Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Matematika

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan. Menurut kamus

Besar Bahasa Indonesia, hakekat matematika bisa diartikan kenyataan yang

sebenarnya mengenai matematika. Agar kita memperoleh gambaran yang jelas

tentang matematika perlu sekali guru dan siswa terlebih dahulu mengenal

matematika.

Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique

(Perancis), matematico (Italia), matematiceski (Rusia), atau mathematic /

wiskunde (Belanda) istilah mathematica, yang mulanya diambil dari bahaasa

Yunani dan mathematike yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu

mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan

mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa,

yaitu manthanein yang mengandung arti berfikir atau bernalar.

Menurut Ruseffendi (1991:h.260) mengemukakan bahwa : “Matematika

timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan

pengajaran matematika seperti: Aritmatika, Aljabar, Geometri dan Analisis.

Dalam aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistika.”

Secara etimologi matematika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan

yang diperoleh dengan cara bernalar. Ilmu matematika itu lebih diterapkan pada

aktivitas dalam rasio (penalaran). Oleh karena itu matematika terbentuk sebagai

10
11

hasil dari pemikiran manusia yang berhubungan ide, gagasan, proses dan

penalaran yang kemudian di olah secara analisis dan sintessis dengan penalaran di

dalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa

konsep-konsep matematika. Suherman (2001:18) mengatakan ada beberapa ahli

yang berpendapat mengenai pengertian matematika, diantaranya sebagai berikut:

1. James dan James (1976), mengatakan matematika adalah ilmu tentang logika

mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan

satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam

tiga bidang datar yaitu aljabar analisis dan geometri.

2. Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah polah

berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, dan matematika

itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan

cermat, jelas dan akurat, respensentasinya dengan simbol dan padat, lebih

berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.

3. Kline (1973) mengatakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan

menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya

matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan

menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

4. Rey, dkk (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola

dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu

alat.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika itu

dapat ditinjau dari berbagai sudut kehidupan manusia dari yang paling sederhana
12

ke hal yang paling kompleks. Courant dan Robbin (Suherman, 2001:21)

mengatakan bahwa untuk dapat mengetahui apa matematika itu sebenarnya,

seseorang harus mempelajari sendiri ilmu matematika itu, mengkaji dan

mengerjakannya, termasuk pengkajian sejauh timbulnya matematika dan

perkembangan.

1. Matematika sebagai ilmu deduktif

artinya bahwa matematika itu tidak hanya digeneralisasikan berdasarkan

pengamatan tetapi juga harus berdasarkan pembuktian. Jadi matematika itu

tidak hanya dari contoh saja tetapi harus berlaku kebenarannya secara umum

2. Matematika sebagai ilmu terstruktur

Ruseffendi (Suherman 2001: 25), matematika mempelajari tentang pola

keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari

unsur-unsur yang tidak terdefinisikan (underfine tearms, basicks tearms,

primitive treams), kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksomia, dan

akhirnya pada teorama. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,

terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana

sampai pada konsep yang paling kompleks.

3. Matematika sebagai ratu dan pelayanan ilmu

Matematika dikatakan sebagai ratu atau ibunya ilmua, karena matematika itu

adalah sebagai sumber dari ilmua yang lain atau dengan kata lain bahwa

banyak ilmu-ilmu lain yang penemuan dan pengembangannya tergantung

pada matematika. Contohnya seperti pada ilmu fisika, kimia, ekkonomi dan

ilmu-ilmu lainnya.
13

Jadi matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai

suatu ilmu juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam

pengembangan dan operasionalnya.

4. Matematika sebagai bahasa simbol dan bahasa numerik

Matematika dikatakan sebagai bahasa simbol atau bahasa numerik, karena

matematika itu sifatnya tidak berupa kalimat-kalimat panjang melainkan

berupa kalimat-kalimat yang singkat atau disebut rumus.

Pemahaman terhadap struktur-struktur dan proses simbolisasi memberikan

fasilitas komunikasi dan dari komunikasi ini dapat membentuk konsep baru.

Simbol-simbol bermanfaat untuk kehematan intelektual, sebab symbol –simbol

dapat digunakan dalam mengkomunikasikan ide secara efektif dan efisien.

Belajar matematika sebenarnya untuk mendapatkan pengertian hubungan-

hubungan dan symbol-simbol serta kemudian mengaplikasikan dalam kehidupan

yang nyata. Jadi hakekat matematika adalah hal-hal yang berhubungan dengan

ide-ide, struktur- struktur dan hubungannya diatur menurut aturan yang logis.

Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau

pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai

berikut:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematik.

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan

dengan bilangan.
14

4. Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang

ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.

6. Matematika adalah pengetahhuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Dari beberapa pandangan diatas tentang matematika itu berbeda-beda

namun pada dasarnya adalah sama. Matematika sebagai suatu cara dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi setiap manusia, suatu cara

menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,

dan suatu cara untuk mengemukakan ide atau gagasan.

2.2 Pembelajaran

2.2.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran

Menurut Prof.Abdurakhman Gintings (2008:2&5), belajar merupakan

aktivitas ke arah perubahan tingkah laku melalui interaksi aktif individu terhadap

lingkungan (pengalaman). Sedangkan pembelajaran adalah cara untuk memotivasi

dan memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri . Sebagian orang

beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau

menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran.

Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan

belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.

Penyelenggaraan pembelajaran matematika merupakan salah satu tugas

pengajar. Suherman (2001: 60) mengemukakan dua hal penting yang merupakan

bagian dari tujuan pembelajaran matematika adalah “Membentuk sifat dengan

berfikir kritis dan kreatif”. Untuk pembinaan hal tersebut, maka perlu
15

memperhatikan daya imajinasi dan rasa ingin tahu dari siswa. Siswa harus

dibiasakan untuk diberi kesempatan bertanya dan berpendapat, sehingga

diharapkan prpses pembelajaran matematika lebih bermakana. Penekanan

pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan hapal fakta,

tetapi pada pemahaman konsep. Dalam pelaksanaannya tentu saja disesuaikan

dengan tingkat berfikir siswa.

Pembelajaran matematika di sekolah dilakukan dengan terarah dan

terprogram. Seperti halnya tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah,

Suherman (2001:56) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran matematika

disekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan

nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-Garis Besar haluan Negara (GBHN).

Diungkapkan dalam dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)

matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah meliputi:

1. mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam

kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak

atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan

efesien;

2. mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola piker

matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai

ilmu pengetahuan;

Berdasarkan uraian tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran merupakan upaya penataan peserta didik yang memberi nuansa agar
16

program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian

proses pembelajaran bersifat sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa prilaku.

2.2.2 Pembelajaran Matematika

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli tentang pembelajaran

matematika. Suherman dan Winataputra (1992:2) mengatakan bahwa: “Secara

sederhana pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai upaya penataan

lingkungan yang memberi suasana bagi tumbuh perkembangan proses belajar.

Menurut Rusffendi (1997: h.18), tujuan pembelajaran matematika adalah agar

anak-anak dapat belajar berpartisipasi aktif dan kreatif untuk mencapai tujuan

tersebut. Ia mengatakan bahwa:

1. Anak-anak supaya diberi kesempatan untuk berfikir bebas

2. Anak-anak supaya diberi kesempatan untuk mencari aturan-aturan, pola-pola,

dan relasi-relasi ini bukan saja yang ada dan berlaku pada alam buatan

manusia tetapi pada alam semesta.

3. Anak-anak agar memperoleh latihan-latihan keterampilan yang diperlukan.

Sedangkan menurut Fantana (dalam Suherman dkk, 2001: 3) menyatakan

bahwa: “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap

sebagai hasil dari pengalman”.

Menurut Sukmara (dalam Aries, 2011:17),”Pembelajaran merupakan suatu

proses pengorganisasian kegiatan belajar. Dengan pernyataan lain, pembelajaran

merupakan upaya penciptaan kondisi yang kondusif dalam arti membangkitkan

kegiatan belajar yang efektif dikalangan para siswa”. Dikatakan belajar, bila dapat

diasumsikan dalam diri siswa terjadi suatu peruses kegiatan yang mengakibatkan
17

perubahan tingkah laku, dan perubahan tingkah laku itu berlaku dalam waktu

yang relative tetap sebagai hasil pengalaman.

Pada proses belajar matematika terjadi proses berpikir, siswa dapat

menyusun hubungan-hubungan antar bagian- bagian informasi sebagai pengertian,

kemudian dapat disusun kesimpulan. Dalam prose situ juga melibatkan bagaimana

bentuk kegiatan pembelajarannya.

Cornellius (dalam Wantia,2008:24) mengemukakan lima alasan perlunya

mempelajari matematika yaitu: a) saarana berpikir yang jelas dan logis,b) sarana

untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,c) sarana mengenal

pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman,d) sarana untuk

mengembangkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Matematika bermanfaat untuk menemukan jawaban terhadap

permasalahan yang dihadapi manusia berkaitan dengan cara menggunakan

informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, serta

mengemukakan atau mengkomunukasikan ide dan gagasan. Untuk itu pelajaran

matematika di sekolah (khususnya) diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari denag berbekal ilmu pengetahuan serta

mampu mengemukakan idea tau gagasannya.

Berdasarkan hal di atas, jelaslah bahwa dalam proses pembelajaran

matematika, guru berperan dalam mengaktifkan dan membantu siswa untuk

mengembangkan kemampuan berpikir sistewmatis, bernalar efektif, logis dan

kritis dalam mengungkapkan gagasan atau dalam pemecahan masalah.


18

Jadi pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar perubahan

tingkah laku individu yang tadinya tidak tahu menjadi tahu dan tidak bisa menjadi

bisa sebagai hasil dari pengalaman.

2.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran. Bukti bahwa

seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada

seseorang,misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu,dan yang tidak mengerti

menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur yang subjektif dan unsur motoris.

Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, dan sedangkan unsur motoris adalah unsur

jasmaniah.”Seseorang yang sedang berfikir tidak dapat dilihat dari rohaninya

tetapi dapat dilihat dari raut mukanya” (Hamalik, 2006: 30).

Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek. Hasil belajar akan

terlihat pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu

menurut Hamalik ( 2006:30) yaitu, ”Pengetahuan, pengertian, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,jasmani, etis atau budi

pekerti dan sikap”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar atau

prestasi belajar merupakan suatu hasil dari perbuatan , keterampilan dan

pengetahuan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu kegiatan

pembelajaran. Perolehan nilai adalah salah satu cara untuk mengetahui hasil

pembelajaran siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran.


19

2.3 Implementasi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

2.3.1 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Anak memiliki kematangan untuk belajar, karena pada masa ini anak

suadah siap untuk menerima pengetahuan dan kegiatan baru yang diberikan

disekolah. Pada masa pra sekolah sampai usia delapan tahun, belajar lebih

difokuskan pada bermain sambil belajar,sedangkan pada masa sekolah dasar

aspek intelektualitas sudah mulai di tekankan. Pada masa usia sekolah dasar ini

sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah.

Masa keserasian bersekolah dibagi dalam dua fase yaitu:

1. Masa kelas rendah, sekitar 6 sampai 8 tahun. Dalam tingkat SD termasuk

dalam kelas 1 sampai kelas 3.

2. Masa kelas tinggi, sekitar 9 sampai 12 tahun. Dalam tingkatan kelas di SD

termasuk dalam kelas 4 sampai kelas 6.

Masing-masing fase tersebut memiliki karakteristik masing-masing. Masa

kelas rendah memiliki karakeristik sebagai berikut:

1. adanya sikap untuk memenuhi peraturan permainan tradisional;

2. adanya kecenderungan memuji diri sendiri;

3. suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain;

4. hal-hal yang bersifat konkrit atau nyata mudah dipahami dibandingkan

dengan yang abstrak;

5. Kemampuan mengingat dan berbahasa berkembang sangat cepat;

Sedangkan karakteristik anak pada masa kelas tinggi di sekolah dasar

yaitu :
20

1. Adanya minat terhadap kehidupan sehari-hari yang konkrit.

2. Ingin tahu dan ingin belajar.

3. Anak memandang nilai angka dalam rapor sebagai ukuran tepat mengenai

prestasi sekolah.

4. Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,untuk dapat

bermain bersama.

2.3.2 Kondisi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Keberhasilan sebuah proses pembelajaran tidak terlepas dari peran serta

siswa sebagai subjek pelaku pembelajaran. Peran siswa sangatlah penting sebab

tujuan utama dari proses pembelajaran yaitu meningkatkan kemampuan yang

dimiliki oleh siswa. Namun pada kenyataannya dalam proses pembelajaran

khususnya matematika, siswa masih kurang bisa mengemukakan ide dan

gagasannya. Siswa cenderung malu dan ragu untuk ikut berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran, mereka hanya menerima informasi yang diberikan guru tanpa

adanya keikutsertaan dalam mencari dan menemukan suatu konsep sehingga pola

pikir mereka tidak berkembang.

Kondisi yang seharusnya terjadi di dalam proses pembelajaran adalah

siswa aktif berperan, siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan dan

siswa menyadari tujuan belajarnya. Pada kenyataanya khususnya di sekolah dasar,

keinginan untuk menciptakan kondisi seperti ini sering kali membuat guru harus

mengulas dada dan menghela nafas panjang, sebab pengharapan dan kenyataan

adalah dua hal yang bertolak belakang.


21

Dengan demikian perlu adanya hal yang harus diperbaiki dalam proses

pembelajaran matematika. Guru sebagai penanggung jawab terhadap

kelangsungan proses pembelajaran di kelas harus mampu merencanakan dan

menerapkan suatu model pembelajaran yang akan dapat menyelesaikan masalah

tersebut. Berbagai upaya ke arah peningkatan pembelajaran matematika telah

dilakukan yaitu dengan perbaikan terhadap strategi, metode, serta tekhnik

pembelajaran, dan menekankan kepada penggunaan strategi yang dapat

mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika.

2.4 Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran student facilitator and explaining

Gagasan dari model pembelajaran ini adalah bagaimana guru mampu

menyajikan atau mendemonstrasikan materi di depan siswa lalu memberikan

mereka kesempatan untuk menjelaskan kembali kepada teman-temannya. Jadi,

student facilitator and explaining. Menurut Miftahul Huda (2013: 228)

merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara

terbuka,memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-

rekannya,dan diakhiri penyampaian materi kepada siswa. Model pembelajaran ini

efektif untuk melatih siswa berbicara dalam menyampaikan ide atau gagasan atau

pendapatnya sendiri.

Guru harus menyadari bahwa siswa dalam menempuh program

pembelajaran di sekolah banyak mendapat kesulitan, baik yang datangnya dari

luar maupun dari dalam siswa itu sendiri. Dalam strategi belajar yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk aktif belajar, dengan cara merubah metode
22

pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented) menjadi berpusat pada

siswa (student oriented).

Siswa kadang tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru tetapi

ada sebagian siswa bisa lebih memahami materi apa bila temannya sendiri yang

menyampaikan atau menerangkan materi dengan ide dan kata-kata sendiri. Salah

satu model pembelajaran dengan cara mempresentasikan ide atau pendapat pada

rekan peserta lainnya dengan peta konsep dinamakan model student facilitator

and explaining.

2.4.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining

Disarankan saat guru menerapkan model student facilitator and

explaining, perlu diperhatikan kemampuan siswa, sebab model ini menuntut siswa

yang dapat membaca, bertanggung jawab, memiliki kemampuan individu untuk

menjadi fasilitator dan membelajarkan siswa. Guru disarankan juga menggunakan

variasi model pembelajaran sehingga siswa tidak jenuh dan hasil belajar dapat

meningkat.Berikut ini adalah langkah-langkah dalam model pembelajaran student

facilitator and explaining :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai / kompetensi dasar;

2. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi;

3. Memberikan kesempatan siswa atau peserta untuk menjelaskan kepada

peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta

konsep;
23

4. Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa;

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu;

6. Penutup;

2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Student Facilitator and Explaining

Suatu model pembelajaran dalam penerapannya, pasti memiliki

kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Adapun kelebihan dari model

student facilitator and explaining, diantaranya:

1. Membuat materi ini lebih jelas dan konkret;

2. Meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan

demonstrasi;

3. Melatih siswa untuk menjadi guru,karena siswa diberi kesempatan untuk

mengulang penjelasan guru yang telah didengar;

4. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menyampaikan

materi ajar;

5. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan;

Selanjutnya kekurangan dari model student facilitator and explaining

sebagai berikut:

1. Siswa pemalu sering kali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang

diperintahkan guru.

2. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya

(menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu

pembelajaran).
24

3. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil;

4. Banyak siswa yang kurang aktif;

2.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan titik pangkal atau pijakan dalam kegiatan

penelitian. Anggapan dasar yang biasa disebut juga dengan asumsi dasar, dapat

berupa teori atau hasil penelitian terdahulu yang berlandaskan pada teori bukan

opini. Kebenaran anggapan dasar harus merupakan sesuatu yang tidak perlu

dipersoalkan atau dibuktikan lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka anggapan dasar

yang penulis kemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model student facilitator and

explaining mempunyai keunggulan dan kelemahan.

2. Penggunaan student facilitator and explaining cocok digunakan pada sub

pokok bahasan operasi hitung campuran.

3. Soal tes tertulis diambil dari bank soal yang sudah teruji validitas dan

reliabilitas, serta didiskusikan dengan pembimbing dan guru pamong.

2.7 Hipotesis

Surakhmad (dalam Aries, 2011: 33) mengatakan bahwa, “Hipotesis adalah

sebuah kesimpulan yang masih harus dibuktikan kebenarannya”. Jadi hipotesis

merupakan jawaban yang dianggap besar kemungkinan untuk menjadi jawaban

benar.

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


25

1. melalui penggunaan model pembelajaran student facilitator and explaining,

aktivitas belajar matematika Siswa kelas V SDN Sampora Kecamatan

Tanjungkerta Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2016/2017 dapat

ditingkatkan.

2. melalui penggunaan model pembelajaran student facilitator and explaining,

hasil belajar matematika Siswa kelas V SDN Sampora Kecamatan

Tanjungkerta Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2016/2017 dapat

ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai