Anda di halaman 1dari 9

Nama : Alfira Oktavia

Nim : 2040200005

Mk : Sejarah Matematika

UTS

1. Aliran-aliran filsafat matematika dan filsafat yang berkembang saat ini


a) Platonisme
Platonisme melihat matematika sebagai kebenaran mutlak, dan pengetahuan matematika
adalah hasil dari inspirasi ilahi. (Tuhan adalah ahli matematika atau ahli matematika).
Platonisme menganggap objek matematika itu nyata, dan keberadaan objek nyata dan
struktur matematika sebagai makhluk nyata yang ideal, dibebaskan dari sifat manusia.
Aktivitas matematika adalah proses menemukan hubungan yang sudah ada di alam
semesta.
b) Absolutisme
Pengetahuan matematika terdiri dari satu-satunya realitas definitif pengetahuan, kebenaran
definitif dan abadi, kebenaran mutlak, yang hanya bergantung pada kebenaran yang
terkandung dalam logika dan konsep. Kebenaran matematika berasal dari definisi dan tidak
dapat diverifikasi oleh fakta empiris. Pengurangan memastikan pernyataan yang benar dari
pengetahuan matematika. Pernyataan bahwa matematika (dan logika) adalah pengetahuan
yang mutlak benar, didukung oleh pernyataan dasar yang digunakan dalam pembuktian,
adalah pernyataan yang benar.
Munculnya absolutisme dalam matematika paling tidak disebabkan oleh dua perbedaan
(Sukardjono, 2000). Pertama, pandangan umum bahwa matematika adalah hasil dari sistem
aksioma dan sistem logika. Pandangan ini menunjukkan hubungan erat antara matematika
dan logika. Sebagian orang beranggapan bahwa logika adalah bagian dari matematika
(formalisme). Oleh karena itu, intuisionisme mengklaim bahwa logika adalah cabang
matematika. Penentang mengatakan bahwa logika adalah segalanya, tetapi matematika
adalah bagian kecil dari logika, atau matematika adalah cabang dari logika (aliran logika).
Kedua, munculnya krisis landasan matematis yang melanda landasan teori himpunan dan
logika formal telah mendorong para matematikawan untuk mencari landasan filosofis untuk
merekonstruksi matematika sehingga memiliki landasan yang lebih kokoh. Kedua fakta ini
memunculkan tiga arus utama dalam filsafat matematika: arus logisis yang dipimpin oleh
Russell dan Whitehead, arus intuisionistik yang dipimpin oleh Brouwer, dan arus formalis
yang dipimpin oleh David Hilbert.
 Aliran Logikalisme atau Logisisme
Logika melihat matematika sebagai bagian dari logika. Para pendukungnya termasuk G.
Leibnis, G. Frege, B. Russell, A.N. Whitehead, dan R. Carnap. Logika dikembangkan oleh
filsuf Inggris Betrand Arthur William Russell. Menurutnya, semua konsep matematika
dapat sepenuhnya disederhanakan menjadi konsep logis, dan semua kebenaran
matematika hanya dapat dibuktikan dengan deduksi logis dari aksioma dan aturan.
Sains pada umumnya adalah pengetahuan yang didasarkan pada analisis yang mengikuti
pola pikir tertentu untuk menarik kesimpulan. Menurut Wittgeinstein, matematika
adalah metode berpikir logis. Dengan perkembangannya, masalah logika menjadi
semakin kompleks, membutuhkan metode yang sempurna. Dalam pandangan ini, logika
berkembang menjadi matematika. Menurut Russell, matematika adalah kematangan
matematika dan logika adalah masa kecil matematika.
 Aliran Formalisme
Dasar matematika formalisme dikembangkan oleh matematikawan Jerman David
Hilbert. Mengikuti garis ini, matematika adalah sistem simbol formal, dan matematika
berurusan dengan sifat struktural simbol dan pemrosesan simbol-simbol ini. Simbol
seharusnya mewakili target berbeda yang menjadi objek matematika.
 Aliran Intuitonisme
Aliran intuitonisme yang dipelopori oleh ahli matematika dari Belanda yaitu Luitzen
Egberts Jan Brouwer, beliau berpendirian bahwa matematika adalah sama dengan
bagian yang eksak dari pemikiran matematika. Ketetapan matematika terletak dalam
akal manusia dan tiidak pada symbol-simbol di atas kertas. Selanjutnya intuisionis
menyatalan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya
terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada.
c) Failibisme
Menurut errorisme, kebenaran matematika adalah subjek yang sangat sederhana yang
dapat dikritik dalam banyak cara. Kebenaran Matematika tidak lengkap (dengan kesalahan),
tidak sehat, dan tunduk pada revisi dan revisi di masa mendatang. Tesis errorisme
dirumuskan dalam dua pernyataan. Dalam bentuk negatifnya, errorisme menolak
pandangan absolut dan berfokus pada pernyataan bahwa kebenaran matematika bukanlah
kebenaran mutlak dan kebenaran itu tidak memiliki validitas absolut. Faribilisme mengklaim
bahwa isi matematika murni pada akhirnya berasal dari dunia material. Menurutnya, karena
matematika berurusan dengan hubungan kuantitatif di dunia nyata, asumsi bahwa
himpunan aksioma baru itu benar tampaknya telah terbukti setelah periode pengamatan
dan pengalaman yang lama dari kenyataan, menjadikannya partisan deduktif.
 Aliran filsafat yang berkembang saat ini
Filsafat matematika dikembangkan melalui isu-isu eksternal seperti sejarah, asal-usul,
dan praktek matematika dengan isu-isu internal seperti epistemologi dan ontologi.
Metode yang digunakan untuk melakukan klasifikasi aliran-aliran dalam filsafat
matematika salah satunya menggunakan kriteria kecukupan filsafat matematika (Ernest,
1991) yaitu: (1) pengetahuan matematika: sifat, justifikasi, dan asal-usul pengetahuan,
(2) obyek matematika: ruang lingkup dan asal-usul obyek matematika, (3) aplikasi
matematika: efektifitas matematika dalam mengembangkan sains, teknologi dan
aplikasi lainnya, dan (4) praktek matematika: aktifitas matematikawan, dulu dan
sekarang.Filsafat matematika dikembangkan melalui isu-isu eksternal seperti sejarah,
asal-usul, dan praktek matematika dengan isu-isu internal seperti epistemologi dan
ontologi. Metode yang digunakan untuk melakukan klasifikasi aliran-aliran dalam filsafat
matematika salah satunya menggunakan kriteria kecukupan filsafat matematika (Ernest,
1991) yaitu: (1) pengetahuan matematika: sifat, justifikasi, dan asal-usul pengetahuan,
(2) obyek matematika: ruang lingkup dan asal-usul obyek matematika, (3) aplikasi
matematika: efektifitas matematika dalam mengembangkan sains, teknologi dan
aplikasi lainnya, dan (4) praktek matematika: aktifitas matematikawan, dulu dan
sekarang.
Kriteria tersebut saat ini melahirkan beberapa aliran filsafat matematika, yaitu
Platonisme, Absolutisme dan Falibilisme. Platonisme lebih menekankan pada tidak
adanya landasan-landasan untuk merekonstruksi dan menyelamatkan matematika,
sementara itu, absolutisme lebih menekankan pada tidak adanya kesalahan pada
matematika, sedangkan falibilisme menekankan pada kemungkinan matematika untuk
direvisi terus-menerus.
2. Penemuan Mesir kuno
 Menghitung Volum Limas
Satu satunya sumber informasi dalam matematika Mesir Kuno adalah matematika Papirus
moskow dan matematika Papirus Rhind, Matematika Papirus moskow telah tercatat sejak
tahu 1850 SM, Sewaktu Abraham VS Golenishchev memperolehnya di tahun 1893 dan
membawanya ke Moskow.
Masalah yang paling menarik dari matematika Papirus Moskow adalah masalah mengenai
perhitungan volume dari sebuah limas, dengan menggunakan rumus yang benar, limas
adalah sebuah diagram dengan potongan yang sama pada puncaknya. Jika limas tersebut
adalah limas dengan alas persegi dan sisi alasnya adalah a dan garis yang menghubungkan
alas dengan puncak limas adalah sisi b dan jika tingginya adalah h , orang orang mesir kuno
menyatakan volume dari limas adalah : h (a 2 + ab + b 2 ) Catatan, Jika b=0, kami akan
menyatakan emisi volume anggaran dengan alas persegi yaitu 2 x jam

 Perhitungan Waktu Bangsa Mesir Kuno


Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan
berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari berbentuk seperti
huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan
tenggelam ke dalam 12 bagian.
Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan
berbasis 12 berdasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga berdasarkan
banyaknya jumlah jari manusia (3 di setiap jari, tidak termasuk jempol) yang memungkinkan
mereka menghitung hingga 12 menggunakan jempol .
Jam generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang sekarang kita
sebut dengan “jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, berdasarkan
pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12 bintang di langit pada saat
malam hari. Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam,
maka dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari
dan panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim panas hari
lebih panjang dibandingkan malam).
 Perhitungan Luas Bangun Datar
Pada tahun 2450 SM, orang-orang Mesir kuno telah memulai perhitungan tentang unsur-
unsur segitiga dan menemukan segitiga keramat dengan sisi-sisi 3, 4 dan 5.
Dalam perancangan Piramida Cherpen, orang-orang Mesir Kuno menggunakan konsep
Segitiga Suci Mesir (Sacred Triangle) ) dengan perbandingan sisi-sisinya 3:4:5 yang dengan
nama lain disebut segitiga Phytagorean dan pada Piramida Khufu disebut Segitiga Emas (The
Golden Triangle). Dengan mengukur batang menurut garis dari jaringan geometri
diheptagonal. Proyek Piramida Cherpen dan Khufu menggunakan metode pengukuran dan
nilai esoterik yang berbeda.
Penyelidikan-penyelidikan yang baru agaknya menunjukkan bahwa orang Mesir Kuno
mengetahui bahwa luas setiap segitiga ditentukan oleh hasil kali alas dan tinggi. Beberapa
soal nampaknya membahas kotangen dari sudut dihedral antara alas dari sebuah
permukaan arsitektur, dan beberapa lagi menunjukkan perbandingan.
Pada Masa Mesir Kuno penggunaan Matematika khususnya Geometri hanya digunakan
secara praktis. Pada saat itu geometri hanya digunakan untuk keperluan yang sangat
mendasar yaitu pelatihan ukuran tanah milik penduduk untuk keperluan pemungutan pajak.
Hal ini dilakukan karena setiap tahunnya terjadi luapan dari Sungai Nil, sehingga kepemilikan
tanah oleh penduduk perlu dipantau, atau diukur ulang.
Pada saat itu pengukuran hanya menggunakan tali yang direntangkan.Selain itu, untuk
menentukan luas-luas dan volume-volume dari berbagai bangun datar dan bangun ruang
merupakan hasil dari coba-coba, mereka menganalisis perhitungannya dari sebuah fakta
tanpa harus membuktikan secara deduktif. Rumusan yang diperoleh hanya memiliki nilai
pendekatan dan pada saat itu telah mencukupi dan diterima untuk keperluan praktis pada
kehidupan masa itu. Sehingga di Mesir Kuno Geometri berkembang tidak jauh dari tingkat
intuitif belaka, dimana pengukuran-pengukuran objek nyata adalah target utama dari
penggunaannya.
Tahun 1650 SM, orang-orang Mesir Kuno menemukan nilai phi yaitu 3,16. Sumber informasi
matematika Mesir Kuno adalah Papyrus Moskow danPapyrus Rhind. Papyrus Moskow
berukuran tinggi 8 cm dan lebar 540 cm sedangkan Papyrus Rhind memiliki tinggi 33 cm dan
lebar 565 cm. Dari 100 soal-soal dalam lembaran Papyrus Moskow dan Rhind terdapat 26
soal bersifat geometris. sebagian besar dari soal-soal tersebut berasal dari rumus-rumus
pengukuran yang diperlukan untuk menghitung luas tanah dan isi lumbug padi-padian.
Sebuah lingkaran luas dipandang sama dengan kuadrat 8/9 kali garis tengahnya. OrangMesir
Kuno telah menemukan nilai phi yaitu 3,16.
 Dasar Segitiga Phytagoras
Phytagoras sudah tahu tentang luasnya sisi miring ini sejak 2500 tahun yang lalu. Tapi
tahukah Anda bahwa dia memperoleh pengetahuan itu dari orang Mesir Kuno? Saat masih
muda, Pythagoras berguru kepada Thales (salah satu orang paling bijaksana di Athena), dan
sang guru menyarankan Phytagoras muda pergi ke Mesir untuk belajar matematika.
Dari pengamatan Pythagoras melihat orang-orang Mesir menggunakan mistar dan tali
pengikat untuk menghitung bangunan tinggi – maka ia terinspirasi untuk membuat hukum
matematika menghitung tinggi dan sisi miring segitiga siku-siku. Dari kunjungan ke Mesir
itulah Pythagoras lalu memperkenalkan prinsip yang kita kenal dengan hukum Pythagoras.
 Tokoh matematika Mesir kuno
 Thales (624 SM -546 SM)
Dalam urusan dagang Thales sering melakukan perjalanan hingga daerah Mesir dan
Babilonia. Hal ini memberikan kesempatan Thales untuk menuntut ilmu sambil melakukan
perjalanan. Di Mesir, Thales dikenal belajar tentang geometri. Sementara ketika melakukan
perjalanan ke Babilonia, Thales lebih mendalami belajar astronomi. Karena kecerdasannya
dan ilmu yang dimilikinya, Thales telah mampu mengukur tinggi piramida dengan prinsip
kesebangunan. Sementara untuk bidang astronomi Thales telah bisa meramalkan waktu
peredaran matahari. 
 Phytagoras (682 SM – 493 SM)
Saat masih muda, Pythagoras berguru kepada Thales dan gurunya tersebut menyarankan
Pythagoras pergi ke Mesir untuk menuntut ilmu belajar matematika. Pythagoras mengamati
orang- orang Mesir menggunakan mistar dan tali untuk menghitung tinggi bangunan, maka
ia terinspirasi membuat hukum matematika k menghitung tinggi dan sisi miring segitiga
siku-siku. Dari kunjunganya ke Mesir tersebut itulah selanjutnya Pythagoras
memperkenalkan prinsip yang kita kenal hukum pythagoras yang berguna bukan hanya
untuk mengukur tinggi piramid atau obelisk, tetapi juga mengukur tinggi dan hampir semua
yang ada di bumi, termasuk ketika memodifikasi dari hukum Pythagoras ini digunakan oleh
Eratosthenes untuk mengukur lingkar bumi.
 Eudoxus (sekitar 300 SM)
Eudoxus telah melakukan perjalanan untuk menuntut berbagai ilmu dan dia pun sampai di
Yunani. Rasa bosan yang dirasakan oleh Eudoxus ketika di Yunani maka ia memutuskan
meninggalkan Yunani dan melakukan perjalanan ke Mesir. Di negara Mesir beberapa tahun
Eudoxus mempelajari ilmu astronomi dengan pendeta- pendeta Helipolis. Setelah dirasa
ilmu pengetahuan yang dimilikinya cukup lalu Eudoxus kembali ke daerah Cnidus yang
merupakan kampung halamannya.
 Archimedes (287 SM – 212 SM)
Archimedes dari Syaracusa belajar di kota Alexandria, Mesir. Pada waktu itu yang menjadi
raja di Syaracusa adalah Hieron II, sahabat Archimedes. Dia mengaplikasikan prinsip fisika
dan matematika. Dan juga menemukan perhitungan π (pi) dalam menghitung luas lingkaran.
Ia adalah ahli matematika terbesar sepanjang zaman dan di zaman kuno. Tiga karya
Archimedes membahas geometri bidang datar, yaitu pengukuran lingkaran, kuadratur dari
parabola dan spiral.
 Keterpakaian dalam matematika
 Besaran
Pengkajian besaran dimulakan dengan bilangan , pertama bilangan asli dan bilangan bulat
(“semua bilangan”) dan operasi aritmetika di ruang bilangan itu, yang dipersifatkan di dalam
aritmetika . Sifat-sifat yang lebih dalam dari bilangan bulat ditinjau di dalam teori bilangan ,
dari mana datangnya hasil-hasil populer seperti Teorema Terakhir Fermat . Teori bilangan
juga memegang dua masalah yang tak terpecahkan: konjektur prima kembar dan konjektur
Goldbach .
Karena sistem bilangan dikembangkan lebih jauh, bilangan bulat diakui sebagai himpunan
bagian dari bilangan rasional (“ pecahan ”). Sedangkan pecahan pecahan berada di dalam
bilangan real , yang dipakai untuk menyajikan besaran-besaran kontinuitas . Bilangan real
diperumum menjadi bilangan kompleks . Inilah langkah pertama dari rincian yang hilang
termasuk strongernion dan oktonion . Perhatian terhadap bilangan asli juga mengarah pada
bilangan transfinit , yang memformalkan konsep pencacahan ketakhinggaan . Wilayah lain
pengkajian ini berukuran, yang mengarah ke bilangan kardinal dan kemudian pada konsepsi
ketakhinggaan lainnya: bilangan alef , yang memungkinkan perbandingan bermakna tentang
ukuran himpunan-himpunan besar ketakhinggaan.

 Ruang
Pengkajian ruang bermula dengan geometri khususnya geometri Euklides . Trigonometri
memadukan ruang dan bilangan, dan mencakupi Teorema Pythagoras yang terkenal.
Pengkajian modern tentang ruang memperumum gagasan-gagasan ini untuk menyertakan
geometri berdimensi lebih tinggi, geometri non-Euklides (yang berperan penting di dalam
relativitas umum ) dan topologi . Besaran dan ruang berperan penting dalam geometri
analitik , diferensial geometri , dan geometri aljabar . Di dalam diferensial geometri terdapat
konsep-konsep buntelan serat dan kalkulus lipat .
Di dalam aljabar geometri terdapat penjelasan objek-objek geometri sebagai himpunan
penyelesaian persamaan polinom , memadukan konsep-konsep besaran dan ruang, serta
pengkajian topologi grup , yang memadukan struktur dan ruang. Grup biasa dipakai untuk
mengkaji ruang, struktur, dan perubahan. Topologi di dalam banyak percabangannya
mungkin menjadi wilayah pertumbuhan terbesar dalam matematika abad ke-20, dan
termasuk konjektur Poincaré yang telah lama ada dan teorema empat warna , yang hanya
“berhasil” dibuktikan dengan komputer, dan belum pernah dibuktikan oleh manusia secara
manual.
 Perubahan
Memahami dan menjelaskan perubahan adalah tema biasa di dalam ilmu pengetahuan
alam , dan kalkulus telah berkembang sebagai alat yang penuh daya untuk
menyembunyikannya. Fungsi-fungsi muncul di sini, sebagai konsep penting untuk
menjelaskan besaran yang berubah. Pengkajian kaku tentang bilangan real dan fungsi-
fungsi berperubah real dikenal sebagai analisis riil , dengan analisis kompleks lapangan
yang setara untuk kompleks kompleks . Hipotesis Riemann , salah satu masalah terbuka
yang paling mendasar dalam matematika, dilukiskan dari analisis kompleks. Analisis
fungsional memusatkan perhatian pada ruang fungsi (biasanya berdimensi tak-hingga).
Satu dari banyak terapan analisis fungsional adalah mekanika yang dimodifikasi . Banyak
masalah secara alami mengarah pada hubungan antara besaran dan laju perubahannya,
dan ini ditinjau sebagai perbedaan perbedaan . Banyak gejala di alam dapat dijelaskan
menggunakan sistem dinamik ; teori kekacauan ( kekacauan mempertepat jalan-jalan di
mana banyak sistem ini menampilkan perilaku deterministik yang masih belum terduga.
 Struktur
Banyak objek matematika, semisal himpunan bilangan dan fungsi , menampilkan
struktur bagian dalam. Sifat-sifat struktural objek-objek ini termasuk dalam pengkajian
grup , gelanggang , lapangan dan sistem abstrak lainnya, yang mereka sendiri adalah
objek juga. Ini adalah lapangan aljabar abstrak . Sebuah konsep penting di sini yakni
vektor , diperumum menjadi ruang vektor , dan dikaji di dalam aljabar linear . Pengkajian
vektor memadukan tiga wilayah dasar matematika: besaran, struktur, dan ruang.
Perhitungan yang lebih baik memperluasnya ke dalam wilayah dasar keempat, yakni
perubahan. Kalkulus tensor mengkaji kesetangkupan dan perilaku vektor yang di rotasi .
Sejumlah masalah kuno tentang Kompas dan konstruksi garis lurus akhirnya terpecahkan
oleh Teori Galois .
 Dasar dan filsafat
Untuk memperjelas dasar-dasar matematika , lapangan logika matematika dan teori
himpunan dikembangkan, juga teori kategori yang masih dikembangkan. Kata majemuk
“krisis dasar” mejelaskan pencarian dasar kaku untuk matematika yang mengambil tempat
pada dasawarsa 1900-an sampai 1930-an. Beberapa pembahasan tentang dasar-dasar
matematika berlanjut hingga kini. Krisis dasar dipicu oleh sejumlah perselisihan pada masa
itu, termasuk kontroversi teori himpunan Cantor dan kontroversi Brouwer-Hilbert . Logika
matematika diperhatikan dengan meletakkan matematika pada sebuah kerangka kerja
aksiomatis yang kaku, dan mengkaji hasil-hasil kerangka kerja itu. Logika matematika adalah
rumah bagi Teori ketaklengkapan kedua Gödel , mungkin hasil yang paling dirayakan di dunia
logika, yang (secara informal) berakibat bahwa suatu sistem formal yang berisi aritmetika
dasar, jika suara (maksudnya semua teorema yang dapat dibuktikan adalah benar), maka
tak- lengkap (maksudnya terdapat teorema sejati yang tidak dapat dibuktikan di dalam
sistem itu ). Gödel menunjukkan cara mengonstruksi, kumpulan sembarang aksioma bilangan
teoretis yang diberikan, sebuah pernyataan formal di dalam logika yaitu sebuah bilangan
sejati-sesuatu fakta teoretik, tetapi tidak mengikuti aksioma-aksioma itu. Oleh karena itu,
tidak ada sistem formal yang merupakan aksiomatisasi sejati teori pengukuran sepenuhnya.
Logika modern dibagi ke dalam teori rekursi , teori model , dan teori pembuktian , dan
terpaut dekat dengan ilmu komputer teoretis .
 Diskret Matematika
Diskret matematika adalah nama yang lazim untuk lapangan matematika yang paling berguna di
dalam ilmu komputer teori . Ini meliputi teori komputabilitas , teori kompleksitas
penyelesaianonal , dan teori informasi . Teori komputabilitas menilai batasan-batasan berbagai
model teoretis komputer, termasuk model yang paling dikenal – Mesin turing . Teori
kerumitannya adalah pengkajian traktabilitas oleh komputer; Beberapa masalah, meski secara
teoritis dipecahkan oleh komputer, tetapi cukup mahal menurut konteks waktu dan ruang, tidak
dapat dikerjakan secara praktis, bahkan dengan kemajuan pesat perangkat keras komputer.
Pamungkas, teori informasi memusatkan perhatian pada banyaknya data yang dapat disimpan
pada media yang diberikan, dan oleh karena itu berkenaan dengan konsep-konsep semisal
pemadatan dan entropi .
Sebagai lapangan yang relatif baru, matematika diskret memiliki sejumlah masalah terbuka yang
mendasar. Yang paling terkenal adalah masalah “ P=NP? “, salah satu Masalah Hadiah Milenium
.
 Matematika terapan
Matematika terapan berkenaan dengan penggunaan alat matematika abstrak guna
memecahkan masalah-masalah yang tertuang dalam ilmu pengetahuan , bisnis , dan wilayah
lainnya. Sebuah lapangan penting dalam matematika terapan adalah statistika , yang
menggunakan teori peluang sebagai alat dan memungkinkan penjelasan, analisis, dan analisis
gejala di mana peluang berperan penting. Sebagian besar percobaan, survey, dan pengkajian
memerlukan statistika. (Tetapi banyak statistikawan , tidak menganggap mereka sendiri sebagai
matematikawan, melainkan sebagai kelompok sekutu.) Analisis numerik metode penyelesaian
penyelesaian untuk memecahkan masalah-masalah matematika secara efisien yang biasanya
terlalu luas bagi kapasitas numerik manusia, analisis numerik melibatkan pengujian galat
pembulatan atau sumber galat lain dalam pemrosesan.
3. Asal mula Aljabar dapat ditelusuri berasal dari Babilonia Kuno yang mengembangkan system
matematika yang cukup rumit, dengan hal ini mereka mampu menghitung dalam cara yang
mirip dengan aljabar sekarang ini. Dengan menggunakan sistem ini, mereka mampu
mengaplikasikan rumus dan menghitung solusi untuk nilai yang tak diketahui untuk kelas
masalah yang biasanya dipecahkan dengan menggunakan persamaan Linier, persamaan
Kuadrat dan Persamaan Linier tak tentu. Sebaliknya, bangsa Mesir dan kebanyakan bangsa India,
Yunani, serta Cina dalam melenium pertama belum masehi, biasanya masih menggunakan
metode geometri untuk memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan
dalam “the Rhind Mathematical Papyrus”, “Sulba Sutras”, “Eucilid’s Elements” dan “The Nine
Chapters on the Mathematical Art”. Hasil bangsa Yunani dalam Geometri, yang tertulis dalam
kitab elemen, menyediakan kerangka berpikir untuk menggeneralisasi formula metematika di
luar solusi khusus dari suatu permasalahan tertentu ke dalam sistem yang lebih umum untuk
menyatakan dan memecahkan persamaan, yaitu kerangka berpikir logika Deduksi.
Seperti telah disinggung di atas istilah “aljabar” berasal dari kata Arab “al-jabr” yang berasal dari
kitab “Al-Kitab aj-jabr wa al-Muqabala” (yang berarti “The Compendious Book on Calculation by
Completion and Balancing”) Yang ditulis oleh matematikawan Persia Muhammad ibn Musa Al-
Khawarizmi. Kata “Al-Jabr” sendiri sebenarnya berarti penggabungan (reunion). Matematikawan
Yunani di zaman Hllenisme, Diophantus, secara tradisional dikenal sebagai “Bapak Aljabr”,
walaupun sampai sekarang masih diperdebatkan, tetapi ilmuwan yang bernama R Rashed dan
Angela Armstrong dalam karyanya bertajuk The Development of Arabic Mathematics,
menegaskan bahwa Aljabar karya Al-Khawarizmi memiliki perbedaan yang signifikan dibanding
karya Diophantus, yang kerap disebut-sebut sebagai penemu Aljabar. Dalam pandangan
ilmuwan itu, karya Khawarizmi jauh lebih baik di banding karya Diophantus.
Al-Khawarizmi yang pertama kali memperkenalkan aljabar dalam suatu bentuk dasar yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep aljabar Diophantus lebih cenderung
menggunakan aljabar sebagai alat bantu untuk aplikasi teori bilangan.
Para sajarawan meyakini bahwa karya al-Khawarizmi merupakan buku pertama dalam sejarah di
mana istilah aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu. Kondisi ini dipertegas dalam
pembukuan, formulasi dan kosakata yang secara teknis merupakan suatu kosakata baru. Ilmu
pengetahian aljabar sendiri sebenarnya merupakan penyempurnaan terhadap pengetahuan
yang telah dicapai oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Kedua bangsa tersebut telah memiliki
catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah aritmatika, aljabar dan geometri pada
permulaan 2000 SM. Dalam buku Arithmetica of Diophantus terdapat beberapa catatan tentang
persamaan kuadrat. Meskipun demikian persamaan yang ada belum terbentuk secara
sistematis, tetapi terbentuk secara tidak sengaja melalui penyempurnaan kasus-kasus yang
muncul. Karena itu, sebelum masa al-Khawarizmi, aljabar belum merupakan suatu objek yang
secara serius dan sistematis dipelajari

4.

Anda mungkin juga menyukai