Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog
Salovey dari Harvard University dan Mayer dari University of New Hampshire untuk
menerangkan kualitas-kualitas itu antara lain : empati, mengungkapkan dan memahami
perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian dan kemampuan menyesuaikan diri, disukai,
kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan
sikap hormat. Mereka mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
merasakan emosinya untuk mengeluarkan atau membangkitkan emosi, seperti emosi untuk
membantu berpikir, memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi serta untuk
merefleksikan emosi secara teratur seperti mengendalikan emosi dan perkembangan intelektual
(Dalam Shapiro, 2003: 5).
Dulewicz dan Higgs menemukan tujuh elemen utama dalam kecerdasan emosional
yaitu: (a) penyadaran diri (self awareness), (b) manajemen emosi (emotional management), (c)
motivasi diri (self motivation), (d) empati (empathy), (e) mengelola hubungan handling
(handling relationship), (f) komunikasi interpersonal (interpersonal communication), (g) gaya
pribadi (personal style). (Dikutip dari Khalifah, 2009: 46) Salovey membagi kecerdasan
emosional menjadi beberapa aspek, yaitu:
b. Mengelola emosi
Kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan
sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki keterampilan
ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang dikerjakannya.
Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi , yaitu menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini meliputi:
pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan optimis.
d. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan ini disebut empati, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran
diri emosional, kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosial. Orang
empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan
apa yang dibutuhkan orang atau dikehendaki orang lain.
e. Membina hubungan
Seperti halnya Salovey, pada mulanya Daniel Goleman pun menyebut lima factor
penting guna mengembangkan kesadaran emosi, yakni (a) penyadaran diri, (b) mengelola
emosi, (c) memotivasi diri sendiri, (d) empati, (e) keterampilan sosial. Namun akhirnya
Goleman mempertegas sekaligus menyederhanakan frame work kompetensi kecerdasan
emosional menjadi berikut ini :
a. Kesadaran diri
1. Kesadaran emosi; tahu tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja seseorang
dan kemampuan untuk menggunakan nilai-nilai yang dimilikinya untuk memandu
pembuatan keputusan.
2. Penilaian diri sendiri; perasaan yang tulus tentang kekuatan- kekuatan dan batas-batas
pribadi seseorang, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki dan kemampuan
belajar dari pengalaman.
3. Percaya diri; keberanian yang berasal dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai dan
tujuan
b. Kesadaran sosial
1. Memahami perasaan orang lain; mengindra perasaan-perasaan dan perspektif orang lain,
serta menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan-kepentingan orang lain.
2. Menghormati keberagaman; menumbuhkan kesempatan melalui keragaman
sumberdaya manusia.
c. Manajemen diri
Manajemen diri yaitu keterampilan mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri
sendiri. Manajemen diri teridiri dari beberapa komponen, antara lain:
Yaitu kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.
Keterampilan sosial yang makna intinya adalah seni menangani emosi orang lain,
merupakan dasar bagi beberapa kecakapan, yatiu antara lain:
Hunter dan Schmid (Goleman 1999) menyatakan bahwa IQ saja ternyata tidak cukup
untuk menerangkan kinerja orang sesunguhnya dalam pekerjaan dan dalam hidup. Ketika skor
IQ dikorelasikan dengan tingkat kinerja orang dalam karir mereka, taksiran tertinggi untuk
besarnya peran selisih IQ terhadap kinerja adalah sekitar 25 persen.
Kelima, Goleman (1998) dengan mengambil sampel 188 perusahaan besar dan global,
meneliti kemampuan personal apa yang menentukan kinerja puncak dalam perusahaan-
perusahaan tersebut, dan berapa tingkat perbandingannya. Goleman mengelompokkan
kemampuan manajerial menjadi tiga kelompok, yaitu kemampuan teknikal murni seperti
akuntansi dan perencanaan bisnis, kemampuan kognitif seperti kemampauan membuat alasan
yang analitis, dan kemampuan menunjukkan kecerdasan emosional seperti kemampuan bekerja
dengan orang lain, dan efektivitas dalam memimpin perubahan. Hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut: kemampuan kecerdasan emosional adalah pendorong kinerja puncak.
Kemampuan-kemampuan kognitif seperti big-picture thinking dan long-term vision juga
penting. Tetapi ketika dibandingkan antara kemampuan teknikal, IQ, dan kecerdasan emosional
sebagai penentu kinerja yang cermerlang tersebut, kecerdasan emosional menduduki porsi lebih
penting dua kali dibandingkan dengan yang lain pada seluruh tingkatan jabatan.
Terakhir, Goleman (1995) menyatakan bahwa di masa mendatang akan terjadi sebuah
krisis yang diakibatkan oleh meningkatnya IQ dan menurunnya EQ. Meningkatnya kualitas
nutrisi, kesempatan menyelesaikan jenjang pendidikan lebih tinggi, adanya game komputer
telah membantu anak-anak menguasai spatial skills, sehingga mampu meningkatkan IQ anak,
sementara penelitian lainnya menunjukkan bahwa anak-anak sekarang tumbuh dalam kesepian
dan depresi, lebih mudah marah dan lebih sulit diatur, lebih gugup dan cenderung cemas, lebih
impulsif dan agresif. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
kecerdasan emosional. Bila hal ini dibiarkan, maka akan terjadi proses dehumanisasi dalam
kehidupan.
Pernyataan dalam angket 1 dan 2 yang termasuk dalam item favorable diberikan
nilai sebagai berikut:
Pernyataan dalam angket yang termasuk dalam item unfavorable diberikan nilai sebagai
berikut:
Alasan peneliti memberi simbol angka 1,2,3,4, dan 5 pada angket yang disusun
oleh peneliti karena Likret (Abdurrahman dan Muhidin, 2007) menyatakan bahwa
berdasarkan kajian terhadap sifat/ciri-ciri dari data ordinal dan interval serta untuk
kepentingan pengolahan data, maka angka-angka 1.2.3.4. dan 5 yang diberikan pada
alternatif jawaban pada jenis skala pengukuran Likert tidak menunjukkan skala Likert
termasuk pada data interval, melainkan angka-angka 1.2.3.4 dan 5 tadi hanyalah kode
atau simbol yang berbentuk angka untuk mengkuantifikasikan alternatif jawaban pada skala
Likert yang berbentuk kata/kalimat (kualitatif), dengan tujuan agar peneliti dapat
dengan mudah melakukan pengolahan data, terutama pada penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana skala Likert merupakan jenis skala
pengukuran yang menyediakan data berbentuk ordinal.
Nomor aitem
Aspek Total
Favourable Unfavourable
Mengenali emosi diri 1,11,21,31,41,51,61,71 2,12,22,32,42,52,62,72 16
Mengelola emosi 3,13,23,33,43,53,63,73 4,14,24,34,44,54,64,74 16
Memotivasi diri 5,15,25,35,45,55,60,70 6,16,26,36,46,56,66,76 16
sendiri
Mengenali emosi 7,17,27,37,47,57,67,77, 8,18,28,38,48,58,68,78 16
orang lain
Membina hubungan 9,19,29,39,49,59,69,79 10,20,30,40,50,65,75,80 16
Jumlah 40 40 80
Tabel 2
Blue Print Skala Kecerdasan Emosional
Nomor aitem
Aspek Total
Favourable Unfavourable
Aspek keyakinan terhadap kemampuan 1,9,17,25,34,42, 2,10,18,26,33, 28
dalam menghadapi situasi yang tidak 49,57,65,73, 41,50,58,66,74,
7,15,23,31 8,16,24,30
menentu yang mengandung unsur
kekaburan, tidak dapat diprediksi dan
penuh tekanan.
Aspek keyakinan terhadap kemampuan 3,11,19,27,35, 4,12,20,28,36, 26
menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif 43,51,59,67,75, 44,52,60,68,76,
dan melakukan tindakan yang 39, 47,55 40, 48,56
diperlukan untuk mencapai suatu hasil.
Aspek keyakinan mencapai target yang 5,13,21,29,37, 6,14,22,32,38, 26
telah ditentukan. 45,53,61,69,77, 46,54,62,70,72,
63,71,79 64,78,80
Jumlah 40 40 80
SKALA Y
PERNYATAAN JAWABAN
1. Ketika saya menghadapi masalah/ SS S R TS STS
esulitan, saya tahu apa yang harus saya
lakukan.
2. Saya terkadang merasa risau/gelisah SS S R TS STS
tanpa tahu sebabnya.
3. Saya berusaha meredam rasa SS S R TS STS
cemas/gelisah dengan mencoba
melakukan aktivitas yang menyenangkan.
4. Saya suka meluapkan kemarahan kepada SS S R TS STS
orang lain yang ada didekat saya.
5. Saya yakin dengan disiplin yang tinggi SS S R TS STS
saya akan berhasil melakukan pekerjaan
dengan baik.
6. Hambatan/kesulitan yang timbul SS S R TS STS
membuat saya menjadi tidak bersemangat
lagi.
7. Saya dapat memahami emosi yang SS S R TS STS
sedang dirasakan teman saya.
8. Saya sulit memahami perasaan orang SS S R TS STS
lain.
9. Saya menjaga hubungan baik dengan SS S R TS STS
orang lain.
10. Saya kerap membanding-bandingkan SS S R TS STS
teman satu dengan teman lain.
11. Saya merasa cukup percaya diri didepan SS S R TS STS
teman-teman dan orang lain.
12. Saya merasa kecewa terhadap diri sendiri. SS S R TS STS
13. Saya menganggap kritikan sebagai SS S R TS STS
masukan yang berharga untuk
meningkatkan kualitas pribadi.
14. Saya akan sangat kecewa jika yang SS S R TS STS
terjadi tidak seperti harapan saya.
15. Saya bertambah semangat jika berhasil SS S R TS STS
mengatasi permasalahan yang ada.
16. Saya merasa rendah diri dihadapan orang SS S R TS STS
yang lebih pintar dari pada saya.
17. Saya mudah merasa tersentuh dengan SS S R TS STS
penderiitaan orang lain.
18. Jika teman saya kecewa saya merasa itu SS S R TS STS
kesalahannya sendiri.
19. Saya dapat menerima teman-teman saya SS S R TS STS
apa adanya.
20. Saya malas mengawali pembicaraan SS S R TS STS
dengan orang lain yang belum saya kenal.
21. Bila saya menghadapi persoalan, saya SS S R TS STS
membutuhkan teman untuk berbagi
22. Saya selalu mengalami kesulitan untuk SS S R TS STS
mengambil keputusan.
23. Saya tidak mudah merasa putus asa meski SS S R TS STS
mengalami banyak kesulitan/hambatan.
24. Bila saya marah dengan seseorang, saya SS S R TS STS
akan sangat membencinya.
25. Saya mengerjakan hal-hal yang SS S R TS STS
menambah kreativitas saya.
26. Saya merasa bahwa saya memilki banyak SS S R TS STS
kekurangan.
27. Saya akan membantu kesulitan orang lain SS S R TS STS
secara ikhlas.
28. Saya akan membantu seseorang jika mereka SS S R TS STS
sudah pernah membantu saya sebelumnya.