0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan5 halaman
Ringkasan singkat dari sejarah perkembangan matematika adalah sebagai berikut:
1. Matematika telah berkembang sejak zaman prasejarah dengan pengenalan bilangan dan operasi dasar seperti penjumlahan.
2. Peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno merupakan yang pertama mengembangkan matematika dengan sistem bilangan dan geometri.
3. Zaman Yunani Kuno antara 600-300 SM merupakan awal pengembangan sistematis matematika sebag
Ringkasan singkat dari sejarah perkembangan matematika adalah sebagai berikut:
1. Matematika telah berkembang sejak zaman prasejarah dengan pengenalan bilangan dan operasi dasar seperti penjumlahan.
2. Peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno merupakan yang pertama mengembangkan matematika dengan sistem bilangan dan geometri.
3. Zaman Yunani Kuno antara 600-300 SM merupakan awal pengembangan sistematis matematika sebag
Ringkasan singkat dari sejarah perkembangan matematika adalah sebagai berikut:
1. Matematika telah berkembang sejak zaman prasejarah dengan pengenalan bilangan dan operasi dasar seperti penjumlahan.
2. Peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno merupakan yang pertama mengembangkan matematika dengan sistem bilangan dan geometri.
3. Zaman Yunani Kuno antara 600-300 SM merupakan awal pengembangan sistematis matematika sebag
Sebuah quipu, yang dipakai oleh Inca untuk mencatatkan bilangan.
Evolusi matematika dapat dipandang sebagai
sederetan abstraksi yang selalu bertambah banyak. Abstraksi mula-mula, yang juga berlaku pada banyak binatang,[16] adalah tentang bilangan: pernyataan bahwa dua apel dan dua jeruk (sebagai contoh) memiliki jumlah yang sama.
Matematikawan Yunani Pythagoras (c. 570 BC – c. 495 BC), secara umum
dikenal atas penemuan Teorema Pythagoras
Selain mengetahui cara mencacah objek-objek fisika,
manusia prasejarah juga mengenali cara mencacah besaran abstrak, seperti waktu — hari, musim, tahun.[17] Aritmetika dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, [18]
dan pembagian) mengikuti secara alami.
Lempengan matematika Babilonia, Plimpton 322, berasal dari tahun 1800-
an SM.
Langkah selanjutnya memerlukan penulisan atau sistem lain
untuk mencatatkan bilangan, semisal tali atau dawai bersimpul yang disebut quipu dipakai oleh bangsa Inca untuk menyimpan data numerik. Sistem bilangan ada banyak dan bermacam- macam, bilangan tertulis yang pertama diketahui ada di dalam naskah warisan Mesir Kuno di Kerajaan Pertengahan Mesir, Lembaran Matematika Rhind.
Sistem bilangan Maya
Penggunaan terkuno matematika adalah di
dalam perdagangan, pengukuran tanah, pelukisan, dan pola- pola penenunan dan pencatatan waktu dan tidak pernah berkembang luas hingga tahun 3000 SM ke muka ketika orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmetika, aljabar, dan geometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan lainnya, bangunan dan konstruksi, dan astronomi.[19][20] Pengkajian matematika yang sistematis di dalam kebenarannya sendiri dimulai pada zaman Yunani Kuno antara tahun 600 dan 300 SM.
Archimedes menggunakan metode penghabis, digambarkan di sini, untuk
memperkirakan nilai pi.
Naskah matematika tertua berasal dari Mesopotamia dan Mesir,
berangka tahun 2000-an sampai 1800-an SM. Banyak teks awal menyebutkan tripel Pythagoras, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teorema Pythagoras tampaknya menjadi konsep matematika yang paling kuno dan paling masyhur setelah aritmetika dasar dan geometri. Rekaman arkeologis menunjukkan bahwa matematika Babilonia-lah yang pertama memunculkan aritmetika dasar (perjumlahan, perkurangan, perkalian, dan perbagian). Orang Babilonia juga memiliki sistem nilai-tempat dan menggunakan sistem angka seksagesimal yang masih digunakan sampai sekarang untuk mengukur sudut dan waktu.[21]
Matematikawan Persia Al-Khwarizmi (780 M – 850 M), pencetus aljabar.
Selama Zaman keemasan Islam, khususnya abad ke-9 dan abad
ke-10, matematika mendapatkan banyak inovasi penting yang dibangun diatas landasan matematika Yunani: kebanyakan dari inovasi ini termasuk kontribusi dari matematikawan Persia seperti Al-Khwarizmi, Omar Khayyam dan Sharaf al-Dīn al-Ṭūsī. Selama periode modern awal, matematika mulai berkembang dengan pesat di Eropa Barat. Pengembangan kalkulus oleh Isaac Newton dan Gottfried Leibniz pada abad ke-17 merevolusi matematika. Leonhard Euler adalah matematikawan paling terkenal dpada abad ke-18, menyumbangkan banyak teorema dan penemuan. Mungkin matematikawan terkemuka abad ke-19 adalah matematikawan Jerman Carl Gauss, yang membuat banyak kontribusi untuk bidang-bidang seperti aljabar, analisis, geometri diferensial, teori matriks, teori bilangan, dan statistik. Pada awal abad ke-20, Kurt Gödel mengubah matematika dengan menerbitkan teorema ketidaklengkapan, yang menunjukkan sebagian bahwa setiap sistem aksioma yang konsisten—jika cukup kuat untuk menggambarkan aritmetika—akan berisi proposisi benar yang tidak dapat dibuktikan. Matematika sejak saat itu segera berkembang luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara matematika dan sains, menguntungkan kedua belah pihak. Penemuan-penemuan matematika dibuat sepanjang sejarah dan berlanjut hingga kini. Menurut Mikhail B. Sevryuk, pada Januari 2006 terbitan Bulletin of the American Mathematical Society, "Banyaknya makalah dan buku yang dilibatkan di dalam basis data Mathematical Reviews sejak 1940 (tahun pertama beroperasinya MR) kini melebihi 1,9 juta, dan melebihi 75 ribu artikel ditambahkan ke dalam basis data itu tiap tahun. Sebagian besar karya di samudera ini berisi teorema matematika baru beserta bukti- buktinya."[22].[14]
Definisi yang diajukan
Artikel utama: Definisi dan Filsafat matematika Tidak ada kesepakatan umum mengenai definisi pasti atau epistemologi status matematika.[6][7] Banyak matematikawan profesional yang tidak tertarik pada definisi matematika, atau menganggapnya tidak dapat ditentukan.[6] Bahkan tidak ada kesepakatan tentang apakah matematika adalah seni atau sains. [7] Beberapa orang hanya mengatakan, "Matematika adalah apa yang matematikawan lakukan."[6] Aristoteles mendefinisikan matematika sebagai "ilmu kuantitas" dan definisi ini berlaku sampai abad ke-18. Namun, Aristoteles juga memperingatkan bahwa fokus pada kuantitas saja tidak dapat membedakan matematika dari ilmu-ilmu seperti fisika; menurutnya, yang menjadikan matematika unik adalah adanya proses abstraksi dan pengkajian kuantitas sebagai sifat "yang dapat dipisahkan dalam pemikiran" dari contoh nyata.[23] Pada abad ke-19, ketika studi matematika semakin meningkat dalam ketelitian dan mulai membahas topik-topik abstrak seperti teori grup dan geometri proyektif, yang tidak memiliki hubungan yang jelas dengan kuantitas dan pengukuran, matematikawan dan filsuf mulai mengajukan berbagai definisi baru.[24] Sampai hari ini, para filsuf terus menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam filsafat matematika, seperti sifat pembuktian matematika.[25]