Anda di halaman 1dari 17

LOGIKA MATEMATIKA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika yang
diampu oleh:

Dr. Nurjanah M.Pd.

Prof. Dr. H. Didi Sukyadi M.Ed

Disusun Oleh :

Salsabila (1806241)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MATEMATIKA

2021
BAB I

SCHOLARLY KNOWLEDGE

1.1. Sejarah Logika Matematika

Logika adalah studi tentang prinsip-prinsip penalaran yang benar/valid/sahih. Logika


berperan penting dalam ilmu matematika, misalnya untuk membuktikan teorema. Aristoteles
(384-322 SM) mendefinisikan logika sebagai suatu ilmu tentang hukum berpikir manusia
yang bertujuan untuk memelihara jalan pikiran. Secara umum logika didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang menetapkan garis besar tentang, asas, hukum, aturan serta kaidah
tentang bagaimana cara berpikir sampai pada bagaimana kebenaran itu dapat diperoleh atau
disimpulkan.

Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama pada masa
Yunani Kuno yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol
dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Saat itu Thales
telah mengenalkan logika induktif. Kemudian Aristoteles mengenalkan logika sebagai ilmu,
yang kemudian disebut logica scientica. Dari kontribusinya, yang paling penting adalah
masalah logika dan Teologi (Metefisika).
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang
secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning),
yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika
formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya
observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang digunakan
untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan
pada susunan pikir. Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles
(384-322 SM). Ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang
dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika
Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme (syllogisme).
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang logika.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan
oleh Zeno dari Citium (334 SM - 226 SM) pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi
pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus (200 M), dua orang dokter medis
yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Porohyus (232 – 305 M)
membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles. Boethius
(480-524 M) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan
komentar- komentarnya. St. Yohanes dari Damaskus (674 – 749 M) menerbitkan Fons
Scienteae.
Pada abad 9 hingga abad 15 yaitu abad pertengan, buku-buku Aristoteles seperti De
Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. St. Thomas
Aquinas (1224-1274) dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti: Petrus Hispanus (1210 - 1278); Roger
Bacon (1214-1292); Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru
yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian; dan William
Ocham (1295 - 1349).
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam
An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan
logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills
(1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya
System of Logic.
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Gottfried Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari
Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih
mempertajam kepastian; George Boole (1815-1864); John Venn (1834-1923); Gottlob Frege
(1848 - 1925).
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di Johns Hopkins University, melengkapi logika simbolik dengan karya-karya
tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori
umum mengenai tanda (general theory of signs). Puncak kejayaan logika simbolik terjadi
pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan
karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel
(1872 - 1970). Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951),
Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika
yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika
tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus
Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914)
dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

1.2. Logika
Aristoteles (384-322 SM) mendefinisikan logika sebagai suatu ilmu tentang hukum
berpikir manusia yang bertujuan untuk memelihara jalan pikiran. Secara umum logika
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menetapkan garis besar tentang asas,
hukum, aturan serta kaidah tentang bagaimana cara berpikir sampai pada bagaimana
kebenaran itu dapat diperoleh atau disimpulkan.
Logika sering diakitkan dengan istilah penalaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dalam logika itu dipelajari suatu metode atau prinsip yang dapat ditentukan secara
jelas antara penalaran yang bernilai benar serta penalaran yang bernilai salah.
Aristoteles dan Wilhelm Leibnitz mengemukakan 4 buah prinsip dalam logika, yaitu:
1. Law of Identity
Prinsip dalam Law of Identity menyatakan bahwa suatu benda merupakan
benda itu sendiri. Atau dapat dikatakan bahwa suatu benda tersebut tidak
mungkin sama dengan benda lain. Misalnya “Bunga mawar kuning adalah
bunga mawar kuning”.
2. Law of Contradiction
Hukum ini menyatakan bahwa tidak aka nada satu benda yang juga
merupakan benda lain. Dalam suatu pernyataan juga dikatakan bahwa tidak
mungkin mempunyai nilai kebenaran yang double. Jika terdapat suatu
pernyataan logika, maka pernyataan tersebut tidak mungkin mempunyai nilai
kebenaran yang salah dan benar. Pernyataan tersebut hanya akan mempunyai
nilai kebenaran satu, yaitu benar atau salah.
3. Law of Ecluded Midle
Hukum ini menyatakan bahwa sesuatu hal atau benda tidak akan mungkin
mempunyai dua sifat yang sama sekaligus. Pasti akan mempunyai sifat yang
saling kontradiksi. Misalnya suatu pernyataan hanya akan mempunyai benar
saja atau salah saja.
4. Law of Sufficient
Hukum ini menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu hal atau
sesuatu benda maka akan didasari atau berdasarkan alasan yang jelas dan
pasti. Perubahan tersebut tidak hanya tiba-tiba tanpa ada alasan yang jelas.
Contoh: “Buah apel jatuh kebawah, hal itu disebabkan karena buah apel
mempunyai massa dan juga dipengaruhi oleh gravitasi bumi”.

1.3. Penalaran
Penalaran merupakan suatu bentuk dari salah satu pemikiran. Penalaran mempunyai
ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Merupakan pola berfikir
Logika atau proses seseorang yang berfikir secara logis.
2. Terdapat proses analisis
Seseorang tidak hanya sekedar berfikir tanpa ada dasar. Dalam penalaran
seseorang berfikir untuk menemukan suatu logika.

1.4. Proposisi

Proposisi merupakan sebuah koleksi dari statemen-statemen deklaratif yang memiliki


nilai kebenaran “benar atau true” atau “salah atau false” (salah satu). Sebuah proposisi bisa
terdiri atas sebuah statemen (proposisi tunggal) atau beberapa statemen dengan
konektor/penghubungan (proposisi majemuk). Variabel-variabel proposisi dan penghubung-
penghubung (koneksi-koneksi). Proposisi (atau variabel proposisi) dinyatakan dengan huruf
besar (A,B, dan seterusnya). Konektor/penghubung berperan untuk menghubungkan variable-
variabel proposisi. Tujuan dari logika proposisi adalah menganalisis nilai kebenaran proposisi
baik secara individu/tunggal ataupun majemuk.

Beberapa contoh proposisi dan nilai kebenarannya:

1. Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia (benar).


2. Setiap empat persegi panjang adalah bujur sangkar (salah).
3. 4 adalah bilangan genap (benar).
4. 12 + 8 = 8 – 2 (salah).

Kalimat berikut adalah contoh-contoh kalimat non-deklaratif (bukan proposisi/statemen):

1. X adalah kurang dari 5


2. Pukul berapa sekarang?
3. Silahkan tinggalkan tempat ini sekarang!

Beberapa bentuk kalimat non-deklaratif.

1. Kalimat dengan eksklamasi (!)


2. Kalimat permintaan.
3. Kalimat bertanya (?)

1.5. Penghubung Proposisi

Dalam logika proposisi, terdapat lima macam konektor (penghubung) seperti berikut ini:

1. Atau (or), dengan simbol ∨


2. Dan (and), dengan simbol ∧
3. Negasi (negation), dengan simbol
4. Implikasi atau jika-maka (if-then), dengan simbol →
5. Biimplikasi atau jika dan hanya jika (if and only if), dengan simbol ↔

Atau (dengan simbol ∨)

Penghubung dengan kata atau pada dua proposisi A dan B disebut disjunction ditulis A ∨ B.
Perhatikan tabel kebenaran (truth table) disjungsi (atau) pada proposisi A dan B, sebagai
berikut:

A B AVB
Benar Benar Benar
Benar Salah Benar
Salah Benar Benar
Salah Salah Salah
Contoh:

(1) Denpasar berada di pulau Bali atau 4 + 5 = 9


{A = benar} atau {B = benar}
(2) Denpasar berada di pulau Bali atau 4 + 5 = 45
{A = benar} atau {B = salah}
(3) Denpasar berada di pulau Jawa atau 4 + 5 = 9
{A = salah} atau {B = benar}
(4) Denpasar berada di pulau Jawa atau 4 + 5 = 45
{A = salah} atau {B = salah}

Keempat contoh tersebut merupakan proposisi majemuk dengan konektor OR (atau).


Berdasar tabel kebenaran untuk operasi OR (atau), contoh (1) bernilai benar, (2) bernilai
benar, (3) bernilai benar, dan (4) bernilai salah.
Dari keempat contoh tersebut, proposisi majemuk (A V B) hanya akan bernilai salah bila
kedua proposisi A dan B bernilai salah, sementara pasangan yang lain bernilai benar.
Tabel kebenaran untuk OR di atas, digunakan untuk OR yang inklusif (umumnya tidak
dinyatakan), operasi OR bisa eksklusif, yaitu hanya salah satu proposisi/statemen A atau B
saja yang benar. Perhatikan tabel kebenaran untuk operasi OR eksklusif (dengan simbol *)

A B A*B
Benar Benar Salah
Benar Salah Benar
Salah Benar Benar
Salah Salah Salah

AND (dan, dengan simbol ∧)


Operasi AND (dan) pada dua proposisi A dan B disebut conjunction dan ditulis A ∧ B, hanya
bernilai benar bila kdua proposisi A dan B bernilai benar. Perhatikan tabel kebenaran (truth
table) operasi AND pada proposisi A dan B, sebagai berikut:

A B A∧B
Benar Benar Benar
Benar Salah Salah
Salah Benar Salah
Salah Salah Salah
Contoh:
(1) Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan 9 > 4
{A = benar} dan {B = benar}
(2) Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan 9 < 4
{A = benar} dan {B = salah}
(3) Jakarta adalah ibu kota Negara India dan 9 > 4
{A = salah} dan {B = benar}
(4) Jakarta adalah ibu kota Negara India dan 9 < 4
{A = salah} dan {B = salah}

Keempat contoh tersebut merupakan proposisi majemuk dengan konektor AND (dan).
Berdasarkan tabel kebenaran untuk operasi AND, contoh (1) bernilai benar, (2) bernilai salah,
(3) bernilai salah, dan (4) bernilai salah. Dari keempat contoh tersebut proposisi majemuk (A
∧ B) hanya bernilai benar bila kedua proposisi A dan B bernilai benar, sementara pasangan
yang lain bernilai salah.

IMPLIKASI (jika-maka atau if-then, dengan simbol →)


Andaikan P dan Q adalah proposisi, maka proposisi kondisional (implikasi) jika P, maka Q
disimbolkan dengan P→Q, dibaca: “jika P, maka Q” atau P berlaku Q, Q jika P. P adalah
syarat cukup untuk Q.
Operasi “→” pada dua proposisi A dan B dan ditulis: A→B hanya bernilai salah bila
proposisi A bernilai benar dan B bernilai salah. Perhatikan tabel kebenaran (truth table)
operasi “→” pada proposisi A dan B, sebagai berikut:

A B A→B
Benar Benar Benar
Benar Salah Salah
Salah Benar Benar
Salah Salah Benar
Contoh:
(1) Jika semangka termasuk buah-buahan, maka 10 + 2 = 5 + 7
Jika {A = benar}, maka {B = benar}
(2) Jika semangka termasuk buah-buahan, maka 10 + 2 = 4 + 7
Jika {A = benar}, maka {B = salah}
(3) Jika semangka termasuk sayur-mayur, maka 10 + 2 = 5 + 7
Jika {A = salah}, maka {B = benar}
(4) Jika semangka termasuk sayur-mayur, maka 10 + 2 = 4 + 7
Jika {A = salah}, maka {B = salah}

Keempat contoh tersebut merupakan proposisi majemuk dengan konektor → (implikasi atau
kondisional). Berdasarkan tabel kebenaran untuk operasi →, contoh (1) bernilai benar, (2)
bernilai salah, (3) bernilai benar, dan (4) bernilai benar. Dari keempat contoh tersebut,
proposisi majemuk (A→B) hanya bernilai salah bila proposisi A bernilai benar dan B
bernilai salah, sementara pasangan yang lain bernilai benar.

BI-IMPLIKASI (jika-dan-hanya-jika atau bila-dan-hanya-bila, dengan simbol ↔)


Jika P dan Q adalah proposisi, maka proposisi bi-kondisional (bi-implikasi) jika P dan hanya
jika Q, disimbolkan dengan P↔Q. Operasi “↔” pada dua proposisi A dan B dan ditulis: A↔
B hanya bernilai benar bila proposisi A dan B bernilai sama (sama benar atau sama salah).
Perhatikan tabel kebenaran (truth table) operasi “↔” pada proposisi A dan B, sebagai
berikut:

A B A→B
Benar Benar Benar
Benar Salah Salah
Salah Benar Salah
Salah Salah Benar
Contoh:
(1) Jeruk termasuk buah-buahan jika dan hanya jika Matahari terbit dari Timur.
{A = benar} jika dan hanya jika {B = benar}
(2) Jeruk termasuk buah-buahan jika dan hanya jika Matahari terbit dari Barat.
{A = benar} jika dan hanya jika {B = salah}
(3) Jeruk termasuk sayur-mayur jika dan hanya jika Matahari terbit dari Timur.
{A = salah} jika dan hanya jika {B = benar}
(4) Jeruk termasuk sayur-mayur jika dan hanya jika Matahari terbit dari Barat.
{A = salah} jika dan hanya jika {B = salah}

Keempat contoh tersebut merupakan proposisi majemuk dengan konektor “↔”, contoh (1)
bernilai benar, (2) bernilai salah, (3) bernilai salah, dan (4) bernilai benar. Dari keempat
contoh tersebut, proposisi majemuk (A↔B) hanya bernilai benar bila proposisi A dan B
bernilai sama (sama benar atau sama salah), sementara pasangan yang lain bernilai salah.

NEGASI (negation atau not), dengan simbol )


Jika P adalah sebuah proposisi, maka negasi P atau bukanlah P ditulis dengan P.
Tabel kebenaran untuk operator “ ” pada sebuah proposisi adalah sebagai berikut.

P P
Benar Salah
Salah Benar
Contoh:
1. P = Pertamax tergolong zat cair
P = Pertamax bukanlah tergolong zat cair {benar}
P = Tidaklah pertamax tergolong zat cair {salah}
2. P = Komputer adalah Kalkulator
P = Tidaklah Komputer adalah Kalkulator {salah}
P = Komputer bukanlah Kalkulator {benar}

OPERATOR PRESIDENSI
Dalam ekspresi-ekspresi yang melibatkan beberapa atau semua operator penghubung,
misalnya: , ∧, ∨, → ,dan ↔ maka operator presidensi (urutan operator) yang dievaluasi lebih
dahulu (presidensi tertinggi) adalah , ∧, ∨, → ,dan ↔, sebagaimana operator presidensi pada
aljabar, yaitu × ,÷ ,+, dan -. Jika dalam statemen (majemuk) memuat simbol (…), maka nilai
statemen dalam (…) diselesaikan terlebih dahulu.

Contoh:
1) Jika diketahui proposisi P bernilai benar, Q bernilai benar, dan R bernilai salah.
Tentukan nilai dari statemen p ∧ q ∨ r, dengan menggunakan operator
presidensi.
Jawab:
p∧q∨r→ true ∧ true ∨ false …. didahulukan
→false ∧ true ∨ false ….∧ didahulukan
→ false ∨ false
→ false
2) Buat tabel kebenaran dari statemeb: (P ∨ Q) ∧ P

P Q P∨Q P (P ∨ Q) ∧
P
B B B S S
B S B S S
S B B B B
S S S B S

Tautologi, Kontradiksi, dan Kontingensi


a. Tautologi
Tautologi adalah sebuah formula (statemen atau proposisi majemuk) yang selalu
bernilai benar untuk setiap nilai variable proposisi.
Contoh: Tunjukkan bahwa statemen P ∨ (P ∧ Q) merupakan sebuah
tautologi.
Jawab: Pembuktian melalui tabel kebenaran.

P Q P∧Q (P P∨ (P∧ Q)
∧ Q)
B B B S B
B S B B B
S B B B B
S S S B B
Contoh: B = Benar; S = Salah

Tampak statemen (P∨ (P∧ Q)) selalu bernilai B (benar), apa pun nilai kebenaran dari
proposisi P dan Q. Statemen: P∨ (P∧ Q) disebut tautologi.

b. Kontradiksi
Kontradiksi adalah sebuah formula (statemen atau proposisi majemuk) yang selalu
bernilai salah untuk setiap nilai variable proposisi (kebalikan dari Tautologi).
Contoh: Tunjukkan bahwa statemen (P ∧ Q) ∧ (P ∨ Q) merupakan
sebuah kontradiksi.
Jawab: Pembuktian melalui tabel kebenaran.

P Q P∧Q P∨Q (P ∧ Q) ∧
(P ∨ Q)
(P ∨ Q)
B B B B S S
B S S B S S
S B S B S S
S S S S B S
Catatan: B = Benar; S = Salah
Tampak statemen (P ∧ Q) ∧ (P ∨ Q) selalu bernilai S (salah), apa pun
nilai kebenaran dari proposisi P dan Q. Statemen: (P ∧ Q) ∧ (P ∨ Q)
disebut kontradiksi.

c. Kontingensi
Sebuah statemen (proposisi majemuk) disebut kontingensi bila statemen tersebut tidak
tergolong sebagai tautologi ataupun kontradiksi.

1.6. Invers, Konvers, Kontrapositif


Dalam statemen kondisional jika P, maka Q atau P → Q. P disebut hipotesis, dan Q disebut
konklusi. Bentuk-bentuk invers, konvers, dan kontrapositif berhubungan dengan implikasi P
→ Q.
a. Invers
Jika diketahui P → Q, maka bentuk inversnya adalah P→ Q.
Contoh: Dari statemen “Jika Anda mengerjakan tugas Anda, maka Anda tidak akan
dihukum”, inversnya adalah “Jika Anda tidak mengerjakan tugas Anda, maka Anda
akan dihukum”.

b. Konvers
Jika diketahui P → Q, maka bentuk konversnya adalah Q → P.
Contoh: Dari statemen “Jika Anda mengerjakan tugas Anda, maka Anda tidak akan
dihukum”, konversnya adalah “Jika Anda tidak akan dihukum, maka Anda
mengerjakan tugas Anda”.

c. Kontrapositif
Jika diketahui P → Q, maka bentuk kontrapositifnya adalah Q →
P. Kontrapositif merupakan konversnya bentuk invers.
Contoh: Dari statemen “Jika Anda mengerjakan tugas Anda, maka Anda tidak
akan dihukum”, kontrapositifnya adalah “Jika Anda akan dihukum, maka Anda tidak
mengerjakan tugas Anda”.

1.1. Proposisi Ekuivalen


Dua statemen A dan B dikatakan ekuivalen secara logika (simbol A ≡ B) jika memenuhi
kondisi:
Tabel kebenaran kedua statemen memiliki nilai kebenaran yang sama.
Contoh:
(a) Tunjukkan dua statemen A = [ (P ∨ Q)] dan B = [( P)∧ (
Q)] adalah ekuivalen.
Jawab:
P Q P∨Q [ [(
P Q
(P ∨ Q) P)∧ (

Q)]
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
B B B S S S S
B S B S S B S
S B B S B S S
S S S B B B B
Catatan: B = Benar; S = Salah
Dapat ditunjukkan bahwa kedua statemen A dan B ekuivalen (A ≡ B), mengingat
statemen pada kolom (4) dan (7) memiliki nilai kebenaran yang sama.

(b) Tunjukkan dua statemen A = [ (P ∧ Q)] dan B = [( P)∨ (


Q)] adalah ekuivalen.
Jawab:

P Q P∧Q [ [(
P Q
(P ∧ Q) P)∨ (

Q)]
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
B B B S S S S
B S S B S B B
S B S B B S B
S S S B B B B
Catatan: B = Benar; S = Salah
Dapat ditunjukkan bahwa kedua statemen A dan B ekuivalen (A ≡ B), mengingat
statemen pada kolam (4) dan (7) memiliki nilai kebenaran yang sama.
Catatan: Kedua contoh ekuivalen (a) dan (b) merupakan Hukum DeMorgan
(DeMorgan’s Laws), yaitu:
(a) (p ∧ q) ≡ p∨ q
(b) (p ∨ q) ≡ p∧ q
Pengertian ekuivalen (≡) berarti berlaku bolaki-balik (bi-implikasi)

Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif sering digunakan dalam pembuktian-pembuktian secara logis.
Pertimbangkan sederetan proposisi berikut:
(1) Jika Anda memiliki password, maka Anda dapat melakukan log in ke Instagram.
(2) Anda tidak dapat melakukan log in ke Instagram.

Dengan mengasumsikan bahwa statemen (1) dan (2) bernilai benar, maka dapat disimpulkan
bahwa:

(3) Anda tidak memiliki password.

Proses penarikan/pengambilan kesimpulan dari statemen/proposisi (1) dan (2) menjadi


statemen (3) disebut Penalaran Deduktif.

Jika statemen-statemen tersebut disusun kembali sebagai berikut:

(1) Jika Anda memiliki password, maka Anda dapat melakukan log in ke Instagram.
(2) Anda tidak dapat melakukan log in ke Instagram.
(3) Jadi Anda tidak memiliki password.

Statemen/proposisi (1) dan (2) disebut hipotesis atau premis, statemen/proposisi (3) sebagai
hasil penarikan kesimpulan berdasar/mengikuti statemen (1) dan (2) disebut konklusi.

Rangkaian statemen (1), (2), dan (3) (hipotesis-hipotesis dan konklusi) disebut argumen.

a. Validitas sebuah Argumen


Argumen dikatakan valid jika nilai kebenaran hipotesis P1, P2, P3, …, Pn adalah benar
dan Q juga harus bernilai benar. Validitas argumen tersebut dalam bentuk/format, dan
bukan konten/isi.
b. Contoh-Contoh Argumen yang Valid dengan Menggunakan Aturan Inferensi
Berikut ini merupakan contoh argumen yang valid dengan menggunakan aturan
inferensi.
1) Diketahui:
P: Ahmad belajar dengan tekun (benar). Kita dapat menggunakan Adisi untuk
menurunkan P ∨ Q (benar)
Adisi → Ahmad belajar dengan tekun atau ia siswa SMP 9 Banyuwangi
[Disini Q: Ahmad adalah siswa SMP 9 Banyuwangi (benar/salah)]
2) Diketahui P ∧ Q adalah benar. Kita dapat menggunakan simplifikasi untuk
menurunkan P (benar).
Ahmad belajar dengan tekun dan ia siswa SD Trowulan-Mojokerto (benar)
Simplifikasi → Ahmad belajar dengan tekun (benar)
3) Diketahui:
P: Arini hari ini pergi ke Kota Denpasar (benar)
Q: Arini bawa uang Rp100.000 (benar)

Kita dapat menggunakan konjungsi untuk menurunkan P ∧ Q (benar)


Konjungsi → Arini hari ini pergi ke kota Denpasar dan ia membawa uang
sejumlah Rp100.000 (benar)
4) Diketahui:
P → Q : Jika Rudi belajar bahasa Komputer, maka ia akan menjadi programmer
(benar)
P : Rudi belajar bahasa Komputer (benar)
Kita dapat menggunakan Modus Ponen untuk menurunkan Q (benar)
Modus Ponen → Rudi akan menjadi programmer (benar)
5) Diketahui:
P → Q : Jika Rudi belajar bahasa Komputer, maka ia akan menjadi programmer
(benar)
Q : Rudi tidak akan menjadi programmer (benar)
Kita dapat menggunakan Modus Tollen untuk menurunkan P (benar)
Modus Tollen → Rudi tidak belajar bahasa Komputer (benar)
6) Diketahui:
P ∨ Q : Rini seorang programmer atau ia seorang teknisi komputer (benar)
P : Rini bukan seorang programmer (benar)
Kita dapat menggunakan Silogisme Disjungsi untuk menurunkan Q (benar)
Silogisme Disjungsi → Rini seorang teknisi komputer (benar)
7) Diketahui:
P → Q : Jika hari ini hujan, maka saya tidak akan pergi sekolah (benar)
Q → R : Jika saya tidak pergi sekolah, maka saya akan bantu ibu di rumah (benar)
Kita dapat menggunakan Silogisme Hipotesis untuk menurunkan P → R (benar)
Silogisme Hipotesis → Jika hari hujan, maka saya akan bantu ibu di rumah
(benar)
8) Diketahui:
P→Q : Jika hari hujan, maka saya akan tinggal (benar)
R→S : Jika cuaca panas, maka saya akan mandi (benar)
Q ∨ S : Saya tidak akan tinggal atau saya tidak akan
mandi (benar)
Kita dapat menggunakan Silogisme Desktruktif untuk menurunkan P
∨ R (benar)
Silogisme Desktruktif → Hari ini tidak hujan atau cuaca tidak panas (benar)
9) Diketahui:
P → Q : Jika hari hujan, maka saya akan tinggal (benar)
R → S : Jika cuaca panas, maka saya akan mandi (benar)
P ∨ R : Hari ini hujan atau cuaca panas (benar)
Kita dapat menggunakan Silogisme Konstruktif untuk menurunkan Q ∨ S
(benar)
Silogisme Konstruktif → Saya akan tinggal atau saya akan mandi (benar)
10) Simbolkan argument berikut, dam selanjutnya tentukan validitasnya.
1. (p ∧ q) → r
2. r → s
3. s→( p∨ q)
Langkah-langkah:
a. (p ∧ q) → r, premis-1
b. r → s, premis-2
c. (p & q) → s, berdasar (1) dan (2), dengan silogisme hipotesis
d. Akan dibuktikan bahwa s→( p∨ q)
e. s → ¿p & q), berasal dari (3) dengan kontrapositif (ekuivalen)
f. s → ¿p ∨ q), berasal dari (5) dengan DeMorgan
g. s→( p∨ q), Jadi Argumen Valid
11) Berdasarkan argumen dengan simbol berikut, tentukan validitasnya
1. p ∨ r → q
2. s
3. q → s
4. ∴ p
Jawab
Perhatikan langkah-langkah berikut:

1 p∨r→q Premis 1
2 ~s Premis 2
3 q→s Premis 3
4 (p ∨ r) → s 1, 3 silogisme
hipotesis
5 ~ (p ∨ r) 4, 2 modus tollen
6 ~p ∧ ~r 5 DeMorgan
7 ~p 6 valid

Buku Sumber :

- Logika dan Matematika (Muhammad Rusli, I Ketut Putu Suniantara, Anggun


Nugroho)
- Dasar-Dasar Logika Dalam Matematika (Reni Dwi Susanti)

Anda mungkin juga menyukai