Dengan memanjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah pendidikan
pancasila dengan judul Pancasila sebagai sistem filsafat.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan
tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan kritik yang membangun berbagai pihak akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
1. Pengertian Filsafat 4
2. Tokoh Perkembangan pemikiran Filsafat 4
3. Pengertian Filsafat Pancasila 8
4. Susunan Pancasila Organis Hirarkis Piramida 11
5. Dasar Ontologis, Empisiologis, Aksiologis Filsafat Pancasila 13
6. Hakikat Sila Sila Pancasila 13
7. Perbedaan Pancasila Sebagai Filsafat dan Sistem Filsafat 14
BAB III 16
PENUTUP 16
Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang
mendasar.
Rumusan Masalah
1. Pengertian filsafat
2. Perkembangan pemikiran filsafat
3. Pengertian filsafat pancasila
4. Susunan pancasila organis hirarkis piramida
5. Dasar ontologis, empisologis, aksiologis filsafat pancasila
6. Hakikat sila sila pancasila
7. Perbedaan pancasila sebagai filsafat dan sistem filsafat
Tujuan penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil sebagai tujuan masalahnya sebagai berikut. Tujuan umum
penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa khususnya mahasiswa S1 keperawatan, mampu
mengetahui mengenai pancasila sebagai sistem filsafat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu philosopia, kata berangkai dari kata philen yang
berarti mencintai, dan sophia berarti kebijaksanaan.
Kata filsafat berasal dari bahasa Arab: falsafah (hikmah), yang berasal dari bahasa Yunani,
philo sophia: pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan
sebagai “cinta kearifan”. Maksudnya semua orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana
dan disebut “filosuf”.
Filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan, seorang filosuf adalah pencari kebijaksanaan, ia
adalah pencinta kebijaksanaan, ia adalah pencintai kebijaksanaan dalam arti hakikat. Seorang
filosuf mencintai atau mencari kebijaksanaan dalam arti yang mendalam atau mencari
kebenaran sampai ke dasar dasarnya. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
philosopher, dalam bahasa arabnya disebut failasuf. Pencinta pengetahuan ialah orang yang
menjadikan tujuan hidupnya, atau mengabdikan dirinya kepada pengetahuan. Filsafat dan
pengetahuan saling berkaitan antara keduanya.
2. Tokoh perkembangan pemikiran fisafat
Disebut sebagai Kaum Pra-sokratis, dari kata Pre artinya sebelum dan Sokratis yang
mengarah pada filsuf Yunani kuno Sokrates, adalah para pemikir Yunani abad ke-6 dan 5 SM
yang memperkenalkan cara baru untuk menyelidiki dunia dan tempat umat manusia di
dalamnya. Mereka dikenal di jaman dahulu sebagai filsuf dan ilmuwan yang menginspirasi
pemikiran tradisi Barat.
Thales lahir di Miletos pada tahun 626 sebelum masehi, dia terkenal dari pemikirannya untuk
mencari “arkhe” atau prinsip. Menurutnya, dunia ini harus ada suatu prinsip yang mendasari
4
berbagai fenomena seperti pergantian musim, arus laut, jagat raya dan sebagainya, dan prinsip
tersebut adalah air.
Salah satu alasan mengapa ia memilih air adalah karena ia berpendapat bahwa panas dapat
mengembalikan logam ke keadaan cair. Lalu air juga menunjukkan perubahan yang
signifikan daripada elemen apa pun yang dikenal pada saat itu, dan bisa dengan mudah
diamati dalam tiga keadaan yaitu cair, uap dan es.
Dalam bidang matematika, Thales juga terkenal akan teorinya yang menggunakan geometri
untuk menghitung ketinggian piramida dan jarak kapal dari pantai. Dia adalah individu
pertama yang diketahui menggunakan penalaran deduktif yang diterapkan pada geometri, dan
yang diketahui telah menemukan penemuan bidang ilmu matematika.
2) Anaximandros
Anaximandros adalah seorang filsuf yang lahir pada 610 SM di kota yang sama dengan Thales, yaitu
Miletos. Anaximandros juga merupakan murid dari Thales.
Sama seperti Thales, pemikiran Anaximandos juga mencari prinsip dunia. Meskipun Anaximandros
merupakan murid Thales, tetapi ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan gurunya
mengenai air sebagai prinsip dasar segala sesuatu.
Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam
segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Namun kenyataannya, air dan api
saling berlawanan sehingga air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu.
Karena itu, Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut dari zat
yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat diamati
oleh pancaindra. Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to
apeiron (abstrak atau tidak bisa didefinisikan).
5
3) Anaximenes
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama seperti Thales dan
Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni
apa yang menjadi prinsip dasar “arche” segala sesuatu.
Berlainan dengan Anaximandros, Anaximenes tidak melihat "to apeiron" sebagai prinsip dasar segala
sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni udara.
Menurut Anaximenes, udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik tanah, tubuh,
pohon maupun segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar
semua benda di dunia. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau
akan muncul sebagai bentuk lain.
Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip pemadatan dan pengenceran. Bila udara
bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut tanah, air, kemudian batu. Sebaliknya, bila
udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan pengenceran
tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan
bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.
4) Pythagoras
Pythagoras dari kota Samos lahir sekitar tahun 570 SM dan meninggal sekitar tahun 495 SM adalah
salah seorang filsuf Yunani kuno.
6
Pythagoras terkenal akan ajarannya di berbagai penemuan matematika dan ilmiah, seperti teorema
Pythagoras, yaitu hubungan mendasar dalam geometri di antara tiga sisi segitiga siku-siku. Ia
menyatakan bahwa panjang sisi segitiga miring adalah jumlah dari kedua sisi lain yang dikuadratkan.
Teorema ini dapat ditulis sebagai persamaan yang menghubungkan panjang sisi segitiga a, b, c, dan
sering disebut sebagai persamaan Pythagoras.
Salah satu ajaran lain yang paling jelas dikemukakan oleh Pythagoras adalah metempsikosis, yaitu
keyakinan bahwa setiap jiwa itu abadi, dan setelah kematian jiwa tersebut akan masuk ke tubuh yang
baru.
5) Xenophanes
Xenophanes dari Colophon adalah seorang filsuf sekaligus penyair yang berpindah-pindah di berbagai
belahan dunia Yunani kuno selama akhir abad ke-6 SM dan awal ke-5 SM. Xenophanes dipandang
sebagai salah satu filsuf pra-Sokratis yang paling penting.
Ia paling diingat karna kritiknya dalam novel antropomorfisme dalam agama yang cenderung menuju
pemikiran monoteisme pada masa itu, dan perintis dalam beberapa ilmu pengetahuan.
6) Heraclitus
Heraclitus of Ephesus (535 - 504 SM) adalah seorang filsuf Yunani pra-Sokrates, dan berasal dari
kota Efesus, dulu bagian dari Kekaisaran Persia dan sekarang menjadi bagian dari Turki modern.
7
Dia terkenal karena pendapatnya bahwa dunia jasmani terus-menerus dalam keadaan
perubaan (universal flux). Sesuai perkataannya, “panta rhei kai uden menei” yang berarti “segalanya
mengalir dan tidak ada satupun yang tetap”. Ia menggambarkan keadaan dunia ini seperti aliran
sungai. Selain itu, ia juga menggambarkan dunia ini seperti api yang selalu berubah dan
menghabiskan bahan bakar, dan tidak ada sesuatu pun yang benar-benar ada, semuanya menjadi.
Penafsiran dari doktrin-doktrin ini sangat kontroversial, dan banyak ditentang oleh teori filsuf-filsuf
lainnya.
7) Parmenides
Parmenides dari Elea yang aktif di sekitar awal abad 5 SM. Dia adalah pendiri sekolah filsafat Eleatic.
Ia menulis pemikian filsafatnya dalam bentuk puisi dan masih bisa kita lihat sampai jaman sekarang.
Karya tunggal yang diketahui oleh Parmenides adalah sebuah puisi berjudul On Nature yang berisi
argumen dalam sejarah filsafat Barat.
Di dalamnya, Parmenides menetapkan Ia adalah filsuf pertama yang memperkenalkan cabang filsafat
“metafisika”, karena ia mempelajari yang ada atau being. Menurut Parmenides di dunia ada dua
pandangan tentang realitas. Ia menjelaskan bagaimana semua realitas adalah satu, tidak mungkin ada
yang namanya perubahan, dan eksistensi yang tidak terikat oleh waktu.
Dengan adanya mereka, filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang paling penting karena mempelopori
lahirnya ilmu pengetahuan lainnya.
8
filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia.
Istilah 'filsafat' secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy
(Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani filosofia (philosophia).
A. IR. Soekarno
Menurut Soekarno, filsafat Pancasila merupakan filsafat asli dari Indonesia yang
diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-
Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam).
B. Soeharto
Filsafat Pancasila mulai mengalami perubahan, melalui para filsuf yang lahir dari
Depdikbud. Semua elemen Barat disingkirkan dan diganti dengan interpretasi dalam
budaya Indonesia (Pancasila truly Indonesia).
C. Ruslan Abdulgani
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila itu adalah filsafat dari negara yang terlahir
sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
D. Notonagoro
Setiap bangsa di dunia memiliki jiwanya sendiri. Hal ini disebut dengan
istilah Volkgeish, yang berarti 'jiwa bangsa' atau 'jiwa rakyat'. Bagi bangsa
Indonesia, Pancasila adalah jiwa yang telah memainkan peranan penting
dalam kehidupan.
9
Sebagai kepribadian indonesia
Filsafat Pancasila juga berfungsi sebagai cara hidup dari Indonesia. Dengan
kata lain, Pancasila merupakan pedoman dan instruksi dalam kehidupan
sehari-hari.
Pancasila juga dianggap sebagai nilai yang paling bijaksana, paling adil, dan
paling tepat untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.
10
Memberi substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan
bernegara
Untuk menciptakan bangsa yang religius dan patuh kepada Allah yang Maha
kuasa.
Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara sosial maupun ekonomi.
Untuk menjadi bangsa yang menghormati hak asasi manusia, untuk dapat
berada dalam kaitannya HAM dengan Pancasila sebagai dasar negara kita.
Untuk menciptakan sebuah bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi.
Menjadi negara nasionalis dan cinta tanah air Indonesia.
Rumusan sistem organis memiliki makna bahwa antarsila di dalam Pancasila memiliki fungsi-
fungsi yang saling berhubungan dan keterkaitan seperti hakikat tubuh manusia monopluralis.
Manusia menjadi pokok pendukung Pancasila mengandung analogi bahwa setiap bagian
tubuh menopang bagian tubuh yang lain, sama seperti sila-sila di dalam Pancasila.
11
Pengertian hierarkis pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan
hierarkis/berjenjang sila-sila pancasila, baik dalam kesatuan sila-sila pancasila juga dapat
dijelaskan dengan mengacu pada system filsafat yang terdiri dari 3 landasan, yaitu antologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan cerminan dari satu sila
yang mengandung dan mengisi sila yang lain. Dengan kata lain bahwa sebuah sila pasti
mengandung intisari dari sila-sila yang lain.
Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan tang dipinpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang Berketuhannan
Yang Maha Esa, yang brpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam prmusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah persatuan yang berKetuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab , yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
12
Sila kelima : keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia adalah yang Berketuhanan Yang
Maha Esa, ber kemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Landasan antologis berarti mengakui adanya suatu hal yang merupakan sebab dari adanya
suatu hal yang merupakan sebab dari adanya sesuatu yang lain dan merupakan tempat
kembali dari sesuatu yang lain tersebut. Sila 1 sebagai landasan ontologis tidak langsung
berarti bahwa Tuhan menjadi penyebab tidak langsung adanya pancasila. Sedangkan sila ke 2
merupakan landasan ontologis langsung karena manusia menjadi penyebab langsung adanya
pancasila. Artinya pancasila ada itu karena adanya manusia Indonesia yang merenungkan,
merumuskan, dan menjadikan sila-sila pancasila sebagai dasar negaranya.
Landasan epistemologis adalah suatu cara,metode, strategi, dan norma agar sesuatu yang
lain dapat kembali pada sebabnya. Sila ke 3 persatuan dan sila ke 4 yang memiliki substansi
asas demokrasi merupakan landasan epistemology bangsa Indonesia
Landasan aksiologis dalam pancasila menunjukan bahwa tujuan bangsa indonesia selalu
diliputi oleh nilai-nilai, baik nilai-nilai religious seperti tersimpul dalam sila pertama maupun
nilai-nilai etis dan estetis, seperti yang ditunujukkan dalam sila ke 2, ke 3, ke 4 dan ke 5.
Artinya sila-sila pancasila mengandung muatan nilai-nilai luhur yang menjadi acuan dalam
perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah satu kesatuan yang bulat dan utuh antara sila yang
satu dengan sila lainnya agar mencapai suatu tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Sila - sila Pancasila sila menunjukkan suatu rangkaian bertingkat yang tersusun
secara sistematis. Sistem filsafat di dalam pancasila ini terdapat hakikat sila-sila Pancasila
yang terkait antara satu dengan sila lainnya.
Hakikat nilai-nilai sila pancasila sebagai sistem filsafat adalah sebagai berikut:
Sila pertama (Ketuhanan yang Maha Esa) : Keyakinan bahwa mempercayai adanya Tuhan
sebagai prisip utama yang menjadi landasan adanya tanggung jawab.
Sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab) : Sifat kodrat lahiriah dari manusia, bahwa
manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup secara individu. Menjunjung tinggi asas
kemanusiaan dan tata karma sesuai kepribadian bangsa Indonesia.
13
Sila ketiga (Persatuan Indonesia) : Semangat kebangsaan, rasa cinta tanah air yang tertanam
di hati masyarakat Indonesia demi menjaga persatuan bangsa Indonesia.
Sila keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan
dan perwakilan) : Keputusan yang diambil ketika menemui suatu permasalahan melalui
musyawarah mufakat yang disepakati dan dijalankan semua anggota. Bukan mengambil
pendapat mayoritas dan mengesampingkan pendapat minoritas. Menghargai semua usul yang
ada dan mengambil keputusan sebagai jalan terbaik atas permasalahan yang ada.
Sila kelima (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia) : Menjung tinggi keadilan dalam
berbagai aspek demi menegakkan hukum tanpa memandang bulu.
14
Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis
(majemuk tunggal).
Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1) Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh.
Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan lainnya
terpisah-pisah maka itu bukan pancasila.
2) Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
o Sila 1, meliputi, mendasar dan menjiwai sila 2,3,4, dan ;
o Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai
sila 3,4, dan 5;
o Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2, dan mendasari dan menjiwai
sila 4 dan 5;
o Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5;
o Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong.
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yag menjadi
haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berati mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa indonesia, melainkan juga bagi manusia
pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup
kesemestaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
15
Setelah meniliti tentang Pancasila sebagai sistem filsafat, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan kesatuan bagian-bagian dari setiap sila, saling
berhubungan dan saling ketergantungan, tidak dapat berdiri sendiri, hal ini dapat diartikan
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa
indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya.
Daftar Pustaka
.
Muliati, Muliati.2019. Pengertian filsafat. Indonesia: Trustmedia Publishing,prepare.
16
Kaelan,1983. Filsafat Pancasila.Paradigma: Yogyakarta.
Fauzunnida,Nafilah. Pancasila sebagai Sistem Filsafat dan Hakikat Nilai-Nilai dalam Sila
Pancasila sebagai Sistem Filsafat:
https://www.kompasiana.com/afilanida/5e980b53094d06eff2/pancasila-sebagai-sistem-
filsafat-dan-hakikat-nilai-nilai-dalam-sila-pancasila-sebagai-sistem-filsafat (diakses tanggal
16 April 2020).
17
18