Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apakah matematika itu? Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang pasti antara
para matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu. Untuk mendiskripsikan definisi
kata matematika, para matematikawan belum pernah mencapai satu titik puncak kesepakatan
yang sempurna. Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi yang berbeda dikemukakan
oleh para ahli, mungkin disebabkan oleh ilmu matematika itu sendiri, dimana matematika
termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas sehingga masing-masing
ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang matematika berdasarkan sudut pandang,
kemampuan, pemahaman, dan pengalaman masing-masing.
Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang menjadi induk dari segala ilmu
pengetahuan di dunia ini. Semua perkembangan zaman, perkembangan kebudayaan dan
peradaban manusia selalu tidak terlepas dari unsur matematika. Sangat ironis sekali jika ada
sebagian orang yang menganggap matematika sebagai layaknya hantu yang harus dijauhi.
Bahkan, ada juga sebagian orang yang menganggap bahwa matematika adalah ilmu yang
“haram” untuk dipelajari, karena substansinya selalu mengedepankan kepastian.
Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan,
konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur dan sistematis, mulai dari
konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam matematika
konsep dasar yang dipelajari adalah abstrak, sehingga disebut objek mental atau objek fikiran.
Konsep berhubungan erat dengan definisi, definisi adalah ungkapan suatu konsep sehingga
seseorang dapat membuat ilustrasi atau gambaran dari konsep yang dimaksud. Prinsip adalah
hubungan antara berbagai objek dasar matematika, yang dapat berupa aksioma, teorema dan
sifat.
Visi pendidikan masa kini adalah penguasaan konsep dalam pembelajaran
matematika yang diguanakan untuk menyelasaikan masalah-masalah. Sedangkan visi
pendidikan masa depan adalah memberikan peluang pengembangan pola pikir, rasa percaya
diri, keindahan, sikap objektif dan terbuka.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian matematika ditinjau dari berbagai aspek?
2. Bagaimanakah obyek dalam matematika itu?
3. Bagaimanakah konsep dalam matematika itu?
4. Bagaimanakah prinsip dalam matematika itu?
5. Bagaimanakah aksioma dalam matematika itu?
6. Bagaimana bahasa dalam matematika?
C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian matematika ditinjau dari berbagai aspek.
2. Mendeskripsikan obyek dalam matematika.
3. Mendeskripsikan konsep dalam matematika.
4. Mendeskripsikan prinsip dalam matematika.
5. Mendeskripsikan aksioma dalam matematika.
6. Mendeskripsikan bahasa dalam matematika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT MATEMATIKA

1. Pengertian Matematika Ditinjau dari Berbagai Aspek


Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang
artinya “mempelajari”. Dapat diduga bahwa kedua kata itu erat hubungannya dengan kata
Sansekerta medha atau widya yang artinya “kepandaian, ketentuan, atau intelegensia”.
Menurut Hadiwidjojo (1986), dalam bahasa Inggris mathemata menjadi “mathematic”,
dalam bahasa Jerman mathematik, dalam bahasa Belanda mathematica atau wiskunde.
Matematika sebagai subjek kajian dimulai pada abad ke-6 SM. Pythagoras
membuat istilah mathematics dari bahasa Yunani mathema yang berarti “materi
matematika”. Beberapa bangsa juga ikut andil dalam mengembangkan ilmu matematika
ini, seperti: bangsa Yunani memberikan sumbangan antara lain berfikir deduktif dan
ketetapan dalam pembuktian, Cina dengan nilai tempat, budaya Hindu-Budha dengan
system lambang bilangan dan aturan operasi bilangan.1
Untuk mendeskripsikan definisi matematika, hingga saat ini para matematikawan
belum ada kesepakan yang mencapai satu titik puncak kesepakatan yang sempurna.
Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi yang dikemukakan para ahli disebabkan
oleh matematika itu sendiri, dimana matematika merupakan disiplin ilmu yang sangat
luas kajiannya sehingga masing-masing ahli mengemukakan pendapatnya berdasarkan
sudut pandang, kemampuan, pemahaman, dan pengalaman masing-masing. Penjelasan
mengenai apa dan bagaimana matematika itu akan terus mengalami perkembangan
seiring dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta laju perubahan zaman.2
Banyak definisi matematika yang dirumuskan oleh matematikawan dan tidak ada
definisi yang dapat disepakati oleh semua ahli. Beberapa pendapat tentang matematika
antara lain:

1
Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang, Universitas Negeri Semarang: 2014),
hlm.12.
2
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA: 2018), hlm.17.

3
a) Plato
Matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli fikir, walaupun mereka
mengatakan bahwa mereka harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika
ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia mengadakan perbedaan antara
aritmatika (teori bilangan) dan logistik (teknik berhitung) yang diperlukan orang.
Belajar matematika berpengaruh positif, karena memaksa yang belajar untuk belajar
bilangan-bilangan abstrak. Matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas dan
mental abstrak pada objek-objek yang ada secara lahiriah, tetapi yang ada hanya
mempunyai representasi yang bermakna. Plato dapat disebut sebagai seorang
rasionalis.
b) Aristoteles
Aristoteles memandang matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang
membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan fisik, matematika, dan teologi.
Matematika didasarkan pada kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang
diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi. Aristoteles dikenal sebagai
seorang eksperimentalis.
c) Sujono
Sujono mengartikan beberapa pengertian matematika. Di antaranya,
matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi
secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia
mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan sebagai ide
dan kesimpulan.
d) Bourne
Bourne memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan
penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif
dalam mengontruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya.
Beberapa pendapat lain, yaitu matematika bersifat abstrak dan berasal dari
abstraksi dan generalisasi dari dari benda-benda khusus dan gejala-gejala umum (Eves

4
and Newsom, 1964), bersifat deduktif aksiomatik (Russell dalam Hadiwidjojo, 1986),
dapat dipandang sebagai bahasa yang sangat simbolik (Kline dalam Suriasumantri, 1983).
Definisi yang lebih lengkap mengatakan bahwa matematika merupakan kumpulan
teori-teori yang bersifat deduktif hipotesis, setiap teori merupakan sebuah system tertentu
dari pengertian pangkal yang telah diterangkan, symbol-simbol dan titik tolak berpikir
yang telah dibuktikan, tetapi ajeg (aksioma atau postulat) dan teorema yang dapat
diturunkan secara logis yang semata-mata mengikuti proses-proses deduktif (Fitch dalam
Eves and Newsom, 1964). Semua definisi member ciri kepada matematika yaitu abstrak,
umum, dan memusatkan perhatiannya pada pola dan struktur (Schaaf, 1996).3
Dari sisi abstraksi matematika, Newman melihat tiga ciri utama matematika,
yaitu:
a) Matematika disajikan dalam pola yang lebih ketat.
b) Matematika berkembang dan digunakan lebih luas daripada ilmu-ilmu lain.
c) Matematika lebih berkonsentrasi pada konsep.4
Pada abad pertengahan, perkembangan matematika mengalami pemberhentian
dan baru pada sekitar Abad 16 mulai berkembang lagi. Pada Abad 17, konsep logaritma,
dikembangkan oleh Napier de Burgi, geometri analitik oleh Rene Descartes, notasi
decimal oleh Simon Stevin, secara terpisah kalkulus oleh Newton de Leibniz, dan teori
probabilitas oleh Fermat dan Pascal (Eves, 1976). Pada Abad 18, Euler mengembangkan
Teori Graph dan memberikan sumbangan yang signifikan terhadap topologi, kalkulus,
kombinatorik, dan analisis kompleks. Abad 20 kecenderungannya sama dengan Abad 19,
yaitu meningkatnya generalisasi dan abstraksi dalam matematika, dimana gagasan
aksioma sebagai pernyataan yang tidak menuntut bukti (self-evident truth), banyak
dibuang dalam rangka memberi penekanan pada konsep-konsep logis seperti konsistensi
dan kelengkapan (Eves, 1976).5

3
Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang, Universitas Negeri Semarang: 2014),
hlm.15.
4
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA: 2018), hlm.20.
5
Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang, Universitas Negeri Semarang: 2014),
hlm.13.

5
2. Objek Matematika
Menurut Gagne(1977), secara garis besar ada dua macam objek yang dipelajari
dalam pembelajaran matematika, yaitu objek-objek langsung (direct objects) dan objek-
objek tak langsung (inderect objects). Objek-objek langsung dari pembelajaran
matematika terdiri atas fakta-fakta matematika, keterampilan-keterampilan (prosedur-
prosedur) matemtika, konsep-konsep matematika dan prinsip-prinsip matematika. Objek-
objek tak langsung dari pembelajaran matematika meliputi kemampuan berfikir logis,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berfikir analitis, sikap positif terhadap
matematika, ketelitian, ketekunan, kedisiplinan, dan hal-hal lain yang secara implisit
(yang tersirat) akan dipelajari jika kita mempelajari matematika. 6
Objek matematika juga di bangun melalui idealisasi dan generalisasi. Generalisasi
dalam matematika bisa disamakan dengan abstraksi. Ada juga yang menyebutkan
pengertian empiris maupun matematis dari memperluas konsep atau proses penemuan
dalam matematika. Generalisasi bisa disebut sebagai produk. Produk generalisasi yaitu
pernyataan yang dalam matematika berupa teorema. Konsep adalah produk dari proses
abstraksi, sedangkan teorema adalah produk dari proses generalisasi. Objek matematika
yaitu hasil proses abstraksi atau generalisasi muncul dari sistem personal (institutional)
yang dibuat oleh seseorang ketika menghadapi beberapa masalah (Dorfler, 1991).
Objek matematika bersifat abstrak merupakan objek-objek matematika itu benda-
benda pikiran. Maka kebenaran matematika hanyalah kebenaran pikiran dan bukan
kebenaran empiris. Secara epistimologis matematika berbeda dengan fisika. Fisikawan
menolak kebenaran sesuatu apabila sudah dibuktikan bahwa sesuatu itu salah, sedangkan
matematikawan menerima kebenaran sesuatu apabila sesuatu itu sudah dibuktikan benar. 7
Ciri abstrak matematika menyebabkan kebenaran matematika sulit dipahami dan kadang-
kadang terasa aneh bagi orang yang belum memahaminya.
3. Konsep Matematika
Konsep yaitu unsur sistem matematika yang mengkomunikasikan suatu
pengertian dan suatu metode bersifat abstrak. Konsep-konsep dalam bentuk rumusan
disebut definisi (mathematical definition). Definisi yaitu hasil kesepakatan sosial para
matematikawan. Dalam suatu sistem matematika, definisi menjadi dasar komunikasi
6
Maxinus Jaeng, hlm.21.
7
Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang, Universitas Negeri Semarang: 2014), hlm.76.

6
yang sangat mengikat. Pada dasarnya tidak ada definisi salah, definisi dikategorikan atas
“well defined” atau bukan.8
Konsep merupakan hasil proses abstraksi diterangkan dalam bentuk definisi
matematika. Skeel (Dahar,2006:62) mengemukakan bahwa konsep merupakan suatu
abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus. maksut konsep itu adalah suatu
pengabstrakan dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama, untuk
kemudian diklarifikasi tau dikelompokkan. Pemahaman konsep merupakan kemampuan
peserta didik yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu
menggunakan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan
interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur
kognitif yang dimilikinya.9
Fungsi konsep dalam matematika adalah membantu untuk memahami sesuatu.
Apabila konsep sudah dibangun, objek akan terbagi menjadi dua yaitu objek yang sesuai
dengan konsep dan objek yang tidak memenuhi. Konsep matematika dapat ditentukan
oleh suatu proporsi yang merupakan hasil suatu penelitian atau pengamatan
(Wittgenstein, 1978).10
4. Prinsip Matematika
Prinsip merupakan objek matematika yang komplek. Prinsip adalah objek
matematika, yang terdiri atas beberapa fakta, konsep yang terkait oleh suatu relasi
ataupun operasi. Prinsip dapat terdiri atas beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu
relasi/operasi.Dengan kata lain prinsip adalah hubungan antara berbagai objekdasar
matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema dan sifat.11
5. Aksioma
Aksioma berasal dari bahasa Yunani axioma, yang memiliki arti dianggap berharga atau
juga sesuai atau bisa juga yang dianggap terbukti dengan sendirinya. Kata tersebut berasal dari
axioein, yang memiliki arti ialah dianggap berharga, yang setelah itu berasal dari axios, yang
artinya adalah berharga. Di antara banyak filsuf Yunani, suatu aksioma merupakan suatu
pernyataan yang bisa/dapat dilihat kebenarannya tanpa perlu adanya sebuah bukti.

8
Ibid, hlm. 79.
9
Budi Febrianto, Yuyun Dwi Haryanti, Oom Komalasari, hlm.33.
10
Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang, Universitas Negeri Semarang: 2014),
hlm.77.
11
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA: 2018), hlm.59.

7
Aksioma merupakan asumsi dasar tertentu dan merupakan pernyataan hubungan
dasar diantara unsur-unsur pokok di dalam suatu sistem (Hudojo, 1980). Aksioma terdiri
atas undefined term atau konsep primitif dan relasi antar unsur-usur. Aksioma adalah
pernyataan yang kebenaranya tidak menuntut bukti atau self evident trust (benar dengan
sendirinya). Aksioma ditetapkan untuk suatu tujuan tertentu tanpa harus melihat
realisasinya, disusun bukan untuk mengekspresikan pengalaman melainan untuk
mengekspresikan ketidakmungkinan untuk membayangkan sesuatu yang berbeda.
Kebenaran aksioma dalam suatu sistem tidak menuntut bukti atau dianggap benar
dengan sendirinya, karena dianggap mudah dibayangkan dan tanpa proses mental yang
khusus.12
6. Permainan Bahasa dalam Matematika
Menurut Ludwig Wittgenstein, bahasa ialah sistem lambang bunyi yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa juga menyangkut percakapan yang baik, tingkah laku
yang baik, dan menyangkut sopan santun. Maka, sangat dibutuhkan penggunaan bahasa
yang sederhana terutama dalam hal pemakaian kata dan istilah secara tepat dalam
berfilsafat.
Sebagai bahasa, matematika dapat menjembatani antara manusia dan alam , antara
dunia batin dan dunia lahir. Matematika juga merupakan alat pikiran, bahasa ilmu, tata
cara pengetahuan, dan penarikan kesimpulan secara deduktif. Bahkan ada ahli
matematika yang mengatakan matematika itu seni.
Konsep tata permainan bahasa dikenalkan oleh Wittegensteinpada tahun 1953
dalam buku Philosophical Investigationatau yang lebih sering dikenal dengan
Wittgenstein II.
Istilah “tata permainan bahasa” timbul sebagai suatu gagasan filsafat ketika pada
suatu hari Wittgenstein melihat sebuah pertandingan sepak bola. Tiba-tiba melintas
dalam benaknya bahwa sesungguhnya dalam bahasa, kata pun terlibat dalam suatu bentuk
permainan kata. Banyaknya permainan kata, demikan juga terdapat banyak “permainan
bahasa” sehingga banyak pula cara untuk menggunakan bahasa.

12
Ibid, hlm.83.

8
Tata permainan bahasa adalah proses menyeluruh penggunaan bahasa sederhana
terutama dalam berfilsafat. Memakai bahasa sederhana menurut Wittgenstein ialah
memakai bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh setiap orang. Dengan kata
lain bahasa sederhana adalah pengggunaan kata dan istilah yang tidak memiliki makna
ganda dan tidak mewakili penafsiran yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam
pengartian.
Contohnya adalah komunikasi antara tukang dengan pembantu tukang,
komunikasi sering kali hanya menggunakan bahasa yang singkat, akan tetapi lawan
bicaranya dapat memahami apa yang diucapkan. Misal, tukang berkata “batu” maka
pembantu tukang akan langsung mengambilkan batu. Reaksi tersebut biasanya spontan
tanpa berpikir dahulu.13
Menurut Hadi Suyitno (2008): contoh kalimat dalam tata permainan bahasa
matematika misalnya, kata “akar” pada kalimat menentukan akar suatu persamaan
kuadrat, bermakna menentukan konstanta dari suatu persamaan kuadrat. Sedangkan kata
“akar” pada Menentukan akar kuadrat suatu bilangan positif, bermakna operasi hitung
biasa.14
Seperti:

Menentukan akar suatu persamaan Menentukan akar kuadrat suatu bilangan positif
kuadrat

2
x =4
x=± √ 4
x=± 2
√ 4=2

Menurut Wittgentein, hakikat matematika terdiri atas teknik-teknik yang berbeda


dalam kalkulasi bukan kumpulan dari proposisi-proposisi yang benar. Sedangkan esensi
dari proposisi yang benar terdapat pada bukti. Hubungan proposisi matematika dengan
bukti seperti permukaan tubuh dengan tubuh itu sendiri. Hubungan yang erat antara bukti
matematik dan proposisi matematik menggambarkan aspek penting dalam tata permainan

13
Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2014), hlm.
88.
14
Ibid. hlm. 90

9
bahasa yang disebut matematika. Ciri khas tata permainan bahasa dalam matematika
adalah eratnya hubungan antara bukti matematika dengan proposisi matematika.15

15
Ibid. hlm. 92

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang menjadi induk dari segala ilmu
pengetahuan di dunia ini. Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur
yang terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur dan
sistematis, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling
kompleks.
Semua perkembangan zaman, perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia
selalu tidak terlepas dari unsur matematika. Sangat ironis sekali jika ada sebagian orang yang
menganggap matematika sebagai layaknya hantu yang harus dijauhi. Bahkan, ada juga
sebagian orang yang menganggap bahwa matematika adalah ilmu yang “haram” untuk
dipelajari, karena substansinya selalu mengedepankan kepastian.
Matematika merupakan kumpulan teori-teori yang bersifat deduktif hipotesis, setiap
teori merupakan sebuah system tertentu dari pengertian pangkal yang telah diterangkan,
symbol-simbol dan titik tolak berpikir yang telah dibuktikan, tetapi ajeg (aksioma atau
postulat) dan teorema yang dapat diturunkan secara logis yang semata-mata mengikuti
proses-proses deduktif.

11
DAFTAR PUSTAKA

Suyitno, Hardi. 2014. Pengenalan Filsafat Matematika. Semarang: UNIVERSITAS NEGERI


SEMARANG.

Fathani, Abdul Halim. 2018. Matematika Hakikat dan Logika. Jakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Febrianto, Budi. Yuyun Dwi Haryanti. Oom Komalasari. 2018. Peningkatan Pemahaman
Konsep Matematis Melalui Penggunakan Media Kantong Bergambar pada Materi Perkalian
Bilangan Di Kelas Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas. Vol.4 No.2 Juli 2018. (Online:
https://media.neliti.com jurnal cakrawala pendas Vol.4 No.2, Juli 2018 di akses pada tanggal 07
September 2019, pukul 19.17)

Jaeng, Maxinus. 2014. Pendidikan Nilai dalam matematika. Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol.o3 No.01, Maret 2014. (Online: jurnal.untad.ac.id jurnal pendidikan matematika Vol.3 No 1
Maret 2014 di akses pada tanggal 07 September 2019, pukul 19.29)

12

Anda mungkin juga menyukai