Anda di halaman 1dari 5

Telaah filsafat ilmu pendidikan matematika

Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki (hakekat
pelaksanaan pendidikan matematika yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan
hasilnya. Serta hakekat ilmu pendidikan matematika yang berkaitan dengan analisis kritis terhadap
struktur dan kegunaannya.)
sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu Pendidikan Matematika,
terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya. Kerapkali kita lihat ilmu filsafat dipandang
sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan
berada dalam kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan
metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Filsafat , philosophy, dalam bahasa Inggeris, atau philosophya dalam Yunani mempunyai arti cinta
akan kebijaksanaan. Philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos
(kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi. Dari pengertian
tersebut filsafat sebenarnya amat dekat dengan realitas kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat
itu, orang perlu menggunakan akal budinya untuk merenungkan realitas hidupnya, apa itu hidup?
Mengapa saya hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan tersebut sejatinya muncul
alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja. Persoalannya, apakah orang atau peminat filsafat
sudah membiarkan akal budinya bekerja dengan baik memandang realitas? Aristoteles menyebut
manusia sebagai binatang berpikir. Tapi kita para guru menganggapnya sebagai Makhluk
Allah yang berakal dan berbudi serta memiliki akhlak mulia. Untuk mencapai hal itu diperlukan
ilmu yang bernama Ilmu Pendidikan Matematika.
Filsafat ilmu pendidikan matematika.
Filsafat ilmu pendidikan matematika dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu :
a. Ontologi ilmu pendidikan matematika
Ontologi adalah teori mengenai apa yang ada, dan membahas tentang yang ada, yang tidak terikat
oleh satu perwujudan tertentu. Eksistensi dari entitas-entitas matematika juga menjadi bahan
pemikiran filsafat. Adapun metode-metode yang digunakan antara lain adalah:abstraksi fisik yang
dimana berpusat pada suatu obyek, Abstrksi bentuk adalah sekumpulan obyek yang sejenis,
Abstraksi metafisik adalah sifat obyek yang general. Jadi, matematika ditinjau dari aspek ontologi,
dimana aspek ontologi telah berpandangan untuk mengkaji bagaimana mencari inti yang yang
cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan, membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental.
b. Epitemologi Matematematika
Epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat dimana pemikiran reflektif terhadap segi
dari pengetahuan seperti kemungkinan, asal-mula, sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan,
validitas dan reliabilitas sampai kebenaran pengetahuan.
Jadi, matematika jika ditinjau dari aspek epistemologi, matematika mengembangkan bahasa
numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan
konsep-konsep yang kongkrit, kontektual, dan terukur matematika dapat memberikan jawaban
secara akurat. Perkembangan struktur mental seseorang bergantung pada pengetahuan yang
diperoleh siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi.
c. Aksiologi Matematika
Aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang
mengembangkan ilmu. Aksiologi : Filsafat nilai, menguak baik buruk, benar-salah dalam
perspektif nilai Aksiologi matematika sendiri terdiri dari etika yang membahas aspek kebenaran,
tanggungjawab dan peran matematika dalam kehidupan, dan estetika yang membahas mengenai
keindahan matematika dan implikasinya pada kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek
lain terutama seni dan budaya dalam kehidupan. Jadi, jika ditinjau dari aspek aksiologi,
matematika seperti ilmu-ilmu yang lain, yang sangat banyak memberikan kontribusi perubahan
bagi kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini. Segala sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa
lepas dari pengaruh matematika. Dimulai dengan pertanyaan dasar untuk apa penggunaan
pengetahuan ilmiah?Apakah manusia makin cerdas dan makin pandai dalam mencapai kebenaran
ilmiah,maka makin baik pula perbuatanya.
2. Perbedaan antara filsafat ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu pendidikan matematika dari
perspektif ontologi, metode, objek, lingkup, jenis dan tujuan.
Pengertian Filsafat
Adalah cinta akan kebijaksanaan. Filsafat berasal dari kata bahasa Yunani philosophia yang terdiri
dari dua suku kata yaitu philos yang berarti cinta dan sophos yang berarti kebijaksanaan
Pengertian filsafat secara luas adalah :
1. Usaha spekulatif manusia yang sangat rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh
pengetahuan selengkap mungkin berdasarkan kaidah ilmiah
2. Ikhtiar atau usaha untuk menentukan batas-batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh
(holistic dan comprehensive)
3. Wacana tempat berlangsungnya penelusuran kristis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi
yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
4. Dapat dipandang sebagai suatu tubuh pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita lihat dan
katakan. Dia harus seiring dan sejalan dalam aplikasi dan penerapannya di lapangan.
Filsafat menjembati cara berfikir secara ontologis, epistemologi dan aksiologi
Ontologi : hakikat apa yang dikaji
Epistemologi : cara mendapatkan pengetahuan yang benar
Aksiologi : nilai kegunaan ilmu
Filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan manusia secara kritis.
Filsafat disebut juga ilmu pengetahuan yg mencari hakekat dari berbagai fenomena kehidupan
manusia. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan
(realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai
hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan).
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun
banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu
pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan
sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan
formal. Namun yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas,
sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk
yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu
dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa
setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus
dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat
dimengerti secara intersuyektif).
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk memahami pengetahuan agar menjadi bijaksana.
Dengan filsafat ilmu keabsahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah. Filsafat ilmu
memperkenalkan knowledge dan science yang dapat ditransfer melalui proses pembelajaran atau
pendidikan.
Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menelidiki sedalam dan seluas mungkin segala
sesuatu mengenai semua ilmu, terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya. Kerapkali kita
lihat ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang saja, padahal
ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak
konkrit, karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup
kita.
Filsafat , philosophy, dalam bahasa Inggeris, atau philosophya dalam Yunani mempunyai arti cinta
akan kebijaksanaan. Philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos
(kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi. Dari pengertian
tersebut filsafat sebenarnya amat dekat dengan realitas kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat
itu, orang perlu menggunakan akal budinya untuk merenungkan realitas hidupnya, apa itu hidup?
Mengapa saya hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan tersebut sejatinya muncul
alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja. Persoalannya, apakah orang atau peminat filsafat
sudah membiarkan akal budinya bekerja dengan baik memandang realitas? Aristoteles menyebut
manusia sebagai binatang berpikir. Tapi kita para guru menganggapnya sebagai Makhluk
Allah yang berakal dan berbudi serta memiliki akhlak mulia. Untuk mencapai hal itu diperlukan
ilmu yang bernama Ilmu Pendidikan
Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika
Filsafat Ilmu Pendidikan dalam arti luas menurut Mudyahardjo (2004;5) dapat dibedakan menjadi
dua macam yakni:
1. Filsafat praktek pendidikan yaitu analisis kritis dan komperhensif tentang babgaimana
seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
2. Filsafat Ilmu Pendidikan yaitu analisis kritis dan komperhensif tentang pendidikan dan konsep-
konsep psikologi pendidikan yang berkaitan dengan teori-teori belajar, pengukuran pendidikan,
prosedur-prosedur sistematis tentang penyusunan kurikulum, dan sebagainya yang akhirnya dapat
menjadi teori pendidikan
Dalam hal ini sama saja dengan semua pendidikan salah satunya Filsafat Ilmu Pendidikan
Matematika.
Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika berkembang sesuai dengan peranannya, merupakan landasan
filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan Matematika.
Filsafat Pendidikan Matematika adalah sebagai ilmu Pengetahuan normative dalam bidang
pendidikan matematika, merumuskan kaidah-kaidah , norma-norma atau ukuran yang sebenarnya
dilaksanakan manusia dalam hidup dan kehidupannya.
PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA
SIFAT
Spekulatif Pragmatis, eksplisit, general, terbuka, objektif, dan universal.
ONTOLOGI
Mempersoalkan dan mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Memiliki
prosedur aturan ilmiah yakni merumuskan pernyataan (pengamatan), perumusan generalisasi,
pembuktian generalisasi empiris dan pengembangan teori.
Mengkaji bagaimana mencari inti yang yang cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan,
membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari
apa yang nyata secara fundamental.
METODE 1. Eksperimen
2. Rasionalisasi
Eksperimen
OBJEK
Segala sesuatu yang masuk dalam peta kognitif manusia. Objeknya benda-benda mati, mahluk
hidup dan sang pencipta.
1. Objek materi (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan)
2. Objek forma (sudut pandang dari mana hal atau bahan yang dipandang)
LINGKUP Sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
Nyata bersifat ilmu pengetahuan
JENIS
1. Berbentuk khusus yaitu pengetahuan yang langsung diterima tanpa kritik dan biasa
dimanfaatkandalam kehidupan sehari-hari.
2. Konkrit yaitu terikat oleh ruang dan waktu tertentu dan cenderung bermacam / berbeda-beda
dalam jenis dan bentuk
3. Bersifat relatif yaitu selalu berubah-ubah menurut situasi dan kondisi tertentu dari subjek dan
objek pengetahuan.
1. Ilmu pengetahuan kefilsafatan ( filosofy)
2. Ilmu pengetahuan teoritik positif atau ilmu pengetahuan teoritik empirik
2.Ilmu pengetahuan terapan (disiplin)
TUJUAN
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu,sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber,
hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu konteporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dsen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi,
terutama untuk mebedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
4. Mendorong para calon ilmuan untuk konsisten dalam mendalami dan megembangkanya.
Tujuan filsafat pendidikan matematika adalah untuk memahami:
1. Sifat-sifat dasar matematika
2. Sejarah matematika
3. Psikologi belajar matematika
4. Teori mengajar matematika
5. Psikologi anak dalam kaitanya dengan pertumbuhan konsep matematis
6. Pengembangan kurikulun matematika sekolah
7. Penerapan kurikulum matematika disekolah.
3. Tiga asumsi yang dijadikan dasar untuk penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Objek Ada Kesamaan
Menganggap objek- objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam
bentuk, struktur, sifat, dan sebagainya. Berdasarkan ini maka kita dapat mengelompokkan
beberapa objek yang serupa ke alam satu golongan. Misalnya klasifikasi hewan atau tumbuhan.
Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap objek- objek yang ditelaahnya
dan taksonomi merupakan cabang keilmuan yang mula- mula sekali berkembang. Konsep ilmu
yang lebih lanjut seperti konsep perbandingan (komparatif) dan kuantitatif hanya dimungkinkan
dengan adanya taksonomi yuang baik. Lineaus (1707- 1778) merupakan pelopor dalam
penggolongan hewan dan tumbuh- tumbuhan secara
sistematis . Dengan adanya klasifikasi ini, sehingga kita menganggap bahwa individu- individu
dalam suatu kelas tertentu memiliki ciri- ciri yang serupa, maka ilmu tidak berbicara mengenai
kasus individu. Melainkan suatu kelas tertentu. Istilah manusia umpamanya memberikan
pengertian tentang suatu kelas yang anggotanya memiliki ciri- ciri tertentu yang serupa.
Objek Tidak Berubah
Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan
keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan
ini jelas tidak dapat dilakukan bila objek selalu berubah- ubah tiap waktu. Walaupun begitu kita
tidak dapat menuntut adanya kelestarian yang absolut, sebab dalam perjalanan waktu setiap benda
akan mengalami perubahan. Karena itu ilmu hanya menuntut adanya kelestarsian yang relatif.
Artinya sisfat- sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu. Tercakup
dalam pengertian ini adalah pengakuan bahwa benda- benda dalam jangka panjang akan
mengalami perubahan dan jangka waktu ini berbeda- beda untuk tiap benda.
Planet- planet memperlihatkan perubahan dalam waktu yang relatif sangat panjang bila
dibandingkan dengan sebongkah es batu di suatu panas terik di musim kemarau. Kelestarian yang
relatif dalam jangka waktu tertentu ini memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan
terhadap objek yang sedang diselidiki.
Determinisme Gejala, Bukan Kebetulan
Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga. Kita menganggap bahwa suatu gejala
bukanlah suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Setiap gejala mempunyai suatu pola tertentu
yang bersifat tetap dengan urutan- urutan kejadian yang sama. Misalnya pada sate dibakar akan
mengeluarkan bau yang merangsang. hal ini bukanlah suatu kebetulan sebab memang sudah
demikian hakikatnya suatu pola. Sebab bila sate dibakar akan senantiasa timbul bau yang
merangsang. Demikian juga dengan gejala- gejala yang lainnya yang kita temui dalam kehidupan
sehari- hari, misalnya lagi sesudah langit mendung maka turunlah hujan atau sesudah gelap
terbitlah terang. Namun seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu tidak menuntut adanya
hubungan sebab akibat yasng mutlak sehingga suatu kejadian tertentu harus selalu diikuti oleh
suatu kejadian yang lain, ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu mengakibatkan Y. Melainkan
mengatakan bahwa X memnya Y.
Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik).
Statistika merupakan metode yang menyatakan hubungan probabilistik antara gejala- gejala dalam
penelaahan keilmuan. Sesuai dengan peranannya dalam kegiatan ilmu, maka dasar statistika
adalah teori peluang. Statistika mempunyai peranan yang menentukan dalam persyaratan-
persayaratan keilmuan sesuai dengan asumsi ilmu tentang alam. Tanpa statistika hakikat ilmu akan
sangat berlainan.

Anda mungkin juga menyukai