Anda di halaman 1dari 8

BAB III

KONSTRUKTIVISME SOSIAL SEBAGAI FILSAFAT MATEMATIKA

A. Konstruktivisme Sosial
Konstruktivisme sosial merupakan perluasan dan perpaduan pandangan
matematika yang sudah ada sebelumnya, yaitu konvensionalisme dan kuasi-
empirisme. Konstruktivisme sosial memandang matematika sebagai konstruksi
sosial. Hal ini mengacu pada konvensionalisme bahwa matematika dan
kebenarannya didasarkan pada kesepakatan (konvensi) linguistik. Diambil dari
kuasi-empirisme, matematika berasal dari dialog antara para ahli dan konsep
matematika bisa berkembang dan berubah. Hal ini juga mengadopsi tesis filosofis
Lakatos bahwa pengetahuan matematika tumbuh melalui dugaan dan peyangkalan.
Dasar untuk menggambarkan pengetahuan matematika sebagai konstruksi
sosial adalah:
1. Dasar pengetahuan matematika adalah pengetahuan linguistik, kesepakatan, dan
aturan
2. Proses sosial interpersonal diperlukan untuk mengubah pengetahuan matematika
subjektif individu diterima menjadi pengetahuan matematika objektif setelah
publikasi
3. Obyektivitas itu sendiri akan dipahami sebagai sosial.
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang konstruktivisme sosial
pengetahuan matematika:
a. Tinjauan tentang Konstruktivisme Sosial
Sebagaimana kuasi-empirisme, fokus utama konstruktivisme sosial adalah
asal-usul pengetahuan matematika, dibandingkan pembenarannya. Pengetahuan
matematika terbaru dapat berupa pengetahuan subjektif ataupun objektif, dan
memberi ciri khusus pada konstruktivisme sosial dengan menganggap keduanya
merupakan bentuk pengetahuan, dan menghubungkan keduanya dalam siklus
kreatif. Konstruktivisme sosial menghubungkan pengetahuan subjektif dan
objektif dalam sebuah siklus dimana masing-masing memberikan kontribusi
dalam pembaruan satu sama lain. Pada siklus ini, bagian yang diikuti
pengetahuan matematika baru dari pengetahuan subjektif (pembentukan pribadi

1
seorang individu), melalui publikasi menjadi pengetahuan objektif (dengan
pengawasan bahasan inter-subjektif, reformulasi dan penerimaan).
Pengetahuan objektif diinternalisasi dan direkonstruksi oleh individu,
selama belajar matematika, untuk menjadi pengetahuan subjektif individual.
Menggunakan pengetahuan ini, individu membuat dan mempublikasikan
pengetahuan matematika baru, sehingga melengkapi siklus. Jadi pengetahuan
subjektif dan objektif matematika masing-masing memberikan kontribusi
kepada penciptaan dan penciptaan-ulang yang lain. Asumsi yang mendukung
konstruktivisme sosial untuk penciptaan pengetahuan sebagai berikut:
1. Seorang individu memiliki pengetahuan subjektif tentang matematika

Analisis kritik :

Sebuah perbedaan utama antara pengetahuan subjektif dan objektif. Pemikiran


matematika dari seorang individu (baik proses maupun hasil, pengetahuan
matematika) adalah pemikiran subjektif. Hal ini sebagian besar dipelajari
(yakni rekonstruksi objektif) pengetahuan, tetapi , subjek tunduk pada batasan
tertentu yang sangat kuat, proses dari penciptaan kembali menghasilkan
gambaran subjektif yang unik dari pengetahuan matematika. Selanjutnya
individu menggunakan pengetahuan ini untuk mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri, membuat matematika unik, hasil dari pegetahuan matematika
subjektif yang baru.

2. Publikasi adalah perlu (tetapi tidak cukup) agar pengetahuan subjektif


menjadi pengetahuan objektif matematika
Analisis kritik :

Ketika sebuah pengetahuan subjektif matematika dihasilkan dan memasuki


daerah khalayak umum melalui publikasi, dan memenuhi syarat sebagai
pengetahuan objektif. Ini akan bergantung pada dukungan, tetapi pertama
harus ditunjukkan secara fisik ( print, elektronik, tulisan, atau kata-kata
yang diucapkan). ( pengetahuan disini adalah pemahaman yang dimasukkan
tidak hanya pendapat, tetapi juga pembuktian, khususnya dalam bentuk
pembuktian tak resmi).

2
3. Melalui heuristik Lakatos, pengetahuan yang telah dipublikasi menjadi
pengetahuan objektif matematika
4. Heuristik ini tergantung pada kriteria objektif
5. Kriteria objektif untuk mengritik pengetahuan matematika yang terpublikasi
didasarkan pada pengetahuan objektif bahasa, seperti matematika
6. Pengetahuan subjektif matematika yang diinternalisasikan secara luas, akan
merekonstruksi pengetahuan objektif
7. Kontribusi individu dapat menambahkan, melakukan restrukturisasi atau
mencipta ulang pengetahuan matematika
b. Masalah yang muncul dari Konstruktivisme Sosial
Ada dua permasalahan yang muncul dari konstruktivisme sosial. Pertama,
identifikasi dari objektifitas sosial atau penerimaan sosial. Untuk
mengidentifikasi objektifitas kebenaran matematika yang tetap dan abadi
menggunakan sesuatu yang bisa berubah dan terbuka awalnya kelihatan
bermasalah, namun telah ditunjukkan bahwa pengetahuan matematika adalah
bisa berubah dan bisa keliru. Dengan demikian beberapa atribut tradisional
tentang objektifitas, seperti ketetapan dan keabadian dapat ditolak.
Masalah yang kedua adalah kedekatan konstruktivisme sosial pada
sosiologis atau empiris lain dari matematika. Konstruktivisme sosial merupakan
kuasi empiris dan memiliki tugas menguraikan hakikat matematika termasuk
matematika praktis, dalam bentuk deskriptif sepenuhnya, maka batas antara
matematika dan disiplin ilmu lainnya lemah. Dengan menghilangkan hambatan
filosofis tradisional ini membawa konsekuensi filsafat matematika lebih dekat
ke sejarah dan sosiologi matematika.

B. Pengetahuan Subjektif dan Objektif


a. Hakekat Pengetahuan Subjektif dan Objektif

3
Sebelum membahas lebih lanjut tentang eksposisi dan pengembangan
konstruktivisme sosial perlu dipertegas beberapa filsafat pendahuluan. Kunci
utama yang digunakan adalah perbedaan antara pengetahuan subjektif dan
pengetahuan objektif. Hal ini diperjelas oleh pertimbangan definisi Popper
terhadap tiga dunia berbeda, dan jenis-jenis keterkaitan pengetahuan.
Kita bisa menyebut dunia fisik ‘dunia 1’, dunia pengalaman sadar kita
dengan ‘dunia 2’, dan dunia muatan logis buku, perpustakaan, memori
komputer, dan lainnya ‘dunia 3’.
(Popper, 1979, hal. 7a).

Pengetahuan subjektif adalah pengetahuan dunia 2, pengetahuan objektif


adalah dunia 3, termasuk produk-produk dari pikiran manusia, seperti teori-teori
yang diterbitkan/publikasikan, diskusi mengenai teori-teori, terhadap masalah
terkait, bukti- bukti; dan itu buatan manusia dan dapat berubah.
Istilah ‘pengetahuan objektif’, digunakan dalam cara yang berbeda dari
Popper, merujuk kepada semua pengetahuan yang intersubjektif dan sosial. Satu
perbedaannya adalah kita juga ingin menyertakan tambahan ‘produk-produk
dari pikiran manusia’ sebagai pengetahuan objektif, khususnya kesepakatan dan
aturan bersama dalam pemakaian bahasa. Jadi, merujuk kesepakatan bersama,
pengetahuan intersubjektif sebagai objektif.
Teori sosial tentang objektifitas dapat diadopsi dari pengertian yang
dikemukakan Bloor. Teorinya adalah: objektifitas adalah sosial, artinya karakter
pribadi dan stabil yang melekat pada sebagian dari keyakinan kita, dan rasa
realitas yang melekat pada referensi mereka, berasal dari kepercayaan ini
menjadi institusi sosial.
Saya menemukan bahwa kepercayaan yang objektif adalah salah satu yang
bukan milik individu. Ia tidak berfluktuasi seperti pernyataan subjektif atau
preferensi pribadi. Hal ini bukan milikku atau milikmu, tapi bisa dibagi. Ia
memiliki aspek luar yang serupa kepadanya (external thing- like).
(Bloor, 1984, hal 229)

Bloor berpendapat bahwa dunia 3 Popper dapat dipertahankan dan berhasil


diidentifikasi dengan dunia sosial. Dia juga berpendapat bahwa tidak hanya
struktur tiga kelompok teori Popper dipertahankan di bawah transformasi ini,
tetapi juga hubungan antara ketiga dunia tersebut. Tentu saja, interpretasi sosial

4
tidak mempertahankan makna bahwa Popper menyertakan ke objektifitas,
dengan memperhatikan karakter logis teori-teori, bukti-bukti dan argumen-
argumen, yang cukup untuk menjamin objektifitas dalam arti idealis.
Disamping itu, pandangan sosial dapat menguraikan sebagian besar, jika tidak
semua, ciri objektifitas: otonomi pengetahuan objektif, karakter eksternal yang
serupa dan bebas dari sembarang pengetahuan dari pengetahuan subjektif suatu
subyek. Pandangan sosial dalam melihat pengetahuan objektif, seperti budaya,
berkembang secara otonom sesuai dengan aturan yang diterima secara diam-
diam, dan tidak tunduk pada perintah sembarang individu. Karena objektif
pengetahuan dan aturan ada di luar individu (dalam masyarakat), mereka
tampaknya memiliki kemiripan obyek (object-like) dan keberadaan bebas
(independent existence).
Dengan demikian dapat dilihat bahwa pandangan sosial menguraikan
banyak karakteristik yang diperlukan bagi objektifitas. Di atas ini, perlu dicatat
bahwa pandangan sosial Bloor tentang objektifitas menjelaskan dan
menguraikan untuk objektifitas. Sebaliknya pandangan tradisional (termasuk
Popper) menguraikan, atau pada paling baik mendefinisikan objektifitas
(intensif atau ekstensif), tetapi tidak pernah menguraikan, atau menjelaskan
objektifitas. Untuk otonomi, eksistensi independen dari pengetahuan objektif
adalah secara tradisional perlu ditunjukkan, tanpa penjelasan tentang apa
objektifitas itu, atau bagaimana pengetahuan objektif dapat muncul dari
pengetahuan manusia subjektif. Sebaliknya, pandangan sosial tentang
objektifitas dapat menyumbang penjelasan tentang dasar dan hakekat
objektifitas dan pengetahuan objektif.
b. Peranan Pengetahuan Objektif
Setelah menjelaskan arti objektifitas yang dipahami sebagai sosial, perlu
sedikit mengulangi penjelasan konstruktivis sosial tentang pengetahuan
matematika objektif. Menurut konstruktivisme sosial, matematika yang
terpublikasi, yaitu matematika yang dinyatakan secara simbolis dalam wilayah
publik, memiliki potensi menjadi pengetahuan objektif. Penerapan logika
Lakatos dalam penemuan matematika ke matematika terpublikasi ini adalah
proses yang mengarah pada penerimaan sosial, dan dengan demikian ke
objektifitas. Setelah aksioma matematis, teori, dugaan, dan bukti-bukti

5
dirumuskan dan disajikan di depan umum, bahkan walaupun hanya dalam
percakapan, otonom heuristik (yaitu keberterimaan sosial) mulai bekerja. Baik
proses maupun hasilnya adalah objektif, diterima secara sosial. Demikian juga,
baik kesepakatan implisit maupun eksplisit dan aturan bahasa dan logika yang
berpijak heuristik ini adalah objektif, juga diterima secara sosial. Kesepakatan-
kesepakatan dan aturan-aturan yang diklaim itu, berdasarkan paham
konvensional, mendukung pengetahuan matematika (termasuk logika). Mereka
memberikan dasar definisilogis dan matematika, sebagaimana dasar untuk
aturan-aturan dan aksioma- aksioma dari logika dan matematika.
c. Peranan Pengetahuan Subjektif
Pengetahuan subjektif diperlukan untuk menjelaskan asal-usul pengetahuan
matematika baru serta sesuai dengan teori yang diusulkan, penciptaan kembali
dan keberlanjutan keberadaan pengetahuan. Oleh karena pengetahuan objektif
adalah sosial, dan bukanlah entitas subsisten-diri (self-subsistent) yang ada suatu
wilayah yang ideal maka, sebagaimana semua aspek budaya pengetahuan ini,
harus direproduksi dan diwariskan dari generasi ke generasi (diakui dengan
bantuan artefak, seperti buku-buku bacaan). Menurut penjelasan konstruktivis
sosial, pengetahuan subjektif adalah apa yang melanjutkan dan memperbaharui
pengetahuan, apakah itu matematika, logika atau bahasa. Jadi pengetahuan
subjektif memainkan bagian inti dalam membahas filsafat matematika.

C. Konstruktivisme Sosial: Pengetahuan Objektif


Dalam rangka konstruktivis sosial memberikan uraian pengetahuan objektif
dalam matematika, perlu dibangun sejumlah klaim. Kita perlu membenarkan uraian
pengetahuan matematika objektif dengan mendemonstrasikan baik objektifitas dari
apa yang dimaksud, maupun fakta yang memang dijamin oleh pengetahuan. Setelah
menetapkan kondisi minimal ini untuk uraian pengetahuan matematika objektif,
selanjutnya perlu meyakinkan bahwa konstruktivisme sosial memberikan
penjelasan filosofis yang memadai tentang matematika

D. Pengujian Kritis terhadap Kontruktivisme Sosial


Penjelasan konstruktivis sosial pengetahuan matematika yang berpotensi
memenuhi kriteria kecukupan akan filsafat matematika, karena memperlakukan

6
pengetahuan, ontologi, aplikasi, dan praktik. Ada beberapa kritikan terhadap
pandangan konstruktivisme sosial, yaitu:
a. Matematika adalah sembarang dan relatif
1. Kesembarangan
Kesembarangan matematika berdasarkan kenyataan bahwa pengetahuan
matematika didasarkan pada kesepakatan dan aturan linguistik. Tidak ada
keharusan di balik aturan ini, dan mereka bisa berkembang secara berbeda.
Ini tak terbantahkan. Tapi kenyataannya tetap bahwa bahasa beroperasi
dalam batasan-batasan yang ketat diberlakukan oleh realita dan komunikasi
interpersonal. kesepakatan bahasa dapat dirumuskan secara berbeda, tetapi
bahasa bermaksud memberikan fungsi deskripsi sosial sehingga tetap
konstan. Aturan dan kesepakatan bersama dari bahasa adalah bagian dari
teori empiris yang tidak dibuat-buat dalam realita dan kehidupan sosial. Jadi,
meskipun setiap simbol dalam bahasa alamiah adalah sembarang, sebagai
pilihan tanda-tanda yang sembarang juga harus mempunyai hubungan antara
realitas dan keseluruhan model itu, sehingga bahasa tidak menetapkan lagi
hal sembarangan
2. Kerelativan
Dengan mengadopsi secara objektif definisi konstruktivisme sosial maka
akan membuka tuduhan relativisme. Artinya, hanya pengetahuan dari suatu
kelompok tertentu berlaku pada waktu tertentu. Hal ini benar, tetapi banyak
yang membuat kritikan membuang pernyataan ini. Sebagaimana telah kita
lihat, matematika melalui bahasa harus memberikan gambaran yang layak
aspek empiris dan realitas sosial. Jadi relativisme matematika dikurangi oleh
bantahan melalui aplikasi. Dengan kata lain, baik matematika maupun
bahasa sangat dibatasi oleh kebutuhan untuk menggambarkan, mengukur
dan memprediksi peristiwa dalam dunia fisik dan manusia secara efektif.
Selain itu, matematika dibatasi oleh pertumbuhan dan perkembangannya
walaupun logika batin bersifat dugaan, bukti dan bantahan-bantahan, yang
dijelaskan di atas. Jadi matematika bukan hanya memiliki kaki yang berakar
pada realitas, tetapi bagian atasnya harus bertahan pada prosedur yang ketat
dengan pembenaran publik dan kritik, berdasarkan penerapan secara
menyeluruh dari prinsip-prinsip.

7
Analisis kritik :

Bahasa dan matematika dibatasi oleh kebutuhan untuk menguraikan ,


mengukur dan meramalkan di dunia manusia dan phisik yang secara
efektif . matematika dibatasi oleh pengembangan dan pertumbuhannya
melalui ingkaran logika dan pembuktiannya .Pengetahuan matematika
adalah pengetahuan relative dalam obyektifitas berdasarkan persetujuan
sosial .tetapi kerelativannya tidak dapat digantikan dengan sistem
kepercayaan sosial lain terkecuali jika sesuai batasan.

Anda mungkin juga menyukai