Anda di halaman 1dari 10

HAKIKAT MATEMATIKA DAN

PERMAINAN BAHASA DALAM


PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
3

Disusun Oleh :

1. Yeheskiel Noval K (18310018)


2. Audi Fitrotina (18310040)
3. Mohamad Haris (18310046)
Kelas 5A
Yang akan kita pelajari

A. Maksud kesepakatan matematika


B. Penarikan dalam matematika
C. Bagaimana sifat matematika
D. Bagaimana kebenaran matematika dapat dibuktikan
E. Bagaimana matematika dapat menjadi alat pemecah masalah
A. Kesepakatan dalam Matematika

Menurut Wittgenstein (1978) Matematika adalah suatu permainan


bahasa dan fenomena bahasa berdasarkan pada aturan dan
kesepakatan. Sebagaimana bahasa, Matematika juga merupakan alat
komunikasi. Suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa akan
berjalan lancar apabila ada kesepakatan terhadap makna kata
penggunaannya. Kriteria kesepakatan dalam Matematika tidak hanya
merujuk kepada defnisi tetapi juga kesepakatan dalam rangka
pengesahan suatu bukti. Defnisi merupakan kesepakatan untuk
menentukan makna suatu istilah. Hukum-hukum logika disepakati sebagai
alat untuk menguji keabsahan suatu bukti.
B. Penarikan Kesimpulan dalam Matematika

Penarikan kesimpulan adalah penurunan dari satu kalimat


dari kalimat yang lain dengan mengikuti aturan (Wittgenstein,
1978). Penarikan kesimpulan merupakan suatu aplikasi dari
pemikiran mengikuti aturan dan merupakan transformasi dari
suatu ungkapan menurut suatu tata permainan bahasa dan
jalan yang benar untuk pembentukan transformasi didasarkan
pada kesempatan atau kegunakan.
C. Sifat Matematika

Matematika murni semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prinsip logika dan
merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan yang berbentuk “P memuat Q” dengan P dan Q
adalah symbol-simbol yang tak bermakna (Russell, 1951). Semua konsep Matematika dapat
diturunkan dari konsep-konsep logika melalui defnisi ekspisit dan teorema dalam Matematika
dapat diturunkan dari aksioma-aksioma logika hanya dengan deduksi logis (Carnap, 1964).
Matematika selalu berkaitan dengan  justifkasi.
Komponen utama dalam Matematika adalah konsep, aksioma, dan teorema (Klein, 1985).
Dalam Matematika konsep-konsep dinyatakan dalam bentuk rumusan yang disebut defnisi
(Mathematical Defnition). Defnisi adalah hasil kesepakatan sosial para Matematikawan. Pada
dasarnya tidak ada definisi yang salah, defnisi dikategorikan atas “well defined” atau bukan.
Definisi merupakan aturan permainan Matematika. Sebagaimana peraturan pada suatu
permainan, tidak ada peraturan yang salah, yang ada adalah peraturan yang baik atau tidak
baik, peraturan produktif atau tidak produktif, dan sebagainya.
Klien (1960) menyatkan bahwa Matematika merupakan cara berfkir yang  Pustalitional
artinya berfkir berfkir berlandaskan postulat atau aksioma. Metode Matematika melalui proses
penetepan definisi suatu konsep. Selanjutnya konsep-konsep yang telah didefnisikan menjadi
dasar dalam penalaran. Konklusi diturunkan dari sejumlah defnisi dan aksioma dengan
menggunakan logika yang sangat teliti dan tepat.
D. Kebenaran Matematika
Matematika merupakan kumpulan dari tata permainan bahasa dan kebenaran, kesalahan, dan bukti
tergantung pada penerimaan atas aturan kesepakatan bahasa (Wittgenstein, 1978). Matematika merupakan
suatu bahasa dan memenuhi sejumlah aturan sebagaimana suatu permainan, terdiri atas sejumlah sistem
yang konsisten, defnisi dan aksioma sebagai aturan main yang ditetapkan didasarkan pada berbagai
penerapan dan kebutuhan atau kepentingan , dan kebenarannya merupakan hasil kesepakatan sosial para
Matematikawan (Hardi Suyitno, 2008). Kebenaran Matematika berdasarkan atas kesepakatan bahasa.
Dengan kata lain, bahasa dan aturan yang disepakati merupakan kunci untuk menegakkan dan mengesahkan
kebenaran Matematika.
Berdasarkan sifat postulational Matematika, kebenaran Matematika termasuk jenis kebenaran
koherensi. Kebenaran Matematika bukanlah kebenaran yang bersifat pasti, tetapi kebenaran yang termasuk
kebenaran koherensi, bersifat relatif, dan bertumpu pada kesepakatan. oleh karena itu, Matematika tidak
tepat untuk disebut ilmu pasti. Contoh bahwa kebenaran Matematika bertumpu pada kesepakatan dan bersifat
relatif dapat diperoleh dalam geometri.

Kebenaran Matematika sangat tergantung kepada defnisi dan aksioma yang telah disepakati. Kebenaran
Matematika berpijak diatas kesepakatan. Karena kesepakatan tidak selalu berlandaskan pada realita dan
kriterianya bukanlah “benar” atau “salah”, maka kebenaran Matematika tidak mutlak, bahkan mungkin saja
salah.
Berdasarkan pada pendapat bahwa objek dan jenis proposisi serta cara
pembuktian kebenaran, Matematika bersifat analitik, maka Matematika bersifat
formal dan tanpa konten. Sifat-sifat analitik, formal, dan tanpa konten menjadikan
Matematika dapat merasuk kedalam setiap bidang keilmuan bahkan kepada setiap
realitas dunia. Semua masalah yang ada dalam realitas dunia dapat disusun model
Matematikanya, tetapi tidak sebaliknya.

Menurut Ernest, matematika adalah pengetahuan yang dibangun


(mathematical knowledge is constructed) bukan ditemukan (discovered).
Matematika sebagai ilmu adalah matematika yang utuh dalam sistem maupun
strukturnya yang deduktif aksiomatik. Artinya kebenaran matematika didapatkan
dengan menggunakan penalaran deduktif kemudian disusun rangkaian kebenaran
konsistensi yang menuju kepada kesimpul kesimpulan akhir.
Oleh karena itu, Matematika merupakan sarana berpikir ilmiah dan juga sarana
untuk memecahkan masalah yang ada dalam realitas dunia. Karena Matematika
secara formal dapat berkembang tanpa membutuhkan realitas dunia termasuk ilmu
yang lain, maka pernyataan bahwa “Matematika adalah ratu dan sekaligus pelayan
dari semua ilmu” adalah pernyataan yang tidak berlebihan.
E. Matematika sebagai Alat Pemecah Masalah

Matematika memiliki hubungan yang erat dengan hubungan politik dan sosial dalam setiap periode
peradapan manusia, dan Matematika merupakan alat yang digunak digunakan dalam kehidupan
manusia pada setiap hari (Court, 2006). Matematika adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara
pengetahuan, dan penyimpulan deduktif. Matematika selain sebagai alat juga berfungsi sebagai bahasa
(Leonhardy, 1962). Matematika murni berkenaan dengan penemuan dan pemantaban implikasi dari
aksioma tentang konsep-konsep Matematika untuk membuktikan teorema, sedangkan Matematika
terapan berkaitan dengan ide-ide dan problem-problem untuk penelitian berkenaan dengan alam atau
dunia nyata. Nilai utama Matematika yang dikembangkan melalui proses deduktif adalah memberi
kekuatan kepada manusia untuk mengorganisir ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk memprediksi
kejadian-kejadian alam. Singkatnya Matematika merupakan jembatan yang tangguh antara manusia
dengan l luar diri manusia.
Pemecahan masalah dunia dengan menggunakan Matematika melalui tahap-tahap memahami
masalah di bidang yang bersangkutan, menyusun model Matematika, menyelesaikan model
Matematika (mencari jawaban model), dan menafsirkan  jawaban model menjadi jawaban atas
masalah yang nyata.
 
Matematika sebagai alat berpikir juga mengandung kelemahan. Kelemahan
Matematika sebagaimana bahasa adalah memiliki keterbatasan untuk
menyampaikan ide. Sebagaimana umumnya alat, efektiftas dan ketepatan
penggunaannya tergantung pada penguasaan pengguna terhadap alat dan juga
terhadap apa, dimana, dan kapan alat itu digunakan. Apabila hal ini tidak di
penuhi, maka memungkinkan terjadinya kekeliruan, kejanggalan, atau
menghasilkan sesuatu yang tidak diharapkan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai