Anda di halaman 1dari 8

1.

SEJARAH AWAL MATEMATIKA


Matematika mulai muncul dan berkembang di Mesopotamia, Mesir Kuno, dan Yunani
Kuno. Manusia prasejarah telah berhasil mengetahui cara mencacah objek-objek fisik, mereka juga
mengenali cara mencacah besaran abstrak, seperti waktu — hari, musim, tahun. Manusia zaman itu
mengidentifikasi hal-hal atau kejadian-kejadian dari alam kemudian dilakukan pengukuran, sehingga
terciptalah produk-produk seperti jam air, jam pasir, dan jam matahari. Mereka menggunakan hakikat
alam yakni ruang dan waktu sehingga terbentuk ide dan konsep menganai waktu.
Penggunaan terkuno matematika yang lain adalah dalam perdagangan, pengukuran
tanah, pelukisan, dan pola-pola penenunan berkembang luas sejak tahun 3000 SM ketika
orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmetika, aljabar, dangeometri untuk
penghitungan pajak dan urusan keuangan lainnya, bangunan dan konstruksi, dan astronomi.
Penemuan-penemuan matematika dibuat sepanjang sejarah dan berlanjut hingga kini. \
Benda matematika tertua yang sudah diketahui adalah tulang Lebombo, ditemukan di
pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin berasal dari tahun 35000 SM. Tulang ini berisi 29
torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang fibula baboon. Terdapat bukti bahwa
kaum perempuan biasa menghitung untuk mengingat siklus haid mereka; 28 sampai 30 goresan
pada tulang atau batu, diikuti dengan tanda yang berbeda. Juga artefak prasejarah ditemukan
di Afrika dan Perancis, dari tahun 35.000 SM dan berumur 20.000 tahun, menunjukkan upaya dini
untuk menghitung waktu.
Banyak artefact-artefact matematika, produk matematika, ide dan konsep matematika dari
Zaman Archaic, Tibal, Tradisional, Feodal, hingga Zaman Modern, Pos Modern, dan Kontemporer.
Matematika Babilonia dan Matematika Mesir Kuno hidup pada Zaman Archaic hingga Tradisional.
Sedangkan Matematika Yunani Kuno pada Zaman Tradisional hingga Feodal. Catatan-catatan
matematika dalam bentuk artifact berasal dari Zaman Archaic hingga Tribal, sedangakan Zaman
Tradisona hingga Feodal sudah dalam bentuk buku.
Temuan-temuan matematika sejak zaman pra sejarah tentu memberikan pengaruh dan
manfaat yang sangat besar. Dibutuhkan proses yang sangat panjang hingga diperoleh ilmu matematika
seperti saat ini. Ilmu matematika adalah ilmu yang terus berkembang, seiring kehidupan berjalan,
masalah-masalah yang bermunculan, dan usaha memecahkannya.
1.1 Sejarah matematika
Halaman dari Buku Ikhtisar Perhitungan dengan Penyelesaian dan Perimbangan
karya Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī(sekitar 820 Masehi)
Cabang pengkajian yang dikenal sebagai sejarah matematika adalah penyelidikan terhadap
asal mula penemuan di dalam matematika dan sedikit perluasannya, penyelidikan terhadap metode
dan notasi matematika pada masa silam.
Sebelum zaman modern dan penyebaran ilmu pengetahuan ke seluruh dunia, contoh-contoh
tertulis dari pengembangan matematika telah mengalami kemilau hanya di beberapa tempat. Tulisan
matematika terkuno yang telah ditemukan adalah Plimpton 322(matematika Babilonia sekitar 1900
SM),[1] Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-1800 SM)[2] dan Lembaran
Matematika Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM). Semua tulisan itu membahas teorema yang
umum dikenal sebagai teorema Pythagoras, yang tampaknya menjadi pengembangan matematika
tertua dan paling tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.
Sumbangan matematikawan Yunani memurnikan metode-metode (khususnya melalui
pengenalan penalaran deduktif dan kekakuan matematika di dalam pembuktian matematika) dan
perluasan pokok bahasan matematika. Kata "matematika" itu sendiri diturunkan dari kata Yunani
kuno, μάθημα (mathema), yang berarti "mata pelajaran". Matematika Cinamembuat sumbangan dini,
termasuk notasi posisional. Sistem bilangan Hindu-Arab dan aturan penggunaan operasinya,
digunakan hingga kini, mungkin dikembangakan melalui kuliah pada milenium pertama Masehi di
dalam matematika India dan telah diteruskan ke Barat melalui matematika Islam. Matematika Islam,
pada gilirannya, mengembangkan dan memperluas pengetahuan matematika ke peradaban ini. Banyak
naskah berbahasa Yunani dan Arab tentang matematika kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin, yang mengarah pada pengembangan matematika lebih jauh lagi di Zaman Pertengahan Eropa.
Dari zaman kuno melalui Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas matematika seringkali
diikuti oleh abad-abad
kemandekan. Bermula pada abad Renaisans Italia pada abad ke-16, pengembangan matematika baru,
berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, dibuat pada pertumbuhan eksponensial yang berlanjut
hingga kini.
1.2 Tahapan dalam Matematika
Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam
perdagangan, pengukuran tanah, dan pemprediksian peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini
secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika: struktur, ruang, dan
perubahan.
a) Pelajaran tentang struktur dimulai dengan bilangan. Pertama dan yang sangat umum adalah
bilangan natural dan bilangan bulat berikut operasi arimetikanya, yang dijabarkan dalam aljabar dasar.
Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan.
b) Ilmu tentang ruang berawal dari geometri, yaitu geometri Euclid dan trigonometri dari ruang tiga
dimensi (yang juga dapat diterapkan ke dimensi lainnya), kemudian belakangan juga digeneralisasi ke
geometri Noneuclid yang memainkan peran sentral dalam teori relativitas umum. Bidang ilmu modern
tentang geometri diferensial dan geometri aljabar menggeneralisasikan geometri ke beberapa arah:
geometri diferensial menekankan pada konsep fungsi, buntelan, derivatif, smoothness, dan arah.
Sementara itu, dalam geometri aljabar, objek-objek geometris digambarkan dalam bentuk sekumpulan
persamaan polinomial.
c) Mengerti dan mendeskripsikan perubahan pada kuantitas yang dapat dihitung adalah suatu yang
biasa dalam ilmu pengetahuan alam, dan kalkulus dibangun sebagai alat untuk tujauan tersebut.
Konsep utama yang digunakan untuk menjelaskan perubahan variabel adalah fungsi. Banyak
permasalahan yang berujung secara alamiah kepada hubungan antara kuantitas dan laju
perubahannya, dan metoda untuk memecahkan masalah ini adalah topik dari persamaan differensial.
d) Untuk merepresentasikan kuantitas yang terus menerus digunakanlah bilangan riil. Di sisi lain,
studi mendetail dari sifat-sifatnya dan sifat fungsi nilai riil dikenal sebagai analisis riil. Agar dapat
menjelaskan dan menyelidiki dasar matematika, bidang teori pasti, logika matematika, dan teori
model dikembangkan. Bidang-bidang penting dalam matematika terapan ialah statistik, yang
menggunakan teori probabilitas sebagai alat dan memberikan deskripsi itu, analisis dan perkiraan
fenomena dan digunakan dalam seluruh ilmu. Analisis bilangan menyelidiki teori yang secara tepat
guna memecahkan bermacam masalah matematika secara bilangan pada komputer dan mengambil
kekeliruan menyeluruh ke dalam laporan.
1.3 Pengertian Matematika
Tidak terdapat satu definisi yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar
matematika.Di bawah ini disajikan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika.
• Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik.
• Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya.
• Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.
• Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk.
• Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
• Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Jadi, bila kita harus menjawab pertanyaan matematika itu apa, maka kita hanya bisa
mendeskripsikan beberapa sifatnya. Dengan cara begini pula para ahli telah mendeskripsikan
matematika. Sebagian definisi begitu sederhana dan sebagian yang lain cukup kompleks, tetapi tidak
ada deskripsi yang menjadi suatu definisi formal matematika. Apa saja sifat-sifat yang sering
digunakan para ahli untuk mendeskripsikan matematika? Pada topik berikutnya kita akan membahas
sifat atau karakteristik tersebut beserta implikasinya pada pembelajaran matematika.

2.PERKEMBANGAN MATEMATIKA
Perkembangan matematika ini sangat berkaitan pada sejarah matematika itu sendiri.
Perkembangan ini dimulai dari perkembangan matematika sebelum abad 15-16, perkembangan
matematika abad 15-16, perkembangan matematika setelah abad 15-16.
a. Perkembangan matematika sebelum abad 15-16
1) Matematika Prasejarah (Prehistoric Mathematics)
Asal usul pemikiran matematika terletak pada konsep angka, besar, dan bentuk. Konsep angka
juga telah berevolusi secara bertahap dari waktu ke waktu. Seperti halnya pada zaman purba, berabad-
abad sebelum Masehi, manusia telah mempunyai kesadaran akan bentuk-bentuk benda di sekitarnya
yang berbeda. Seperti batu berbeda dengan kayu, pohon yang satu berbeda dengan pohon yang lain.
Kesadaran seperti ini yang menjadi bibit lahirnya matematika terutama pada geometri. Itulah
sebabnya geometri dianggap sebagai bagian matematika yang tertua.
2) Timut Dekat Kuno (Ancient Near East)
a) Mesopotamia (Matematika Babylonia)
Matematika babylonia telah mengembangkan matematika dengan menuliskan tabel perkalian
pada tablet tanah liat, menangani latihan geometri, masalah pembagian serta mencakup topik
mengenai pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan perhitungan pasangan berbalik nilai. Pada masa ini
telah ditulis sistem angka sexagesimal (basis-60). Dari sini berasal penggunaan modern dari 60 detik
dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat dalam lingkaran, serta
penggunaan detik dan menit dari busur untuk menunjukkan pecahan derajat.
b) Mesir (Matematika Mesir)
Teks matematika yang paling luas adalah papirus Rhind (Papyrus Ahmes) yang berisi tentang
uraian belajar aritmatika, geometri, teori bilangan, dan persamaan linier.
Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir.
Sejak peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis bagi kaum
terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan
Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di
bawahKhilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa
tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang
disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM
tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dariKerajaan Tengah yaitu
dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar aritmetika dan
geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, perbagian, dan pengerjaan
pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan
komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman
sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga
berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.
Juga tiga unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind menyiratkan bahasan paling
sederhana mengenai geometri analitik: (1) pertama, cara memperoleh hampiran yang akurat kurang
dari satu persen; (2) kedua, upaya kuno penguadratan lingkaran; dan (3) ketiga, penggunaan
terdini kotangen.
Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari
zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal
cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan. Satu soal dipandang memiliki kepentingan khusus
karena soal itu memberikan metoda untuk memperoleh volume limas terpenggal: "Jika Anda
dikatakan: Limas terpenggal setinggi 6 satuan panjang, yakni 4 satuan panjang di bawah dan 2 satuan
panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama dengan 16. Anda menduakalilipatkan 4, sama dengan 8.
Anda menguadratkan 2, sama dengan 4. Anda menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama dengan 28. Anda
ambil sepertiga dari 6, sama dengan 2. Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice, sama dengan 56. Maka
lihatlah, hasilnya sama dengan 56. Anda memperoleh kebenaran."
Akhirnya, lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM ) menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno dapat
menyelesaikan persamaan aljabar orde dua.
c) Yunani (Matematika Yunani dan Helenistik)
Matematikawan Yunani menggunakan logika untuk mendapatkan kesimpulan dari defenisi dan
aksioma dan digunakan ketelitian matematika untuk bukti mereka. Thales dari Miletus adalah
matematikawan pertama yang menerapkan penalaran deduktif pada geometri.
 Pythagoras dari Samos
Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Yunani antara
tahun 600 SM sampai 300 M. Matematikawan Yunani tinggal di kota-kota sepanjang Mediterania
bagian timur, dari Italia hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh budaya dan bahasa
yang sama. Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar Agung kadang-kadang disebut
Matematika Helenistik.
 Thales dari Miletus
Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang dikembangkan oleh kebudayaan-
kebudayaan pendahulunya. Semua naskah matematika pra-Yunani yang masih terpelihara
menunjukkan penggunaan penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulang-ulang yang digunakan
untuk mendirikan aturan praktis. Sebaliknya, matematikawan Yunani menggunakan penalaran
deduktif. Bangsa Yunani menggunakan logika untuk menurunkan simpulan dari definisi dan aksioma,
dan menggunakan kekakuan matematika untukmembuktikannya.
Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624 sampai 546 SM)
danPythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan pengaruh mereka
dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia. Menurut legenda,
Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri, dan astronomi dari pendeta
Mesir.
Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan ketinggian piramida
dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama yang menggunakan penalaran
deduktif untuk diterapkan pada geometri, dengan menurunkan empat akibat wajar dari teorema
Thales. Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan sejati pertama dan pribadi pertama yang
menghasilkan temuan matematika. Pythagoras mendirikan Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan
bahwa matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah
bilangan". Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan merekalah yang
memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai penemu bukti
pertamateorema Pythagoras, meskipun diketahui bahwa teorema itu memiliki sejarah yang panjang,
bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.
 Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan, sebuah
rintisan dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai menulis
hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih
digunakan oleh matematika saat ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga
mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen, dikenal di segenap masyarakat terdidik di Barat hingga
pertengahan abad ke-20. Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem
Pythagoras, Elemen menyertakan bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan
terdapat tak-hingga banyaknya bilangan prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM)
digunakan untuk menemukan bilangan prima.
 Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM) dari Syracuse menggunakan metoda
kelelahan untuk menghitung luas di bawah busur parabola dengan penjumlahan barisan tak
hingga, dan memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi. Dia juga
mengkajispiral yang mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem
rintisan untuk menyatakan bilangan yang sangat besar.
d) India (Matematika India)
Catatan tertua matematikawan India seperti The Sulba Sutra berisi lampiran teks-teks agama
yang memberikan aturan sederhana untuk membangun altar berbagai bentuk, seperti kotak, persegi
panjang, dan lain-lain. lampiran ini juga memberi metode untuk membuat lingkaran dengan
memberikan persegi yang luasnya sama. Sedangkan catatan The Siddhanta Surya memperkenalkan
fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers, dan meletakkan aturan untuk menentukan
gerakan yang sebenarnya posisi benda-benda langit. Madhava dari Sangamagrama menemukan seri
Madhava-Leibniz dan menghitung nilai π sebagai 3,14159265359.
e) Matematika Islam (Abad Pertengahan)
Matematikawan Persia, Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi sering disebut "bapak aljabar"
menulis beberapa buku metode untuk memecahkan persamaan aljabar. Perkembangan lebih lanjut
dalam aljabar dibuat oleh Al-Karaji dengan memperluas metodologi untuk menggabungkan kekuatan
dan akar integer-integer dari jumlah yang tidak diketahui.
Sedangkan Omar Khayyam menulis Discussions of the Difficulties in Euclid, sebuah buku
tentang kelemahan dalam Euclid's Elements, terutama postulat paralel dan meletakkan dasar untuk
geometri analitik dan geometri non-Euclidean. Sharaf al-Din al-Tusi memperkenalkan konsep fungsi
dan dia adalah orang pertama yang menemukan turunan dari polinomial pangkat tiga yang
dikembangkan dari konsep kalkulus diferensial.
3) Matematika Eropa Abad Pertengahan (Medieval European Mathematics)
a) Abad Pertengahan Awal (Early Middle Ages)
Pada masa ini, Boethius seorang matematikawan memasukkan matematika ke dalam kurikulum
ketika menciptakan quadrivium istilah untuk menggambarkan studi aritmatika, geometri, astronomi,
dan musik.
b) Kebangkitan Kembali (Rebirth)
Semenjak buku Khawarizmi The Compendious Book on Calculation by Completion and
Balancing diterjemahkan dan teks lengkap Euclid's Elements. Berdampak dengan banyaknya
pembaruan dalam matematika. Seperti halnya Fibonacci yang menulis dalam Abaci Liber.

b. Perkembangan matematika abad 15-16


Perkembangan matematika hampir berhenti antara abad keempat belas dan paruh pertama abad
kelima belas. Karena banyak faktor-faktor sosial menyebabkan situasi ini. Namun pada awal
pertengahan abad kelima belas terjadi perubahan secara bertahap.

c. Perkembangan matematika setelah abad 15-16


Pada abad ke-17, Simon Stevin menciptakan dasar notasi desimal modern yang mampu
menggambarkan semua nomor, baik rasional atau tidak rasional. Gottfried Wilhelm Leibniz di
Jerman, mengembangkan kalkulus dan banyak dari notasi kalkulus masih digunakan sampai sekarang.
Ahli matematika yang paling berpengaruh pada abad ke-18 adalah Leonhard Euler.
Kontribusinya berupa pendirian studi tentang teori graph dengan Tujuh tangga dari masalah
Königsberg untuk standardisasi banyak istilah matematika modern dan notasi serta mempopulerkan
penggunaan π sebagai rasio keliling lingkaran terhadap diameternya. Selanjutnya Joseph Louis
Lagrange banyak memiliki karya pada matematika, seperti teori bilangan, aljabar, kalkulus diferensial
dan kalkulus variasi
Pada abad ke-19, banyak matematikawan yang mengkaji berbagai bidang pada matematika.
Seperti Hermann Grassmann di Jerman memberikan versi pertama ruang vector, William Rowan
Hamilton di Irlandia mengembangkan aljabar noncommutative, George Boole di Inggris merancang
aljabar yang sekarang disebut aljabar Boolean yang menjadi titik awal dari logika matematika dan
memiliki aplikasi penting dalam ilmu komputer, dan Georg Cantor mendirikan dasar pertama dari
teori himpunan.
Salah satu tokoh fenomenal dalam matematika abad ke-20 Srinivasa Aiyangar Ramanujan, seorang
otodidak India yang membuktikan lebih dari 3000 teorema. Termasuk sifat-sifat angka yang sangat
komposit, fungsi partisi dan asymptotics, dan fungsi theta. Dia juga membuat investigasi besar di
bidang fungsi gamma, bentuk modular, seri berbeda, seri hipergeometrik dan teori bilangan prima.
Perkembangan terakhir adalah pada tahun 2003 konjektur Poincaré diselesaikan oleh Grigori
Perelman.
Beberapa Contoh Sejarah Perkembangan Matematika
Contoh 1: Pembelajaran yang Realistik/Konstruktivis
Pemahaman pembagian sebagai distribusi sesungguhnya tidak membutuhkan ”ceramah” dari
guru, karena siswa memiliki potensi untuk ”menemukan” konsep tersebut. Lalu daripada langsung
menyuguhkan lambang formal semacam 36 : 3, guru dapat menggunakan soal yang kontekstual,
seperti di bawah ini.
Tiga anak akan membagi 36 permen sama rata. Berapa permen yang akan diperoleh oleh tiap-tiap
anak?
Gambar 1.2. Anak dan Kumpulan ermen

Siswa-siswi mungkin akan menemukan salah satu dari model atau prosedur penyelesaian berikut ini:
a) Membagi dengan dasar geometris, yaitu dengan membagi susunan permen menjadi tiga daerah
bagian yang sama.

b) Mendistribusi satu demi satu. Mungkin dengan menyilang permen yang telah didistribusi ke salah
satu anak.

c) Mengelompokkan tiga-tiga. Mungkin dengan pertimbangan setiap kali permen didistribusi, akan
terdistribusi ke tiga orang anak.
Model atau strategi penyelesaian tersebut di atas secara implisit memuat ide tentang
pengurangan berulang (repeated subraction) maupun bagi adil (fair sharing), bahkan ide tentang
kebalikan perkalian (invers of mmultiplication). Tugas guru adalah memfasilitasi siswa-siswi sampai
pada ide-ide tersebut sebelum benar-benar menyatakannya sebagai kalimat matematika formal
(penggunaan simbol dan konsep/prinsip matematika).
Contoh 2: Sejarah Bilangan Negatif dan Bilangan Positif di Cina Kuno
Di Cina, penggunaan bilangan positif ditandai dengan batang (atau gambar batang) merah,
sedangkan bilangan negatif ditandai dengan batang hitam. Mungkin ini telah dikenal ribuan tahun
yang lalu, dan kita dapat melihatnya pada Jianzhong Suanshu (antara tahun 206 SM – 220 M). Apa
yang digunakan oleh orang Cina Kuno tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran untuk
menunjukkan bilangan bulat (bulat positif, nol, dan bulat negatif). Illustrasi dari Cina kuno dapat
digunakan untuk menunjukkan sifat negatif sebagai hutang dan positif sebagai piutang (atau
mempunya).
Contoh 3: Batang Napier dalam Pembelajaran aturan perkalian
John Napiler (1550 – 1617) dalam bukunya Rabdologiae yang diterbitkan tahun 1617
menyuguhkan sebuah alat melakukan perkalian yang disebut Batang Napiler dan menjadi terkenal
pada zamannya. Alat tersebut menggunakan prinsip perkalian desimal yang telah dikenal di Arab
melalui apa yang disebut lattice diagram.
Sebuah batang Napiler terdiri atas 10 kotak, dengan kotak teratas menunjukkan sebuah
bilangan dasar (digit) dan kotak selanjutnya berturut-turut merupakan hasil perkalian bilangan dasar
tersebut dengan bilangan 1 hingga 9 dengan bagian satuan diletakkan di posisi tengah diagonal dan
bagian puluhan diletakkan di bagian atas diagonal.
Sebagai contoh: bilangan 1615 dikalikan dengan bilangan 365. Cara menyelesaikannya
adalah (a) susun Batang Napiler 1, 6, 1, dan 5; (b) perhatikan bahwa hasil 3 x 1615 ditunjukkan oleh
bilangan dalam tiap daerah diagonal yaitu 4 (dari 3 + 1), 8 (dari 8 + 0), 4 (dari 3 + 1) dan 5 (dari 5
saja), sehingga hasilnya 4845. (c) Demikian seterusnya untuk perkalian 5 (1615) dan 6 (1615). (d)
Jumlahkan ketiga hasil sesuai urutan posisi bilangan pengali. Hal ini dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 1.3 Batang Napier

3.MANFAAT MATEMATIKA DI SEKOLAH


A.Manfaat sejarah matematika dalam pembelajaran di sekolah
Banyak manfaat yang dapat diambil dari penggunaan sejarah matematika dalam pembelajaran. Fauvel
(2000) menyatakan terdapat tiga dimensi besar pengaruh positif sejarah matematika dalam proses
belajar siswa:
1. Understanding (pemahaman)
Pada tahap apa pun, perspektif sejarah dan perspektif matematika (struktur modern) saling
melengkapi untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh, yaitu pemahaman yang rinci
tentang konsep-konsep dan teorema-teorema matematika, serta pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana konsep-konsep matematika saling berhubungan dan bertemu.
2. Enthusiasm (antusiasme)
Sejarah matematika memberikan sisi aktivitas manusia dan tradisi/kebudayaan manusia. Pada
sisi ini, siswa merasa menjadi bagiannya sehingga menimbulkan antusiasme dan motivasi tersendiri.
3. Skills (keterampilan)
Yang dimaksud Fauvel bukan keterampilan matematis semata, tetapi keterampilan dalam hal:
keterampilan research dalam menata informasi, keterampilan menafsirkan secara kritis berbagai
anggapan dan hipotesis, keterampilan menulis secara koheren, keterampilan mempresentasikan kerja,
dan keterampilan menempatkan dan menerima suatu konsep pada level yang berbeda-beda.
Keterampilan-keterampilan di atas jarang diantisipasi dalam pembelajaran konvensional/tradisional.

Di bawah ini beberapa manfaat yang berkaitan dengan penerapan sejarah matematika di sekolah yang
dapat diambil, yaitu: (disarikan dari John Fauvel seperti dikutip Garner (1997) ;
1. Meningkatkan motivasi dalam belajar.
2. Meningkatkan aspek humanistis matematika.
3. Mengubah persepsi siswa terhadap matematika ke arah yang positif.
4. Siswa mendapatkan kesenangan/kepercayaan diri dengan memastikan bahwa mereka bukan
satu-satunya yang dihadapkan dengan masalah matematika.
5. Mengurangi kesan bahwa matematika itu menakutkan.
6. Dengan menyelami sejarah membantu menopang ketertarikan dan kegembiraan siswa.
7. Dengan membandingkan terhadap teknik-teknik kuno, dapat memberikan nilai lebih pada
teknik modern.
8. Membantu menjelaskan peranan matematika dalam masyarakat.
9. Memberikan kesempatan untuk bekerja lintas kurikulum dengan guru lain atau subjek lain.
10. Membantu mengembangkan pendekatan yang multikultural.

B.Cara Memanfaatkan Sejarah Matematika di Sekolah


Sesungguhnya sangat banyak cara yang dapat ditempuh sesuai dengan tujuan apa yang kita
inginkan. Furinghetti (1997) menyarankan suatu taksonomi penggunaan sejarah matematika dalam
pembelajaran, sbb:
1. Menginformasikan sejarah untuk mengubah image siswa tentang matematika,
Ini artinya guru dapat menggunakan sejarah matematika yang bernilai positif, seperti
semangat para matematikawan dan kisah hidupnya yang menarik, kegunaan matematika di berbagai
bidang ilmu, serta persoalan-persoalan yang menarik dari sejarah matematika, semisal tentang teka-
teki dan permainan.
Beberapa yang dapat disebutkan antara lain: Thales (624 SM ), Pythagoras (582 SM ),
Euclides (300 SM ), Archimedes (287–212 SM), Apollonius (260–190 SM), Diophantus (250 SM– ),
Liu Hui (abad ke-3 M), Tsu Chung Cih atau Zu Chong Zhi (480 SM ), Seki Kowa (abad ke-17),
Aryabhata (abad ke-6), Brahmagupta (628 M), Bhaskara (1114–1185), al-Khowarizmi (825 M ),
Tsabit ibn Qorra (836–901), al-Karkhi atau al-Karaji (1020 M ), Omar Khayyam (1050–1125), al-
Kasyi atau al-Kashi (abad ke-15), Fibonacci (1180–1250), Cardano (1501-1576), John Napier (1550-
1617), Descartes (1596-1650), Blaise Pascal (1623–1662), Newton (1642–1727), Euler (1707–1783),
Gauss (1777–1855).
2. Menggunakan sejarah matematika sebagai sumber masalah/soal,
Banyak masalah matematika dari sejarah yang dapat menjadi sumber pembelajaran atau
pelengkap pembelajaran. Contohnya cara penyelesaian yang diberikan para matematikawan, dan soal-
soal dari matematikawan. Beberapa sumber dapat disebutkan: saringan erastotenes untuk menemukan
bilangan prima, sejarah Lou-Shu dari Cina dalam bentuk bujursangkar ajaib untuk melatih
keterampilan berhitung dan penalaran, sejarah tentang ukuran dan ketelitian bangunan piramida di
Mesir, penemuan pecahan desimal oleh al-Kasyi, penggunaan Batang Napier dalam konsep
perhitungan (perkalian), penggunaan sifat bilangan 9 dari al-Khowarizmi, bukti teorema Pythagoras
dalam segitiga secara geometris, metode Fang Ceng di Cina yang ekuivalen dengan metode Gauss-
Jordan, determinan dari Seki Kowa, penemuan bilangan Pi oleh Archimedes, Tsu Chung Chih,
Ramanujan, dan lainnya, serta masih banyak lagi topik sejarah lainnya.
3. Menggunakan sejarah matematika sebagai aktivitas tambahan,
Aktivitas tambahan dari sejarah matematika perlu dicoba untuk menambah kegairahan anak
dalam belajar matematika, mulai dari yang sederhana semisal melukis atau mencetak poster
matematikawan, gambar-gambar matematis dari sejarah matematika, hingga kegiatan eksplorasi dan
eksperimen semacam mencoba teknik berhitung dari Brahmagupta, dan lain-lain.
4.menggunakan sejarah matematika sebagai pendekatan alternatif mengenalkan konsep
matematika
Masalah-masalah berupa soal dari sejarah matematika dapat menjadi pendekatan alternatif
pembelajaran konsep matematika (problem based learning). Contohnya, penggunaan soal yang
memuat penggunaan FPB dan KPK dari sejarah matematika sebagai sumber pembelajaran tentang
FPB dan KPK. Dapat pula kronologis konsep matematika dalam sejarah menjadi alur dalam
penyampaian konsep matematika di kelas, contohnya dalam sejarah matematika orang mulai
mengenal bilangan asli, lalu bilangan pecahan positif, lalu bilangan negatif dan nol, baru kemudian
bilangan irasional. Dengan demikian, pembelajaran bilangan dapat dimulai dari pengenalan bilangan
asli, lalu pecahan positif, bilangan nol (atau cacah), lalu bilangan negatif (atau bulat), dan kemudian
baru pengenalan bilangan irasional. Tetapi tentu hal ini membutuhkan penyesuaian dalam hal
penyajian materi.
Sementara Siu Man-Keung (1997) menyatakan terdapat empat level penggunaan contoh ilustrasi
dalam sejarah matematika dalam pembelajaran di kelas yaitu:
1. Anecdotes (cerita yang menyenangkan),
2. Broad Outline (garis besar yang penting),
3. Content (materi yang detail), dan
4. Development of mathematical ideas (pengembangan gagasan matematika).

Anda mungkin juga menyukai