Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

LOGIKA DAN PENALARAN


MATA KULIAH FILSAFAT ILMU I (3 SKS)
Dosen Pengampu : 1. Dr. Supadi
2. Dr.Siti Zulaikha, M.Pd

Oleh :
Sumianti

Kelompok V :
1. Yosi Dian Eko Prastyo / 7616140456
2. Vincensius Prastowo / 7616140454
3. Sri Kelana / 7616140452
4. Siska Agustin Handini / 7616140450

Program Studi
Manajemen Pendidikan
Pasca Sarjana Universitas Negeri
Jakarta
2014

LOGIKA DAN PENALARAN


A. LOGIKA
A. I. Pengertian Logika
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani logos yang berarti
kata, ucapan, pikiran secara utuh atau bisa juga berarti ilmu
pengetahuan. Asal kata Logika berasal dari berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Logika adalah salah satu cabang filsafat tetapi juga bisa dianggap sebagai
cabang matematika. Dimana sebagai ilmu, logika disebut logike episteme
(logicascientia) atau ilmu logika yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir lurus, tepat serta teratur. 1 Dalam ilmu disini mengarah pada
kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam
tindakan. Logika bisa diartikan dengan masuk akal. Logika merupakan
sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah berpikir
(khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika tidak
menelaah seluruh kegiatan berpikir melainkan hanya menelaah metode
dan prinsip untuk membedakan penalaran yang tepat dengan yang tidak
tepat.
Pengertian logika secara terminologi menurut beberapa ahli, diantaranya
sebagai berikut:
1. W. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso, (2006: 13): Logika adalah ilmu dan
kecakapan menalar, berpikir dengan tepat. Menurut.
2. Jan Hendrik Rapar, (1996 : 5: )Logika adalah suatau pertimbangan
akal atau pikiran yang diatur lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Menurut
3. Soekadijo, (1983-1994: 3): Logika adalah suatu metode atau teknik
yang diciptakan untuk meneliti ketepatan nenalar.

Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Jan Hendrik Rapar.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1996. ISBN 979-497-676-8

4. Aristoteles : logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara


ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum
yang menguasai pikiran.
5. William Alston : logika adalah studi tentang penyimpulan, secara
lebih ceramat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna
memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak sah.
Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian diatas mengenai
pengertian logika secara etimologi maupun terminologi bahwa logika
menegaskan dua hal yang menjadi inti pengertian logika. Pertama, logika
sebagai ilmu; logic adalah elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Kedua,
logika sebagai seni atau ketrampilan, yakni seni atau asas-asas pemikiran
yang tepat, lurus, dan semestinya. Sebagai keterampilan, logika adalah
seni dan kecakapan menerapkan
A. II. Sejarah Logika
Pada masa Yunani Kuno, ada seorang bernama Thales (624 s/d 548
SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul,
cerita-cerita isapan jempol dan mulai berpaling pada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta. Menurutnya bahwa air adalah arkhe
(Yunani) berarti prinsip atau utama alam semesta. Kemudian Aristoteles
mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.
Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala
sesuatu. Lalu Aristoteles Menyimpulkan:
- Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air
tumbuhan mati)
- Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
- Air jugalah uap
- Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe
alam semesta. Masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica ,

yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari


proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme Istilah logika
untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM
pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130
M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Puncak
kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred
North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872
- 1970).
Pada abad pertengahan dan logika modern, pada abad 9 hingga
abad 15 dimana Aristoteles dalam buku-bukunya seperti De
Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih
digunakan. Pada abad modern lahir logika modern yang salah satu
tokohnya Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode
logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam
aljabar pengertian. Pada masa puncak kejayaan logika simbolik terjadi
pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid
yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914)
dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970). Logika simbolik lalu
diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (18911970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena
matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah
pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tandatanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika
tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan
logika dengan menerapkan metode geometri. Tokoh logika simbolik yang
lain ialah John Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis
logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini
terkenal sebagai diagram Venn (Venns diagram) untuk menggambarkan
hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme.
Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara
subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan

terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama


Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel
(1872 - 1970).
A. III. Logika Dari Berbagai Aspek
1. Bila dilihat
dari aspek
kemampuan berlogika pada manusia
diantaranya :
- Logika Kodratiah / Logika Alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir
secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginankeinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.
Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini
bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam
kehidupan nyata.
-

Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal
budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan
asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat
pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan
lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika
ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau,
paling tidak, dikurangi.

2. Dilihat dari aspek sejarah dan penggunaan lambang dan symbol :


Logika Klasik
Logika ini diperkenalkan oleh Aristoteles pada sekitar abad ke 5
sebelum masehi, menggunakan lambang bahasa, yang disebut
logika
Aristotelian
-

Logika Modern
Logika ini menerapkan prinsip-prinsip matematika pada logika
modern karenannya disebut juga logika matematis atau logika
simbolik.

3. Dilihat dari segi bentuk an isi argument:


Logika Formal
Menganalisis kebenaran sebuah argument dari segi bentuk saja,
maka logika formal lebih melihat proses penalaran. Logika
formal berfungsi seperti program dalam computer, dia akan

berjalan lurus sesuai program entah bahan apa pun yang


dimasukkan dalam program.
-

Logika Material
Dimana argument dinyatakan benar dari segi isi, jika
pernyataan yang terdapat dalam argument memang sesuai
dengan kenyataan. Sebaliknya jika pernyataan-pernyataan
tidak sesuai dengan kenyataan, maka argument dinyatakan
tidak benar. Dengan demikian dalam suatu argument ada dua
persoalan yang harus dibedakan dengan tegas, adalah
ketepatan bentuk dan kebenaran isi/materi.

4. Dilihat dari segi cara menarik kesimpulan :


Logika Induktif
Logika yang menggunakan metode induktif, melakukan
penalaran berdasarkan kebenaran-kebenaran tunggal dan
kemudian menarik satu kesimpulan umum.
-

Logika Deduktif
Bentuk penalaran yang didasarkan pada kebenaran kebenaran
umum (yang sudah terbukti) dan dari situ ditarik satu
kesimpulan yang bersifat khusus (kebenaran baru).

A. IV. Kegunaan atau Manfaat dari Logika


Adapun manfaat atau kegunaan dari Logika diantaranya yaitu sebagai
berikut:
1) Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk
berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis
dan koheren.
2) Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat,
dan objektif.
3) Menambah kecerdasan dan meningkatkan
berpikir secara tajam dan mandiri.

kemampuan

4) Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri


dengan menggunakan asas-asas sistematis
5) Meningkatkan cinta akan kebenaran berfikir dan menghindari
kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan, serta kesesatan.

6) Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.


7) Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turuntemurun (bahasa Jawa: gugon-tuhon)
8) Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis
dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka
akan meningkatkan citra diri seseorang.
A. V. Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang
menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa
makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah
system pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini
berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika
lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf
Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan
menunjukkan kesesatan penalarannya. Logika digunakan untuk
melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang
berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai
cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang
berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar
dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar.
Dengan
mengetahui
cara
atau
aturan-aturan
tersebut
dapat
menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut
Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh
kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang
logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan
kesimpulan.
Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaanpertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti
kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa
yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah?

Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang
penyimpulan.

B. I. Pengertian Penalaraan
Salah satu hal yang membedakan manusia dari binatang adalah
manusia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa dengan akal yang paling
sempurna sehingga manusia dapat bernalar, sedangkan binatang tidak.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan dari pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis diketahui dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Penalaran sebagai sebuah
kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis dan analitis.
Melalui proses penalaran, kita dapat sampai pada kesimpulan yang
berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses
pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta
yang relevan. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan
Menurut Glass dan Holyoak (Jacob, 1997, h. 29) bahwa penalaran
meliputi berbagai simpulan pengetahuan mutahir dan keyakinan.
Penalaran, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan
proses kognitif yang saling berhubungan. Pengambilan keputusan meliputi
usaha untuk mencapai setiap variasi dari berbagai tipe tujuan. Dengan
demikian, penalaran jelas meliputi pengambilan keputusan, sedangkan
penalaran dan pengambilan keputusan diperlukan untuk menyelesaikan
masalah. Sehingga, pengambilan keputusan berarti menaksir dan memilih
di antara beberapa alternatif yang tersedia. Penalaran adalah bentuk
khusus dari berpikir dalam upaya pengambilan inferensi dan konklusi
yang digambarkan oleh premis. Setiap penalaran adalah berpikir, tetapi
tidak semua berpikir adalah penalaran.
Berdasarkan Kamus Besar Indonesia, penalaran adalah:

1)

Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis;


jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta yang
tidak logis haruslah dikikis habis

2)

Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar


dan bukan dengan perasaan atau pengalaman

3)

Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta


atau prinsip

Berdasarkan e-learning gunadarma

bahwa Penalaran adalah bentuk

tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikan


sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi
yang mendahuluinya.
Adapun pengertian penalaran menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1)

Bakry

(1986:1) menyatakan

atau Reasoning merupakan

suatu

bahwa
konsep

yang

Penalaran
paling

umum

menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu
kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain
yang telah diketahui.
2)

Suriasumantri

(2001:42)

mengemukakan

secara

singkat

bahwa

penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu


simpulan yang berupa pengetahuan.
3)

Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses


berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau
eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa

penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan


fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa
pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses
berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
Adapun ciri-ciri dari penalaran yaitu :
a. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika
(penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).

b. Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan


suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
c. dilakukan dengan sadar
d. didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
e. Sistematis
f. terarah, bertujuan
g. menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap
yang baru
h. sadar tujuan
i. premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang
telah diperoleh
j. pola pemikiran tertentu
k. sifat empiris rasional
Cara berpikir dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Analitik dan Non analitik.
Sedangkan jika ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi :
Usaha aktif manusia dan apa yang diberikan. Dimana Penalaran Ilmiah
sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Penalaran Deduktif yang berujung pada rasionalisme
Penalaran Deduktif Merupakan cara penarikan kesimpulan dari
hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus
(individual). Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir silogisme, dua pernyataan dan
sebuah kesimpulan. Dan didalam silogisme terdapat premis
mayor dan premis minor.
Contoh :
Semua makhluk punya mata ( premis mayor )
Si Adam adalah seorang makhluk ( premis minor )
Jadi, Adam punya mata ( kesimpulan )
Adapun macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara

deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan)


dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri
dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan
dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
2. Penalaran Induktif yang berujung pada empirisme
Penalaran Induktif Merupakan cara penarikan kesimpulan dari
kasus individual nyata/fenomena

menjadi kesimpulan yang

bersifat umum. Proses penalaran ini mulai bergerak dari


penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada.
Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih
dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke penalaran induktif,
maka proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir
yang ilmiah. Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang
bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan
hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444
W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Adapun macam-macam dari penalaran induktif yaitu
a. Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk
semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi
mencakup

ciri

ciri

esensial,

bukan

rincian.

Dalam

pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan


fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Ada tiga cara pengujian untuk menentukan generalisasi:
1) Menambah jumlah kasus yang di uji, juga dapat
menambah probabilitas sehatnya generalisasi.

Maka harus seksama dan kritis untuk menentukan


apakah generalisasi (mencapai probabilitas ).
2) Hendaknya melihat adakah sample yang di selidiki
cukup representatif mewakili kelompok yang di
periksa.
3) Apabila ada kekecualian, apakah juga di
perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat
dan melancarkan generalisasi.
b. Analogi
Analogi adalah
persamaanya.
analogi,
beberapa

yakni

membandingkan
Kesimpulan

yang

kesimpulan

pendapat

khusus

dari

dua hal yang banyak


diambil
pendapat

yang

lain,

dengan
khusus
dengan

jalan
dari
cara

membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.


Contoh;
Sartono sembuh dari pusing kepalanya karena minum obat
ini.
Pengetahuan secara analogis adalah suatu metode yang
menjelaskan barang barang yang tidak biasa dengan istilah
istilah yang di kenal ide ide baru bisa di kenal atau dapat
di terima apabila di hubungkan dengan hal hal yang sudah
kita ketahui atau kita percayai.
c. Hubungan Kausalitas
Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsung
dalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan
akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah
sebab ke akibat dan akibat ke sebab. Ada 3 jenis hubungan
kausal, yaitu:
1.

Hubungan sebab-akibat

Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang


menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan
yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat
sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan
sebab merupakan gagasan penjelas
2. Hubungan akibat-sebab
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat,
kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari
sebabnya.
3. Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat
menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama
berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat
kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul
rangkaian beberapa akibat.

Menurut Galotti (1989) bahwa penalaran logis berarti mentransformasikan


informasi yang diberikan untuk memperoleh suatu konklusi (Matlin, 1994,
h. 379). Ada dua macam penalaran logis, yaitu:
1. Penalaran Kondisional
Penalaran
kondisional
berhubungan
dengan
pernyataan/proposisi: jika ..., maka ... Bagian jika ...
disebut anteseden. Antesden artinya proposisi yang
dimunculkan lebih pertama. Sedangkan, bagian maka ...
disebut konsekuen. Konsekuen artinya proposisi berikutnya.
Di sini, pernyataan kondisional tidak menegaskan bahwa jika
antesedennya benar atau konsekuennya benar adalah benar:
hanya menyatakan bahwa antesedennya mengakibatkan
konsekuennya.
Ada 4 situasi Penalaran Kondisional yang dapat benar seperti
berikut:
1) Mengesahkan anteseden: berarti bahwa bagian
kalimat jika ... adalah benar. Bentuk penalaran ini
menuju kepada konklusi valid atau konklusi benar.
2) Mengesahkan konsekuen: berarti bahwa bagian
kalimat maka ... adalah benar. Bentuk penalaran ini

menuju kepada konklusi invalid atau konklusi tidak


benar.
3) Menyangkal anteseden: berarti bahwa bagian kalimat
jika ... adalah salah. Menyangkal anteseden
mengarah kepada konklusi invalid atau konklusi tidak
benar.
4) Menyangkal konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat
maka ... adalah benar. Bentuk penalaran ini menuju
kepada konklusi valid atau konklusi benar.
2. Penalaran Silogistik (Silogisme).
Silogisme (syllogism dilafalkan sill-owe-jizz-um) memuat
dua premis, atau pernyataan yang harus kita asumsikan
benar, ditambah suatu konklusi. Silogisme meliputi kuantitas,
sehingga menggunakan kata-kata; semua, untuk setiap, ada,
tak satupun, atau istilah-istilah sinonim lainnya
B.II. Prinsip Penalaran
Dalam penalaran ada prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran
merupakan dasar semua penalaran yang terdiri atas tiga prinsip. Dimana,
aksioma atau prinsip dasar dapat didefinisikan bahwa suatu pernyataan
mengandung kebenaran universal yang kebenarannya itu sudah terbukti
dengan sendirinya. Ketiga prinsip penalaran yang dimaksudkan yaitu
sebagai berikut :
1. Prinsip Identitas/ Identity
Pada prinsip identitas menyatakan bahwa sesuatu hal adalah
sama dengan halnya sendiri. Sesuatu yang disebut p maka
sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain.
Prinsip identitas menuntut sifat yang konsisten dalam suatu
penalaran jika suatu himpunan beranggotakan sesuatu maka
sampai kapan pun tetap himpunan tersebut beranggotakan
sesuatu tersebut.
2. Prinsip Nonkontradiksi / Non-Contradiction

Prinsip

nonkontradiksi

menyatakan

bahwa

sesuatu

tidak

mungkin merupakan hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam


suatu kesatuan. Prinsip ini menyatakan juga bahwa dua sifat
yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin ada
pada suatu benda dalam waktu dan tempat yang sama. Prinsip
nonkontradiksi memperkuat prinsip identitas, yaitu dalam sifat
yang konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya.
3. Prinsip Eksklusi Tertii / Excluded Middle
Prinsip eksklusi tertii menyatakan bahwa sesuatu jika
dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka
tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah.
Prinsip eksklusi tertii menyatakan juga bahwa dua sifat yang
berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya
dimiliki oleh suatu benda. Prinsip ketiga ini memperkuat prinsip
identitas dan prinsip nonkontradiksi, yaitu dalam sifat yang
konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya, dan jika ada
kontradiksi maka tidak ada sesuatu di antaranya sehingga
hanyalah salah satu yang diterima.

Pada Kesalahan Penalaran dapat terjadi di dalam proses berpikir utk


mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara
penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan,
struktur kalimat, dan karena dorongan emosi. Salah nalar dibagi jadi 2
macam ;
1. Salah nalar induktif, berupa
a) kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
b) kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat
c) kesalahan analogi
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena :
a) kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
b) kesalahan karena adanya term keempat

c) kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak


dibatasi
d) kesalahan karena adanya 2 premis negatif

III.

Kesimpulan

Secara umum logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum
hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari
penalaran yang salah. Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai 548
SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak Filsafat kemudian
dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan logika
sebagai ilmu. Menurut Soekadijo (1985: 7), proses berpikir yang didasari
dengan logika akan melahirkan penalaran. Secara umum penalaran dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Penalaran deduktif adalah proses penarikan simpulan khusus
berdasarkan prinsip-prinsip umum. Sedangkan penalaran induktif adalah
kebalikan dari penalaran deduktif, yaitu proses penarikan simpulan umum
dari fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran deduktif ini disebut
silogisme, yang terdiri atas tiga bagian, yakni (1) pernyataan umum
(general statement), (2) contoh khusus (particular sample), dan (3)
simpulan (conclusion).

DAFTAR PUSTAKA
Alex Lanur OFM. 1983. Logika, Selayang Pandang. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. ISBN 979-413-124-5
Betrand Russel.2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi
sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang (alih Bahasa
Sigit jatmiko, dkk ) . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kusumah, Y.S. (1986). Logika Matematika Elementer. Bandung: Tarsito.
Jalaluddin dan Abddullah. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/penalaran-induktif-dandeduktif-3/
http://alqonews.wordpress.com/2010/08/20/pengertian-logika/Wikipedia.
2012.
Jan

Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Asas-asas penalaran


sistematis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ISBN 979-497-676-8

Glass, A. L., & Holyoak, K. J. (1986). Cognition (2nd ed.). Auckland:


McGraw-Hill International

Anda mungkin juga menyukai