Anda di halaman 1dari 12

Variabel independen : Kecerdasan Emosional

Variabel dependen : Kesadaran Diri, Pengaturan Diri, Motivasi


Kecerdasan Emosional

Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog
Salovey dari Harvard University dan Mayer dari University of New Hampshire untuk
menerangkan kualitas-kualitas itu antara lain : empati, mengungkapkan dan memahami
perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian dan kemampuan menyesuaikan diri, disukai,
kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan
sikap hormat. Mereka mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
merasakan emosinya untuk mengeluarkan atau membangkitkan emosi, seperti emosi untuk
membantu berpikir, memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi serta untuk
merefleksikan emosi secara teratur seperti mengendalikan emosi dan perkembangan intelektual
(Dalam Shapiro, 2003: 5).

Reuven Bar-On, kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi


dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Sementara itu Stein dan E. Book mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan
jalan kita di dunia yang rumit aspek pribadi, akal sehat yang penuh dengan misteri, dan
kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari (Dikutip dari Rufahniyyah,
2012: 17).

Menurut Goleman (2004), tokoh yang mempopulerkan kecerdasan emosional,


berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
dan bertahan terhadap frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Tokoh lain, Shapiro berpendapat bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk berhubungan dengan perilaku moral, cara
berpikir yang realistis, pemecahan masalah interaksi sosial, emosi diri dan keberhasilan
akademik. Definisi Goleman dan Shapiro menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terbentuk
dari beberapa aspek keterampilan emosi.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Dulewicz dan Higgs menemukan tujuh elemen utama dalam kecerdasan emosional
yaitu: (a) penyadaran diri (self awareness), (b) manajemen emosi (emotional management), (c)
motivasi diri (self motivation), (d) empati (empathy), (e) mengelola hubungan handling
(handling relationship), (f) komunikasi interpersonal (interpersonal communication), (g) gaya
pribadi (personal style). (Dikutip dari Khalifah, 2009: 46) Salovey membagi kecerdasan
emosional menjadi beberapa aspek, yaitu:

a. Mengenali diri sendiri

Kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu ke


waktu, mencermati perasaan yang muncul. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan
yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi. Kemampuan
mengenali diri sendiri meliputi kesadaran diri.

b. Mengelola emosi

Kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau


ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar.
Orang yang buruk kemampuan dalam ketrampilan ini akan terus menerus bernaung
melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar akan dapat bangkit kembali jauh
lebih cepat. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan penguasaan diri dan
kemampuan menenangkan kembali.

c. Memotivasi diri sendiri

Kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan
sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki keterampilan
ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang dikerjakannya.
Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi , yaitu menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini meliputi:
pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan optimis.
d. Mengenali emosi orang lain

Kemampuan ini disebut empati, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran
diri emosional, kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosial. Orang
empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan
apa yang dibutuhkan orang atau dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan

Seni membina hubungan sosial merupakan keterampilan mengelola emosi orang


lain, meliputi ketrampilan sosial yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan hubungan antar pribadi. (Dalam Goleman, 2003: 57)

Seperti halnya Salovey, pada mulanya Daniel Goleman pun menyebut lima factor
penting guna mengembangkan kesadaran emosi, yakni (a) penyadaran diri, (b) mengelola
emosi, (c) memotivasi diri sendiri, (d) empati, (e) keterampilan sosial. Namun akhirnya
Goleman mempertegas sekaligus menyederhanakan frame work kompetensi kecerdasan
emosional menjadi berikut ini :

a. Kesadaran diri

Kesadaran diri adalah keterampilan untuk mengetahui kondisi diri, kesukaan,


sumber daya dan intuisi. Kesadaran diri merupakan keterampilan dasar yang vital untuk
ketiga kecakapan emosi:

1. Kesadaran emosi; tahu tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja seseorang
dan kemampuan untuk menggunakan nilai-nilai yang dimilikinya untuk memandu
pembuatan keputusan.
2. Penilaian diri sendiri; perasaan yang tulus tentang kekuatan- kekuatan dan batas-batas
pribadi seseorang, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki dan kemampuan
belajar dari pengalaman.
3. Percaya diri; keberanian yang berasal dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai dan
tujuan
b. Kesadaran sosial

Kesadaran sosial yaitu kecakapan yang menentukan bagaimana seseorang


menangani suatu hubungan. Akibat perbedaan-perbedaan dalam hal seberapa baik
seseorang yang telah mempelajari keterampilan dasar kesadaran sosial, ada perbedaan
terkait di antara setiap orang dalam hal kecakapan-kecakapan untuk bekerja yang dibangun
di atas dasar empati. Empati merupakan ketarmpilan dasar untuk semua kecakapan sosial.
Kecakapan-kecakapan ini meliputi:

1. Memahami perasaan orang lain; mengindra perasaan-perasaan dan perspektif orang lain,
serta menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan-kepentingan orang lain.
2. Menghormati keberagaman; menumbuhkan kesempatan melalui keragaman
sumberdaya manusia.
c. Manajemen diri

Manajemen diri yaitu keterampilan mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri
sendiri. Manajemen diri teridiri dari beberapa komponen, antara lain:

1. Pengendalian diri; keterampiilan mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati


yang merusak.
2. Dapat dipercaya; memelihara norma kejujuran dan integritas
3. Dorongan berprestasi; dorongan untuk meningkatkan atau memenuhi standar
keunggulan.
d. Keterampilan sosial

Yaitu kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.
Keterampilan sosial yang makna intinya adalah seni menangani emosi orang lain,
merupakan dasar bagi beberapa kecakapan, yatiu antara lain:

1. Mengembangkan orang lain; merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan


berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.
2. Komunikasi; mengirimkan pesan secara jelas dan meyakinkan.
3. Manajemen konflik; merundingkan dan menyelesaikan perbedaan pendapat.
4. Kepemimpinan; menjadi pecandu dan sumber lilin.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan


emosional memiliki beberapa aspek, seperti yang dikemukakan oleh Daniel Goleman yaitu a)
kesadaran diri, b) kesadaran sosial, c) manajemen diri, d) keterampilan sosial.
Kerangka Kerja Konseptual Kecerdasan Emosional

Sub Konstruk Dimensi Indikator


Kecakapan Pribadi Kesadaran Diri  Kesadaran terhadap emosi
diri
 Penilaian diri secara teliti
 Percaya diri
Pengaturan Diri  Kendali diri
 Sifat dapat dipercaya
 Kewaspadaan
 Adaptabilitas
 Inovasi
Motivasi  Dorongan prestasi
 Komitmen terhadap
kelompok
 Kemampuan berinisiatif
 Optimisme

Hunter dan Schmid (Goleman 1999) menyatakan bahwa IQ saja ternyata tidak cukup
untuk menerangkan kinerja orang sesunguhnya dalam pekerjaan dan dalam hidup. Ketika skor
IQ dikorelasikan dengan tingkat kinerja orang dalam karir mereka, taksiran tertinggi untuk
besarnya peran selisih IQ terhadap kinerja adalah sekitar 25 persen.

Namun dalam penelitiannya yang lebih komprehensif, mereka menyatakan bahwa


koefisien determinasi tersebut tidak lebih dari 10 prosen, bahkan bisa hanya 4 persen. Hal ini
berarti bahwa IQ tidak mampu menerangkan 75 prosen dari keberhasilan-keberhasilan dalam
pekerjaan, atau bahkan sampai 96 persen.

Kelima, Goleman (1998) dengan mengambil sampel 188 perusahaan besar dan global,
meneliti kemampuan personal apa yang menentukan kinerja puncak dalam perusahaan-
perusahaan tersebut, dan berapa tingkat perbandingannya. Goleman mengelompokkan
kemampuan manajerial menjadi tiga kelompok, yaitu kemampuan teknikal murni seperti
akuntansi dan perencanaan bisnis, kemampuan kognitif seperti kemampauan membuat alasan
yang analitis, dan kemampuan menunjukkan kecerdasan emosional seperti kemampuan bekerja
dengan orang lain, dan efektivitas dalam memimpin perubahan. Hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut: kemampuan kecerdasan emosional adalah pendorong kinerja puncak.
Kemampuan-kemampuan kognitif seperti big-picture thinking dan long-term vision juga
penting. Tetapi ketika dibandingkan antara kemampuan teknikal, IQ, dan kecerdasan emosional
sebagai penentu kinerja yang cermerlang tersebut, kecerdasan emosional menduduki porsi lebih
penting dua kali dibandingkan dengan yang lain pada seluruh tingkatan jabatan.

Terakhir, Goleman (1995) menyatakan bahwa di masa mendatang akan terjadi sebuah
krisis yang diakibatkan oleh meningkatnya IQ dan menurunnya EQ. Meningkatnya kualitas
nutrisi, kesempatan menyelesaikan jenjang pendidikan lebih tinggi, adanya game komputer
telah membantu anak-anak menguasai spatial skills, sehingga mampu meningkatkan IQ anak,
sementara penelitian lainnya menunjukkan bahwa anak-anak sekarang tumbuh dalam kesepian
dan depresi, lebih mudah marah dan lebih sulit diatur, lebih gugup dan cenderung cemas, lebih
impulsif dan agresif. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
kecerdasan emosional. Bila hal ini dibiarkan, maka akan terjadi proses dehumanisasi dalam
kehidupan.

Penyusunan angket dikelompokkan menjadi item-item favorable dan unfavorable.


Dimana pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung atau menunjukkan
atribut yang diukur, sedang pernyataan unfavorable adalah penyataan yang tidak mendukung
dan tidak menunjukkan atribut yang diukur.

Pernyataan dalam angket 1 dan 2 yang termasuk dalam item favorable diberikan
nilai sebagai berikut:

a. Sangat sesuai (SS) 5


b. Sesuai (S) 4
c. Ragu-ragu (R) 3
d. Tidak sesuai (TS) 2
e. Sangat tidak sesuai (STS) 1

Pernyataan dalam angket yang termasuk dalam item unfavorable diberikan nilai sebagai
berikut:

a. Sangat sesuai (SS) 1


b. Sesuai (S) 2
c. Ragu-ragu (R) 3
d. Tidak sesuai (TS) 4
e. Sangat tidak sesuai (STS) 5

Alasan peneliti memberi simbol angka 1,2,3,4, dan 5 pada angket yang disusun
oleh peneliti karena Likret (Abdurrahman dan Muhidin, 2007) menyatakan bahwa
berdasarkan kajian terhadap sifat/ciri-ciri dari data ordinal dan interval serta untuk
kepentingan pengolahan data, maka angka-angka 1.2.3.4. dan 5 yang diberikan pada
alternatif jawaban pada jenis skala pengukuran Likert tidak menunjukkan skala Likert
termasuk pada data interval, melainkan angka-angka 1.2.3.4 dan 5 tadi hanyalah kode
atau simbol yang berbentuk angka untuk mengkuantifikasikan alternatif jawaban pada skala
Likert yang berbentuk kata/kalimat (kualitatif), dengan tujuan agar peneliti dapat
dengan mudah melakukan pengolahan data, terutama pada penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana skala Likert merupakan jenis skala
pengukuran yang menyediakan data berbentuk ordinal.

Blue Print Skala Kecerdasan Emosional

Nomor aitem
Aspek Total
Favourable Unfavourable
Mengenali emosi diri 1,11,21,31,41,51,61,71 2,12,22,32,42,52,62,72 16
Mengelola emosi 3,13,23,33,43,53,63,73 4,14,24,34,44,54,64,74 16
Memotivasi diri 5,15,25,35,45,55,60,70 6,16,26,36,46,56,66,76 16
sendiri
Mengenali emosi 7,17,27,37,47,57,67,77, 8,18,28,38,48,58,68,78 16
orang lain
Membina hubungan 9,19,29,39,49,59,69,79 10,20,30,40,50,65,75,80 16
Jumlah 40 40 80
Tabel 2
Blue Print Skala Kecerdasan Emosional

Nomor aitem
Aspek Total
Favourable Unfavourable
Aspek keyakinan terhadap kemampuan 1,9,17,25,34,42, 2,10,18,26,33, 28
dalam menghadapi situasi yang tidak 49,57,65,73, 41,50,58,66,74,
7,15,23,31 8,16,24,30
menentu yang mengandung unsur
kekaburan, tidak dapat diprediksi dan
penuh tekanan.
Aspek keyakinan terhadap kemampuan 3,11,19,27,35, 4,12,20,28,36, 26
menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif 43,51,59,67,75, 44,52,60,68,76,
dan melakukan tindakan yang 39, 47,55 40, 48,56
diperlukan untuk mencapai suatu hasil.
Aspek keyakinan mencapai target yang 5,13,21,29,37, 6,14,22,32,38, 26
telah ditentukan. 45,53,61,69,77, 46,54,62,70,72,
63,71,79 64,78,80
Jumlah 40 40 80

SKALA Y
PERNYATAAN JAWABAN
1. Ketika saya menghadapi masalah/ SS S R TS STS
esulitan, saya tahu apa yang harus saya
lakukan.
2. Saya terkadang merasa risau/gelisah SS S R TS STS
tanpa tahu sebabnya.
3. Saya berusaha meredam rasa SS S R TS STS
cemas/gelisah dengan mencoba
melakukan aktivitas yang menyenangkan.
4. Saya suka meluapkan kemarahan kepada SS S R TS STS
orang lain yang ada didekat saya.
5. Saya yakin dengan disiplin yang tinggi SS S R TS STS
saya akan berhasil melakukan pekerjaan
dengan baik.
6. Hambatan/kesulitan yang timbul SS S R TS STS
membuat saya menjadi tidak bersemangat
lagi.
7. Saya dapat memahami emosi yang SS S R TS STS
sedang dirasakan teman saya.
8. Saya sulit memahami perasaan orang SS S R TS STS
lain.
9. Saya menjaga hubungan baik dengan SS S R TS STS
orang lain.
10. Saya kerap membanding-bandingkan SS S R TS STS
teman satu dengan teman lain.
11. Saya merasa cukup percaya diri didepan SS S R TS STS
teman-teman dan orang lain.
12. Saya merasa kecewa terhadap diri sendiri. SS S R TS STS
13. Saya menganggap kritikan sebagai SS S R TS STS
masukan yang berharga untuk
meningkatkan kualitas pribadi.
14. Saya akan sangat kecewa jika yang SS S R TS STS
terjadi tidak seperti harapan saya.
15. Saya bertambah semangat jika berhasil SS S R TS STS
mengatasi permasalahan yang ada.
16. Saya merasa rendah diri dihadapan orang SS S R TS STS
yang lebih pintar dari pada saya.
17. Saya mudah merasa tersentuh dengan SS S R TS STS
penderiitaan orang lain.
18. Jika teman saya kecewa saya merasa itu SS S R TS STS
kesalahannya sendiri.
19. Saya dapat menerima teman-teman saya SS S R TS STS
apa adanya.
20. Saya malas mengawali pembicaraan SS S R TS STS
dengan orang lain yang belum saya kenal.
21. Bila saya menghadapi persoalan, saya SS S R TS STS
membutuhkan teman untuk berbagi
22. Saya selalu mengalami kesulitan untuk SS S R TS STS
mengambil keputusan.
23. Saya tidak mudah merasa putus asa meski SS S R TS STS
mengalami banyak kesulitan/hambatan.
24. Bila saya marah dengan seseorang, saya SS S R TS STS
akan sangat membencinya.
25. Saya mengerjakan hal-hal yang SS S R TS STS
menambah kreativitas saya.
26. Saya merasa bahwa saya memilki banyak SS S R TS STS
kekurangan.
27. Saya akan membantu kesulitan orang lain SS S R TS STS
secara ikhlas.
28. Saya akan membantu seseorang jika mereka SS S R TS STS
sudah pernah membantu saya sebelumnya.

29. Saya tidak mengalami kesulitan dalam SS S R TS STS


menjalin komunikasi dengan orang lain.
30. Saya sulit menerima pendapat orang lain SS S R TS STS
yang berbeda dengan pendapat saya.
31. Setiap saya mengambil keputusan dengan SS S R TS STS
pertimbangan dan pemikiran yang
matang.
32. Saya ingin melampiaskan kekesalan saya SS S R TS STS
namun tidak tahu dengan cara bagaimana.
33. Saya lebih cenderung untuk intropeksi SS S R TS STS
diri daripada menyalahkan orang lain.
34. Saya akan membanting apa saja yang ada SS S R TS STS
didekat saya jika sedang marah.
35. Saya merasa bangga dengan hasil SS S R TS STS
pekerjaan yang telah saya lakukan.
36. Setiap hasil yang saya raih, saya merasa SS S R TS STS
tidak lebih baik dari yang diperoleh
teman-teman.
37. Setiap hal yang saya lakukan, saya SS S R TS STS
berusaha agar tidak menyinggung
perasaan orang lain.
38. Saya tidak peduli dengan masalah yang SS S R TS STS
menimpa teman saya.
39. Bila ada kesalahpahaman dengan teman, SS S R TS STS
saya selalu beruaha menjernihkan
masalahnya.
40. Saya sulit bekerja sama dengan orang lain SS S R TS STS
yang belum saya kenal.
41. Saya merasa malu bila ketahuan SS S R TS STS
mencontek.
42. Saya merasa tidak senang ketika teman SS S R TS STS
mendapat nilai yang lebih bagus.
43. Ketika saya khawatir saya akan berdoa. SS S R TS STS
44. Ketika saya gelisah, saya akan SS S R TS STS
membentak-bentak orang lain.
45. Saya tidak suka meunda-nunda SS S R TS STS
pekerjaan.
46. Jika menurut guru prestasi saya kurang SS S R TS STS
baik, saya lebih baik bersikap pasrah.
47. Ketika teman saya sedih saya berusaha SS S R TS STS
menghiburnya.
48. Ketika teman saya marah maka saya akan SS S R TS STS
membentak-bentaknya.
49. Saya akan berbincang-bincang dengan SS S R TS STS
teman saya jika ada waktu senggang.
50. Saya lebih suka menghindar jika bertemu SS S R TS STS
teman yang tidak saya sukai.
51. Saya bangga ketika bisa menyelesaikan SS S R TS STS
tugas yang sulit.
52. Saya tidak kesal ketika ada orang yang SS S R TS STS
berbicara kotor.
53. Ketika saya tenang tugas-tugas akan SS S R TS STS
terselesaikan dengan cepat.
54. Ketika saya capek, saya sering memarahi SS S R TS STS
tema-teman saya.
55. Saya akan tetap berusaha melaksanakan tugas SS S R TS STS
yang dibebankan kepada saya meskipun hal itu
pertama kali saya
lakukan.
56. Saya merasa puas dengan apa yang telah SS S R TS STS
saya lakukan di sekolah.
57. Ketika teman saya bercerita saya SS S R TS STS
berusaha mendengarkannya.
58. Ketika ada teman yang bercerita saya SS S R TS STS
malas mendengarkannya.
59. Saya berusaha untuk terseyum ketika SS S R TS STS
bertemu dengan orang lain.
60. Saya ingin segera menuntaskan tugas- SS S R TS STS
tugas dengan cepat.
61. Saya gembira apa yang saya kerjakan SS S R TS STS
dapat diterima oleh orang lain.
62. Saya merasa putus asa ketika menghadapi SS S R TS STS
peraturan disekolah.
63. Ketika saya bahagia, saya selalu bersikap SS S R TS STS
ramah pada siapapun.
64. Saya tidak menyukai pekerjaan yang SS S R TS STS
monoton.
65. Jika ada orang baru yang masuk kelas SS S R TS STS
saya, maka saya menunggu untuk disapa
terlebih dahulu.
66. Saya sudah puas dengan ilmu yang saya SS S R TS STS
miliki saat ini.
67. Ketika ada teman saya yang murung saya SS S R TS STS
akan berusaha berbicara dengannya.
68. Ketika teman saya menangis maka saya SS S R TS STS
akan memarahinya.
69. Saya akan menyapa lebih dahulu orang SS S R TS STS
yang saya kenal ketika bertemu.
70. Saya harus hormat dan berbakti pada SS S R TS STS
orang tua dan guru.
71. Saya merasa akrab dengan orang lain SS S R TS STS
ketika saya berbincang-bincang dengan
mereka.
72. Saya jengkel kalau teman saya tidak mau SS S R TS STS
menuruti keinginan saya.
73. Bila nilai ulangan saya jelek, saya akan SS S R TS STS
belajar lebih tekun lagi.
74. Saya bosan disekolah. SS S R TS STS
75. Saya tidak suka bertukar pikiran dengan SS S R TS STS
rekan sejawat.
76. Teman-teman tidak suka bermain dengan SS S R TS STS
saya.
77. Dari wajahnya saya tahu teman saya SS S R TS STS
sedang sedih.
78. Saya tidak tahu apakah teman saya SS S R TS STS
sedang sedih atau senang.
79. Bila teman saya ada yang ulang tahun, SS S R TS STS
saya memberinya kado.
80. Saya kurang suka bergaul dengan teman- SS S R TS STS
teman.

Anda mungkin juga menyukai