MAKALAH
Dosen :
Samsul Irawan, S.Ag., M.Pd.I.
Oleh,
IAIN PALOPO
2017
KATA PENGANTAR
Tiada puja yang patut diberikan kecuali hanya untuk-Nya, tiada doa
yang patut dipanjatkan kecuali kepada-Nya, tiada hal yang bisa dilakukan
Penyusun tidak bisa menyelesaikan karya tulis ini tanpa bantuan dari
M.Pd.I selaku Pembina Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Kepada seluruh pengamat
akan datang. Karena penulis yakin bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada
karya tulis ilmiah yang sempurna, tak ada lembaran putih yang tak berbercak,
Penulis berharap, semoga karya tulis ini tidak hanya menjadi batu
Lebih dari itu, penyusun berharap karya ini bisa memberikan nilai lebih untuk
semuanya.
Penyusun Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN
C. Tujuan ........................................................................................ 2
D. Manfaat ...................................................................................... 2
A. Kesimpulan ................................................................................ 20
B. Saran .......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu
merupakan suatu cara berpikir yang demikian rumit dan mendalam tentang suatu
objek yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang handal. Handal dalam arti
Ilmu dimana pun sangat diperlukan, karna tanpa ilmu sesorang tidak akan
dengan hal apapun, salah satunya dalam etika. Di dalam ilmu dibutuhkan etika
dikaitkan dengan filsafat. Karna memang filsafat yang paling dulu muncul
hingga wajar bila dalam filsafat ada ditemukan yang namanya filsafat ilmu.
dikenal sejak sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan yang berbudaya ilmu
1
Mokh. Sya'roni, Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu, Teologia, Nomor 1,
Volume 25, (Januari-Juni 2014), hal. 1, kolom 1.
ii
pengetahuan dan hubungan antara ilmu dan etika yang merupakan bagian dari
ilmu humaniora belum memperoleh perhatian dari masyarakat atau para peneliti
masalah pokok: apa itu etika ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang bisa ditarik dari latar belakang yang
C. Tujuan
D. Uji Korelasi
Dalam hal ini etika ilmu sangat memiliki keterkaitan erat dengan
1
mengembangkan kebudayaan dalam ilmu pengetahuaan. Sehingga
BAB II
ETIKA ILMU
A. Pengertian Etika Ilmu
1. Definisi Etika
sebagai: the normatif science of the conduct of human being living societies.
kesusilaan (moral).
Jadi, jika kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka etika
berarti ilmu yang mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan. Etika juga berarti timbul dari kebiasaan adalah
cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk
bersama. Yang ke dua etika normatif, suatu kajian terhadap ajaran norma
2
Sulaiman Muhammad, Membangun Masyarakat Ilmiah, dalam
http://www.membangun-masyarakat-ilmiah.2009.//.
baik buruk sebagai suatu fakta, tidak perlu perlu mengajukan alasan rasional
terhadap ajaran itu, cukup merefleksikan mengapa hal itu sebagai suatu
bahkan lebih jauh direduksi sekedar etiket. Moral berkaitan dengan penilaian
2. Definisi Ilmu
bahwa ilmu itu tidak mengabdi kepada pihak lain. Ilmu digunakan oleh manusia
3
Sri Rahayu Wilujeng, Filsafat, Etika dan Ilmu (Upaya Memahami Hakikat Ilmu dalam
Konteks Keindonesiaan), Skripsi, Diponegoro: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro,
hal.81-82.
4
Rini, Hubungan antara Ilmu, Etika Ilmiah dan Masyarakat Ilmiah, dalam
http://www.filsafat-ilmu-scribd.com, hal.2.
ii
Primum vivere, deinde philosophari yang artinya: berjuang terlebih dahulu
memiliki ilmu pasti, maka akan lebih mudah dipergunakan untuk melakukan
sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu
merupakan suatu cara berpikir yang demikian dalam tentang sesuatu obyek yang
kesimpulan yang berupa pengetahuan yang ilmiah. Ilmiah dalam arti bahwa
Disebabkan oleh karena itu pula ia terbuka untuk diuji oleh siapapun.
karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan
suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu
bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan
manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia
kearah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh,
kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya. Disinilah
letak tanggungjawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak amat diperlukan. Oleh
karenanya penting bagi para ilmuwan memiliki sikap ilmiah. Manusia sebagai
makhluk Tuhan berada bersama-sama dengan alam dan berada di dalam alam itu.
bagian alam tidak hanya merupakan bagian yang terlepas darinya. Manusia
manusia yang merupakan bagian alam harus senantiasa merupakan pusat dari
alam itu. Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara manusia dengan alam ada
hubungan yang bersifat keharusan dan mutlak. Oleh sebab itulah, maka manusia
mutlak pula. Kewajiban ini merupakan kewajiban moral tidak saja sebagai
kelestarian dan keseimbangan alam yang juga bersifat mutlak. Para ilmuwan
sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu
mereka juga perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan.
Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Abbas
Hamami M., 1996, hal. 161) Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan.
Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan
untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah
bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan
bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi
5
Agus Prasetyo, Etika Keilmuaan, Makalah disampaikan pada Forum Diskusi
Mahasiswa Mata Kuliah Filsafat Ilmu, Malang, 15 Oktober 2015, hal. 8.
ii
Sebelum proses penyempurnaan atau pengenbangan ilmu inilah para ahli harus
menggunakan etika sebagai alat pertimbangan baik-buruk efek dari ilmu yang
Dalam hal ini berarti para ahli atau para ilmuan dalam mengembangan
bersifat universal, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang
berkemungkinan besar akan terjadi. Karena pada dasarnya suatu ilmu diciptakan
oleh para ahli atau ilmuan untuk membantu perkembangan dan memperkokoh
a. Obyektif
b. Analitis
h. Dialogis
6
Syarief Hidayatullah, Etika Ilmu, dalam
http://www.nengloen.blogspot.com.2014/12/etika-ilmu.
i. Memiliki dan menjunjung tinggi norma dan susila akademik, serta
tradisi akademik/ilmiah.
j. Dinamis
l. Kritis7
pola pikir masyarakat untuk berpikir kritis , rasional dan bersifat pragmatis
agar kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan semakin maju dengan
keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Misalnya saat kita sedang
dituntut untuk berfikir ilmiah maka secara tidak langsung kita akan
menggunakan ilmu pengetahuan yang kita miliki, baik yang kita dapat saat
mengubah cara pandang tradisional kita tetapi juga teologi (ilmu yang
yang berlandaskan ilmiah. Sikap yang berlandaskan ilmiah itu adalah pola
pikir yang bersikap kritis dalam mencari suatu kebenaran atau mencari
7
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010.
ii
verifikasi yang tidak hanya berlandaskan pada teori-teori yang telah ada,
lingkup masyarakat.
Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni
kemanusiaan.8
secara normatif berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya
seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh sistem budaya, sistem politik,
sistem tradisi, atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan
ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku secara universal dan
kenyataannya masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi
etika politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang secara normatif berlaku dan
dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan terhadap norma-norma
8
Rini, Op.cit, hal. 7-8
etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan
manusia. Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap
kemanusiaan.9
yang akan dan telah diakibatkan ilmu di masa-masa lalu, sekarang maupun apa
mengubah sesuatu aturan baik dalam maupun manusia. Hal ini tentu saja
menunutup tanggung jawab untuk untuk selalu menjaga agar apa yang
secara utuh.
manusia. Akan tetapi harus menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau
9
Agus Prasetyo, Op.cit., hal. 8.
ii
khalaiknya. Jadi sesuai dengan pendapat Van Meslen (1985) bahwa
manusia tergantung pada manusia itu sendiri, karena ilmu dilakukan oleh
kedewasaan untuk mengerti mana yang layak dan yang tidak layak, yang buruk
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri
meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau
yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia dengan tujuan mendekatkan dia
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
10
Syarief Hidayatullah, Op.cit, hal. 4.
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
Setiap kebudayaan mempunyai skala mana yang lebih penting dan mana
menetapkan nilai-nilai budaya ada dua hal yang harus dipehatikan, yaitu:
ii
status akan beralih menjadi msyarakat modern yang berorientasi pada
pengetahuan. Dalam kurun dewasa ini yang dikenal sebagaia kurun ilmu
faktor ini. Untuk itu maka pengkajian kita difokuskan pada usaha untuk
meningkatkan peranan ilmu pengetahuan sebagai sumber nilai yang
hal terpenting yang harus dilakukan. Karena ilmu pengetahuan berguna bagi
nasional dan merupakan bagian dari kebudayaan, oleh karena itu langkah-
ii
4. Dampak Intelektual
Secara umum dampak intelektual dapat dikatakan suatu hal baru dari
Kedua, otonomi dunia fisik. Bahwa ilmu pengetahuan berangkat dari suatu
filosofi alam sebagai sesuatu yang otonom, yang memiliki hukum sendiri.
mengenal sebab efisien dari suatu peristiwa. Bagi ilmu pengetahuan masa
lampau lebih penting dari masa depan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan
formalitas.
terdapat dalam alam, maka teori itu tidak hanya menjadi pengetahuan orang
Suatu teorti ilmiah di satu sisi dapat menjadi teori pengetahuan (theory of
knowledge) dan di sisi lain dapat menjadi teori tindakan (theory of action).
Dalam konteks yang sama kita juga dapat berbicara tentang manfaat
ii
mengontrol atau kemampuan untuk berkuasa tidak sama dengan kekuatan
6. Watak Intelektual
Ada hubungan erat antara cinta dan kejujuran ilmiah. Mencintai demi
hanya bila masyarakat itu mengikuti rasionalitas ilmu pengetahuan yang taat
pada rasio.
7. Kecendrungan Pragmatis
sampai di situ saja, yang terpenting adalah bahwa ilmu pengetahuan pada
ratus suku bangsa yang tersebar di muka bumi ini. Etika yang sering kali
berupa daftar kata-kata, catatan tentang tata bahasa, bahkan sering kali juga
Etika pun sering kali disebut dengan filsafat moral dimana disetiap
ii
contoh yang kecil saja, seperti yang terjadi di aklangan masyarakat misalnya
tata cara pergaulan dikalangan anak muda perkotaan menjadi lebih bebas.
Dimana tradisi, adat istiadat, budaya luhur dan nilai-nilai kesopanan dalam
Kehidupan modern dan gaya hidup di negara-negara barat atau negara maju
mengerti bagaimana baik buruknya suatu metode metode dan teori teori
lainnya, memberi pengertian banyak kepada seorng ahli sejarah. Dalam hal
penelitian.
sekarang ini. Pengertian tentang yang sangat diperlukan dalam perilaku dan
tindakan manusia yang diteliti oleh antropologi. Oleh karena itu, ilmu dan
masyarakat maka antara ilmu antropologi dan etika ilmu saling berhubungan
erat yang mana ilmu antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapaun kesimpulan yang bisa ditarik dari pemaparan materi diatas, yakni:
manusia. Dengan ilmu dapat diciptakan suasana yang lebih baik dan
B. Saran
Dalam pemaparan materi ini masih banyak yang kekurangan yag mesti
Hingga dalam hal ini penyusun meminta kritikan maupun masukan. Namun
11
Rini, Op.cit., hal. 10-11.
ii
menuntut ilmu. Jadikan kekiurangan itu menjadi pelengkap atau penembah ilmu
KAJIAN PUSTAKA
Mokh. Sya'roni. 2014. Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu. Semarang:
UIN Walisongo.
Rini, 2014. Hubungan antara Ilmu, Etika Ilmiah dan Masyarakat Ilmiah.
Dalam http://www.filsafat-ilmu-scribd.com.
Sri Rahayu Wilujeng. 2013. Skripsi Filsafat, Etika dan Ilmu: Upaya Memahami
Hakikat Ilmu dalam Konteks Keindonesiaan. Diponegoro: Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro.