Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

Filsafat Ilmu

“Kajian Filsafat Ilmu Matematika”

Hendrik
S2.23.007

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA TEOLOGI


SEKOLAH TINGGI ALKITAB JEMBER
2023
Kajian Filsafat Ilmu Matematika

A. Filsafat

Kata filsafat pertama kali digunakan oleh phytagoras (582−486 sm) juga digunakan oleh

socrates (470−390 sm) dan filsuf lainnya. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni

secara etimologi dan terminologi.

a. Filsafat Secara Etimologi

Kata filsafat dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris

dikenal istilah phylosophy serta dalam bahasa yunani dengan istilah philosophia. Kata

philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti

kebijasanaan (wisdom) sehingga secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan

(love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.

b. Filsafat Menurut Para Ahli

Berikut ini disampaikan beberapa definisi filsafat dari sebagian filsuf.

i. Plato (427-348 SM). Filsuf Yunani yang termashur, murid Socrates dan guru

Aristoteles ini mendefiniskan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai

kebenaran yang asli.

ii. Aristoteles (382-322 SM). Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran

mengenai ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

Menurut dia ilmu filsafat itu adalah ilmu mencari kebenaran pertama, ilmu tentang

segala yang ada yang menunjukkan ada yang mengadakan sebagai penggerak pertama.

iii. Al-Farabi (870-950). Filsuf terbesar sebelum Ibnu Sina mendefinisikan filsafat adalah

ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bagaimana hakekat yang sebenarnya.

iv. Rene Descartes (1590-1650), seorang tokoh utama Renaissance, men-definisikan

filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia

menjadi pokok penyelidikannya.


v. Immanuel Kant (1724-1804), seorang filsuf yang sering disebut raksasa pikir Barat

mendefinisikan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang

mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: 1) Metafisika, menjawab apa yang

dapat kita ketahui; 2) Etika, menjawab apa yang boleh kita kerjakan; 3) Agama,

menjawab sampai dimana harapan kita; 4) Antropologi, menjawab apa yang

dinamakan manusia.

vi. Theodore Brameld, mendefinisikan filsafat merupakan usaha yang gigih dari orang-

orang biasa maupun orang-orang cerdik pandai untuk membuat kehidupan sedapat

mungkin dapat dipahami dan bermakna1

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa filsafat

adalah suatu prinsip atau asas keilmuan untuk menelusuri suatu kebenaran objek dengan

modal berpikir secara radikal.

B. Filsafat Ilmu Matematika

a. Pengertian Ilmu dan Matematika

“Alima” adalah asal kata untuk ilmu berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti

pengetahuan sedangkan kata ilmu juga diartikan science berasal dari bahasa latin: scio, scire

yang juga berarti pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam

pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu” dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan

betul-betul terorganisir. Sedangkan Asal kata “matematika” berasal dari kata “mathema”

dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan. Berikut beberapa

definisi matematika menurut para ahli

1
Adib Mohammad, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistimologi, Aksiologi dan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.
i. Russefendi berpendapat bahwa matematika terdiri dari unsur-unsur yang tidak

terdefinisi secara gamblang, terdapat definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-

dalil yangharus dibuktikan kebenarannya

ii. Menurut james dan james, matematika itu ilmu logika, membahas tentang bentuk,

susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berkaitan.

iii. Johnson dan rising mengemukakan bahwa matematika adalah suatu keteraturan yang

membentuk pola pikir, pola mengorganisasikan serta bahasa matematika terdiri dari

simbol yang jelas, akurat dan cermat 2

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa adanya matematika itu karena

kemampuan proses berpikir manusia tentang pengalaman permasalahan yang ditemui dan

dipecahkan, yang kemudian pengalaman pemecahan masalah tersebut menjadi suatu yang

terkonstruksi sebagai suatu konsep matematika yang kemudian digunakan sebagai alat

pemecahan masalah yang sama atau yang baru.

b. Pengertian Filsafat Ilmu Matematika

Beberapa pendapat tentang Filsafat matematika;

i. Menurut Sinaga dan kawan-kawan mengemukakan bahwa filsafat matematika adalah

sebuah refleksi terhadap ilmu matematika yang mempertegas makna dari pertanyaan

dan jawaban terhadap matematika itu sendiri. 3

ii. Dalam tulisan Siskawati, Filsafat matematika juga harus dipahami sebagai fenomena

maupun aktivitas sosial manusia dan merupakan bagian dari kebudayaan hidup. 4

2
Nuryami, Filsafat Pendidikan Matematika. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi, 2022.
3
Sinaga, W., Parhusip, B. H., Tarigan, R., & Sitepu, S., “Perkembangan Matematika Dalam Filsafat Dan
Aliran Formalisme Yang Terkandung Dalam Filsafat Matematika”. Sepren: Journal of Mathematics Education
and Apllied, 2021. https://doi.org/10.36655/sepren.v2i2. 508 (diakses pada 19 Oktober 2023).
4
Siskawati, E., Rochmad, R., & Isnarto, I., “Teka-Teki Klasik Filsafat Matematika”. PRISMA, Prosiding
Seminar Nasional Matematika, 2021.
iii. Nugraheni, filsafat matematika sebagai pemikiran reflektif mengenai pendidikan

matematika sehingga memperjelas komponenkomponen dalam pendidikan

matematika. 5

iv. Mahendrawan, mendeskripsikan filsafat matematika secara tegas sebagai cabang dari

filsafat dengan tujuan merenungkan dan menjelaskan sifat matematika. 6

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa filsafat

matematika memiliki maksud sebagai bentuk kajian cara, upaya, ataupun jalan untuk

menjelaskan lebih dalam dan terperinci tentang kedudukan dari ilmu matematika yakni ruang

lingkup dan dampak dari matematika

C. Landasan Ontologi Filsafat Ilmu Matematika

a. Pengertian Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa yunani, dari akar kata on (ontos) dan logos. On (ontos)

yang artinya ada dan logos yang artinya ilmu sehingga dapat diartikan ontologi adalah ilmu

yang mengenai yang ada. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang

hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret,

maupun rohani/abstrak.

Ontologi menurut Aristoteles abad ke-4 SM, mengemukakan bahwa ontologi hampir sama

dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat asli dari suatu benda untuk

menentukan arti, struktur, dan prinsipnya7. Ontologi merupakan kajian filsafat terhadap

hakikat sesuatu yang ada, baik itu berupa benda konkrit maupun abstrak8.

Suriasumantri menulis ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa

jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.

5
Nugraheni, N., Rochmad, & Isnarto, “Aliran Humanis dalam Filsafat Matematika”. Prisma, Prosiding
Seminar Nasional Matematika, 2021. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.p hp/prisma/ (diakses pada 19 Oktober
2023).
6
Mahendrawan, E., Yanuarti, M., & Asmarawati, E. “Kritik Terhadap Kemutlakan Filsafat Matematika”.
Scientia Sacra: Jurnal Sains, Teknologi Dan Masyarakat, 2021.
7
Haryono Didi, Filsafat Matematika. Bandung: Alfabeta, 2015.
8
Almasdi Syahza, “Filsafat Ilmu”. Diakses dari www.almasdi.unri.ac.id. (diakses pada 19 Oktober 2023).
Telaah ontologis akan menjawab pertanyaanpertanyaan (a) apakah obyek ilmu yang akan

ditelaah? (b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan (c) bagaimana hubungan

antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera)

yang membuahkan pengetahuan9.

Pendapat lain diungkapkan oleh Soetriono dan Hanafie, bahwa ontologi merupakan azas

dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek

ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita

(metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan

ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam

kenyataan dan keberadaan10

b. Ontologi Filsafat Ilmu Matematika

Ontologi dalam filsafat ilmu merupakan studi atau pengkajian mengenai sifat dasar ilmu

yang memiliki arti, struktur, dan prinsip ilmu. Ontologi matematika merupakan cabang

filsafat yang berhubungan dengan yang ada, sesuatu yang ada termasuk didalamnya hal- hal

metafisik di alam pengetahuan sesuatu yang ada termasuk di dalamnya hal- hal metafisik di

dalam pengetahuan matematika. Banyak hal yang dipersoalkan di dalam ontology

matematika, diantaranya adalah cakupan dari penyataan matematika yang berkaitan dengan

dunia nyata atau hanya di alam pikiran manusia. Cakupan tersebut merupakan suatu realitas

dari entitas matematika yang menjadi juga bahan pemikiran filsafat. Sejarah mengatakan

bahwa para ahli filosofi dan ahli matematika pada jaman dahulu mempergunakan matematika

sebagai alat dalam melakukan suatu pekerjaan ataupun menyelesaikan masalah. Mulai dari

hal-hal yang sederhana sampai pada hal yang menakjubkan. Kita lihat saja perkembangan

peradaban Mesir kuno dan Babilonia. Perhitungan matematika sederhana diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari. Bangsa Mesir yang mempergunakan perhitungan sederhana untuk

9
Suriasumantri, J. S., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2018.
10
Soetriono & Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi, 2007.
menghitung pajak, luas lumbung, perdagangan, menghitung batas luas tanah yang hilang

karena luapan sungai Nil, sampai pada pembangunan istana dan piramida yang termasuk ke

dalam keajaiban dunia. Bagaimana bangsa Babilonia mengukur jarak kapal di tengah lautan

dengan menggunakan perbandingan segitiga, tanpa harus benar-benar terjun ke laut.11

Ross, DS menyatakan bahwa ada beberapa pertanyaan ontologis dalam Filsafat

Matematika: Apa hakekat objek matematika? Dengan cara bagaimana memperoleh objek

matematika tersebut? Dapatkah objek matematika ada tanpa adanya objek lain?.

 Hakekat Objek Matematika

Beberapa aliran pandangan mengenai objek matematika antara lain:

i. Platonisme Aliran ini berasal dari Plato dan pengikutnya seperti Frege, Russell,

Cantor, Bernays, Hardy, dan Godel. Ernest mengatakan bahwa aliran platonisme

memandang bahwa objek dan struktur matematika mempunyai keberadaan yang riil

yang tidak bergantung kepada manusia, dan bahwa mengerjakan matematika adalah

suatu proses penemuan tentang hubungan keberadaan sebelumnya.

ii. Logisme Aliran logisisme dipelopori oleh Bertrand Arthur William Russell dari

Inggris. Dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1903 dengan judul “The

Principles of Mathematics” yang mengemukakan bahwa matematika murni semata-

mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prisip-prinsip logika dari prisip-prinsip

logika. Menurutnya logika telah mejadi lebih bersifat matematis dan matematik

sehingga lebih logis. Akibatnya ialah bahwa kini menjadi sepenuhnya tak mungkin

untuk menarik suatu garis diantara keduanya. Sesungguhnya kedua hal itu adalah satu.

Mereka berbeda seperti anak dan orang dewasa. Logika merupakan masa muda dari

matematika dan matematika merupakan masa dewasa dari logika.

11
Sinaga Wita, dkk., “Perkembangan Matematika Dalam Filsafat dan Aliran Formalisme Yang Terkandung
Dalam Filsafat Matematika”. Journal of Mathematics Education and Applied. Volume 2, 2022.
iii. Formalisme Aliran formalisme dipelopori oleh ahli matematik besar dari jerman

David Hilbert. Menurut aliran ini sifat alami dari matematik ialah sebagai sistem

lambang yang formal. Matematika berkaitan dengan sifat-sifat struktural dari simbol-

simbol dan proses pengolahan terhadap lambang-lambang itu. Simbol-simbol

dianggap sebagai sasaran yang menjadi objek matematik. Bilangan-bilangan misalnya

dipandang sebagai sifat-sifat struktural yang paling sederhana dari benda-benda.

Dengan simbolisme abstrak yag dilepaskan dari sesuatu arti tertentu dan hanya

menunjukan bentuknya saja. Aliran formalisme berusaha menyelidiki struktur dari

berbagai system. Berdasarkan landasan pemikiran itu seorang pendukung aliran

tersebut merumuskan matematika merupakan ilmu tentang sistem-sistem formal.

iv. Intuisionisme Menurut Ernest, aliran intusionisme mengakui aktivitas matematika

manusia sebagai dasar dalam penyusunan bukti atau objek-objek matematika, teori

baru, dan juga mengakui bahwa aksioma intuisi dari teori matematika secara mendasar

tidaklah lengkap, dan perlu ditambahkan sebagai kebenaran matematika yang lain baik

secara intuisi maupun secara informal.

v. Konstruktivisme Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan matematika diperoleh

melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik,

dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah

dimiliki seseorang. Objek matematika itu dibangun dan pernyataan mengenai benda-

benda diperoleh melalui proses yang konsisten dengan cara lama dari proses yang

terbatas (algoritma). Konstruktivisme memegang pandangan bahwa makna objek

matematika terdiri dari proses yang mereka dibangun. Pengetahuan tentang dunia

dibangunmelalui persepsi dan pengalaman, yang sendiri dimediasi melalui

pengetahuan kita sebelumnya.


vi. Konvensionalisme Menurut Marsigit, aliran konvensionalisme berpandangan bahwa

pengetahuan matematika dan kebenaran berlandaskan kepada kesepakatan bahasa.

Secara khusus kebenaran matematika dan logika adalah bersifat analitik dan

kebenaran ditentukan oleh arti dari istilah yang terkandungnya. Tokoh moderat dari

aliran konvensionalisme menggunakan kaedah bahasa sebagai landasan kebenaran

matematika yang disusunnya. Bentuk ini kurang lebih seperti penggunaan kaedah

“jika-maka”.

vii. Empirisme, Ernest berpendapat bahwa aliran empirisme memandang hakekat

matematika adalah pengambilan kesimpulan berdasarkan atas langkahlangkah

empiris.12

 Aspek Ontologi Matematika

Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :

i. Metodis : matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)

ii. Sistematis : ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-

kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain

iii. Koheren : konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling

bertautan dan tidak bertentangan

iv. Rasional : ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis

v. Komprehensif : objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari

barbagai sudaut pandang)

vi. Radikal : dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma

vii. Universal : ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja. 13

12
Mazlan, Pembahasan Ontologi Matematika, Universitas Riau Fakultas MIPA. 2018.
13
Marsigit, Ilham R., & Mareta M. M., Filsafat matematika. Yogyakarta: UNY press, 2014.
 Konsep-konsep Matematika

Matematika dikenal sebagai Ilmu deduktif karena proses mencari kebenaran

(generalisis) dalam matematika berbeda dengan ilmupengetahuan alam dan ilmu pengetahuna

yang lain. Metode pencarian yang digunakan adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara

induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan eksperimen. Ciri utama

matematika adalah penalaran deduktif tanpa mempersyaratkan penalaran induktif. Walaupun

dalam matematika itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang

benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika

suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah

dibuktikan secara deduktif. Penalaran deduktif adalah suatu kerangka atau cara berpikir yang

bertolak dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah

kesimpulan yang bermakna lebih khusus.

 Karakteristik matematika

Matematika selalu berkembang seiring peradaban manusia.cNamun dibalik semuanya

itu maematika juga mempunyai pandangan yang sudah disepakati bersama, diantaranya: a)

Memiliki objek kajian yang abstrak, b) Bertumpu pada kesepakatan, c) Berlaku jujur.

Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisir. Hal ini karena matematika dimulai

dari unsur yang tidak didefinisikan kemudian pada unsur yang didfinisikan ke aksioma da

akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, logis dan

sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling

kompleks. Matematika merupakan sarana yang penting dalam kegiatan berbagai disiplin

keilmuan mencakup antara lain, geomteri, teori bilangan, alajabar, trigonometri, geometri

analitik, persamaan diferensial, kalkulus, topologi, geometri non euclid, teori fungsi

probabilitas dan statisika, logika dan logika matematika.


D. Landasan Epistemologi Filsafat Ilmu Matematika

a. Pengertian Epistemologi

Epistemologi berasal dari bahasa yunani “episteme” dan “logos”. “episteme” berarti

pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori. Dengan demikian, epistomologi secara

etimologis berarti teori pengetahuan. Epistomologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya

ilmu, dari mana sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya.

Sumber yang mendefinisikan pengertian epistomologi di antarannya:

i. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah

filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.

ii. Epistomologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang terjadinnya

pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara

memperoleh pengetahuan, validitas, dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).

iii. Epistomologi adalah cabang atau bagian filsafat yang membicarakan tentang

pengetahuan, yaitu tentang terjadinnya pengetahuan dan kesahihan atau kebenaran

pengetahuan.

iv. Epistomologi adalah cara bagaimana mendapatkan pengetahuan, sumber-sumber

pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan

Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan

bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah

model filsafat. 14

b. Epistomologi Filsafat Ilmu Matematika

Epistemologi matematika merupakan cabang filsafat yang berhubungan pengentahuan

dengan pengetahuan matematika. Hal- hal yang ditelaah dalam cabang filsafat ini adalah segi-

segi dasar pengetahuan matematika, seperti sumber, hakikat, batas- batas, dan kebenaran

14
Nuryami, Filsafat Pendidikan Matematika. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi, 2022.
pengetahuan beserta ciri- ciri matematika yang meliputi abstraksi, ruang, waktu, besaran,

simbolik, bentuk dan pola. Matematika sebagai bagian dari sciene artinya matematika

merupakan sebuah pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar. Beberapa ilmuwan

menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

bilangan- bilangan, titik, garis, ruang, abstraksi, besaran dan lain sebagainya. matematika

merupakan suatu ilmu yang lebih banyak mengkaji tentang kuantitas- kuantitas, bangunan,

ruang dan perubahan. Saat ini seluruh kehidupan manusia menggunakan matematika, mulai

dari perhitungan sederhana dalam kehidupan sehari- hari sampai pada perhitungan yang rumit

seperti ilmu astronomi, geologi, informatika, dan lain sebagianya. Ilmu- ilmu lain yang

menggunakan matematika sebagai alat bantu seperti ilmu ekonomi, social, biologi dan lain

sebagainya. Dengan demikian, matematika dipakai untuk membantu perkembangan ilmu

pengetahuan, yang secara langsung atau tidak langsung menjadi sarana kegiatan ilmiah.15

 Sejarah Matematika

Perkembangan sejarah matematika dibagi mengikuti waktu atau periode perkembangan, yang

pertama, pembagian waktu dalam tiga periode yakni dahulu, pertengahan dan sekarang.

Kedua, pembagian menurut cara konvensional dalam tujuh skala waktu menurut penemuan

naskah yang dapat dihimpun yakni (1) Matematika babiliona dan mesir kuno; merujuk pada

seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia sejak permulaan

helenistik. Dinamai matematika babiliona karena peran utama kawasan babiliona sebagai

tempat belajar . matematika babiliona ditulis dalam 400 lempeng tanah liat yang berisi topik-

topik pecahan aljabar, invers , perkalian, dan bilangan prima, tabel perkalian dan metode

penyelesaian persamaan linear dan kuadrat. Matematika mesir kuno diperkirakan berasal dari

tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dokumen yang lebih tua dari

kerjaan tengah yitu tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual intruksi bagi pelajar

15
Sinaga Wita, dkk., “Perkembangan Matematika Dalam Filsafat dan Aliran Formalisme Yang Terkandung
Dalam Filsafat Matematika”. Journal of Mathematics Education and Applied. Volume 2, 2022.
aritmatika dan geometri, rumus-rumus luas, cara perkalian, pembagian, pengerjaan pecahan,

bilangan komosit, bilangan prima, aritmatika, dan geometri. (2) Matematika yunani diyakini

dimulai oleh Thales dan miletus (624 sd 546 SM) selain itu juga ada pythogoras yang

membuktikan theorema pythagoras secara sistematis, pencetus o adalah al khwarismi,

archimedes mencetuskan nama parabola, (3) Perkembangan matematika di Masayarakat timur

Dekat yakni Matematika India dan matematika Arab. Matematika India, dimulai sejak zaman

besi kira-kira pada abad ke 9 SM oelh shatapa Brahama yang menghamiri nilai phi dan sulba

sutras yang merupakan penulis tulisan geometri yang menggunakan bilangan irrasional,

bilangan prima, atuaran tiga dan akar kubik, menghitunga akar kuadrat. Matematika Arab,

yang dimulai menjadi masa keemasan perkembangan matematika Arab pada abad ke 9 sd 13.

Peran arab jika ditelaah dalam perkembangan sejarah matematika tidak hanta sebagai

pelengkap dan penyebar ilmu, namun arab berkontrbusi dalam beberapa temuan dan mampu

memberikan penjelasan terhadap matematika Yunani. (4) Eropa dan masa Renaissance. (5)

Abad ke 17, (6) Abad ke 18 dan 19 (7) Perkembangan matematika abad ke 20 di Amerika

Serikat.

 Hal Yang Diperhatikan Agar Mendapat Ilmu Matematika Yang Benar

i. Pengetahuan

Matematika merupakan ilmu yang sangat mendasar dalam penerapannya digunakan dasar

oleh ilmu filsafat, fisika, kimia, biologi, ekonomi dan masih banyak lagi untuk memperoleh

ide, rumus baru dan penyelesaian baru dalam kehidupan sehari-hari. Struktur ilmu matematika

sangatlah penting dalam kehidupan peradaban kita. Dimana matematika dalam ilmu

pengetahuan dianggap sebagai “ratu ilmu” yang menjadi induk dari pengetahuan-pengetahuan

lain. Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan maka dalam

kehidupan manusia dapat memiliki pengetahuan dan kebenaran. Baharudin Salam

mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimilki manusia ada empat (Landasan Epstimologi)
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah

common sense. Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science yang

pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasi dan mensistimisasikan common

sense, ketiga, pengetahuan filsafat, yankni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang

kompetif dan spekulatif. Keempat, pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya

diperoleh dari Tuhan lewat pada utusanNya.

ii. Kerangka berpikir ilmiah

Materi kerangka berpikir ilmiah atau epistemologi merupakan cabang filsafat ilmu yang

secara spesifik mengkaji hakikat ilmu. Adanya pola dasar/desain atau keangka yang dilakukan

oleh aktivitas jiwa dalam menenmukan suatu pengetahuan memerlukan suatu objek

pengetahuan dan instrumen untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Adanya kemampua

berpikir manusia menyebabkan rasa ingin tahu selalu berkembang. Dengan kemampuan

berpikir, manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk

menggabungkan dengan pengetahuan yang diperoleh hingga menghasilkan pengetahuan yang

baru. Berpikir adalah proses atau kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan. Berpikir

merupakan serangkaian kegiatan dari budi rohani seseorang yang menciptakan penegertian,

melakukan penalaran dan mengolah ingatan berdasarkan pengalaman terdahulu sebagai

tanggapan terhadapa keadaan sekeliling. Metode berpikir dapat dibedakan beberapa bagian

yakni metode berpikir berlandaskan penalaran, berlandaskan logika dan analisa, berlandaskan

perasaan dan intuisi. Tujuan dari penggunaan metode ilmiah adalah agar ilmu berkembang

dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Serta mendapat

sebuah kebenaran dan kesesuaian antara kajian ilmiah, dengan tanpa terbatas ruang, waktu,

tempat dan kondisi tertentu. Kriteria Ilmiah merupakan patokan atau rambu-rambu untuk

menentkan benar atau tidak benarnya seuatu untuk masuk status tertentu. Kriteria ilmiah

mempunyai beberapa kriteria yakni berdasarkan fakta, bebas dari prasangka, menggunakan
prinsip analisis, menggunakan hipotesa, menggunakan ukuran objektif, menggunakan teknik

kuantitatif, perumusan masalah,

E. Landasan Aksiologi Filsafat Ilmu Matematika

a. Pengertian Aksiologi

Berdasarkan bahasa yunani, aksiologi berasal dari kata ‘axios’ dalam bahasa yunani

artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa

aksiologi adalah ‘ilmu tentang nilai’. Beberapa kutipan mengenai pengertian aksiologi

i. S suriasumantri, aksiologi berarti teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari

pengetahuan yang diperoleh.

ii. Mengutip dari bramei, aksiologi terbagi dalam 3 bagian penting, antara lain: a)

Tindakan moral yang melahirkan etika. b) Ekspresi keindahan yang melahirkan

estetika. c) Kehidupan sosial politik yang melahirkan filsafat sosial politik.

iii. Dalam encyclopediaofphilosophy, dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan

‘value’ dan valuation. Dalam hal ini nilai dianggap sebagai nilai memberi nilai dan

dinilai. Richard laningan sebagaimana dikutip efendi mengatakan bahwa aksiologi

yang merupakan kategori keempat dan merupakan studi etika dan estetika. Hal ini

berarti bahwa aksiologi berfokus pada kajian terhadap nilai-nilai manusiawi serta

bagaimana cara mengekspresikannya.

iv. Adapun jujun s. Suriasumantri, aksiologi lebih difokuskan kepada nilai kegunaan

ilmu. Ilmu dipandang akan berpautan dengan moral. Nilai sebuah ilmu akan diwarnai

sejauh mana ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap ilmu yang dimiliki,

apakah akan dipergunakan untuksuatu kebaikan atau akan digunakannya sebagai

sebuah kejahatan.16

b. Aksiologi Filsafat Ilmu Matematika


16
Nuryami, Filsafat Pendidikan Matematika. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi, 2022.
Matematika merupakan sendi kehidupan. Semuanya berada dalam perhitungan.

Kehidupan tidak bisa berlangsung tanpa matematika. Tak ada yang dipakai utnuk berhitung

artinyaseluruh berlangusng tanpa kendali, tidak dalam perencanaan dan tidak dengan hitung-

hitungan terlebih dahulu. Matematika berfungsi untuk menghitung segala hal dalam

kehidupan. Selain fungsi, matematika memiliki manfaat yakni, melatih cara berpikir menjadi

lebih sistimatis, melatih berpikir deduktif untuk menghindari cara berpikir menarik

kesimpulan secara kebetulan, menjadi lebih teliti, membuat prinadi menjadi lebih sabar daam

menghadapi semua hal, hal ini karena saat mengerjakan soal matematika yang

penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, kita harus bersabar dan tidak cepat putus asa.

Matematika, Etika dan Estetika

“Matematika sebagai ilmu dasar dipergunakan dalam berbagai bidang ilmu, baik

matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Filosofi modern juga tidak akan

tepat bila tidak dilandasi pengetahuan tentang matematika. Matematika dalam imu sosial juga

dikembangkan sebagai sosiometri, pesyhcometri, ekonometru dan sebagainya. Matematika

adalah ilmu berpikir. Berpikir dengan keutamaan yakni keutamaan moral dan keutamaan

intelektual. Tanggung jawab seorang ilmuan dibidang etika bukan lagi memberi informasi

namun harus memberi contoh. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan

memberinya keberanian. Sehingga ilmu harus terbuka pada konteksnya dan agamalah yang

menjadi konteks tersebut. Dalam bidang matematika estetika dapat dipahami sebagai aktivitas

kreatif sebagai bentuk seni. Estetika merupakan kondisi yang berkaitan dengan keindahan

yang dapat dirassakan, namun keindahan itu baru dapat dirasakan jika terjadi perpaduan

harmonis antara elemen-elemen keindahan yang terkandung dalam suatu objek. Pada

dasarnya, estetika merupakan hal utama dalam suatu kehidupan. Estetika sebagai suatu

kondisi, berkaitan erat dengan keindahan yang dapat dirasakan apabila terjadi perpaduan

harmonis antara elemen-elemen keindahan tersebut dalam suatu objek. Unsur-unsur estetika
memiliki karakter menentukan ekspresi bentuk. Berikut ini terdapat beberapa penjelasan

menenai unsur-unsur estetika sebagai komposisi bentuk yang meliputi garis, bentuk, tekstur

dan warna. Sebagian besar ahli matematika memperoleh kesenangan estetika dari pekerjaan

mereka, dan dari matematika secara umum. Mereka menyatakan kesenagan ini dari gambaran

tentang matematika secara baik sekali. Kadang-kadang para ahli matematika menggabar

aktivitas matematika yang kreatif sebagai bentuk seni. Perbandingan-perbandingan seperti itu

sering dibuat untuk musik dan puisi. Ahli matematika dari Hungaria, Paul Erdos menyatakan

pandangan yang tak terlukiskan tentang matematika ketika ia berkata “Mengapa angka-angka

itu indah?”. Hal itu seperti pertanyaan mengapa simponi kesembelian Beethovens itu indah.”
17

Hubungan Manfaat Ilmu Matematika Dengan Kehidupan Sehari-Hari Implementasi

(Aksiologi)

“Manfaat pelajaran matematika dalam kajian aksiologi ilmu, pada umumnya sebagian

besar murid di sekolah tersugesti oleh rasa takut mempelajari pelajaran matematika, jika hal

tersebut dibiarkan maka rasa takut tersebut dapat membuat saraf-saraf tegang terutama pada

otak. Selanjutnya apapun yang dipelajari orang, tentunya semua memiliki manfaatnya, sekecil

apapun pengetahuan yang dipelajari, suatu saat akan bernilai manfaat dalam kajian aksiologi

ilmu. Demikian pula dengan mempelajari ilmu matematika. Menurut Haris Kurniawan, ada 8

manfaat belajar ilmu matematika jika di aplikasikan atau diterapkan, yaitu:

Pertama, mempelajari matematika dapat memecahkan suatu permasalahan, sebab jika

tidak memahami maka akan merugikan diri sendiri. Kita tidak dapat memecahkan suatu

permasalahan, oleh karena itu, belajarlah matematika dengan sungguh-sungguh. Dengan

demikian, maka belajar matematika dapat berguna untuk memecahkan suatu permasalahan.

Baik pemecahan dalam pengerjaan soal-soal maupun pemecahan permasalahan lainnya.

17
Ovan S.Pd, M.Pd., Landasan Filsafat Matematika-Ontologi, Epistemolosi dan Aksiologi. Yogyakarta: Cahaya
Harapan, 2022.
Seperti, mengukur jauhnya jarak jalan, pemecahan masalah dalam membangun rumah dan

lainnya.

Kedua, mempelajari matematika dapat membantu untuk berdagang, hal ini mengingat

dasar belajar matematika adalah berhitung. Jika seseorang berprofesi sebagai berdagang,

maka harus pintar berhitung. Jika tidak pintar dalam berhitung maka akan kesulitan dalam

berdagang. Pedagang juga tidak akan keliru ketika menerima dan membayar kembalian dari

pembeli sehingga tidak rugi dalam berdagang. Oleh karena itu lakukan dengan cermat jangan

putus asa dalam belajar matematika agar jawaban dalam penyelesaian dan mengerjakan soal

menjadi benar dan kelak dapat melatih orang menjadi orang yang teliti, cermat dan tidak

ceroboh.

Ketiga, mempelajari matematika dapat melatih cara berpikir yang akurat, sehingga

mempelajari matematika sangatlah menuntut orang untuk berpikir cerdas. meskipun setiap

orang memiliki kemampuan yang berbedabeda dalam berpikir. Ada kemampuan berpikirnya

cepat ada juga yang lambat. Oleh karena itu dengan mengerjakan penyelesaian soal dapat

melatih cara berpikir orang untuk lebih keras lagi. Ketika jawaban orang salah, harus

diperbaiki sampai jawabannya benar, dengan semikian maka tujuan orang untuk

menyelesaikan soal tersebut mendapat hasil yang memuaskan.

Keempat, mempelajari matematika membuat pola pikir sistematis, hal ini mengingat

pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang membantu orang berpikir secara

cermat dan sistematis. Hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan, baik dalam

pekerjaan maupun keseharian adalah melalui kebiasaan berhitung, berlatih bepikir runut, dan

sejenisnya, secara tidak sadar orang telah memaksa otak untuk terbiasa berpikir secara runut.

kondisi demikian akan membuat orang menjadi mudah dalam mengorganisasi segala sesuatu.

Kemampuan ini yang juga sangat mendukung untuk menjadi seorang pemimpin dimasa depan

ketika dia mejadi orang yang dewasa.


Kelima, mempelajari matematika menjadikan seseorang cara berpikir lebih

berkembang, hal ini mengingat seluruh aspek dalam pelajaran matematika berbicara mengenai

kemampuan berpikir logis tidak ada asumsi, praduga, atau tebak-tebakan. Semua hasil harus

melalui hasil penghitungan yang tepat, bahkan berdasarkan literasi yang ditulis oleh Johnson

dan Rising, matematika dibentuk atas dasar kebutuhan pembuktian yang logis. Pernyataan ini

tentu semakin menguatkan posisi matematika sebagai media pembelajaran efektif agar

seseorang tumbuh menjadi orang yang tidak galau. hal ini dikarenakan logika dapat

membantu menajamkan pola pikir, yang tentunya membuat orang mampu mengambil

keputusan secara matang.

Keenam, belajar matematika membuat orang terlatih berhitung, hal ini karena semua

orang butuh keterampilan berhitung. Bahkan dalam skala yang sangat sederhana seperti

menghitung uang kembalian. Namun sayangnya hal tersebut kurang disadari oleh sebagian

siswa. Penggunaan angka yang sejatinya merupakan simbol untuk mengukur hasil, malah

menjadi hal yang dihindari. Perlu dicermati bahwa kebutuhan berhitung memang tidak perlu

ahli, namun setidaknya seseorang mampu melakukannya dengan tepat dan cepat. Apalagi,

jika kelak orang tersebut merupakan seorang pebisnis. Tentu orang ia tidak ingin salah

menghitung keuntungannya.

Ketujuh, mempelajari matematika mampu menarik kesimpulan secara deduktif.

dengan demikian matematika sering disebut juga sebagai ilmu yang bersifat deduktif.

Maksudnya matematika dapat membantu seseorang dalam menarik kesimpulan berdasarkan

pola yang umum. Hal ini akan membiasakan otak kita untuk berpikir secara objektif, sebab

kemampuan berpikir objektif adalah satu dari sekian banyak soft skill yang dicari oleh seluruh

bidang kerja, bukan hanya itu, dengan sering menyelesaikan latihan matematika berupa kasus

logika, maka seseorang akan terbiasa berpikir secara rasional.


Kedelapan, mempelajari matematika menjadikan seseorang menjadi teliti, cermat, dan

sabar. Pelajaran matematika sarat akan soal-soal yang rumit dan panjang. Hal ini tentu

membutuhkan kesabaran dalam menyelesaikannya. Terlebih jika salah sedikit saja dalam

menghitung, maka bisa jadi seseorang harus mengulang kembali proses penghitungan dari

awal. Sebagian orang tidak mengetahui, bahwa seorang yang terbiasa menyelesaikan

persoalan matematika yang rumit dapat berkembang menjadi seorang yang lebih teliti, cermat,

serta sabar. Buktinya, profesi semacam analis, ilmuwan, atau akuntan, biasa dijalani oleh

orang-orang yang teliti dalam menelaah data. Berdasarkan delapan hasil mempelajari

matematika di atas, untuk memudahkan pemahaman manfaatnya digambarkan dalam bagan

sebagai berikut berikut : Terlepas dari apapun cita-cita orang, pelajaran matematika dapat

membantu seseorang untuk mencapainya. inilah manfaat pelajaran matematika yang pada

hakikatnya berurusan dengan beragam bidang kerja. oleh karena itu mulailah mencintai

pelajaran matematika, niscaya orang akan menikmati saat mempelajarinya dan juga akan

bermanfaat dalam kehidupanmu.” 18

18
Haris Kurniawan dan Eva Susanti, Pembelajaran Matematika dengan STEM, (science, Technology,
Engineering, Mhathematic), Jakarta: Deepublish, 2021 dikutip dalam Marliani, Matematika Dalam Aksiologi
Tunas Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/tunas Volume 7
Nomor 1, Desember 2021 (26-31) (diakses pada 19 Oktober 2023)
Bibliografi
Adib Mohammad, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistimologi, Aksiologi dan Ilmu Pengetahuan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Almasdi Syahza, “Filsafat Ilmu”. Diakses dari www.almasdi.unri.ac.id. (diakses pada 19

Oktober 2023).

Haris Kurniawan dan Eva Susanti, Pembelajaran Matematika dengan STEM, (science,

Technology, Engineering, Mhathematic), Jakarta: Deepublish, 2021 dikutip dalam

Marliani, Matematika Dalam Aksiologi Tunas Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar

http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/tunas Volume 7 Nomor 1, Desember

2021 (26-31) (diakses pada 19 Oktober 2023).

Haryono Didi, Filsafat Matematika. Bandung: Alfabeta, 2015.

Mahendrawan, E., Yanuarti, M., & Asmarawati, E. “Kritik Terhadap Kemutlakan Filsafat

Matematika”. Scientia Sacra: Jurnal Sains, Teknologi Dan Masyarakat, 2021.

Marsigit, Ilham R., & Mareta M. M., Filsafat matematika. Yogyakarta: UNY press, 2014.

Mazlan, Pembahasan Ontologi Matematika, Universitas Riau Fakultas MIPA. 2018.

Nugraheni, N., Rochmad, & Isnarto, “Aliran Humanis dalam Filsafat Matematika”. Prisma,

Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2021. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.p

hp/prisma/ (diakses pada 19 Oktober 2023).

Nuryami, Filsafat Pendidikan Matematika. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi, 2022.

Nuryami, Filsafat Pendidikan Matematika. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi, 2022.

Ovan S.Pd, M.Pd., Landasan Filsafat Matematika-Ontologi, Epistemolosi dan Aksiologi.

Yogyakarta: Cahaya Harapan, 2022.

Sinaga Wita, dkk., “Perkembangan Matematika Dalam Filsafat dan Aliran Formalisme Yang

Terkandung Dalam Filsafat Matematika”. Journal of Mathematics Education and

Applied. Volume 2, 2022.


Sinaga, W., Parhusip, B. H., Tarigan, R., & Sitepu, S., “Perkembangan Matematika Dalam

Filsafat Dan Aliran Formalisme Yang Terkandung Dalam Filsafat Matematika”.

Sepren: Journal of Mathematics Education and Apllied, 2021.

https://doi.org/10.36655/sepren.v2i2. 508 (diakses pada 19 Oktober 2023).

Siskawati, E., Rochmad, R., & Isnarto, I., “Teka-Teki Klasik Filsafat Matematika”. PRISMA,

Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2021.

Soetriono & Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi, 2007.

Suriasumantri, J. S., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. 2018.

Anda mungkin juga menyukai