(tulisan arab)
Dari ayat tersebut diketahui bahwa dengan melakukan pengamatan terhadap langit
sekaligus benda-benda langit misalnya matahari dan bulan, seperti yang diperintahkan
oleh Allah, maka seseorang akan dapat menentukan dan mengetahui waktu shalat, arah
kiblat, waktu imsak dan waktu diperbolehkannya berbuka puasa.
(tulisan arab)
Matematika juga dikenal sebagai fondasi dari segala ilmu pengetahuan, yang
memiliki sejarah perkembangan begitu panjang mulai dari peradaban Babylonia sekitar
4000 tahun yang lalu hingga pada masa sekarang.1 Bukti keberadaan matematika pada
masa peradaban Babylonia adalah ditemukannya lembaran yang terbuat dari tanah
liat yang memuat daftar permasalahan kuadrat untuk menentukan panjang dan lebar
suatu lahan berbentuk persegi panjang. Dalam menyelesaikan masalah matematika,
bangsa Babylonia menggunakan teknik penyelesaian geometri cut and paste. Teknik
penyelesaian cut and paste ini merupakan sebuah teknik penyelesaian masalah yang
menggunakan ide geometri.2
1
Luke Hodgkin, A History of Mathematics, (New York, 2015: Oxford University Press), 100.
2
Muqowim, Genealogi Intelektual Saintis Muslim, (Jakarta, 2012: Kementerian Agama RI), 250.
Beberapa kajian tentang geometri ternyata mampu memberikan inspirasi kepada
ilmuwan-ilmuwan besar yang lahir pada masa berikutnya, termasuk ilmuwan-ilmuwan
muslim seperti Al-Khawarizmi, Al-Buzjani, dan Al-Battani. Ketiga ilmuwan tersebut
ialah ilmuwan muslim yang kemudian menghasilkan temuan-temuan baru, berperan
dalam mendeklarasikan teori-teori yang ada pada matematika bahkan mampu
memberikan sumbangsih terhadap perkembangan trigonometri. Trigonometri dalam
perkembangan matematika memiliki sumbangsih yang cukup besar bagi peradaban
Islam, khususnya yang berkaitan dengan agama Islam.3
a. Sifat matematika
3
Ishmatul Maula, dkk., “Perkembangan Matematika dalam Sejarah Perkembengan Islam,” Prosiding Konferensi
Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains 1, (2018): 115-119.
4
Samsul Maarif, “Integrasi Matematika dan Islam dalam Pembelajaran Matematika,” Infinity 4, no. 2 (2015):
223-236.
5
Salafudin, “Pembelajaran Matematika yang Bermuatan Nilai Islam” (Penelitian, STAIN Pekalongan, 2015), hal.
43.
6
Sri Wardhani, Implikasi Karakteristik Matematika dalam Pencapaian Tujuan Mata Pelajaran Matematika di
SMP/MTs, ed. (Yogyakarta, 2010: PPPPTK), 105.
2) Mengacu pada kesepakatan
Fakta matematika meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau
lambang. Fakta merupakan kesepakatan atau permufakatan atau konvensi.
Kesepakatan itu menjadikan pembahasan matematika mudah
dikomunikasikan. Pembahasan matematika bertumpu pada
kesepakatankesepakatan. Contoh: Lambang bilangan 1, 2, 3, ... adalah
salah satu bentuk kesepakatan dalam matematika. Lambang bilangan itu
menjadi acuan pada pembahasan matematika yang relevan.7
7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid
Matematika memiliki banyak simbol. Rangkaian simbol-simbol dapat
membentuk kalimat matematika yang dinamai model matematika. Secara
umum simbol dan model matematika sebenarnya kosong dari arti, artinya
suatu simbol atau model matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan
dengan konteks tertentu. Kekosongan arti dari simbol-simbol dan model-
model matematika merupakan ‟kekuatan‟ matematika, karena dengan hal
itu matematika dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.10
10
Ibid
11
Ibid
Dalam matematika juga terdapat prinsip kejujuran, di mana ketika kita
melakukan
proses dalam matematika dan tidak sesuai dengan prinsip atau teorema-teorema
yang ada tentunya pekerjaan kita akan salah. Seseorang tidak dapat mengelak dengan
dasar diluar matematika untuk membenarkan hasil pekerjaan yang salah tadi.
Sebaliknya, seseorang tidak dapat menyalahkan sebuah definisi atau teorema yang
sudah terbukti kebenarannya untuk mencapai tujuan dari perhitungan yang diinginkan
oleh seseorang.16
Kita tidak boleh menabrak kesepakatan itu kalau tidak mau dibilang salah.17
Aturan-aturan dalam matematika itu tersusun rapi secara sistematis mulai dari
definisi
ataupun kebenaran pangkal yang tidak perlu pembuktian karena sudah terbukti
kebenarannya. Adanya teorema yang merujuk pada sebuah definisi harus dibuktikan
kebenarannya. Teorema akan menimbulkan sebuah akibat yang disebut Lemma ataupun
Corollary.18
Pada bagian-bagian matematika juga sudah tersusun rapi dan sistematis seperti
contoh pada konsep bilangan yang memuat bilangan kompleks didalamnya. Di dalam
bilangan kompleks terdapat bilangan real dan imajiner. Dalam bilangan real ada
bilangan rasional dan irrasional. Didalam bilangan rasional terdapat bilang bulat dan
pecahan. Dari contoh tersebut matematika sangat sistematis dan harus ditaati dala
proses pengerjaannya.
Dalam kehidupan sesungguhnya, hal-hal di atas dapat diartikan bahwa apabila
menjadi seorang pemimpin harus berpegang pada kebenaran dari aturan yang sistematis
dan konsisten menjalankannya. Amanah yang diberikan oleh rakyat harus dijalankan
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh rakyat. Konsistensi itu harus selalu ada pada
kondisi apapun.20
c. Sikap adil
Dalam matematika terdapat prinsip keadilan dalam hal sebuah persamaan. Seperti
contoh:
2x + 5 = 15
2x + 5 – 5 = 15 – 5
2x = 10
x=
x=5
Kalau kita lihat operasi pada ruas kiri harus sama dengan ruas kanan. Jadi, dalam
21
pengerjaanya terdapat prinsip keadilan dalam matematika.
d. Sikap Tanggungjawab
Dalam matematika ada yang dinamakan proses pembuktian baik secara induktif
ataupun deduktif. Dalam proses pembuktian terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan dan semuanya itu didasarkan pada kebenaran dan alasan yang kuat. Seperti
contoh: untuk membuktikan Luas Daerah Segitiga = ½ * alas * tinggi kita memerlukan
langkah-langkah yang terkait misalkan salah satunya dengan menggunkan teorema
phytagoras yang sudah dibuktikan kebenarannya. Jadi, untuk membuktikan luas daerah
segitiga tersebut dalam langkahnya kita memilih menggunakan teorema phytagoras
karena alasan yang kuat yaitu sudah terbukti kebenarannya dan terkait dengan prinsip-
prinsip segitiga.22
berkualitas. Jika guru dapat menentukan karakteristik dari setiap konsep matematika
tentunya guru akan lebih mudah mengembangkannya dalam setiap proses pembelajaran.
Guru dapat menciptakan desain pembelajaran dengan mengkombinasikan nilai-nilai
yang terkandung di setiap konsep matematika. Sehingga, pendidikan karakter tidak
hanya dituliskan sebagai sarat administratif saja, tapi benear-benar nilai karakter sikap
a. Prinsip Keesaan Allah. Dia adalah sang khalik, dialah pencipta dari segala macam
disiplin ilmu yang ada di muka bumi ini.Dialah Pencipta dan dengan perintahNya segala
sesuatu peristiwa itu terjadi. Dialah sebab pertama dan terakahir dari detiap sesuatu.
b. Prinsip kesatuan alam semest. Sebagai akibat logis dari keesaan Allah, kita
harus mempercayai kesatuan ciptaan-Nya. Allah bukan hanya menciptakan kemudian
mengundurkan diri, akan tetapi secara aktif mengatur dan mengontrol alam.
e. Prinsip kesatuan umat manusia. Islam mengajarkan bahwa setiap orang adalah
ciptaan Allah
SWT dan karena itu pada hakekatnya meraka itu sama dihadapan Allah.
Melalui prinsip-prinsip yang telah disebutkan, berikut disajikan beberapa materi
matematika yang dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam islam.29
Dalam matematika terdapat beberapa prinsip-prinsip yang dapat dijadikan acuan untuk
membuktikan eesaan dan sifat-sifat Allah. Misalkan, pada konsep limit terdapat pertanyaan
sederhana, yakni “Dalam sebuah barisan bilangan asli yaitu 1, 2, 3, 4, . . . Barisan
tersebut
Makna yang dapat dipetik dari konsep di atas adalah kehidupan di dunia ini bukan
keabadian ataupun kekekalan, karena kedua sifat tersebut hanya dimiliki oleh Tuhan.
Allah berfirman dalam
Mathematics is the Quin and The Serve Of Science. Pernyataan tersebut berarti
bahwa matematika merupakan ratu ilmu sekaligus pelayan bagi ilmu-ilmu lain. Meskipun
matematika berdiri sendiri dan terlahir dari proses filsafat dan logika tanpa ilmu lain, tetapi
matematika tetap menjadi pelayan bagi ilmu lain sehingga sering disebut dengan
matematika terapan. Dalam hal ini matematika menjunjung tinggi kesatuan alam semesta
untuk saling mendukung ilmu-ilmu lain untuk mengungkap rahasia-rahasia alam semesta
sebagai simbol kekuasaan Allah.
Dalam matematika terdapat ilmu geometri, yaitu salah satu cabang matematika yang
mempelajari bentuk benda dan karakteristiknya. Geometri merupakan representasi
dari alam semesta dalam matematika. Tentunya alam semesta mengandung banyak makna
yang harus diungkap salah satunya dengan pendekatan geometri. Salah satunya yang akan
dikaji pada tulisan ini adalah tentang eksistensi manusia di dunia.
Keberadaan manusia di dunia ini berdasarkan eksistensi Allah yang dengan sifat
rakhman dan rakhimNya meniupkan ruh dan memberikanya kehidupan. Manusia hadir di
muka bumi dengan segala kesempurnaan dan kesucian seperti kertas putih yang siap diisi
dengan guratan tinta-tinta kehidupan. Setiap manusia akan menuliskan eksistensinya di
dunia ini menurut guratan hidup masing-masing individu.
Gambar
2
Gambar 1 disebut segitiga dan segi empat, akan tetapi pada gambar 2
meskipun memiliki tiga buah segmen garis dan empat buah segmen garis
orang tidak menyebutnya segitiga ataupun segi empat. Dalam hal ini eksistensi segitiga
dan segiempat ada karena adanya pendefinisian sehingga sebuah segitiga dan segi empat
terdefinisi dengan baik (well defined). Jika boleh didefinisikan bahwa sebuah segitiga
dibatasi oleh tiga buah sisi dan segiempat dibatasi oleh empat buah sisi yang masing-
masing saling berpotongan. Pembatas keduanya adalah sisi yang berupa segmen garis.
Itulah alasannya pada gambar 2 terdapat sisi yang tidak ada atau ada batasan yang hilang
sehingga keduanya tidak terdefinisi dengan baik.
Apabila ditelusuri lagi, bukan hanya pada dimensi dua maupun dimensi tiga, sebuah
bangun ruang akan terdefinisi dengan baik jika dibatasi oleh sisi yang berbentuk bidang.
Mungkin dimensi- dimensi yang lain akan sama pula. Jadi, setiap makhluk yang
berdimensi memiliki batasan-batasan.
Jika dianalogikan, sesuatu hal dengan salah satu sifat Allah mukholafatu
llilkhawaditsi (yang artinya Allah berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya) adalah setiap
makhluk Allah berdimensi sehingga terbatas ataupun memiliki batasan yang disebut
dengan sisi yang membatasi. Sedangkan Allah berbeda dengan makhluknya, Allah tidak
terbatas ataup tidak ada satupun yang membatasi sehingga tidak seorangpun yang dapat
mendefinisikan Allah secara fisik.
Di samping itu, kalau manusia sebagai makhluk yang berdimensi artinya memiliki
batasan- batasan sehingga dapat terdefinisi dengan baik dan bisa memiliki eksistensi
dimata orang lain. Apa batasan-batasan itu? Tentunya sama dengan bangun dimensi yaitu
sisi-sisi. Akan tetapi, sisi-sisi tersebut berbentuk nilai-nilai agama, moral dan lainnya yang
menjadikan manusia bermartabat. Eksistensi semu akan didapatkan bagi seseorang yang
mendapatkan sebuah pengakuan dengan cara-cara yang keluar dari jalur dan itu bukan
sifat seorang makhluk yang berdimensi.
c. Memahami Sikap Berserah Diri Kepada Allah dengan Konsep Barisan Bilangan
Pecahan
Sebagai contoh, akan dicermati bilangan yang lebih besar antara 1/2 dengan 1/3, lalu
didapatkan 1/2 yang lebih besar. Selanjutnya, terdapat pertanyaan “antara 1/3 dengan
¼ lebih besar yang mana?”, apabila 1/4 dengan 1/5 , 1/5 dengan 1/6 dan seterusnya. Dari
beberapa pertanyaan tersebut, tentu bilangan yang berada di sebelah kiri akan lebih besar
sehingga, semakin besar nilai dari sebuah penyebut (denominator) maka pecahan itu
akan semakin kecil. Pada akhirnya semakin besar pembagi (dalam artian tak hingga),
maka 1/tak hingga = 0. Konsep itu bermakna apabila 1 = Allah (Al-Ahad) yang diposisikan
sebagai bilangan yang dibagikan (bahwa Allah itu pemberi rahmat dan hidayah), dan
tak hingga = manusia sebagai hamba Allah. Tak hingga menandakan sifat manusia
yang berlaku sombong, angkuh dan merasa dirinya paling besar dengan segala kekuasaan
dan kepintarannya. Jika manusia berlaku demikian, maka dimata Allah
‘aliyyil ‘adzim). Hal terpenting dalam hidup ini “menge-nol-kan” diri dihadapan Allah dan
selalu bertawakal kepada-Nya.
Banyak pernyataan yng menyatakan bahwa alam semesta ini berjalan sesuai dengan
sunnatullah ataupun hukum-hukum Allah. Dalam matematika sendiri terdapat hukum-
hukum yang disebut dengan postulat, teorema, lemma corollary yang harus dipatuhi dan
bersifat mengikat dan memaksa. Apabila tidak dipatuhi, maka akan menyalahi aturan-
aturan yang mengakibatkan kesimpulan salah. Oleh karena itu, dalam menjalani hidup
aturan-aturan Allah harus dilaksanakan sebagai simbol upaya kepatuhan hamba pada Dzat
yang memberi kehidupan di alam jagad raya ini.
Disamping itu, tentunya aturan-aturan itu juga harus dimaknai sebagai upaya
pendekatan diri kita kepada-Nya. Salah satu aturan tersebut adalah perintah untuk selalu
berperilaku jujur. Dalam konsep matematika sendiri prinsip kejujuran dapat dilihat pada
konsep perkalian sebagai berikut:
4) - * - = +, mengandung arti " sesuatu yang salah kita katakan salah maka
insya Allah kita termasuk golongan orang2 yang berjalan di atas kebenaran"
Dari beberapa konsep di atas dapat diartikan bahwa perkara yang benar harus dikatakan
benar dan perkara yang salah harus dikatakan salah. Hal yang perlu ditekankan disini
bahwa ternyata matematika juga mengajarkan konsep "kejujuran", dalam artian yang benar
harus dikatakan benar dan yang salah juga harus dikatakan salah sehingga kita termasuk
golongan orang-orang yang menyeru pada kebenaran