Oleh :
Sumianti
Kelompok V :
1. Yosi Dian Eko Prastyo / 7616140456
2. Vincensius Prastowo / 7616140454
3. Sri Kelana / 7616140452
4. Siska Agustin Handini / 7616140450
Program Studi
Manajemen Pendidikan
Pasca Sarjana Universitas Negeri
Jakarta
2014
Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal
budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan
asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat
pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan
lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika
ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau,
paling tidak, dikurangi.
Logika Modern
Logika ini menerapkan prinsip-prinsip matematika pada logika
modern karenannya disebut juga logika matematis atau logika
simbolik.
Logika Material
Dimana argument dinyatakan benar dari segi isi, jika
pernyataan yang terdapat dalam argument memang sesuai
dengan kenyataan. Sebaliknya jika pernyataan-pernyataan
tidak sesuai dengan kenyataan, maka argument dinyatakan
tidak benar. Dengan demikian dalam suatu argument ada dua
persoalan yang harus dibedakan dengan tegas, adalah
ketepatan bentuk dan kebenaran isi/materi.
Logika Deduktif
Bentuk penalaran yang didasarkan pada kebenaran kebenaran
umum (yang sudah terbukti) dan dari situ ditarik satu
kesimpulan yang bersifat khusus (kebenaran baru).
kemampuan
Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang
penyimpulan.
B. I. Pengertian Penalaraan
Salah satu hal yang membedakan manusia dari binatang adalah
manusia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa dengan akal yang paling
sempurna sehingga manusia dapat bernalar, sedangkan binatang tidak.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan dari pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis diketahui dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Penalaran sebagai sebuah
kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis dan analitis.
Melalui proses penalaran, kita dapat sampai pada kesimpulan yang
berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses
pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta
yang relevan. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan
Menurut Glass dan Holyoak (Jacob, 1997, h. 29) bahwa penalaran
meliputi berbagai simpulan pengetahuan mutahir dan keyakinan.
Penalaran, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan
proses kognitif yang saling berhubungan. Pengambilan keputusan meliputi
usaha untuk mencapai setiap variasi dari berbagai tipe tujuan. Dengan
demikian, penalaran jelas meliputi pengambilan keputusan, sedangkan
penalaran dan pengambilan keputusan diperlukan untuk menyelesaikan
masalah. Sehingga, pengambilan keputusan berarti menaksir dan memilih
di antara beberapa alternatif yang tersedia. Penalaran adalah bentuk
khusus dari berpikir dalam upaya pengambilan inferensi dan konklusi
yang digambarkan oleh premis. Setiap penalaran adalah berpikir, tetapi
tidak semua berpikir adalah penalaran.
Berdasarkan Kamus Besar Indonesia, penalaran adalah:
1)
2)
3)
Bakry
(1986:1) menyatakan
suatu
bahwa
konsep
yang
Penalaran
paling
umum
menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu
kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain
yang telah diketahui.
2)
Suriasumantri
(2001:42)
mengemukakan
secara
singkat
bahwa
ciri
ciri
esensial,
bukan
rincian.
Dalam
yakni
membandingkan
Kesimpulan
yang
kesimpulan
pendapat
khusus
dari
yang
lain,
dengan
khusus
dengan
jalan
dari
cara
Hubungan sebab-akibat
Prinsip
nonkontradiksi
menyatakan
bahwa
sesuatu
tidak
III.
Kesimpulan
Secara umum logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum
hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari
penalaran yang salah. Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai 548
SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak Filsafat kemudian
dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan logika
sebagai ilmu. Menurut Soekadijo (1985: 7), proses berpikir yang didasari
dengan logika akan melahirkan penalaran. Secara umum penalaran dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Penalaran deduktif adalah proses penarikan simpulan khusus
berdasarkan prinsip-prinsip umum. Sedangkan penalaran induktif adalah
kebalikan dari penalaran deduktif, yaitu proses penarikan simpulan umum
dari fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran deduktif ini disebut
silogisme, yang terdiri atas tiga bagian, yakni (1) pernyataan umum
(general statement), (2) contoh khusus (particular sample), dan (3)
simpulan (conclusion).
DAFTAR PUSTAKA
Alex Lanur OFM. 1983. Logika, Selayang Pandang. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. ISBN 979-413-124-5
Betrand Russel.2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi
sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang (alih Bahasa
Sigit jatmiko, dkk ) . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kusumah, Y.S. (1986). Logika Matematika Elementer. Bandung: Tarsito.
Jalaluddin dan Abddullah. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/penalaran-induktif-dandeduktif-3/
http://alqonews.wordpress.com/2010/08/20/pengertian-logika/Wikipedia.
2012.
Jan