ini bermaksud membuktikan
kebenaran-kebenaran yang tertinggi.
Kemudian logika Aristoteles mengalami perkembangan yang ‘murni’. Logika
itu dilanjutkan oleh beberapa tokoh seperti Thomas Hobbes (1588-1679) dalam
Levitan-nya dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human
Understandingnya. Namun tekanan yang mereka berikan sebenarnya juga berbeda
beda. Di sini ajaran-ajaran Aristoteles telah diberi warna nominalistis yang sangat
kuat (Wilhelmus Ockhman dan kawan-kawannya).

D. Eropa Modern (Abad XVII-XVIII/XX)


Masa ini juga dapat disebut masa penemuan-penemuan yang baru. Francis
Bacon (1561-1626) mengembangkan metode induktif. Ini terutama dinyatakan dalam
bukunya Novan Organum Scientiarum. W. Leibnitz (1646-1716) menyusun logika
aljabar (Ars Magna dari Raymundus Lullus). Logika ini bertujuan menyederhanakan
pekerjaan akal budi dan lebih memberikan kepastian.
Logika Aristoteles masih dikembangkan dalam jalur yang murni. Ini
dijalankan, misalnya oleh para Neo-Thomis. Tradisi Aristoteles dilanjutkan juga
dengan tekanan pada induksi. Hal ini tampak antara lain dalam buku System of Logic;
karya John Stuart Mill (1806-1873).
Logika Metafisis mengalami perkembangannya dengan Immanuel Kant
(1724-1804). Dia menamainya logika transendental. Dinamakan logika karena
membicarakan bentukbentuk pikiran pada umumnya, dan dinamakan transendental
karena mengatasi batas pengalaman.
Kemudian logika menjadi sekadar suatu peristiwa psikologis dan metodologis.
Hal ini, misalnya dikembangkan oleh Wilhem Wundt (1832-1920), John Dewey
(1859-1952) dan J.M. Baldwin (1861-1934).
Pada kurun akhir, logistik pada abad XIX dan XX. Ini terutama
diperkembangkan oleh A. de Morgan (1806-1817), G. Boole (1815-1864), W.S.
Jevonse (1835-1882), E. Schroder (1841-1902), B. Russel (1872-1970), G. Peano
(1858-1932) dan masih banyak nama lain lagi.

E. Logika Di India dan Indonesia


Di India, logika lahir karena Sri Gautama (± 563-183 SM) sering berdebat
dengan golongan Hindu fanatik yang menentang ajaran kesusilaannya. Dalam Nyaya
Sutra, logika diuraikan secara sistematis. Ini pendapat komentar dari Prasastapa (abad
V), kemudian disempurnakan oleh para penganut Buddha lainnya terutama Dignaga
(abad VI).
Kemudian logika terus diakui sebagai metode berdebat. Kemudian muncullah
berbagai komentar seperti yang dikemukakan Uddyotakara (abad VII), Udayana (abad
X) dan lain-lain. Mereka ini hanya menyusun serta meningkatkan sistematisasi ajaran-
ajaran klasik saja.
Muncullah karya yang disebut Navya Nyaya (abad XIII). Hal ini merupakan
pengintegrasian secara kritis ajaran-ajaran golongan Brahmanisme, Buddhisme, dan
Jainisme.
Sedangkan di Indonesia, tampaknya logika belum memeroleh perhatian besar.
Baru sedikit orang saja yang menaruh perhatian secara ilmiah pada logika.
Oleh karenanya, untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, perhatian tersebut perlu diperbesar, seiring dengan posisi dan peran kuat
logika sebagai pisau analisis dan pemecahan berbagai masalah. Memang, di sana-sini
usaha untuk itu sudah mulai tampak –sebagaimana beberapa sumber yang penulis
hadirkan dalam referensi tulisan ini—dan membawa hasil juga. Akan tetapi, itu harus
diperluas dan dikembangkan lebih jauh dan agresif. Perluasan serta pengembangan ini
merupakan usaha raksasa dalam historiografi logika dalam mempertinggi taraf
intelegensi setiap orang Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, penulis memberikan kesimpulan bahwa
sejarah perkembangan logika terjadi masa yunani kuno, abad pertengahan dan modern
serta pada masa islam hingga menyebar ke berbagai kawasan. Yang mencatat
berbagai perkebagan logika dari orang pertama yang menggunakan istilah logika yaitu
Zeno dari Citium (340-265 SM), disebutkan bahwa tokah Stoa adalah yang
pertamakali menggunakan istilah Logika. Namun demikian, akar logika sudah
terdapat dalam pikiran dialektis para filsuf mazhab Elea.
Pada masa yunani kuno yang dimulai oleh Thales filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Dan Aristoteles, logika
yang disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi
yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Dan
muncul beberapa tokoh seperti Theophrastus, murid Aristoteles, Galenus dan Sextus
Empiricus, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri, yakni metode ilmu ukur. Lalu pada masa pertengahan dan modern
Thomas Aquinas 1224–1274 SM dan kawan-kawannya berusaha mengadakan
Sistematisasi Logika hingga masa modern muncul berbangai tokoh–tokoh dan
pelopor logika.
DAFTAR PUSTAKA

References
Huda, S., & Moefad, A. M. (2011). LOGIKA SAINTIFIK: Wawasan Dasar, Keilmuan, dan
Filsafati. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
K., B. A. (1998). Ilmu Mantik: Teknik Dasar Berpikir Logik. Tk : Darul Ulum Press.
Kafie, J. (2014). Logika: Form Berpikir Lojagis. Surabaya: Karya Anda.
Mundiri. (2001). Logika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Poespoprodjo, D. W. (1999). Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu. Bandung:
Pustaka Grafika.
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/TUGAS%20MAKALH%20SEJARAH%20LOGIKA
%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai