Anda di halaman 1dari 26

ETIKA ILMU

Definisi Etika Ilmu, Hubungan Etika & Ilmu Masyarakat


Ilmiah Serta Masyarakat Berbudaya Ilmu Pengetahuaan

MAKALAH

Disampaikan dalam Seminar Diskusi Kelas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Semester V Pada Program Studi Tadris Matematika

Institut Agama Islam Negeri Palopo

Dosen :
Samsul Irawan, S.Ag., M.Pd.I.

Oleh,

Hartati 15 0204 0004


Abdul Gafur 15 0204 0005

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PALOPO

2017
KATA PENGANTAR

Tiada puja yang patut diberikan kecuali hanya untuk-Nya, tiada doa

yang patut dipanjatkan kecuali kepada-Nya, tiada hal yang bisa dilakukan

kecuali atas kehendak-Nya. Shalawat dan salam selalu dilimpahkanNya kepada

penyampai risalah, Nabi Muhammad salallahu allaihi wassallam.

Penyusun tidak bisa menyelesaikan karya tulis ini tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan

terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Syamsul Irawan, S.Ag.,

M.Pd.I selaku Pembina Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Kepada seluruh pengamat

dan pembaca yang dapat mengkeritik demi penyempurnaannya di waktu yang

akan datang. Karena penulis yakin bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada

karya tulis ilmiah yang sempurna, tak ada lembaran putih yang tak berbercak,

tak ada manusia yang sempurna dan seterusnya.

Penulis berharap, semoga karya tulis ini tidak hanya menjadi batu

loncatan penyusun untuk menyelesaikan tanggungjawab sebagai mahasiswa.

Lebih dari itu, penyusun berharap karya ini bisa memberikan nilai lebih untuk

semuanya.

Palopo, 29 September 2017 M


9 Muharram 1439 H

Penyusun Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................ 2

D. Manfaat ...................................................................................... 2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Ilmu ................................................................ 3

B. Hubungan Etika dan Ilmu Masyarakat Ilmiah ........................... 4

C. Masyarakat Berbudaya Ilmu Pengetahuaan ............................... 11

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 20

B. Saran .......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang begitu saja seperti

barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu

merupakan suatu cara berpikir yang demikian rumit dan mendalam tentang suatu

objek yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan

suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang handal. Handal dalam arti

bahwa sistem dan struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Ia

terbuka untuk diuji oleh siapapun.1

Ilmu dimana pun sangat diperlukan, karna tanpa ilmu sesorang tidak akan

mampu mengetahui sesuatu hal. Begitu hebatmya ilmu sehingga dikaitkan

dengan hal apapun, salah satunya dalam etika. Di dalam ilmu dibutuhkan etika

yang sangat menunjang tercapainya suatu keberhasilan ilmu pengetahuaan.

Dibutuhkan beberapa procedure dalam mempelajari ilmu sehingga ilmu pun

dikaitkan dengan filsafat. Karna memang filsafat yang paling dulu muncul

hingga wajar bila dalam filsafat ada ditemukan yang namanya filsafat ilmu.

Hubungan antara ilmu dan etika, membangun masyarakat yang ilmiah

dan menuju masyarakat yang berbudaya ilmu pengetahuan semuanya

berhubungan pada cabang filsafat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang

dikenal sejak sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan yang berbudaya ilmu

1
Mokh. Sya'roni, Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu, Teologia, Nomor 1,
Volume 25, (Januari-Juni 2014), hal. 1, kolom 1.

ii
pengetahuan dan hubungan antara ilmu dan etika yang merupakan bagian dari

ilmu humaniora belum memperoleh perhatian dari masyarakat atau para peneliti

(sarjana). Dalam problematika ini sehingga penyusun mendasarkan pada tiga

masalah pokok: apa itu etika ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu

masyarakat ilmiah, serta bagaimana proses masyarakat berbudaya ilmu

pengetahuaan. Semua akan terbahas dalam karya tulis ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang bisa ditarik dari latar belakang yang

muncul, maka penyusun memaparkannya beberapa poin berikut, yakni:

1. Apa itu etika ilmu?

2. Bagaimana hubungan etika dan ilmu masyarakat ilmiah?

3. Bagaimana proses dalam masyarakat berbudaya ilmu pengetahuaan?

C. Tujuan

Adapun tujuan penyusun dalam penulisan karya tulis ini, yakni:

1. Mengetahui etika ilmu dalam ilmu filsafat

2. Mengetahui hubungan etika dan ilmu mastarakat ilmiah

3. Mengetahui proses yang ditempuh untuk mencapai masyarakat

berbudaya ilmu pengetahuan.

D. Uji Korelasi

Dalam hal ini etika ilmu sangat memiliki keterkaitan erat dengan

masyarakat ilmiah yang berbudaya ilmu pengetahuaan. Karna dengan

berilmu masyarakat akan lebih memahami etika sesungguhnya dalam

1
mengembangkan kebudayaan dalam ilmu pengetahuaan. Sehingga

menciptakan masyarakat yang berbudaya dengan menjunjung tinggi etika.

BAB II

ETIKA ILMU
A. Pengertian Etika Ilmu

1. Definisi Etika

Secara etimologis, ethic berarti system of moral principles atau a

system of moral standard values. Secara terminologi etika didefinisikan

sebagai: the normatif science of the conduct of human being living societies.

A science which judge this conduct to be right or wrong, to be good or bad.

Secara singkat etika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang

kesusilaan (moral).

Jadi, jika kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka etika

berarti ilmu yang mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu

tentang adat kebiasaan. Etika juga berarti timbul dari kebiasaan adalah

cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika

mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk

dan tanggung jawab.2

Secara umum etika diklasifikasikan menjadi dua jenis; pertama etika

deskriptif yang menekan pada pengkajian ajaran moral yang berlaku,

membicarakan masalah baik-buruk tindakan manusia dalam hidup

bersama. Yang ke dua etika normatif, suatu kajian terhadap ajaran norma

2
Sulaiman Muhammad, Membangun Masyarakat Ilmiah, dalam
http://www.membangun-masyarakat-ilmiah.2009.//.
baik buruk sebagai suatu fakta, tidak perlu perlu mengajukan alasan rasional

terhadap ajaran itu, cukup merefleksikan mengapa hal itu sebagai suatu

keharusan. Etika normative terbagi menjadi dua: etika umum yang

membicarakan tentang kebaikan secara umum, dan etika khusus yang

membicarakan pertimbangan baik buruk dalam bidang tertentu. Dalam

kehidupan sehari-hari pengertian etika sering disamakan dengan moral,

bahkan lebih jauh direduksi sekedar etiket. Moral berkaitan dengan penilaian

baik-buruk mengenai hal-hal yang mendasar yang berhubungan dengan nilai

kemanusiaan, sedang etika/etiket berkaitan dengan sikap dalam pergaulan,

sopan santun, tolok ukur penilaiannya adalah pantas-tidak pantas.3

2. Definisi Ilmu

Ilmu (sains) yang merupakan kelanjutan dari pengetahuan

(knowledge) dihasilkan melalui proses ilmiah. Ilmu merupakan pengetahuan

dan pengetahuan merupakan suatu unsur dari kebudayaan, sehingga ilmu

pengetahuan merupakan bagian dari kebudayaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika ilmu merupakan sumber ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh manusia.4

B. Hubungan Etika dan Ilmu Masyarakat Ilmiah

Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Aristoteles mengatakan

bahwa ilmu itu tidak mengabdi kepada pihak lain. Ilmu digunakan oleh manusia

demi kepentingan diri sendiri. Sebagai latar belakangnya dikenal ucapan:

3
Sri Rahayu Wilujeng, Filsafat, Etika dan Ilmu (Upaya Memahami Hakikat Ilmu dalam
Konteks Keindonesiaan), Skripsi, Diponegoro: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro,
hal.81-82.
4
Rini, Hubungan antara Ilmu, Etika Ilmiah dan Masyarakat Ilmiah, dalam
http://www.filsafat-ilmu-scribd.com, hal.2.

ii
Primum vivere, deinde philosophari yang artinya: berjuang terlebih dahulu

untuk hidup, kemudian barulah boleh berfilsafah (berilmu pasti). Dengan

memiliki ilmu pasti, maka akan lebih mudah dipergunakan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari, contohnya mencari nafkah.

Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja

sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu

merupakan suatu cara berpikir yang demikian dalam tentang sesuatu obyek yang

khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan yang berupa pengetahuan yang ilmiah. Ilmiah dalam arti bahwa

sistem dan struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka.

Disebabkan oleh karena itu pula ia terbuka untuk diuji oleh siapapun.

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki

karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan

suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu

juga masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu

bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan

manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia

kearah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh,

kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya. Disinilah

letak tanggungjawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak amat diperlukan. Oleh

karenanya penting bagi para ilmuwan memiliki sikap ilmiah. Manusia sebagai

makhluk Tuhan berada bersama-sama dengan alam dan berada di dalam alam itu.

Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan dirinya bilamana


manusia hidup dalam hubungannya dengan alamnya. Manusia yang merupakan

bagian alam tidak hanya merupakan bagian yang terlepas darinya. Manusia

senantiasa berintegrasi dengan alamnya. Sesuai dengan martabatnya maka

manusia yang merupakan bagian alam harus senantiasa merupakan pusat dari

alam itu. Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara manusia dengan alam ada

hubungan yang bersifat keharusan dan mutlak. Oleh sebab itulah, maka manusia

harus senantiasa menjaga kelestarian alam dalam keseimbangannya yang bersifat

mutlak pula. Kewajiban ini merupakan kewajiban moral tidak saja sebagai

manusia biasa lebih-lebih seorang ilmuwan dengan senantiasa menjaga

kelestarian dan keseimbangan alam yang juga bersifat mutlak. Para ilmuwan

sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu

mereka juga perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan.

Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Abbas

Hamami M., 1996, hal. 161) Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan.

Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan

untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah

bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan

bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi

dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial untuk melestarikan dan

keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungawabkan kepada

Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan.5

5
Agus Prasetyo, Etika Keilmuaan, Makalah disampaikan pada Forum Diskusi
Mahasiswa Mata Kuliah Filsafat Ilmu, Malang, 15 Oktober 2015, hal. 8.

ii
Sebelum proses penyempurnaan atau pengenbangan ilmu inilah para ahli harus

menggunakan etika sebagai alat pertimbangan baik-buruk efek dari ilmu yang

akan dikembangkan. Karena tidak semua Ilmu yang dikembangkan akan di

pergunakan dengan baik oleh manusia.

Dalam hal ini berarti para ahli atau para ilmuan dalam mengembangan

ilmu harus memperhatikan kodrat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem,

bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentingan regenerasi, dan

bersifat universal, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang

berkemungkinan besar akan terjadi. Karena pada dasarnya suatu ilmu diciptakan

oleh para ahli atau ilmuan untuk membantu perkembangan dan memperkokoh

eksistensi manusia bukan untuk menhancurkan manusia.6

1. Ciri-ciri Masyarakat Ilmiah

a. Obyektif

b. Analitis

c. Kreatif dan konstruktif

d. Terbuka dan berlapang dada untuk menerima kritik

e. Menghargai waktu dan prestasi ilmiah/akademik

f. Bebas dari prasangka

g. Kesejawatan/kemitraan, khususnya diantara sivitas akademika

h. Dialogis

6
Syarief Hidayatullah, Etika Ilmu, dalam
http://www.nengloen.blogspot.com.2014/12/etika-ilmu.
i. Memiliki dan menjunjung tinggi norma dan susila akademik, serta

tradisi akademik/ilmiah.

j. Dinamis

k. Berorientasi ke masa depan, dan berpacu masa kini

l. Kritis7

2. Membangun Masyarakat Ilmiah

Membangun masyarakat ilmiah ialah merubah cara berpikir atau

pola pikir masyarakat untuk berpikir kritis , rasional dan bersifat pragmatis

yaitu mencari kebenaran terhadap suatu permasalahan hidup masyarakat,

agar kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan semakin maju dengan

berkembanganya ilmu pengetauan.

Hubungan antara ilmu pengetauan dengan cara berpikir ilmiah ialah

keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Misalnya saat kita sedang

dituntut untuk berfikir ilmiah maka secara tidak langsung kita akan

menggunakan ilmu pengetahuan yang kita miliki, baik yang kita dapat saat

menuntut ilmu maupun dalam aktifitaas sehari-hari saat kita bersosialisasi

dengan masyarakat. Dengan adanya ilmu pengetauan tidak hanya dapat

mengubah cara pandang tradisional kita tetapi juga teologi (ilmu yang

mempelajari tentang ketuhanan) yang sering terlalu teosentris.

Dalam membangun masyarakat ilmiah juga di perlukan sikap-sikap

yang berlandaskan ilmiah. Sikap yang berlandaskan ilmiah itu adalah pola

pikir yang bersikap kritis dalam mencari suatu kebenaran atau mencari

7
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010.

ii
verifikasi yang tidak hanya berlandaskan pada teori-teori yang telah ada,

melainkan dapat juga melakukan berbagai observasi atau penelitian di ruang

lingkup masyarakat.

Etika memberikan semacam batasan maupun standar yang mengatur

pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika ini kemudian

dirupakan ke dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik dibuat

berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada pada saat dibutuhkan dapat

difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan secara

logika/rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.

Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni

kegunaan universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat

kemanusiaan.8

Norma-norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan

secara normatif berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya

seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh sistem budaya, sistem politik,

sistem tradisi, atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan

ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku secara universal dan

komunal. Disamping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada

kenyataannya masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi

kelompok-kelompok ilmuwan tertentu. Misalnya, etika kedokteran, etika bisnis,

etika politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang secara normatif berlaku dan

dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan terhadap norma-norma

8
Rini, Op.cit, hal. 7-8
etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan

kegelisahan serta ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang

membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai

manusia. Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap

lain kecuali pencapaian obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk

kemanusiaan.9

Tanggung jawab ilmu menyangkut juga tanggung jawab tehadap hal-hal

yang akan dan telah diakibatkan ilmu di masa-masa lalu, sekarang maupun apa

akibatnya pada masa depan berdasar keputusan bebas manusia dalam

kegiatannya. Penemuan-penumuan baru dalam ilmu terbukti ada yang dapat

mengubah sesuatu aturan baik dalam maupun manusia. Hal ini tentu saja

menunutup tanggung jawab untuk untuk selalu menjaga agar apa yang

diwujudkannya dalam perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang baik

bagi perkembangan ilmu itu sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi

secara utuh.

(Achmad Charris Zubair, 2002) Tangung jawab etis tidak hanya

menyangkut mengupayakan penerapan ilmu secara tepat dalam kehidupan

manusia. Akan tetapi harus menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau

tidak dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia yang

seharusnya baik dalam hubungannya sebagai pribadi, dalam hubungan dengan

lingkunganmya maupun sebagai mahluk yang bertanggung jawab terhadap

9
Agus Prasetyo, Op.cit., hal. 8.

ii
khalaiknya. Jadi sesuai dengan pendapat Van Meslen (1985) bahwa

perkembangan ilmu akan menghambat ataupun meningkatkan keberadaan

manusia tergantung pada manusia itu sendiri, karena ilmu dilakukan oleh

manusia dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaan nya. Kemajuan di

bidang ilmu memerlukan kedewasaan manusia dalam arti sesungguhnya, yakni

kedewasaan untuk mengerti mana yang layak dan yang tidak layak, yang buruk

dan yang baik.10

C. Masyarakat Berbudaya Ilmu Pengetahuaan

1. Kebudayaan dan Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang di berikan oleh

orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaan

dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri

tidak dengan bantuan orang lain. Menurut Ki Hajar Dewantara ( Bapak

pendidikan Nasional Indonesia, 1989 - 1959), pendidikan merupakan daya

upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekeutan bathin), pikiran

(intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Menurut John Stuart Mill ( filsof Inggris, 1806-1873), pendidikan itu

meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau

yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia dengan tujuan mendekatkan dia

kepada tingkat kesempurnaan.

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-

10
Syarief Hidayatullah, Op.cit, hal. 4.
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,

kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu

mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah

atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur

dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai

keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan

pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya.

Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari

ruang lingkup kebudayaan. Suatu masyarakat dapat berbudaya ilmu

pengetahuan apabila masyarakat telah menempuh dan menerapkan

pendidikan. Nilai kebudayaan dan pendidikan sangat berpengaruh erat.

Setiap kebudayaan mempunyai skala mana yang lebih penting dan mana

yang kurang penting dari nilai-nilai dalam tiap-tiap katagori. Dalam

menetapkan nilai-nilai budaya ada dua hal yang harus dipehatikan, yaitu:

pertama, nilai-nilai budaya yang harus dikembangkan, kedua, usaha

pendidikan yang sadar dan sistematis mengharuskan kita untuk

mengeksplisit dan definitive tentang hakikat nilai-nilai budaya tersebut.

Suatu masyarakat modern yang berasaskan efisiensi bertumpu

kepada ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan utamanya. Semua

aspek kehidupan bermasyarakat ditata secara rasional berdasarkan analisis

kekuatan berpikir bersifat dominan dan mendesak kebelakang cara

penarikan kesimpulan. Masyarakat tradisional yang berorientasi kepada

ii
status akan beralih menjadi msyarakat modern yang berorientasi pada

prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan.

2. Ilmu Pengetahuan dan Pengembangan Kebudayaan

Ilmu merupakan pengetahuan dan pengetahuan merupakan suatu

unsur dari kebudayaan. Sehingga ilmu pengetahuan merupakan bagian dari

kebudayaan . Ilmu pengetahuan dan kebudayaan berada dalam posisi yang

saling bergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak pengembangan

ilmu pengetahuan dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi

kebudayaannya, sedangkan di pihak lain pengembangan ilmu pengetahuan

mempengaruhi jalannya kebudayaan. Dalam rangka pengembangan

kebudayaan nasional ilmu pengetahuan mempunyai peranan ganda yakni:

a. Ilmu pengetahuan merupakan sumber nilai yang mendukung

terselenggarakannya pengembangan kebudayaan nasional

b. Ilmu pengetahuan merupakan sumber nilai yang mengisi

pembentukan watak suatu bangsa

Pada kenyataannya kedua fungsi ini terpadu satu dengan yang

lainnya sehingga sukar untuk dibedakan. Pengkajian pengembangan

kebudayaan nasional tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu

pengetahuan. Dalam kurun dewasa ini yang dikenal sebagaia kurun ilmu

pengetahuan, kebudayaan kita pun tidak terlepas dari pengaruh ilmu

pengetahuan dan teknologi dan mau tidak mau harus memperhitungkan

faktor ini. Untuk itu maka pengkajian kita difokuskan pada usaha untuk
meningkatkan peranan ilmu pengetahuan sebagai sumber nilai yang

mendukung pengembangan kebudayaan nasional, sehingga menciptakan

masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan.

3. Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Membangun masyarakat ilmiah dengan berilmu pengetahuan adalah

hal terpenting yang harus dilakukan. Karena ilmu pengetahuan berguna bagi

masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam

hidupnya secara kritis, rasional, logis, objektif dan terbuka.

Pengembangan kebudayaan nasional adalah perubahan dari

kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional kearah situasi kebudayaan

yang lebih mencerminkan aspirasi dan tujuan nasional. Proses

pengembangan kebudayaan nasional adalah penafsiran kembali nilai-nilai

konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan jaman serta penumbuhan

nilai-nilai baru yang fungsional. Hakikatnya semua unsur kebudayaan harus

diberi otonomi dalam menciptakan paradigma mereka sendiri. Dimana suatu

paradigma agar dapat berkembang dengan baik membutuhkan kondisi

rasional dan kondisi psikososial kelompok.

Ilmu pengetahuan bersifat mendukung pengembangan kebudayaan

nasional dan merupakan bagian dari kebudayaan, oleh karena itu langkah-

langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus

memperhatikan situs kebudayaan masyarakat kita. Hakikat ilmu

pengetahuan sendiri adalah bersifat universal namun peranannya dalam

kehidupan tidaklah terlepas dari matrik kebudayaan secara keseluruhan.

ii
4. Dampak Intelektual

Secara umum dampak intelektual dapat dikatakan suatu hal baru dari

ilmu pengetahuan. Ada empat hal yang menyebabkan ilmu pengetahuan

lenyap dari kepercayaan tradisional. Yaitu:

Pertama, pengamatan lawan otoritas. Ilmu pengetahuan tidak didaskan pada

otoritas melainkan pada pengamatan. Ilmu pengetahuan merintis jalan

kepada kemandirian dalam berpikir berdasarkan pada pengamatan terhadap

gejala-gejala alam atau sosial.

Kedua, otonomi dunia fisik. Bahwa ilmu pengetahuan berangkat dari suatu

filosofi alam sebagai sesuatu yang otonom, yang memiliki hukum sendiri.

Ketiga, disingkatnya konsep tujuan. Bahwa ilmu pengetahuan hanya

mengenal sebab efisien dari suatu peristiwa. Bagi ilmu pengetahuan masa

lampau lebih penting dari masa depan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan

lebih memperhatikan konsep kausalitas dibandingkan dengan konsep

formalitas.

Keempat, tempat manusia dalam alam. Dari segi konsemplasi tampaknya

ilmu pengetahuan merendahkan manusia. Namun dari segi praktis ilmu

pengetahuan dapat mengangkat manusia.

Jadi kesimpulannya adalah ilmu pengetahuan membantu proses

emansipasi manusia terhadap tuhan dan dewa-dewi tradisional dan ilmu


pengetahuan membangun suatu rasionalitas yang berbeda dari rasionalitas

kepercayaan-kepercayaan tradisional dan agama.

5. Dampak Sosial Praktis

Jika seseorang tahu bahwa kausalitas merupakan hukum yang

terdapat dalam alam, maka teori itu tidak hanya menjadi pengetahuan orang

tersebut, tetapi juga mendorongnya untuk memprediksi munculnya suatu

akibat setelah mengetahui sebab, yang memungkinkan punya melakukan

antisipasi yang diperlukan untuk menhadapi akibat tersebut.

Suatu teorti ilmiah di satu sisi dapat menjadi teori pengetahuan (theory of

knowledge) dan di sisi lain dapat menjadi teori tindakan (theory of action).

Teori-teori ilmiah melalui teknik dapat menjadi instrumen yang

ampuh untuk memperbesar kekuasaan manusia atas alam dan atas

masyarakat. Namun kemampuan untuk mengontrol alam dengan ilmu

pengetahuan merupakan hal yang berbeda dengan kemampuan untuk

melakukan enligtenedaction dan teknologi tidak dengan sendirinya

menghasilkan suatu masyarakat yang enlightened.

Dalam konteks yang sama kita juga dapat berbicara tentang manfaat

ilmu pengetahuan adalah dalam memperbesar kekuasaan manusia manusia.

Maka teori-teori ilmiah melalui teknik , dapat menjadi instrumen yang

ampuh untuk memperbesar kekuasaan manusia atas alam dan aats

masyarakat. Kekuatan-kekuatan teknik ilmiah itu semakin menjadi nyata

ketika dikembangan dalam interaksi komunitas manusia.mampuan untuk

ii
mengontrol atau kemampuan untuk berkuasa tidak sama dengan kekuatan

untuk hidup dan bertindak sebagaimana diharapkan orang-orang yang

dididik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi

mengandaikan kepentingan sosial yang berkembang dalam masyarakat, dan

itu berarti hal tersebut membutuhkan komunikasi antara kepentingan dalam

masyarakat. Kemampuan untuk mengontrol atau kemampuan untuk

berkuasa tidak sama dengan kekuatan untuk hidup dan bertindak

sebagaimana diharapkan orang-orang.

6. Watak Intelektual

Watak intelektual adalah sikap yang dilandasi pada pengertian bahwa

setiap orang mengembangkan diri sendiri dengan tuntutan masyarakat ilmiah

pada umumnya, yaitu, taat pada rasio.

Ciri-ciri watak intelektual antara lain, adanya keinginan untuk

mengetahui fakta-fakta penting, keengganan untuk menyetujui ilusi-ilusi

yang menyenangkan, dan menjunjung tinggi keterbukaan.

Ada hubungan erat antara cinta dan kejujuran ilmiah. Mencintai demi

kebahagiaan umat manusia merupakan sikap ilmiah yang otentik.

Ilmu pengetahuan dapat menciptakan suatu masyarakat yang enlightened

hanya bila masyarakat itu mengikuti rasionalitas ilmu pengetahuan yang taat

pada rasio.

Ilmu pengetahuan, sampai sekarang selalu didasarkan pada

pengamatan dan tidak pernah pasti benar, melainkan hanya mengklaim

probabilitas berdasarkan bukti yang ada. Efektivitas dari ilmu pengetahuan


untuk memberikan harapan itu tidak diragukan lagi. Ilmu pengetahuan dapat

menawarkan kemungkinan kesejahteraan hidup yang jauh lebih baik bagi

umat manusia sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dapat

menciptakan suatu masyarakat yang enlightened, hanya bila masyarakat itu

mengikuti rasionalitas ilmu pengetahuan yang taat pada rasio.

7. Kecendrungan Pragmatis

Kecenderungan pragmatis beranggapan bahwa ilmu pengetahuan

dikembangkan demi mencari dan memperoleh penjelasan tentang berbagai

persoalan dalam alam semesta ini . Ilmu pengetahuan memang bertujuan

menemukan kebenaran, tetapi bagi mereka ilmu pengetahuan tidak berhenti

sampai di situ saja, yang terpenting adalah bahwa ilmu pengetahuan pada

akhirnya berguna bagi kehidupan manusia.

8. Relevansi Etika Ilmu dengan Ilmu Antropologi

Hubungan antara antropologi dan etika ilmu bersifat timbal balik.

Antropologipun perlu bantuan ilmu-ilmu lain dan sebaliknya ilmu-ilmu lain

juga memerlukan bantuan antropologi. Perkembangan ilmu antropologi

sejak fase-fase perkembangan yang dahulu juga mengumpulkan beratus-

ratus suku bangsa yang tersebar di muka bumi ini. Etika yang sering kali

berupa daftar kata-kata, catatan tentang tata bahasa, bahkan sering kali juga

pelukisan lengkap tentang mengembangkan teori-teori tentang berbagai asas,

oleh suatu etika ilmu bagian dari antropologi.

Etika pun sering kali disebut dengan filsafat moral dimana disetiap

masyarakat pastilah terdapat etika-etika keilmuan yang sudah tertanam,

ii
contoh yang kecil saja, seperti yang terjadi di aklangan masyarakat misalnya

tata cara pergaulan dikalangan anak muda perkotaan menjadi lebih bebas.

Dimana tradisi, adat istiadat, budaya luhur dan nilai-nilai kesopanan dalam

pergaulan mulai ditinggalkan dengan seiring perkembangan teknologi.

Kehidupan modern dan gaya hidup di negara-negara barat atau negara maju

lebih permisif dan bebas. Timbulnya anak-anak punk di daerah perkotaan

lebih cenderung disebabkan oleh tayangan televisi. Tentunya kita mudah

mengerti bagaimana baik buruknya suatu metode metode dan teori teori

dalam etika ilmu yang berhubungan langsung dengan antropologi.

Latar belakang etika ilmu dengan peristiwa-peristiwa yang sukar

diketahui hanya dari sumber-sumber, konsep-konsep tentang kehidupan

masyarakat yang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu-ilmu sosial

lainnya, memberi pengertian banyak kepada seorng ahli sejarah. Dalam hal

mengumpulkan keterangan komparatif antropologi sangat berguna, dari ilmu

itu telah menyadari kepentingan antroplogi sebagai ilmu bantu dalam

penelitian.

Metode-metode antropologi untuk menyelami latar belakang

kehidupan di dalam masyarakat yang mana pada zaman krisis dunia

sekarang ini. Pengertian tentang yang sangat diperlukan dalam perilaku dan

tindakan manusia yang diteliti oleh antropologi. Oleh karena itu, ilmu dan

etika adalah sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat menghambat

dan enghaentikan prilaku penyimpangan dari kejahatan di kalangan

masyarakat maka antara ilmu antropologi dan etika ilmu saling berhubungan
erat yang mana ilmu antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

aspek kehidupan manusia.11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapaun kesimpulan yang bisa ditarik dari pemaparan materi diatas, yakni:

1. Etika ilmu merupakan sumber ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

konsep yang dimiliki oleh manusia

2. Ilmu diciptakan dengan tujuan untuk menigkatkan kesejahteraan umat

manusia. Dengan ilmu dapat diciptakan suasana yang lebih baik dan

dengan demikian melalui ilmulah manusia dapat lebih mudah mencapai

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

3. Pengembangan kebudayaan nasional tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan ilmu pengetahuan, maka etika ilmu yang ada

dimasyarakat jauh lebih luas dimana mencakup segala sesuatu yang

diketahui manusia tanpa perlu dibakukan secara sistematis.

B. Saran

Dalam pemaparan materi ini masih banyak yang kekurangan yag mesti

ditambahkan melihat referensi yang didapatkan penyusun masih sangat kurang.

Hingga dalam hal ini penyusun meminta kritikan maupun masukan. Namun

kekurangan itu janganlah mempbuat pembaca untuk tidak bersemangat dalam

11
Rini, Op.cit., hal. 10-11.

ii
menuntut ilmu. Jadikan kekiurangan itu menjadi pelengkap atau penembah ilmu

pengetahuaan pembaca. Hingga akhirnya pembaca dapat memetik beberapa

pengetahuaan dari karya tulis ini.

KAJIAN PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Agus Prasetyo. 2015. Etika Keilmuaan. Malang: Fakultas Filsfat.

Mokh. Sya'roni. 2014. Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu. Semarang:
UIN Walisongo.

Rini, 2014. Hubungan antara Ilmu, Etika Ilmiah dan Masyarakat Ilmiah.
Dalam http://www.filsafat-ilmu-scribd.com.

Sri Rahayu Wilujeng. 2013. Skripsi Filsafat, Etika dan Ilmu: Upaya Memahami
Hakikat Ilmu dalam Konteks Keindonesiaan. Diponegoro: Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro.

Sulaiman Muhammad. 2009. Membangun Masyarakat Ilmiah. Dalam


http://www.membangun masyarakat ilmiah.2009.//.

syarief Hidayatullah. 2014. Etika Ilmu. Dalam


http://www.nengloen.blogspot.com2014/12/etika-ilmu.

Anda mungkin juga menyukai