Anda di halaman 1dari 14

INTEGRASI MATEMATIKA, ISLAM DAN LINGKUNGAN

A. MATEMATIKA DALAM ISLAM

1. Sejarah Matematika dalam Bingkai Islam

Perkembangan matematika dalam sejarah peradaban Islam telah dimulai sejak


diturunkannya Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam. Melalui Al-Qur’an, secara
implisit Allah telah memberikan anjuran kepada makhluk-Nya untuk mempelajari
matematika guna memudahkan manusia dalam menjalani aktivitas kehidupan,
utamanya dalam beribadah. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Ghashiyah ayat 17-21.

(tulisan arab)

Dari ayat tersebut diketahui bahwa dengan melakukan pengamatan terhadap langit
sekaligus benda-benda langit misalnya matahari dan bulan, seperti yang diperintahkan
oleh Allah, maka seseorang akan dapat menentukan dan mengetahui waktu shalat, arah
kiblat, waktu imsak dan waktu diperbolehkannya berbuka puasa.

Menurut Muqowim (2012), dalam sejarah peradaban Islam, perkembangan


matematika setidaknya dipengaruhi oleh lima hal. Pertama, adanya dorongan normatif
yang bersumber dari Al-Qur’an mengenai perlunya mengoptimalkan nalar untuk
merenungkan ayat-ayat Tuhan baik yang berkaitan dengan fenomena alam. Allah
berfirman dalam Q.S. Ali Imran ayat 190-191 sebagai berikut:

(tulisan arab)

Kedua, adanya tantangan realitas yang mengharuskan saintis muslim untuk


mengembangkan matematika sebagai ilmu yang akan terus dibutuhkan dan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam urusan agama. Ketiga, adanya
ilmu matematika sebagai hasil peradaban pra-Islam dirasa perlu untuk dikembangkan
lebih lanjut seiring dengan semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam. Keempat,
adanya dorongan etos keilmuan dari saintis muslim. Kelima, adanya dukungan politik
dari penguasa, seperti pada masa keemasan Abbasiyyah dan Umayyah.

Matematika juga dikenal sebagai fondasi dari segala ilmu pengetahuan, yang
memiliki sejarah perkembangan begitu panjang mulai dari peradaban Babylonia sekitar
4000 tahun yang lalu hingga pada masa sekarang.1 Bukti keberadaan matematika pada
masa peradaban Babylonia adalah ditemukannya lembaran yang terbuat dari tanah
liat yang memuat daftar permasalahan kuadrat untuk menentukan panjang dan lebar
suatu lahan berbentuk persegi panjang. Dalam menyelesaikan masalah matematika,
bangsa Babylonia menggunakan teknik penyelesaian geometri cut and paste. Teknik
penyelesaian cut and paste ini merupakan sebuah teknik penyelesaian masalah yang
menggunakan ide geometri.2

1
Luke Hodgkin, A History of Mathematics, (New York, 2015: Oxford University Press), 100.
2
Muqowim, Genealogi Intelektual Saintis Muslim, (Jakarta, 2012: Kementerian Agama RI), 250.
Beberapa kajian tentang geometri ternyata mampu memberikan inspirasi kepada
ilmuwan-ilmuwan besar yang lahir pada masa berikutnya, termasuk ilmuwan-ilmuwan
muslim seperti Al-Khawarizmi, Al-Buzjani, dan Al-Battani. Ketiga ilmuwan tersebut
ialah ilmuwan muslim yang kemudian menghasilkan temuan-temuan baru, berperan
dalam mendeklarasikan teori-teori yang ada pada matematika bahkan mampu
memberikan sumbangsih terhadap perkembangan trigonometri. Trigonometri dalam
perkembangan matematika memiliki sumbangsih yang cukup besar bagi peradaban
Islam, khususnya yang berkaitan dengan agama Islam.3

2. Ilmu Matematika dan Nilai-Nilai Islam

a. Sifat matematika

Untuk mengintegrasi matematika dan Islam dalam pembelajaran matematika


maka lebih baik jika dikaji terlebih dahulu sifat-sifat matematika sebagai ilmu
pengetahuan. Menurut Suparni, sifat atau karakteristik dari matematika yaitu obyek
matematika abstrak, simbol yang kosong dari arti, kesepakatan dan pemikiran
deduktif aksiomatik.4

Matematika memiliki sifat universal yang mendasari perkembangan teknologi


modern, memilki karakteristik: (1) menuntut kemampuan berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis, kreatif dan inovatif, (2) menekankan kepada penguasaan konsep
dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah dan (3) terdapat
empat obyek belajar yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Matematika
bukan pengetahuan yang menyendiri, yang dapat sempurna karena dirinya sendiri,
tetapi keberadaan matematika diperlukan manusia untuk membantu dalam
memahami dan menguasai masalah agama, sosial, ekonomi, dan alam. Karena itu,
dengan belajar matematika anak diajak untuk belajar kritis pada setiap persoalan
yang berkaitan dengan bidang studi lain, maupun persoalan-persoalan yang
dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari.5

Berdasarkan referensi lainnya, berikut akan dipaparkan sifat/karakteristik


umum matematika:

1) Memiliki objek kajian yang bersifat abstrak:


Objek matematika adalah objek mental atau pikiran. Objeknya pun bersifat
abstrak. Objek kajian matematika yang dipelajari di sekolah adalah fakta,
konsep, operasi (skill), dan prinsip.6

3
Ishmatul Maula, dkk., “Perkembangan Matematika dalam Sejarah Perkembengan Islam,” Prosiding Konferensi
Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains 1, (2018): 115-119.
4
Samsul Maarif, “Integrasi Matematika dan Islam dalam Pembelajaran Matematika,” Infinity 4, no. 2 (2015):
223-236.
5
Salafudin, “Pembelajaran Matematika yang Bermuatan Nilai Islam” (Penelitian, STAIN Pekalongan, 2015), hal.
43.
6
Sri Wardhani, Implikasi Karakteristik Matematika dalam Pencapaian Tujuan Mata Pelajaran Matematika di
SMP/MTs, ed. (Yogyakarta, 2010: PPPPTK), 105.
2) Mengacu pada kesepakatan
Fakta matematika meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau
lambang. Fakta merupakan kesepakatan atau permufakatan atau konvensi.
Kesepakatan itu menjadikan pembahasan matematika mudah
dikomunikasikan. Pembahasan matematika bertumpu pada
kesepakatankesepakatan. Contoh: Lambang bilangan 1, 2, 3, ... adalah
salah satu bentuk kesepakatan dalam matematika. Lambang bilangan itu
menjadi acuan pada pembahasan matematika yang relevan.7

3) Mempunyai pola pikir deduktif


Matematika mempunyai pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif
didasarkan pada urutan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma
(postulat), definisi, sifat-sifat, dalil-dalil (rumus-rumus) dan penerapannya
dalam matematika sendiri atau dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari.
Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang didasarkan pada hal yang bersifat
umum dan diterapkan pada hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang
didasarkan pada suatu pernyataan yang sebelumnya telah diakui
kebenarannya. Contoh: Bila seorang siswa telah belajar konsep ‟persegi‟
kemudian ia dibawa ke suatu tempat atau situasi (baru) dan ia
mengidentifikasi benda-benda di sekitarnya yang berbentuk persegi maka
berarti siswa itu telah menerapkan pola pikir deduktif (sederhana).8

4) Konsisten dalam sistemnya


Dalam suatu sistem matematika berlaku hukum konsistensi atau ketaatazasan,
artinya tidak boleh terjadi kontradiksi di dalamnya. Konsistensi ini mencakup
dalam hal makna maupun nilai kebenarannya. Contoh: Bila kita
mendefinisikan konsep trapesium sebagai segiempat yang tepat sepasang
sisinya sejajar, maka kita tidak boleh menyatakan bahwa jajaran genjang
termasuk trapesium. Hal ini karena jajaran genjang mempunyai dua pasang
sisi sejajar.9

5) Memiliki simbol yang kosong dari arti

7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid
Matematika memiliki banyak simbol. Rangkaian simbol-simbol dapat
membentuk kalimat matematika yang dinamai model matematika. Secara
umum simbol dan model matematika sebenarnya kosong dari arti, artinya
suatu simbol atau model matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan
dengan konteks tertentu. Kekosongan arti dari simbol-simbol dan model-
model matematika merupakan ‟kekuatan‟ matematika, karena dengan hal
itu matematika dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.10

6) Memperhatikan semesta pembicaraan


Karena simbol-simbol dan model-model matematika kosong dari arti, dan
akan bermakna bila dikaitkan dengan konteks tertentu maka perlu adanya
lingkup atau semesta dari konteks yang dibicarakan. Lingkup atau semesta
dari konteks yang dibicarakan sering diistilahkan dengan nama ‟semesta
pembicaraan‟. Ada-tidaknya dan benar-salahnya penyelesaian
permasalahan dalam matematika dikaitkan dengan semesta pembicaraan.11

Dari beberapa uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa karakteristik/sifat


matematika meliputi (1) memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, (2)
mengacu pada kesepakatan, (3) mempunyai pola pikir deduktif, (4) konsisten
dalam sistemnya, (5) memiliki simbol yang kosong dari arti, dan (6) memperhatikan
semesta pembicaraan.

b. Hubungan karakteristik Manusia dengan karakteristik Matematika

Menurut Abdussyakir, pembelajaran matematika mempunyai dampak positif yang


berkaitan dengan sikap terpuji sebagai berikut.

1) Sikap Jujur, Cermat dan Sederhana


Orang sering menyebut matematika sebagai ilmu hitung karena ilmu ini
berkaitan dengan proses hitung-menghitung. Dalam proses perhitungan, untuk
menentukan hasil dari jawaban menggunakan teorema ataupun defisnisi
dibutuhkan sikap ketelitian, kecermatan dan ketepatan. Setelah didapatkan
hasilnya tentu kita memerlukan proses pengecekan dari langkah- langkah yang
telah kita lakukan. Apakah langkah-langkah tersebut sudah sesuai dengan teorema
atau tidak. Jangan sampai langkah yang kita buat melenceng dari teorema
sehingga tentunya jawaban akan salah. Oleh sebab itu, dalam matematika sangat
diperlukan ketelitian dan kecermatan.

10
Ibid
11
Ibid
Dalam matematika juga terdapat prinsip kejujuran, di mana ketika kita
melakukan

proses dalam matematika dan tidak sesuai dengan prinsip atau teorema-teorema
yang ada tentunya pekerjaan kita akan salah. Seseorang tidak dapat mengelak dengan
dasar diluar matematika untuk membenarkan hasil pekerjaan yang salah tadi.
Sebaliknya, seseorang tidak dapat menyalahkan sebuah definisi atau teorema yang
sudah terbukti kebenarannya untuk mencapai tujuan dari perhitungan yang diinginkan

oleh seseorang.16

b. Sikap Konsisten dan Sistematis Terhadap Aturan

Matematika adalah ilmu yang didasarkan pada kesepakatan-kesepakatan yang


sistematis dan dari kesepakatan itu seseorang yang bekerja dengan matematika harus
mentaatinya. Sebagai contoh, jika jumlah sudut dalam segitiga = 180 (pada geometri
Euclid). Tentunya kita harus mentaatinya untuk membuktikan kebenaran selanjutnya.

Kita tidak boleh menabrak kesepakatan itu kalau tidak mau dibilang salah.17

Aturan-aturan dalam matematika itu tersusun rapi secara sistematis mulai dari
definisi

ataupun kebenaran pangkal yang tidak perlu pembuktian karena sudah terbukti
kebenarannya. Adanya teorema yang merujuk pada sebuah definisi harus dibuktikan
kebenarannya. Teorema akan menimbulkan sebuah akibat yang disebut Lemma ataupun

Corollary.18

Pada bagian-bagian matematika juga sudah tersusun rapi dan sistematis seperti
contoh pada konsep bilangan yang memuat bilangan kompleks didalamnya. Di dalam
bilangan kompleks terdapat bilangan real dan imajiner. Dalam bilangan real ada
bilangan rasional dan irrasional. Didalam bilangan rasional terdapat bilang bulat dan
pecahan. Dari contoh tersebut matematika sangat sistematis dan harus ditaati dala
proses pengerjaannya.
Dalam kehidupan sesungguhnya, hal-hal di atas dapat diartikan bahwa apabila
menjadi seorang pemimpin harus berpegang pada kebenaran dari aturan yang sistematis
dan konsisten menjalankannya. Amanah yang diberikan oleh rakyat harus dijalankan
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh rakyat. Konsistensi itu harus selalu ada pada

kondisi apapun.20

c. Sikap adil

Dalam matematika terdapat prinsip keadilan dalam hal sebuah persamaan. Seperti
contoh:

2x + 5 = 15, tentukan nilai x (solusi dari persamaan) !

Untuk mencari solusi dari persamaan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai


berikut:

2x + 5 = 15

2x + 5 – 5 = 15 – 5

2x = 10

x=

x=5

Kalau kita lihat operasi pada ruas kiri harus sama dengan ruas kanan. Jadi, dalam
21
pengerjaanya terdapat prinsip keadilan dalam matematika.

d. Sikap Tanggungjawab

Dalam matematika ada yang dinamakan proses pembuktian baik secara induktif
ataupun deduktif. Dalam proses pembuktian terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan dan semuanya itu didasarkan pada kebenaran dan alasan yang kuat. Seperti
contoh: untuk membuktikan Luas Daerah Segitiga = ½ * alas * tinggi kita memerlukan
langkah-langkah yang terkait misalkan salah satunya dengan menggunkan teorema
phytagoras yang sudah dibuktikan kebenarannya. Jadi, untuk membuktikan luas daerah
segitiga tersebut dalam langkahnya kita memilih menggunakan teorema phytagoras
karena alasan yang kuat yaitu sudah terbukti kebenarannya dan terkait dengan prinsip-

prinsip segitiga.22

e. Sikap Percaya Diri dan Tidak Mudah Menyerah


Sikap percaya diri amat sangat dibutuhkan oleh siswa. Seorang siswa akan
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik bila memiliki kepercayaan terhadap
kemampuan yang dimilikinya. Dalam atematika sendiri untuk menyelesaikan sebuah
persoalan matematika dituntut untuk percaya diri dalam mengerjakannya. Biasanya
dalam pembelajaran matematika tidak jarang siswa yang suka mencocok-cocokan
jawabannya dengan jawaban temannya dengan alasan apakah jawabannya itu benar.
Tapi, terkadang karena kurang percaya dirinya siswa tersebut ketika jawabannya
berbeda dengan temannya bukan malah termotivasi untuk mencari jawaban
yang benar tapi sebalikanya rasa menyerah. Siswa tersebut merasa jawabannya salah

dan yang timbul menyontek jawaban temannya yang belum tentubenar.23

Yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika terkait dengan sikap


rasa percaya diri adalah membiarkan siswa berkreasi dengan jawabannya menurut
kemampuannya. Jika terjadi kegagalan dalm mencari hasil jawaban,
gurumemberikan scaffolding ataupun bantuan sehingga memotivasi siswa untuk
mencari jawaban yang benar. Jika kegiatan itu dilakukan terus menerus tentunya sikap
tidak mudah menyerah pada siswa akan terbangun. Siswa akan terus mencari
dan mencari jawaban dari permasalahan sehingga mereka mendapatkan
hasilanya. Rasa tidak mudah menyerah tersebut akan menimbulkan kepercayaan diri

pada diri siswa.24

Dalam pembelajaran matematika sangat penting utnuk membentuk pribadi


yang

berkualitas. Jika guru dapat menentukan karakteristik dari setiap konsep matematika
tentunya guru akan lebih mudah mengembangkannya dalam setiap proses pembelajaran.
Guru dapat menciptakan desain pembelajaran dengan mengkombinasikan nilai-nilai
yang terkandung di setiap konsep matematika. Sehingga, pendidikan karakter tidak
hanya dituliskan sebagai sarat administratif saja, tapi benear-benar nilai karakter sikap

siswa juga dapat terbangun dengan baik.25

c. Integrasi Matematika dan Nilai-nilai Keislaman dalam Pembelajaran


Matematika

Ismail Al-faruqi, tokoh Islamisasi ilmu mengemukakan lima prinsip metodologi

islam di bidang sains sebagai berikut28:

a. Prinsip Keesaan Allah. Dia adalah sang khalik, dialah pencipta dari segala macam
disiplin ilmu yang ada di muka bumi ini.Dialah Pencipta dan dengan perintahNya segala
sesuatu peristiwa itu terjadi. Dialah sebab pertama dan terakahir dari detiap sesuatu.

b. Prinsip kesatuan alam semest. Sebagai akibat logis dari keesaan Allah, kita
harus mempercayai kesatuan ciptaan-Nya. Allah bukan hanya menciptakan kemudian
mengundurkan diri, akan tetapi secara aktif mengatur dan mengontrol alam.

c. Prinsip kesatuan, kebenaran, dan kesatuan pengetahuan. Meski manusia memiliki


kemampuan nalar, akan tetapi kemampuan itu terbatas dan mungkin melakukan
kesalahanatau penyimpangan. Nalar bisa melakukan kritik, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap nalar orang lainn dan kritik itu merupakan mekanisme untuk
memperbaiki kesalahan.

d. Prinsip kesatuan hidup. Manusia adalah makhluk yang mengemban amanah


(kepercayaan Allah) yakni bahwa kehidupannya ditujukan untuk mengabdi kepadaNya.
Pengabdian kepada Allah diwujudkan dengan melaksanakan kehendakNya.

e. Prinsip kesatuan umat manusia. Islam mengajarkan bahwa setiap orang adalah
ciptaan Allah

SWT dan karena itu pada hakekatnya meraka itu sama dihadapan Allah.
Melalui prinsip-prinsip yang telah disebutkan, berikut disajikan beberapa materi

matematika yang dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam islam.29

a. Memahami Keesaan Allah dengan Konsep Limit

Dalam matematika terdapat beberapa prinsip-prinsip yang dapat dijadikan acuan untuk
membuktikan eesaan dan sifat-sifat Allah. Misalkan, pada konsep limit terdapat pertanyaan
sederhana, yakni “Dalam sebuah barisan bilangan asli yaitu 1, 2, 3, 4, . . . Barisan
tersebut

berhingga atau tak hingga?”

Dari pertanyaan tersebut hampir banyak orang yang menganggap “tak


berhingga”. Kemudian, penulis melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Akan tetapi, kalau
dicermati lebih mendalam, bahwa pada barisan bilangan asli akan berhingga sampai n atau
1,2,3,.... ,n. Nilai n nya tergantung sesuai keinginan kita, akan tetapi manusia tidak mampu
menjawabnya karena hanya Tuhan yang tahu, karena barisan tersebut akan mendekati tak
hingga.

Makna yang dapat dipetik dari konsep di atas adalah kehidupan di dunia ini bukan
keabadian ataupun kekekalan, karena kedua sifat tersebut hanya dimiliki oleh Tuhan.
Allah berfirman dalam

Surat Al-Qoshoss ayat 88:


Ayat di atas bermakna bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini tidak kekal, semua
akan binasa termasuk hukum-hukum matematika yang oleh sebagian orang dianggap tak
terhingga. Pemikiran manusia hanya dapat mengagungkan sifat Tuhan dengan segala Ilmu
yang dimilikinya. Dengan ilmu yang dimiliki, hendaknya setiap muslim lebih
mempertebal keimanannya, bukan makin menjauh dari Tuhan karena merasa sudah
mampu menyelesaikan segala permasalahan dengan ilmu yang sudah dimiliki. Perlu
diingat bahwa manusia adalah makhluk yang berdimensi, dan eksistensi setiap makhluk
yang berdimensi akan terbatas. Pemikiran manusia hanya dapat mencapai sedikit dari bukti
kekuasaan Allah SWT dan yang memiliki kekuasaan yang tak terbatas hanya Allah SWT.

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna yang merupakan


simbol pernyataan yang ingin disampaikan. Simbol-simbol matematika bersifat artifisial,
yang artinya simbol akan memiliki makna setelah orang menyepakati suatu makna dari
simbol tersebut. Seperti Simbol “1” ini tidak memiliki arti apa-apa, akan tetapi setelah ada
kesepakatan bahawa simbol bilangan “1” dimaknai sebauah nilai dari jumlah suatu benda
maka orang akan memaknainya sebagai banyaknya adalah 1 yang menandakan keesaan
Allah. Allah berfirman dalam Surat Al-

Ikhlas ayat 1-4:


b. Memahami Eksistensi Manusia di Dunia dengan Konsep Geometri

Mathematics is the Quin and The Serve Of Science. Pernyataan tersebut berarti
bahwa matematika merupakan ratu ilmu sekaligus pelayan bagi ilmu-ilmu lain. Meskipun
matematika berdiri sendiri dan terlahir dari proses filsafat dan logika tanpa ilmu lain, tetapi
matematika tetap menjadi pelayan bagi ilmu lain sehingga sering disebut dengan
matematika terapan. Dalam hal ini matematika menjunjung tinggi kesatuan alam semesta
untuk saling mendukung ilmu-ilmu lain untuk mengungkap rahasia-rahasia alam semesta
sebagai simbol kekuasaan Allah.

Dalam matematika terdapat ilmu geometri, yaitu salah satu cabang matematika yang
mempelajari bentuk benda dan karakteristiknya. Geometri merupakan representasi
dari alam semesta dalam matematika. Tentunya alam semesta mengandung banyak makna
yang harus diungkap salah satunya dengan pendekatan geometri. Salah satunya yang akan
dikaji pada tulisan ini adalah tentang eksistensi manusia di dunia.

Keberadaan manusia di dunia ini berdasarkan eksistensi Allah yang dengan sifat
rakhman dan rakhimNya meniupkan ruh dan memberikanya kehidupan. Manusia hadir di
muka bumi dengan segala kesempurnaan dan kesucian seperti kertas putih yang siap diisi
dengan guratan tinta-tinta kehidupan. Setiap manusia akan menuliskan eksistensinya di
dunia ini menurut guratan hidup masing-masing individu.

Matematika disebut ilmu lambang yang mana setiap aturan mempunyai


lambang atau simbol. Sebuah simbol pasti memiliki arti baik tersurat maupun tersirat.
Sebuah simbol dalam matematika juga mungkin memiliki arti dalam kehidupan. Oleh
karena itu, untuk membahas eksistensi diri akan digunakan pendekatan konsep
matematika yakni geometri. Di sini akan dimulai dengan pembahasan eksistensi
sebuah bangun dimensi dua.
Gambar 1 Segitiga dan
Segiempat

Gambar
2

Gambar 1 disebut segitiga dan segi empat, akan tetapi pada gambar 2
meskipun memiliki tiga buah segmen garis dan empat buah segmen garis
orang tidak menyebutnya segitiga ataupun segi empat. Dalam hal ini eksistensi segitiga
dan segiempat ada karena adanya pendefinisian sehingga sebuah segitiga dan segi empat
terdefinisi dengan baik (well defined). Jika boleh didefinisikan bahwa sebuah segitiga
dibatasi oleh tiga buah sisi dan segiempat dibatasi oleh empat buah sisi yang masing-
masing saling berpotongan. Pembatas keduanya adalah sisi yang berupa segmen garis.
Itulah alasannya pada gambar 2 terdapat sisi yang tidak ada atau ada batasan yang hilang
sehingga keduanya tidak terdefinisi dengan baik.

Apabila ditelusuri lagi, bukan hanya pada dimensi dua maupun dimensi tiga, sebuah
bangun ruang akan terdefinisi dengan baik jika dibatasi oleh sisi yang berbentuk bidang.
Mungkin dimensi- dimensi yang lain akan sama pula. Jadi, setiap makhluk yang
berdimensi memiliki batasan-batasan.

Jika dianalogikan, sesuatu hal dengan salah satu sifat Allah mukholafatu
llilkhawaditsi (yang artinya Allah berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya) adalah setiap
makhluk Allah berdimensi sehingga terbatas ataupun memiliki batasan yang disebut
dengan sisi yang membatasi. Sedangkan Allah berbeda dengan makhluknya, Allah tidak
terbatas ataup tidak ada satupun yang membatasi sehingga tidak seorangpun yang dapat
mendefinisikan Allah secara fisik.
Di samping itu, kalau manusia sebagai makhluk yang berdimensi artinya memiliki
batasan- batasan sehingga dapat terdefinisi dengan baik dan bisa memiliki eksistensi
dimata orang lain. Apa batasan-batasan itu? Tentunya sama dengan bangun dimensi yaitu
sisi-sisi. Akan tetapi, sisi-sisi tersebut berbentuk nilai-nilai agama, moral dan lainnya yang
menjadikan manusia bermartabat. Eksistensi semu akan didapatkan bagi seseorang yang
mendapatkan sebuah pengakuan dengan cara-cara yang keluar dari jalur dan itu bukan
sifat seorang makhluk yang berdimensi.

c. Memahami Sikap Berserah Diri Kepada Allah dengan Konsep Barisan Bilangan
Pecahan

Menurut Julardi, matematika sebagai ilmu pengetahuan dengan penalaran deduktif


mengandalkan logika dalam meyakinkan akan kebenaran suatu pernyataan. Faktor intuisi
dan pola berpikir induktif banyak berperan pada proses awal dalam merumuskan
suatu konjektur (conjecture) yaitu dugaan awal dalam matematika. Proses penemuan
dalam matematika dimulai dengan pencarian pola dan struktur, contoh kasus dan objek
matematika lainnya. Selanjutnya, semua informasi dan fakta yang terkumpul secara
individual ini dibangun suatu koherensi untuk kemudian disusun suatu konjektur. Setelah
konjektur dapat dibuktikan kebenarannya atau ketidakbenaranya maka selanjutnya ia
menjadi suatu teorema. Tentunya dalam matematika sendiri banyak hal-hal untuk
membuktikan suatu kebenaran tentang sunnatullah atau kejadian-kejadian yang ada di
dunia ini.

Sebagai contoh, akan dicermati bilangan yang lebih besar antara 1/2 dengan 1/3, lalu
didapatkan 1/2 yang lebih besar. Selanjutnya, terdapat pertanyaan “antara 1/3 dengan
¼ lebih besar yang mana?”, apabila 1/4 dengan 1/5 , 1/5 dengan 1/6 dan seterusnya. Dari
beberapa pertanyaan tersebut, tentu bilangan yang berada di sebelah kiri akan lebih besar
sehingga, semakin besar nilai dari sebuah penyebut (denominator) maka pecahan itu
akan semakin kecil. Pada akhirnya semakin besar pembagi (dalam artian tak hingga),
maka 1/tak hingga = 0. Konsep itu bermakna apabila 1 = Allah (Al-Ahad) yang diposisikan
sebagai bilangan yang dibagikan (bahwa Allah itu pemberi rahmat dan hidayah), dan
tak hingga = manusia sebagai hamba Allah. Tak hingga menandakan sifat manusia
yang berlaku sombong, angkuh dan merasa dirinya paling besar dengan segala kekuasaan
dan kepintarannya. Jika manusia berlaku demikian, maka dimata Allah

harganya “0″ (1/tak hingga =


0).
Sebaliknya, jika dicermati: 1/(1/2) dengan 1/(1/3) lebih besar mana? Yang pastinya
bilangan sebelah kanan akan lebih besar sehingga, semakin kecil nilai pembagi maka nilai
sebuah pecahan akan menjadi lebih besar hingga pada akhirnya: 1/0 = tak terdefinisi.
Hal ini memiliki arti yang sama dengan konsep sebelumnya. Nilai yang terkandung pada
kondisi tersebut adalah jika seseorang merasa tak punya daya dan upaya di hadapan
Allah, selalu berserah diri pada Allah yang dalam hal ini dilambangkan dengan “0″ maka
insya Allah akan bernilai tak ternilai di hadapan Allah. Dalam hal ini yang perlu
ditekankan, betapa pun berkuasanya seseorang, sepintar apapun ia dan sekaya apapun, itu
semua tidak lepas dari kekuasaan Allah (la haula walaquwwata illa billahil

‘aliyyil ‘adzim). Hal terpenting dalam hidup ini “menge-nol-kan” diri dihadapan Allah dan
selalu bertawakal kepada-Nya.

d. Memahami Konsep Kejujuran dengan Konsep


Perkalian

Banyak pernyataan yng menyatakan bahwa alam semesta ini berjalan sesuai dengan
sunnatullah ataupun hukum-hukum Allah. Dalam matematika sendiri terdapat hukum-
hukum yang disebut dengan postulat, teorema, lemma corollary yang harus dipatuhi dan
bersifat mengikat dan memaksa. Apabila tidak dipatuhi, maka akan menyalahi aturan-
aturan yang mengakibatkan kesimpulan salah. Oleh karena itu, dalam menjalani hidup
aturan-aturan Allah harus dilaksanakan sebagai simbol upaya kepatuhan hamba pada Dzat
yang memberi kehidupan di alam jagad raya ini.

Disamping itu, tentunya aturan-aturan itu juga harus dimaknai sebagai upaya
pendekatan diri kita kepada-Nya. Salah satu aturan tersebut adalah perintah untuk selalu
berperilaku jujur. Dalam konsep matematika sendiri prinsip kejujuran dapat dilihat pada
konsep perkalian sebagai berikut:

1) + * + = +, mengandung makna "jika ada suatu kebenaran dan kita


katakan benar maka kita adalah golongan orang-orang yang benar"

2) + * - = - , mengandung makna "jika ada sebuah kebenaran dan kita


mengatakannya salah maka kita merupakan golongan orang yang salah"
3) - * + = - , apa artinya " sesuatu yang salah kita katakan benar kitapun
menjadi orang yang salah"

4) - * - = +, mengandung arti " sesuatu yang salah kita katakan salah maka
insya Allah kita termasuk golongan orang2 yang berjalan di atas kebenaran"

Dari beberapa konsep di atas dapat diartikan bahwa perkara yang benar harus dikatakan
benar dan perkara yang salah harus dikatakan salah. Hal yang perlu ditekankan disini
bahwa ternyata matematika juga mengajarkan konsep "kejujuran", dalam artian yang benar
harus dikatakan benar dan yang salah juga harus dikatakan salah sehingga kita termasuk
golongan orang-orang yang menyeru pada kebenaran

e. Memahami Kesatuan Umat Manusia dengan Konsep Sistem Persamaan Linier

Kesatuan umat diibaratkan adanya persamaan-persamaan dalam hal membangun


umat. Sebuah persamaan dalam matematika akan muncul ketika terdapat sebuah solusi
yang kemudian dimasukan ke dalam sistem persamaan tersebut. Sebagai contoh 2x = 10, x
= 5 adalah solusi dari sebuah persamaan diatas. Ketika terdapat dua buah persamaan yang
berbeda. maka terdapat prinsip dalam matematika yang dikenal dengan “Eliminasi”
ataupun “Substitusi”. Dalam hal ini perbedaan-berbedaan hanya dapat disatukan
dengan cara mengeliminasi keegoisan pada diri kita

B. MATEMATIKA DALAM LINGKUNGAN

Anda mungkin juga menyukai