Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian

Dalam beberapa buku dan literatur ada beberapa definisi dari Comotio

cerebri atau gegar otak, diantaranya yaitu:

- Kamus Kedokteran, 2000

Comotio cerebri atau gegar otak adalah gangguan fungsional sementara tanpa

kelainan organik, disebabkan oleh benturan langsung atau tidak langsung.

- Hudak & Gallo,1996

Gegar serebral adalah sindrom yang melibatkan bentuk ringan dari cedera

otak menyebar. ini adalah disfungsi neurologis sementara dan bersifat dapat

pulih dengan atau tanpa kehilangan kesadaran.

- Engram,B, 1998

Comotio Cerebri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kehilangan

kesadaran sementara tanpa adanya kerusakan jaringan otak.

Pengertian Vulnus laceratum atau luka robek menurut Arif Mansjoer, dkk,

2000 adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compang camping

biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.

Sedangkan pengertian lain dari Vulnus laceratum merupakan luka yang

tepinya tidak rata atau compang-camping disebabkan proses benda yang

permukaannya tidak rata (Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 1997, hal. 105).


B. Kriteria Cedera Kepala

Kategori penentuan keparahan Cedera Kepala berdasarkan nilai Glasgow

Coma Scale (GCS).(Arif Mansjoer,dkk, 2000, hal 3)

- Ringan : GCS 14-15

- Sedang : GCS 9-13

- Berat : GCS 3-8

Kategori penentuan keparahan Cedera Kepala menurut Barbara C Long,

1996, hal 204 : Cedera Kepala bisa terbuka atau tertutup, luka kepala terbuka

akibat Cedera Kepala dengan pecahnya tengkorak, sedangkan Cedera Kepala

tertutup diantaranya adalah :

- Comotio Cerebri : Tidak ada perubahan struktur

- Kontusio Cerebri : Ada perubahan struktur

- Laserasi : Ada perubahan struktur dan ada perdarahan.

C. Anatomi
D. Etiologi

Etiologi Comotio Cerebri biasanya berasal dari trauma langsung dan tidak

langsung pada kepala :

1. Trauma tidak langsung disebabkan

karena tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena pada kepala

akibat menarik leher.

2. Trauma langsung bila kepala langsung terluka.

Yang bisa mengakibatkan trauma langsung maupun tidak langsung

diantaranya adalah kecelakaan bermotor, jatuh, kecelakaan industri, dan olah

raga. (Barbara, C.Long, 1996, hal. 203)

E. Pathofisiologi

Comotio Cerebri dengan disertai edema dapat menyumbat sirkulasi CSF

baik langsung atau tidak yang berakibat tekanan intrakranial meningkat.

Bersamaan dengan terjadinya edema otak gangguan sirkulasi lokal maupun

sistemik dan dapat disertai anoksia. (Barbara C. Long, 1996, hal. 204)

Comotio Cerebri dapat menyebabkan perubahan fisiologis sehingga

terjadi gangguan faal berbagai organ :

- Pola Pernafasan

Karena neurofisiologi pernafasan sangat kompleks, kerusakan neurologis

dapat menimbulkan masalah pada beberapa tingkat. Beberapa lokasi pada

hemisfer serebral mengatur kontrol volunter terhadap otot yang digunakan

pada pernafasan pada sinkronisasi dan koordinasi serebelum pada upaya otot.
Nukleus dan area otak tengah dari batang otak mengatur automatisasi

pernafasan.

Pusat ini bisa dicederai oleh peningkatan TIK dan hipoksia serta oleh cedera

langsung atau interupsi aliran darah. Comotio Cerebri yang mengubah tingkat

kesadaran biasanya menimbulkan hipoventilasi alveolar karena nafas dangkal.

Faktor ini akhirnya dapat menimbulkan gagal pernafasan yang mengakibatkan

laju mortalitas tinggi pola pernafasan berbeda dapat diidentifikasi bila terdapat

disfungsi intrakranial. (Hudak dan Gallo, 1996, hal. 229).

- Kerusakan Mobilitas Fisik

Akibat utama dari Comotio Cerebri dapat mempengaruhi gerakan tubuh.

Hemisfer atau hemiplegia dapat terjadi sebagai akibat dari kerusaka pada area

motorik otak. Selain itu, pasien dapat mempunyai kontrol volunter terhadap

gerakan dalam menghadapi kesulitan perawatan diri dan kehidupan sehari-

hari yang berhubungan dengan postur, spastisitas atau kontraktur.

Pada disfungsi hemisfer bilateral atau disfungsi pada tingkat batang otak,

terdapat kehilangan penghambat serebral dari gerakan atau nuclonter terdapat

gangguan tonus otot dan penampilan postur abnormal yang pada saatnya

dapat membuat komplikasi seperti peningkatan spasitisitas dan kontraktur.

(Hudak dan Gallo, 1996, hal. 230).

- Keseimbangan Hidrasi

Hampir semua pasien Comotio Cerebri akan mempunyai masalah untuk

mempertahankan status hidrasi yang seimbang. Dalam keadaan stress

fisiologis makin banyak hormon antidiuretik dan makin banyak aldosteron di


produksi mengakibatkan retensi cairan dan natrium. Proses membaik dengan

sendirinya dalam sehari atau dua hari bila diuresis terjadi. (Hudak dan Gallo,

1996, hal. 230-231).

- Aktivitas Menelan

Suatu keadaan katabolisme dan keseimbangan nitrogen negatif adalah temuan

yang umumnya pada pasien dengan Comotio Cerebri. Gangguan area motorik

dan sensorik dari hemisfer serebral akan merusak kemampuan untuk

mendeteksi adaya makanan pada sisi mulut dipengaruhi dan untuk

memanipulasinya dengan gerakan pipi dan lidah. Selain itu reflek menelan

dari batang otak mungkin hiperaktif atau menurun sampai hilang sama sekali.

Hasil fungsional adalah tersedak, batuk tidak efektif atau tidak dan aspirasi

makanan atau cairan. (Hudak dan Gallo, 1996, hal. 231-233) .

- Kemampuan Komunikasi

Pasien dengan Comotio Cerebri disertai gangguan, kemampuan komunikasi

bukan tidak terjadi secara tersendiri. Kerusakan ini akibat dari kombinasi

efek-efek disorganisasi dan kekacauan proses bahasa dan gangguan afasia

khusus, bila ada.

Pasien yang telah mengalami cedera pada area hemisfer serebral dominan

dapat menunjukkan disfasia. Kehilangan kemampuan untuk menggunakan

bahasa dalam beberapa hal bahkan mungkin semua bentuk dari bahasa

tersebut. (Hudak dan Gallo, 1996, hal. 233).


F. Pathways

Trauma Trauma Tidak


Langsung Langsung

Goresan Benda Tumpul

Comotio Cerebri Vulnus Laceratum


Resti Infeksi

Hemoragik
Kerusakan Defisit
pada Area Neurologis
Motorik
Otak Edema
Perubahan Perubahan Stres
Perubahan Peningkatan
tingkat Persepsi Fisiologi
Hemiplegia Perfusi TIK
kesadaran Sensori
Jaringan
Serebral Nyeri Gangguan
Perubahan
Gangguan Hipoventilasi Proses Pikir Kepala Nervus
Mobilitas alveolar vagus
Fisik

Resti gagal Penurunan


nafas/ pola Fungsi
nafas tidak Pencernaan
efektif
Reflek menelan
menurun Mual dan
Muntah

Resti Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh
G. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

- Manifestasi Klinis Comotio Cerebri menurut Hudak & Gallo, 1996 :

 Penurunan kesadaran beberapa detik, disorientasi dan

bingung dalam waktu yang relatif singkat.

 Sakit kepala

 Tidak mampu untuk berkonsentrasi

 Gangguan memori sementara

 Beberapa penderita mengalami amnesia retrograd

- Pemeriksaan Penunjang

 Skan Ct

Mengidentifikasi adanya SOI, hemoragik, menentukan ukuran

ventrikuler, pergeseran jaringan otak.

 Angiografi Serebral

Menunjukkan adanya kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran

jaringan otak akibat edema, perdarahan, cedera.

 EEG

Memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.

 Sinar X

Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran

struktur dari garis tengah (karena perdarahan edema), adanya fragmen

tulang.

 GDA
Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang dapat

meningkatkan TIK.

 BAER (Brain Auditory E.V, Ok.ed Respons)

Menentukan fungsi korteks dan batang otak.

 PET (Positron Emission to Tomography)

Menunjukkaan perubahan aktivitas metabolisme pada otak.

(Doenges, ME, 2000, hal. 272)

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada prinsipnya berdasarkan 2 hal, yaitu : pencegahan komplikasi

dan perawatan. Pengawasan terhadap kesadaran dan fungsi –fungsi vital pernafasan

serta organ lain dilakukan setiap 15 menit sekali.

1. Penderita harus istirahat baring di tempat tidur sehingga semua keluhan hilang.

2. Pemberian obat bersifat simptomatik

3. Setelah keluhan hilang, klien dilatih untuk mobilisasi untuk mencegah terjadinya

neurosis traumatic.

4. Sarankan agar klien setelah puulang untuk control kembali.

5. Setelah keluar dari rumah sakit, segala aktivitas harus disesuaikan dengan

kemampuan klien serta selama kurang lebih 3 bulan setelah kecelakaan

sebaiknya pola hidup klien diatur sebaik mungkin.


II. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. Kebutuhan Aktivitas atau Istirahat

Pada kasusu ini biasanya terdapat gejala dan tanda yang muncul diantaranya

merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan,perubahan kesadaran,

letarge, hemiparese, quadreplegia, cedera ortopedi, kehilangan tonus otot,

otot spastik, masalah dalam keseimbangan, cara berjalan tidak tegap

sehingga membatasi klien untuk beraktivitas

B. Kebutuhan Konsep Diri

Terdapat perubahan tingkah laku atau kepribadian, cemas, mudah

tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi, impulsif.

C. Kebutuhan Eliminasi

Adanya inkontinentia kandung kemih atau usus atau mengalami gangguan

fungsi, sehingga membuat kebutuhan eliminasi klien terganggu.

D. Kebutuhan Nutrisi

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya mual, muntah, mengalami

perubahan selera, gangguan menelan.

E. Kebutuhan Rasa aman dan nyaman

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya cedera baru/cedera karena

kecelakaan,fraktur atau dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan kognitif,


gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, demam, gangguan dalam regulasi

satu tubuh.

F. Kebutuhan Oksigenasi

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya perubahan pola nafas, nafas

berbunyi, stridor, tersedak, ronkhi, mengi, positif.

G. Kebutuhan Interaksi Sosial

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya afasia motorik atau

sensorik,bicara tanpa arti bicara berulang-ulang, disartria, anomia sehingga

membuat klien sulit untuk berkomunikasi.

(Doenges, ME, 2000, hal 270-272)


III. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Dalam pengelolaan pasien dengan comotio cerebri dan vulnus laceratum,

pengkajian yang dilakukan lebih dispesifikkan untuk mencari data fokus yang

mengidentifikasi pada kasus comotio cerebri dan vulnus laceratum.Data

tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera-cedera mungkin dipersulit

oleh cedera tambahan pada organ-organ vital. Pengkajian yang dilakukan yaitu:

- Aktivitas atau Istirahat

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya merasa lemah, lelah, kaku,

hilang keseimbangan,perubahan kesadaran, letarge, hemiparese,

quadreplegia, cedera ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik, masalah

dalam keseimbangan, cara berjalan tidak tegap.

- Sirkulasi

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya perubahan tekanan darah atau

normal (hipertensi) perubahan frekuensi jantu

- Integritas Ego

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya perubahan tingkah laku atau

kepribadian, cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi,

impulsif.

- Eliminasi

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya inkontinentia kandung kemih atau

usus atau mengalami gangguan fungsi.

- Makanan atau Cairan


Gejala dan tanda yang muncul diantaranya mual, muntah, mengalami

perubahan selera, gangguan menelan.

- Neurosensori

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya kehilangan kesadaran sementara,

amnesia seputar kejadian, vertigo, sirkope, tinitus, kehilangan pendengaran,

baal pada ekstremitas. perubahan dalam penglihatan, gangguan pengecapan

dan juga penciuman.perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan

status mental, Perubahan pupil, kehilangan penginderaan seperti

pengecapan, penciuman, pendengaran, sangat sensitif terhadap sentuhan dan

getaran, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan

posisi tubuh.

- Nyeri atau Kenyamanan

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya sakit kepala dengan intensitas

dan lokasi yang berbeda biasanya lama wajah menyeringai, respon menarik

rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.

- Pernafasan

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya perubahan pola nafas, nafas

berbunyi, stridor, tersedak, ronkhi, mengi, positif.

- Keamanan

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya cedera baru/cedera karena

kecelakaan,fraktur atau dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan kognitif,

gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, demam, gangguan dalam regulasi

satu tubuh.
- Interaksi Sosial

Gejala dan tanda yang muncul diantaranya afasia motorik atau

sensorik,bicara tanpa arti bicara berulang-ulang, disartria, anomia.

(Doenges, ME, 2000, hal 270-272)

2. Fokus Intervensi

Diagnosa keperawatan pada Comotio Cerebri adalah :

a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian

aliran darah oleh hemoragi, hematoma : edema serebral, penurunan

tekanan darah sistemik atau hipoxia. (Doenges, ME, 2000, hal. 273)

Kriteria hasil : - Mempertahankan tingkat kesadaran biasa atau

perbaikan.

- Kognitif dan fungsi motorik atau sensorik.

- Mendemonstrasikan tanda vital stabil dan tak ada

tanda-tanda peningkatan TIK.

Intervensi :

 Pantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan

nilai standar (misal Glasgow Coma Scale).

Rasional : Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran

dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam

menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan

kerusakan SSP.

 Pantau tekanan darah, frekuensi jantung, pernafasan


Rasional : Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan

vaskularisasi serebral lokal atau menyebar perubahan

pada ritme dapat timbul yang mencerminkan adanya

depresi atau cedera, batang otak, pola nafas tidak teratur

dapat menunjukkan lokasi adanya gangguan cerebral

atau peningkatan TIK.

 Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri

dan kanan, reaksi terhadap cahaya.

Rasional : Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor dan

berguna untuk menentukan apakah batang otak masih

baik.

 Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat turgor kulit dan keadaan

membran mukosa.

Rasional : Indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi

dengan perfusi jaringan.

b. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan TIK (Doenges, ME., 2000,

hal 45).

Kriteria hasil : - Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan atau hilang

terkontrol

- Mengungkapkan metode yang memberikan

pengurangan

- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi
 Mempertahankan tirah baring.

Rasional : Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.

 Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,

misal : kompres dingin pada dahi.

Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral

dan memperlambat atau memblok respons simpatis

efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan

komplikasinya.

 Hilangkan atau minimalkan

aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala seperti :

membungkuk, mengejan saat BAB, batuk panjang.

Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan

sakit kepala.

 Kolaborasi pemberian analgesik

Rasional : Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan

rangsang sistem saraf simpatis.

c. Resiko tinggi terhadap pola nafas tak efektif berhubungan dengan kerusakan

neurovaskuler, kerusakan persepsi atau kognitif, obstruksi, trakheo bronkhial

(Doenges, ME, 2000, hal 277)

Kriteria hasil : Mempertahankan pola pernafasan normal atau efektif

bebas sianosis dengan GDA dalam batas normal.

Intervensi :

 Pantau frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan


Rasional : Perubahan dapat menandakan awalan komplikasi

pulmonal atau menandakan lokasi atau luasnya

keterlibatan otak.

 Catat kompetensi reflek menelan dan kemampuan pasien untuk

melindungi jalan nafas sendiri

Rasional : Kemampuan memobilisasi atau membersihkan sekresi

penting untuk pemeliharaan jalan nafas.

 Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisinya sesuai indikasi.

Rasional : Memudahkan ekspansi paru atau ventilasi paru dan

menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh yang

menyumbat jalan nafas.

 Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika sadar.

Rasional : Mencegah atau menurunkan atelektasis.

 Auskultasi suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya

suara-suara tambahan yang tidak normal.

Rasional : Mengidentifikasi adanya masalah paru.

d. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan cedera atau defisit

neurologis (Doenges, ME, 2000, hal. 278).

Kriteria hasil : Melakukan kembali atau mempertahankan tingkat

kesadaran biasanya.

Mengakui perubahan dalam kemampuan.


Intervensi

 Evaluasi atau pantau secara teratur, perubahan orientasi, kemampuan

berbicara, alam perasaan atau afektif, sensorik dan proses pikir.

Rasional : Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih

dulu oleh adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi,

kerusakan dapat terjadi saat cedera awal atau kadang-

kadang berkembang setelahnya akibat dari

pembengkakan atau pendarahan.

 Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas atau dingin.

Rasional : Informasi penting untuk keamanan pasien.

 Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dan

melakukan aktivitas.

Rasional : Menurunkan frustasi yang berhubungan dengan

kemampuan atau pola respons yang memanjang.

 Berikan keamanan terhadap pasien

Rasional : Agitasi gangguan pengambilan keputusan.

e. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis, konflik

psikologis

Kriteria hasil : - Mempertahankan atau melakukan kembali orientasi

mental dan realitas biasanya.

- Mengenali perubahan berpikir atau perilaku.

- Berpartisipasi dalam aturan terapeutik kognitif.


Intervensi :

 Kaji rentang perhatian, kebingungan dan catat tingkat ansietas pasien

Rasional : Rentang perhatian atau kemampuan untuk

berkonsentrasi mungkin memendek secara tajam yang

menyebabkan dan merupakan potensi terhadap

terjadinya ansietas.

 Pastikan dengan orang terdekat untuk membandingkan kepribadian

atau tingkah laku pasien sebelum mengalami cedera dengan respon

pasien sekarang.

Rasional : Masa pemulihan Comotio Cerebri meliputi fase agitasi

respon marah, dan berbicara atau proses pikir yang

kacau.

 Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf atau keberadaan staf

sebanyak mungkin.

Rasional : memberikan pasien perasaan yang stabil dan mampu

mengontrol situasi.

f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau

kognitif, penurunan kekuatan atau tahanan, terapi pembatasan misal tirah

baring, immobilisasi (Doenges, ME, 2000, hal. 282)

Kriteria hasil : - Melakukan kembali atau mempertahankan posisi

fungsi optimal dibuktikan oleh tak adanya kontraktur

footdrop.
- Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian bagian

tubuh yang sakit dan atau kompensasi.

- Mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang

memungkinkan dilakukannya kembali aktivitas.

Intervensi :

 Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada

kerusakan yang terjadi

Rasional : Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara

fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang

akan dilakukan.

 Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala

ketergantungan (0-4)

Rasional : Pasien mampu mandiri (nilai 0), memerlukan bantuan

minimal (nilai 1), memerlukan bantuan sedang (nilai 2)

memerlukan bantuan atau peralatan yang terus menerus

dengan alat khusus (nilai 3) atau tergantung secara total

pada pemberi asuhan (nilai 4).

 Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan

karena tekanan.

Rasional : Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran

terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada

seluruh bagian tubuh.


 Instruksikan atau bantu pasien dengan program latihan dan

penggunaan alat mobilisasi

Rasional : Proses pertumbuhan yang lambat seringkali menyertai

Comotio Cerebri dan pemulihan secara fisik merupakan

bagian yang amat penting dari suatu program pemulihan

tersebut.

g. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan cedera jaringan, kulit

rusak, prosedur invasif, stasis cairan tubuh, kekurangan nutrisi (Doenges,

ME, 2000, hal 284).

Kriteria hasil : Mempertahankan normotermia, bebas tanda-tanda

infeksi mencapai penyembuhan luka tepat waktu bila

ada.

Intervensi :

 Berikan perawatan aseptik-antiseptik, pertahankan teknik cuci tangan

yang baik.

Rasional : Cara pertama untuk menghindari terjadinya infeksi

nosokomial.

 Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam

Rasional : Dapat mengidentifikasikan perkembangan sepsis yang

selanjutnya memerlukan evaluasi dan tindakan segera.

 Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (seperti luka, garis

jahitan)

Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi.


 Berikan antibiotik sesuai indikasi

Rasional : Terapi profilaktif dapat digunakan pada pasien yang

mengalami cedera (perlukaan)

h. Resiko tinggi terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan

tingkat kesadaran) kelemahan otot mengunyah, menelan (Doenges, ME,

2000, hal. 285)

Kriteria hasil : - Mendemonstrasikan pemeliharaan atau kemajuan

peningkatan BB sesuai tujuan

- Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi.

Intervensi

 Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan

mengatasi sekresi.

Rasional : Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis

makanan sehingga pasien harus terlindungi dari aspirasi.

 Auskultasi bising usus

Rasional : Fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik pada

kasus Comotio Cerebri.

 Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien

Rasional : Menurunkan terjadinya aspirasi.

 Beri makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan

teratur
Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien

terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan

kerjasama pasien saat makan.


Daftar pustaka

Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta, 2004

Corwin, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2001

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, EGC, Jakarta,

2001

Jan Tambayong, Patofisiologi untuk keperawatan, EGC, Jakarta, 2000

Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000

Barbara C. Long, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 3, YIAPK Pajajaran, Bandung,

1996

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990

(Barbara C. Long, 1996, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medical

Bedah 2001

Anda mungkin juga menyukai