Anda di halaman 1dari 35

TUGAS MERANGKUM MAKALAH

Di susun untuk memenuhi ujian akhir semester

Mata kuliah : Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu : Dr.H.Sardimi,M.Ag

NAMA : USWATUN HASANAH

NIM : 2111150213

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PEMBAHASAN

1. Kelompok 8 (CARA KERJA ILMU PASTI)

A. Awal mula ilmu-ilmu pasti

Ini berhubungan erat dengan kebutuhan praktis dan pengamatan empiris (panca indera) dengan
kebutuhan praktis ini di maksudkan kebutuhan pengukuran yang memang tidak dapat di pisahkan
dari upaya manusia mengatasi kendala hidupnya. Umpamanya, keperluan mengukur kembali
dengan tepat tanah yang secara berkala di genangi air entah itu di mesir, Mesopotamia, india,china
(pusat-pusat kebudayaan dan perkembangan ilmu kuno) maupun dalam rangka pembangunan
piramida di mesir. Sedangkan yang di maksud dengan pengamatan Empiris seperti yang berkaitan
dengan ilmu Falak, penanggalan dan perhitungan tahun sehubungan dengan agama dan juga dalam
rangka upaya mengarungi samudera.

B. Bidang-bidang yang oernah di cakup Ilmu Pasti

Di antaranya ialah:

1. Ilmu ukur dan ilmu hitung

Ilmu ukur dan ilmu hitung kiranya menjadi kedua cabang paling kuno dari ilmu-ilmu pasti. Sejak
semula masing-masing ilmu di rencanakan menjadi suatu sistem ketan dan konsekuendengan dasar-
dasar paling sederhana yang paling masuk akal dan niscaya serta patokan-patokan yang di tentukan
untuk maju berdasarkan anggapan-anggapan yang paling sederhana itu. Sejak masa purba, aljabar
dan ilmu hitung di kembangkan terus selama masa kegemilangan arab. Dari situ antara lain di
temukan notasi arab dengan di tinggalkannya sistem romawi yang berbelit belit itu, dan di pakai
tanda (nol) yang berasal dari india. Lama kelamaan menyusulah bagian lain yan bersangkutan,
malahan ada yang semakin menggabungkan ilmu ukur dan ilmu hitung. Umpamanya trigonometri,
ilmu ukur analitis antara lain mengenai irisan kerucut, perhitungan infinitesimal, diferensial, integral.
Tokokoh-tokohnya antara lain Rene Descarates ( 1596-1650 ), pascal, newton, dan khususnya
Gottfried wilhem leibniez ( 1646-1716 ). Semua itu masih merupakan lanjutan serta perluasan ilmu
ukur dan ilmu hitung klasik sambil menghasilkan keseluruhan ilmu pasti klasik yang tercapai sekitar
abad ke 18.

2. Musik dan ilmu falak

Sebagai warisan kuno ( antara lain Pythagoras abad ke 6 sm ) sejak permulaan abad pertengahan
barat ( antara lain kasiodorus abad ke 6 ) Ilmu ukur ( geometria) dan ilmu hitung ( arithmetica )
bersama ilmu falak ( astronomica ) dan music ( artes ). Bahwa ilmu falak sering di anggap sebagai
ilmu yang dekat dengan ilmu pasti.

C. Logika Modern sebagai ilmu pasti

Menurut, langeveld, logika itu adalah kepandaian untuk memutuskan sevara itu. Logika
mempelajari syarat-syarat yang harus di penuhi untuk mengambil kesimpulan secara benar. Dengan
kata lain logika di perlukan dalam penarikan kesimpulan yang bersifat ilmiah. Unsur utama logika
adalah pemikiran dan keputusan. Salah satu jasa Aristoteles yang masih berlaku hingga dewasa ini
ialah logika klasik. Yaitu system silogisme itu di buktikannya menurut cara pembuktian ilmu-ilmu
pasti. Yaitu berupa paham dasar, beberapa aksioma, serta beberapa patokan. Akibat perkembangan
logika modern sejak Abad ke-19 yang di rintis Leibniz, dewasa ini logika Aristoteles sering di pandang
kurang relevan karena titik pangkal nya di perkirakan empiris dan aposteriori. Dan logika modern
berhasil menunjukkan beberapa kelemahan dalam system dalam system silogisme deduktif
Aristoteles sendiri.

Setiap ilmu pasti, termasuk logika, berasal dari salah satu teori. Dalam rangka itu system
bersangkutan bertitik pangkal pada sejmulah paham dasar, aksioma, dan patokan kerja yang tak
bertentangan satu sama lain dan tanpa ada unsur yang berlebihan atau tergantung pada yang
lainnya. Setiap system ilmu pasti dapat menentukan kontruksi isinya secara cepat, ketat dan pasti.
Dan dalam kontruksi itu dapat maju secara tak terhingga.

D. Ilmu-ilmu Pasti pada Masa Klasik

Ciri-ciri ilmu pasti pertama kalinya di lihat sebagai suatu keseluruhan oleh Descartes. Dalam
Discours de la Methode di ceritakannya bagaiimana semenjak anak-anak ia mengagumi ciri-ciri ilmu
pasti. Ia ingin sekali memperbaharui segala bidang pengetahuan manusia berdasarkan ilmu-ilmu itu,
khususnya dengan menggunakan cara kerja ilmu pasti.

Berikut ini kita lihat ciri-ciri ilmu pasti klasik secara ringkas. Dalam rangka sejarah penemuan
(context of discovery) dalil-dalil ilmu pasti seakan-akan berdasarkan suatu ilham sang ilmuwan tahu
bahwa kebenaran atau keberlakuan salah satu rumus atau gagasannya dapat di buktikan. Ciri lain
yang sudah pasti tetapi belum di jelaskan ialah bahwa berbeda dari ilmu-ilmu empiris yang bersifat
konkret, ilmu-ilmu pasti bersifat abstrak. Justru karena tidak berdasarkan pengalaman empiris yang
konktret itu. Kemudian pentahapan dalam dalam terbentuknya ilmu-ilmu pasti secara berturut-turut
di tandai oleh adanya sejumlah paham dasar, aksioma, dan patokan kerja. Tahap kedua dengan
memakai ketiga unsur induk itu si ilmuwan secara deduktif menurunkan sejumlah dalil yang tak
terbatas banyaknya. Dengan begitu suatu system dapat di teruskan secara tak terhingga.

Cara lain yang sudah pasti tetapi belum di jelaskan ialah bahwa berbeda dari ilmu-ilmu empiris
yang bersifat konkret, ilmu-ilmu pasti bersifat abstrak justru karena tidak berdasarkan pengalaman
yang empiris itu.

E. Filsafat Matematika

Matematika berasal dari bahasa yunani mathematikos yaitu ilmu pasti, dari kata mathema
mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu pengetahuan. Istilah matematika menurut
bahasa latin ( manthanein atau mathema ) yang berarti belajar atau hal yang di pelajari, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang
mengkaji anggapan filsafat, dasar dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat
matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk
memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Bidang pengetahuan yang di sebut
filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafati yang sasaran nya ialah matematika itu sendiri.
Filsafat dan matematika sudah tidak di ragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang kedua bidang
pengetahuan ini sangat erat hubungannya.
1. Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataanyang ingin
kita sampaikan. Matematika memiliki sifat kuantitatif  yang bisa
meningkatkandaya prediktif dan kontrol dari ilmu. Matematika pada garis besarnya merupakan 
pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.Aliran dalam filsafat
matematika : logistik intuisionis, formalis.  Matemtika berfungsi :
1) Matematika sebagai bahasa: melambangkan serangkaian mkna dari pernyataan yang
inginkita sampaikan.
2) Lambang bersifat “arti fisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikankepadanya
3) Matematika menutupi kekurangan bahasa "verbal” (hanya satu arti = x)

2. Sifat kuantitatif dari matematika


Kelebihan lain dari matematika mengembangkan Bahasa numeric yang memungkinkan kita
untuk melakukan pengukuran kuantitatif. Matematika: Sarana berfikir Deduktif, yaitu proses
pengambilan kesimpulan yang di dasarkan pada premis-premis yang kebenarannya sudah di
tentukan.

3. Statistika
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan
jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika merupakan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif
berdasarkan peluang.

2. KELOMPOK 1 (PENGETAHUAN,ILMU PENGETAHUAN,FILSAFAT,FILSAFAT ILMU)

A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaraan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui
panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan
tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, perinsip dan prosedur yang secara
probabilitas bayesin adalah benar atau berguna.
Dalam pengertia lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inserawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan yang lebih menekan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal
sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan
dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengethauan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi
berulangkali. Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui
akal yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan
pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada pengalaman.

B. Pengertian Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan
dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada
yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu
tidak pernah mengertikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu
menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau dalam obyek) yang sama
dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalah hakikat ilmu.
Prinsip-prinsip obyek dan hubungan hubungannya yang tercermin dalam kaitan kaitan logis
yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis objek menyingkapkan
dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus
intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi rohani terhadap realitas tetapi oleh berpikir.
Ilmu tidak memerlukan kapastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan
teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, terbitan Balai Pustaka, Jakarta,
2001, ilmu artinya adalah pengetahuan dan kepandaian. Dari penjelasan dan beberapa
contohnya, maka yang dimaksud pengetahuan atau kepandaian tersebut tidak saja berkenaan
dengan masalah keadaan alam, tetapi juga termasuk kebatinan dan persoalan-persoalan
lainnya. Sebagaimana yang sudah kita kenal mengenai beberapa macam nama ilmu, Maka
tampak dengan jelas bahwa cakupan ilmu sangat luas, misalnya ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu
dagang, ilmu hitung, ilmu silat, ilmu tauhid, ilmu mantek, ilmu batin (kebatinan), ilmu
hitam, dan sebagainya.The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian
aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman
secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
(Ilmu = Aktivitas – Metode – Pengetahuanj). Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas
metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.

Ilmu itu relatif, tidak ada ilmu dengan kriteria absolut. Kebenaran ilmu bersifat
relatif, dan setiap bidang pengetahuan dinilai dengan standarnya sendiri. Menurut Karl P
Popper tentang kebenaran yaitu, ilmu = pencarian akan kebenaran, berdasarkan Teori lama
dan teori sekarang pada pendekatan kebenaran yang hasilnya bisa benar dan bisa juga salah.
Jika benar maka padat dengan kebenaran dan jika salah pun padat akan kesalahan, maka dari
itu harus dicek pada kesesuaian dengan fakta. Verisimilitude teori Karl P Popper memiliki
rumus, Verisinilitude = Padat kebenaran – (dikurangi), Padat kesalahan = Ilmu (Pendekatan
Kebenaran). Jika suatu ilmu berkembang maju, verisimilitude teori-teorinya akan meningkat
terus menerus.
C. Persamaan dan Perbedaan Antara Pengetahuan dan Ilmu
1. Persamaan :
 Ilmu dan pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu Analisa
terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja penggunaannya
tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan keilmuan
tersebut.
 Keduanya sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan pengetahuan
tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial
(kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berpikir. Itu
artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang
menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
2. Perbedaan :
 Ilmu adalah kerangka konseptual atau teori yang saling berkaitan yang
memberi tempat pengajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah
oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat
sistematik, objektif, dan universal. Sedangkan pengetahuan adalah hasil
pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak memberikan tempat bagi
penggajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain, Dengan demikian tidak
bersifat sistematik dan tidak objektif serta tidak universal.
 Ilmu adalah sesuatu yang dapat kita peroleh melalui proses yang disebut
pembelajaran atau dengan kata lain Hasil dari pembelajaran, berbeda dengan
pengetahuan yang dapat kita peroleh tanpa melalui proses pembelajaran.
 Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan
pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek
material dan objek formal.

D. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari kata Filos (Cinta, Berfikir) dan sofia ( kebijaksanaan, pengetahuan,
kearifan). Filsafat artinya cinta kebijaksanaan. Berfikir adalah mengolah data
inderawimenjadi pengertian dalam proses mencari makna. Kebijaksanaan adalah
pengambilan keputusan yang memihak pada kebenaran dan keadilan. Berfilsafat artinya
berfikir kesemestaan (menyeluruh), mendasar, dan spekulatif. Berfilsafat artinya berfikir
kesemestaan, mendasar, dan spekulatif berdasarkan ilmu (sains, agama, dan keyakinan).
1. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah filsafat tentang segala sesuatu yang diketahui. Filsafat ilmu
sama dengan filsafat pengetahuan. Kegunaan filsafat ilmu adalah sebagai landasan dalam
menyelesaikan masalah –masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multidisiplin
dan bahkan transdisiplin (sains, agama, keyakinan). Ada 2 macam makna ilmu, yang
pertama ilmu yang bermakna pengetahuan (knowledge), dan ilmu yang bermakna sains
(science). Jika yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah filsafat pengetahuan maka isi
kajiannya mencakup hakikat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan (Filsafat,
agama, sains), manfaat pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan mempelajari esensi atau
hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional. Filsafat ilmu pengetahuandisebut juga
kritik ilmu, karena historis kelahirannya disebabkan oleh rasionalisasi dan otonomisasi
dalam mengkritik dogma-dogma dan tahayul. Jika ilmu pengetahuan tertentu dikaji dari
ketiga aspek (ontologi, epistimologi, dan aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau
hakikat yaitu inti atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan yang benar
dari ilmu tersebut. Filsafat ilmu pengetahuan selalu memperhatikan dinamika ilmu,
metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan.

2. Ruang lingkup filsafat ilmu:


Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan dengan
keberadaan ilmu.
Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang berhubungan
dengan ilmu.
Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian
ilmu dan penerapan ilmu dalam kehidupan masyarakat.
Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu.
Masalah-masalah logika atau pembentukan suatu kesimpulan ilmiah yang berhubungan
dengan ilmu.

3. KELOMPOK 2 (SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN)

1. Periode Yunani Kuno


Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memilki
peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan
induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah
berkembang  jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan
mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga
bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat
pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga
sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu
mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani secara
mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan
Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa
Yunanilah yang menyempurnakannya. Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat
dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu
pengetahuan, sehingga berkembang pada generasi-generasi setelahnya. Itu ibarat
pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga
sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk
memasuki peradaban baru umat manusia. Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai
dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu
sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman
yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu saja). Sehingga
pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau
zaman keemasannya.
Banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di antaranya adalah:
A. Thales (545 SM-624 SM)
 Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa (Yesus) terlahir, muncul sosok
pertama dari tridente Miletus yaitu Thales yang menggebrak cara berfikir mitologis
masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu. Sebagai Saudagar-Filosof,
Thales amat gemar melakukan rihlah. Ia bahkan pernah melakukan lawatan ke Mesir.
Thales adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang
menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang
mempertanyakan isi dasar alam
A. Pythagoras (500 SM–580 SM)
Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi kemudian berada di Kroton (Italia
Selatan). Ia adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal
melalui teoremanya. Dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah satu peninggalan
Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa
kuadrat hipotenusa dari suatusegitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat
dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah
banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara
matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil membuat lembaga pendidikan yang disebut
Pythagoras Society. Selain itu, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil
menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan hubungan
antara nada dengan panjang dawai.
A.  Socrates (399 SM-469 SM)
Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar
dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar
Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang
terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal
sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang
pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat
moral, dan juga filsafat secara umum.12 Periode setelah Socrates ini disebut dengan
zaman keemasan kelimuan bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian
kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang
manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus
murid Socrates.
A. Plato (347 SM-427 SM)
murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah
Republik (Politeia) di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan
ideal. Selain itu, ia juga menulis tentang Hukum dan banyak dialog di mana Socrates
adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya
mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada
dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Plato, yang hidup di awal
abad ke-4 SM. Seorang filsuf earliest (paling tua) yang tulisan-tulisannya masih
menghiasi dunia akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus merupakan karya yang
sangat berpengaruh di zaman sebelumnya; dalam karya ini ia membuat garis besar
suatu kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut perimbangan dan
teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu.
A. Aristoteles (322 SM-384 SM)
seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia
memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran,
dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang
mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis.
Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal
adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari kontribusinya, yang paling
penting adalah masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles adalah
suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini
masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun
demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang digunakan untuk
menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan
pada susunan pikir. Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa
Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan
besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan
metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut
silogisme (syllogisme). 15 Selain nama-nama di atas, masih ada filosof-filosof seperti
Anaximander (610 SM-546 SM) dengan diktum falsafinya bahwa permulaan yang
pertama, tidaklah bisa ditentukan (Apeiron), karena tidaklah memiliki sifat-sifat zat
yang ada sekarang. Anaximenes yang hidup pada abad ke 6 SM., masih satu generasi
dengan Anaximander, ia berpendapat bahwa zat yang awal ada adalah udara. Ia
menganggap bahwa semuanya di alam semesta dirasuki dengan udara. Demokreitos
(460-370 SM), ia mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi,
sehingga ia dikenal sebagai “Bapak Atom Pertama”. Empedokles (484-424 SM)
adalah seorang filsuf Yunani berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar
yang ia sebut sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu, ia
menambahkan satu unsur lagi yang ia sebut cinta (philia). Hal ini dilakukannya untuk
menerangkan adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur lainnya. Empedokles juga
dikenal sebagai peletak dasar ilmu-ilmu fisika dan biologi pada abad 4 dan 3 SM.
Dan juga Archimedes, (sekitar 287-212 SM) ia adalah seorang ahli matematika,
astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes dianggap
sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini didasarkan pada
temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem katrol (yang didemonstrasikannya
dengan menarik sebuah kapal sendirian saja), dan ulir penak, yaitu rancangan model
planetarium yang dapat menunjukkan gerak matahari, bulan, planet-planet, dan
kemungkinan konstelasi di langit. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental,
ia kemudian dijuluki sebagai Bapak IPA Eksperimental. 16 Sebelum masuk periode
Islam ada yang menyebut sebagai periode pertengahan. Zaman ini masih
berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M
sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark
Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya para Theolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah
para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan harus
berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah
terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering dikenal dengan
sebagai Anchilla Theologiae (Pengabdi Agama). Selain itu, yang menjadi ciri khas
pada masa ini adalah dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai
pegangan.

2. Periode Islam
Tidak terbantahkan bahwa Islam sesungguhnya adalah ajaran yang sangat cinta terhadap
ilmu pengetahuan, hal ini sudah terlihat dari pesan yang terkandung dalam al-Qur’an
yang diwahyukan pertama kali kepada Nabi Muhammad saw, yaitu surat al-‘Alaq dengan
diawali kata perintah iqra yang berarti (bacalah). Gairah intelektualitas di dunia Islam ini
berkembang pada saat Eropa dan Barat mengalami titik kegelapan, Sebagaimana
dikatakan oleh Josep Schumpeter dalam buku magnum opusnya yang menyatakan adanya
great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang dikenal
sebagai dark ages. Masa kegelapan Barat itu sebenarnya merupakan masa kegemilangan
umat Islam, suatu hal yang berusaha disembunyikan oleb Barat karena pemikiran ekonom
Muslim pada masa inilah yang kemudian banyak dicuri oleh para ekonom Barat. Pada
saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat pada isu-
isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penterjemahan besar-besaran
terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya.
zaman Islam klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang
bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis.
Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains
Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik,
seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia).
Sedangkan W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria,
dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di
Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian
pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu
pengetahuan berada di pangkuan perdaban Islam. Dalam lapangan kedokteran muncul
nama-nama terkenal seperti: Al-H}āwī karya al-Rāzī (850-923) merupakan sebuah
ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas
mengarang suatu Encyclopedia ilmu kedokteran dengan judul Continens, Ibnu Sina (980-
1037) menulis buku-buku kedokteran (al-Qonun) yang menjadi standar dalam ilmu
kedokteran di Eropa. 
Al-Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku Aljabar pada tahun 825
M, yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa. Ia juga menulis perhitungan biasa
(Arithmetics), yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk
menggantikan tulisan Romawi. Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filsuf yang
menterjemahkan dan mengomentari karyakarya Aristoteles. 
Al Idris (1100-1166) telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu
untuk disampaikan kepada Raja Boger II dari kerajaan Sicilia.
al-Bīrūnī (362-442 H/973-1050 M). Sebagian karya Jābir ibn Hayyān memaparkan
metode-metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian
besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi
bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī
mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.
Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan
filsafat. Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M),
al-Ghazālī (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Tufayl atau
Abubacer (w. 1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-
Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan
membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang
sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī
sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa
Arab, seperti yang sering dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang
menolak pengetahuan asing. Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam
filsafat Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam
filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap
para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional,
yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof profesional, para
pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di Universitas Paris.
Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan
mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad
lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.

3. Masa Renaisans dan Modern


Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah
renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai
periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia
sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara
abad pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Sementara orang menganggap
bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans.27 Renaisans adalah
periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan
sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan
kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama
renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme.
Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin
ditinggalkan karena semangat humanisme. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa
yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan
kembali (renaisance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya
pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang
dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Walaupun Islam
akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah
membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan
kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-14 M, rasionalisme pada
abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.

4. Periode Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini
ditandai dengan adanya teknologiteknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang
semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan
paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dan
teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini,
ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi
titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad
ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada
tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika.
Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan
mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan
Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan
“pengabdiannya bagi Fisika Teoretis.

A. fisika dan kimia Pada zaman ini disebut dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953)
mengarang sebuah buku yang berjudul The Nature of Chemical Bond menggunakan
prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak dalam
pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson,
Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik
untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu rekayasa
genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh manusia genom (dalam
Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki manfaat
medis yang besar.
b. teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat pada zaman ini. Sebut saja
beberapa penemuan yang dilansir oleh nusantaranews.wordpress.com sebagai penemuan
yang merubah warna dunia, yaitu: Listrik, Elektronika (transistor dan IC), Robotika
(mesin produksi dan mesin pertanian), TV dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin
Transportasi, Komputer, Internet, Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa
Pertanian dan DNA, Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa
Material, Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber Optic, dan Fotografi (kamera,
video). Kini, penemuan terbaru di bidang Teknologi telah muncul kembali. sumber lain
telah memberitakan penemuan “Memristor”. Ini merupakan penemuan Leon Chua,
profesor teknik elektro dan ilmu komputer di University of California Berkeley.
Keberhasilan itu menghidupkan kembali mimpi untuk bisa mengembangkan sistem-
sistem elektronik dengan efisiensi energi yang jauh lebih tinggi daripada saat ini.
Caranya, memori yang bisa mempertahankan informasi bahkan ketika power-nya mati,
sehingga tidak perlu ada jeda waktu untuk komputer untuk boot up, misalnya, ketika
dinyalakan kembali dari kondisi mati. Hal ini digambarkan seperti menyala-mematikan
lampu listrik, ke depan komputer juga seperti itu (bisa dihidup-matikan dengan sangat
mudah dan cepat.

4. KELOMPOK 3 (KRITERIA KEBENARAN)

A. Pengertian Kriteria Kebenaran

Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilalan atau penetapan sesuatu. 1 Sedangkan
kata-kata kebenaran berasal dan kata-kata benar yang berarti sesuatu sebagaimana adanya
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 531.
(seharusnya), sedangkan kebenaran berarti keadaan yang cocok dengan keadaan yang
sesungguhnya.2 Para filosofi memberikan pengertian secara terminologi sebagai berikut:

1. Aristoteles mengemukakan bahwa “kebenaran” adalah persesuaian antara pikiran dan


kenyataan.3
2. PLato mengemuukakan bahwa “kebenaran” adalah sesuatu yang terdapat pada apa yang
dikerjakan untuk dikenal.4
3. Sidi Gazalba memberikan pengertian dengan mengemukakan lawan katanya antara lain:
khilaf, dibikin-bikin, dusta, pemalsuan dan ketidakpastian.5

Dari pengertian di atas dapat dipahani bahwa kriteria kebenaran adalah ukuran atau
dasar penilaian terhadap sesuatu yang terdapat dalam pikiran dan yang tertuang dalam
kenyataan sehingga dapat menemukan kebenaran.

B. Tingkatan Kebenaran
Kebenaran adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia, namun untuk
menentukan tinggi rendahnya kebenaran itu sangat sulit. Tapi menurut Karl R. Rapper bahwa
tinggi rendahnya kebenaran itu adalah gagasan tentang tingkat koresponden yang lebih baik
atau Iebih buruk terhadap kebenaran ide.6 Perbedaan tingkatan itu ditentukan oleh subyek
yang menyadari atau menangkap kebenaran baik panca indra maupun radio. Berdasarkan
scope potensi subyek itu, maka susunan tingkat kebenaran itu menjadi:
1. Tingkatan kebenaran indirawi, adalah tingkatan kebenaran yang paling sederhana dan
paling pertama dialami olah manusia,
2. Tingkatan kebenaran ilmiyah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan atau didapatkan
melalui indra dan diolah pula oleh rasa.
3. Tingkatan kebenaran filosofis, kedua lingkatan di atas telah dilalui dengan tahapan
pendahuluan, rasio dan pikiran murni, ruangan yang mendalam, mengelola kebenaran
itu semakin tinggi nilainya.

2
Ibid, h. 114.
3
Endang Saifuddin Anshari, ilmu Filsafat dan Agama (Jakarta: Bina Ilmu, 1992), h. 22.
4
Varhack R Hartono. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, t.th), h. 121.
5
Sidi Gazalba. Sistematika Filsafat II (Cet. V, Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 30.
6
Al-Fans Taryadi. Efistemologi Pemecahan Masalah. (Cet II, Jakarta: PT Gramedia, 1991), h. 31.
4. Tìngkatan kebenaran religus, kebenaran mutlak yang bersumber dan Tuhan Yang Maha
Esa, dan dihayati oleh seluruh integritas kepribadian dengan iman dan kepercayaan.7
C. Kriteria Kebenaran
Di dalam menilai dan mengukur suatu kebenaran, maka harus mengetahui dan
memperhatikan teori-teori kebenaran sebagat berikut.
1. Korespondensi
Teori ini berpendapat bahwa kebenaran itu adalah apabila ada hubungan kesesuaian
antara subyek yang menyadari dengan obyek yang disadari. Sebagaimana Mustafa Amin
menjelaskan: “Apabila penyampaian ini sesuai dengan kenyataan, maka itu adalah benar,
tetapi kalau tidak sesuai dengan kenyataan, make itu adalah salah.8
Kebenaran itu ada di luar dari manusia, manusia tinggal mencari dan menemukannya.
Karena itu kebanaran ditenlukan oleh faktor ekstemal, bukan internal. Jadi teori
korespondensi ini menilai dan mengukur kebenaran itu kepada adanya hubungan antara
subjek dan obyek. Ketiadaan hubungan tersebut berarti ketiadaan kabenaran.9
Louis O. Kattsof juga berpandapat bahwa kebenaran atau benar itu berupa kesesuaian
(correspondence) antara arti yang dimaksud dengan suatu pendapat dengan apa yang
sungguh merupakan halnya atau faktanya .10 Teori korespodensi ini pada umumnya
dianut oleh para pengikut realisme bahwa keadaan benar terletak pada kesesuaien
antaraa: a) Esensi atau arti yang kita berikan kengan; b) Esensi yang terdapat di dalam
obyeknya.11 Menurut Bertrand Russel (salah seorang pelopor teori ini) mengemukakan
bahwa suatu pernyataan benar jika materi pengetahuan yang dikandung cocok dengai
obyek.12 Dengan demikian dapat dipahami bahwa teori korespondensi mengenal dua hal
yaitu pernyataan dan kenyataan, yakni adanya kesesuaian antara pernyataan dan
kenyataan. Seperti Sungguminasa adalah ibukota Kabupatan Gowa. Ini adalah sebuah
pernyataan, dan apabila kenyataannya memang benar “Sungguminasa adalah ibukota
Kabupaten Gowa”, maka pernyataan tu adalah benar.
2. Konsistensi

7
Lihat Muhammad Nur Syam. Filsafat Pendidikan, Dasr-dasar Filsafat Pancasila. (Surabaya: Gramedia Indonesia,
t.th), h. 90.
8
Mustafa Amin. Al-Balaghah al-Wadhihah. (Cet. XII: Mesir: Dar al-Maarif, 1957), h. 139.
9
Burhanuddin Salam. Logika Matriil, Filsafat Ilmu Pengetahuan. (Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 58.
10
Lihat Soejono Soemargo. Unsur-unsur Filsafat. (Yogyakarta, t.p., t.th), h. 242.
11
Ibid, h. 244.
12
Lihat Amal Bakhtiar, op. cit, h. 33.
Teori konsistensi ini sering dinamakan the Koherence Theory of Thruth di mana
kebenaran adalah ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan
lainnya yang telah kita ketahui dan uji kebenarannya lebih dahulu.13 Aristoleles
menyumbangkan suatu standar kebenaran dengan kriteria koheren dan secara sederhana
diungkapkan bahwa suatu pernyataan benar, bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. 14
Bila kita
menyatakan bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati adalah pernyataan yang benar,
maka pernyataan bahwa manusia adalah makhluk yang bernyawa dan manusia pasti mati
adalah benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.
Jadi suatu proposisi itu cenderung benar jika proposisi itu Coherent dengan
proposisi yang lain, atau jika arti yang dikandung proposisi itu coherent dengan
pengalaman kita.15 Dari teori ini dapat dipahami bahwa apabila kita menerima
kepercayaan-kepercayaan baru sebagai kebenaran, maka hal itu sematamata atas dasar
kepercayaan-kepercayaan itu saling berhubungan dengan pengetahuan yang kita miliki.
Dengan demikian, kebenaran, menurut teori ini adalah kesesuaian pernyataan dengan
pernyataan lainnya yang lebih dahulu diakui dan diterima kebenarannya.

3. Pragmatism
Teori ini menyatakan bahwa kabenaran ialah suatu yang praktis dan bekerja, kebenaran
tidaklah ada melainkan terjadi. Kebenaran adalah proses pemeriksaan terhadap benar
tidaknya sesuatu dalam praktek pelaksanaan. Sesuatu itu disebut benar, hanya jika
mampu memecahkan problema dan mempunyai kegunaan. 21 Kebenaran suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis atau tidak. 22 Artinya pernyataan itu atau implikasinya mempunyai
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Charles S. Baylis juga mengungkapkan bahwa suatu proposisi benar sepanjng
proposisi itu berlaku (works) atau memuaskan (satisfies). Lalu GTW Patrick mengatakan
bahwa hipotesa atau ide itu benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan,
berlaku dalam praktek dan mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti dengan

13
Lihat Endang Saifuddin Anshari. Op. cit., h. 22.
14
Jujun Suriasumantri. Filsafat Ilmu, Sebuah Penngantar Populer. (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h. 57.
15
Lihat Endang Saifuddin Anshari, op. cit, h. 23.
kegunaannya.16 Pengikut mazhab pragmatisme mendapat pengaruh besar pada waktu
mereka menyerang ahli agama dengan mengatan bahwa sesungguhnya kita tidak dapat
membuktikan kebenaran keterangan-keterangan anti agama, karena tidak dapat mengukur
kebenaran agama itu dengan kenyataan, sehingga mereka berpendapat bahwa kebenaran
bukan apa yang cocok dengan kenyataan tetapi apa yang dapat terlaksana dan apa yang
dapat berlaku.17
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kriteria kebenaran menurut teori ini
adalah apa yang dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan manusia. Mungkin
sesuatu pada hari ini dianggap benar karena bisa bermanfaat tetapi besok belum tentu,
karena dianggap tidak bermanfaat atau pada seseorang dianggap benar karena berguna
pada dirinya, tetapi pada orang lain tidak benar karena tidak berguna pada orang lain.

4. Religius
Teori ini berpendirian bahwa kebenaran adalah kebenaran Ilahi. Kebenaran yang
bersumber dari Tuhan yang diampaikan melalui wahyu. Kebenaran tidak cukup dengan
ukuran interes dan rasio individu, tetapi harus dapat memberi keyakinan dan menjawab
problem umat. Karena itu kebenaran haruslah mutlak dan berlaku sepanjang sejarah
kehidupan manusia.
Dengan demikian teori ini berpandangan bahwa kebenaran harus berlaku
sepanjang zaman, dan dapat membimbing manusia ke arah yang lebih baik. Sekali pun
pandangan ini mendapat tantangan dari kelompok non religius, karena mereka
beranggapan bahwa dogma adalah kepercayaan yang diterima tanpa melalui kritik dan
penyediaan yang tentunya bertentangan dengan sifat asasi manusia sebagai makhluk
rasional.

5. KELOMPOK 4 ( ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN)

5. Pengertian Ontologi Ilmu


Ontologi berasal dari bahasa Yunani on, ontos (ada, keberadaan) dan logos (studi, ilmu
tentang). Ontologi merupakan studi tentang ciri-ciri “esensial” dari ‘Yang Ada’ dalam dirinya

16
Lihat Endang Saifuddin Anshari, op. cit., h. 17.
17
David Trublood.Philosophy of Religion. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. HM. Rasyri dengan judul Filsafat Agama
(Cet. IX. Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 19
sendiri yang berbeda dari studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Dalam mempelajari
‘Yang Ada’ dalam bentuknya yang sangat abstrak studi tersebut melontarkan pertanyaan
seperti “Apa itu Ada dalam dirinya sendiri?”Langeveld menamai ontologi dengan "teori
tentang keadaan". Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya. Dengan ontologi diharapkan
terjawab pertanyaan tentang "apa". Misalnya, objek apa yang ditelaah ilmu?, Apa wujud
hakiki dari objek tersebut?, Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan
ilmu?, Apa yang disebut kebenaran itu?, Apa kriterianya?.

Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas
mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti: ada atau menjadi, aktualisasi atau
potensialisasi, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan
waktu, perubahan dan sebagainya. Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba
melukiskan hakikat terakhir yang ada, yaitu Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi,
Sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepada-nya.

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk
mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut
dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berpikir, dan
pola berpikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar
pembahasan realitas.

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles .
Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan
kenyataan. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala
sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada
berdiri sendiri). Menurut jujun, S (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai
teori
tentang “ada”, yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.

Dari beberapa pengertian ontologi di atas, maka dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas,
apa yang disebut dengan ontologi. Ontologi juga mengandung pengertian sebuah cabang
filsafat yang menyelidiki realitas yang menentukan apa yang kita sebut realitas. Dari
beberapa pengertian dasar tersebut bisa disimpulkan bahwa ontologi mengandung
pengertian “pengetahuan tentang yang Ada”.

Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata
yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukanarti , struktur dan prinsip benda
tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM). Dengan demikian dapat
disimpulkan Ontologi merupakan adalah suatu teori tentang makna dari suatu objek,
property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu
domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang
sesuatu yang ada dan bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari
sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut lingkup
cabang-cabang keilmuan tersendiri.

Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis
tentang hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu
pengetahuan yang ada itu. Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas pertanyaan
fundamental proses keilmuan manusia, yakni bagaimana, apa, dan untuk apa. Maka tiga
pertanyaan dasar tadi kemudian dirumuskan menjadi beberapa dimensi, dan salah satunya
ialah; dimensi ontologis, pertanyaan yang harus dijawab pada dimensi ini adalah: apa
sebenarnya hakikat dari sesuatu yang dapat diketahui, atau apa sebenarnya hakikat dari
suatu realitas. Dengan demikian dimensi yang dipertanyakan adalah hal yang nyata.

Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang
ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya
pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang
sesuai dengan akal manusia.

Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Membahas tentang yang ada, yang universal, dan menampilkan pemikiran
semesta universal. Berupaya mencari inti yang temuat dalam setiap kenyataan, dan
menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

6. Perbedaan Objek Ilmu, Filsafat, dan Filsafat Ilmu


Objek penelaahan ilmu mencakup kejadiaan- kejadian atau seluruh aspek kehidupan
yang dapat diuji oleh pengalaman manusia. The New Columbia Encyclopedia menjelaskan
bahwa. “For many the term science revere ro the organized body of knowledge concerning
the physical world, both animate and inanimate”. (Bagi banyak orang istilah ilmu menunjuk
pada kumpulan yang teratur dari pengetahuan tentang alam kodrat, baik yang hidup
maupun yang tidak hidup). Ilmu mempelajari kenyataan sebagaimana adanya yang terbatas
pada lingkup pengalaman manusia).

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Ilmu adalah pengetahuan,


tetapi pengetahuan belum tentu merupakan ilmu, sebab pengetahuan dapat
diperoleh dengan atau tanpa metode ilmiah, artinya dapat diperoleh melalui
pengalaman Sehari-hari atau berupa informasi yang kita terima dari Seseorang
yang memiliki kewibawaan atau otoritas tertentu. Sedangkan ilmu mesti diperoleh dengan
metode ilmiah, yaitu Dengan menggunakan metode berpikir deduktif dan induktif.
Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, pemikiran, ide, Konsep dan pemahaman yang
dimiliki manusia tentang dunia Dan segala
isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Sedangkan ilmu pengetahuan
adalah keseluruhan sistem Pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara
sistematis.
Pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkan ilmu Pengetahuan lebih sistematis dan
reflektif. Pengetahuan jauh Lebih luas dari ilmu pengetahuan, karena pengetahuan
Mencakup segala sesuatu yang diketahui manusia tanpa perlu Dibakukan secara sistematis.

Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami kenyataan sejauh dapat
dijangkau oleh daya pemikiran manusia berdasar pengalaman manusia secara empirik. Pra
pengalaman atau pasca pengalaman bukan merupakan telaah ilmu pengetahuan,tetapi
merupakan telaah ontologi. Aspek kedua dari landasan ontologi keilmuan adalah penafsiran
tentang hakikat terdalam dari objek keilmuan. Penafsiran ontologik terhadap objek
keilmuan harus didasarkan pada karakteristik objek ilmu sebagaimana adanya, terbatas dari
nilai-nilai yang bersifat dogmatik. Suatu pernyataan akan diterima sebagai premis dalam
argumentasi ilmiah jika telah melampaui pengkajian secara ontologi .ilmu berdasarkan
landasan ontologik berarti mendasarkan diri pada kenyataan diri pada kenyataan
sebagaimana adanya dapat membantu dalam menjelaskan,meramalkan dan mengontrol
gejalah yang ada untuk menuju ke ciri-ciri substansial dari alam (objek ilmu pengetahuan).
Filsafat ilmu pengetahuan dirumuskan sebagai cabang filsafat yang
mempersoalkan secara menyeluruh dan mendasar mengenai segala masalah yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai hakikat.ilmu pengetahuan,
sumber ilmu pengetahuan, metode ilmu pengetahuan, dan kebenaran ilmu pengetahuan.

Perbedaan Ilmu filsafat dengan filsafat ilmu, objek kajian ilmu filsafat adalah semesta
atau semua yang ada di sekitar manusia dalam arti seluas-luasnya. Sedangkan objek kajian
filsafat ilmu adalah ilmu-ilmu yang diperoleh manusia baik yang bersifat ilmiah maupun
tidak ilmiah untuk semua pemahaman yang komprehensif dari semua pengertian filsafat
ilmu perlu di lakukan pelacakan atas pengertian filsafat yang seutuhnya,dengan pengertian
ilmu itu sendiri dari dua pengertian yang ada akan ditemukan prinsip-prinsip yang logis yang
mengukuhkan filsafat ilmu dan kategori-kategori yang khas milik filsafat ilmu merupakan
pemahaman yang rasional dengan argumentasi yang sistematis dengan memenuhi semua
ketentuan-ketentuan yang berlaku dengan metode ilmiah. Sedangkan filsafat itu sendiri
lebih dari pemahaman yang rasional karena tidak terlalu berkutat pada kelumit argumentasi
tetapi berkelanjutan juga pada sikap kritis , keterbukaan , radikalitas, komprehensif,
kebebasan dan diakhiri dengan perenungan yang mendalam.

Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengenai segala sesuatu dengan
memandang sebab yang terdalam. Filsafat mencari jawaban atas pertanyaan yang dihadapi
dengan berpangkal pada manusia dan pikirannya. Ilmu merupakan lukisan atau keterangan
yang lengkap dan konsisten mengenai hal yang dipelajari dalam ruang dan waktu.
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia akan sesuatu, atau segala perbuatan manusia
untuk memahami suatu objek tertentu. Ilmu pengetahuan dapat disimpulkan sebagai
Kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (obyek/lapangan), yang merupakan
kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal/kejadian itu. Filsafat ilmu
pengetahuan membuka pikiran untuk mempelajari dengan serius proses logis dan imajinasi
dalam cara kerja ilmu pengetahuan.
7. landasan ontologis ilmu
a) yang ada (makhluk)
Prinsipnya ada dua, ada yang menciptakan dan ada yang dibuat, ada yang menyebabkan
dan ada yang akibat. Ada yang menciptakan tidak sepenuhnya tepat untuk disebut sebagai
sebab yang ada, karena hukum sebab akibat berlainan dengan kebohongan yang
menciptakan dan yang dibuat. hukum sebab akibat bisa bersifat fisik, mekanik,berdimensi
bahan, sementara pencipta dan ciptaan didalamnya selalu terkandung dimensi ideal, yang
bersifat rohani.

b) yang nyata (kenyataan)


Masalah realitas dapat jangkauan dengan pernyataan bahwa nyata dan ada memiliki
pengertian serupa kata ada dilihat sebagai keragaman yang spesifikasi dengan prosedur
ontologi yang pertama digunakan untuk membedakan apa yang sebenarnya nyata.

c) esensi dan eksistensi


Dalam setiap yang ada, baik yang nyata maupun tidak nyata selalu ada dua sisi di
dalamnya, yaitu sisi esensi dan sisi eksistensi. Bagi yang ghaib, sisi yang muncul adalah
eksistensi, sedangkan yang konkret, sisi yang muncul bisa kedua-duanya, yaitu esensi dan
eksistensi. Eksistensi berada pada hubungan-hubungan yang bersifat konkret, baik vertikal
maupun horizontal dan bersifat aktual dan eksistensi juga berorientasi pada masa kini dan
masa depan, sedangkan esensi adalah ke masa lalu an.

8. Keterkaitan Antara Realitas dengan Ilmu


Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis
tentang hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu
pengetahuan yang ada itu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan
keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan
terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas pertanyaan fundamental proses
keilmuan manusia, yakni bagaimana, apa, dan untuk apa. Maka tiga pertanyaan dasar tadi
kemudian dirumuskan menjadi beberapa dimensi, dan salah satunya ialah; dimensi
ontologis, pertanyaan yang harus dijawab pada dimensi ini adalah: apa sebenarnya hakikat
dari sesuatu yang dapat diketahui, atau apa sebenarnya hakikat dari suatu realitas. Dengan
demikian dimensi yang dipertanyakan adalah hal yang nyata. Pengetahuan fundamental
yang dihasilkan oleh ontologi dapat dijadikan dasar untuk membahas asumsi dasar yang
oleh ilmu pengetahuan telah dianggap mapan kebenarannya. Dalam persoalan
pengembangan ilmu pengetahuan ini van Peursen mengatakan : bahwa tidak ada ilmu yang
selesai, para ilmuwan selalu dapat mengembangkan ilmunya lebih lanjut. Ilmu bukan ibarat
sebuah rumah dengan dasar abadi sepanjang sejarah hanya dilengkapi dengan tingkat-
tingkat baru. Struktur ilmu bahkan pokok-pokok ilmu mengalami perubahan. Ontologi
menyelidiki dasar-dasar ilmu. Penelaahan ontologi dapat dijadikan dasar merumuskan
hipotesis-hipotesis baru untuk memperbaharui asumsi-asumsi dasar yang pernah
digunakan.

Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan secara:

1) Metodis; menggunakan cara ilmiah.


2) Sistematis: saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
3) Koheren; unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.
4) Rasional; harus berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis).
5) Komprehensif; melihat objek tidak hanya dari satu sisi atau sudut pandang, melainkan
secara multidimensional atau secara Keseluruhan (holistik).
6) Radikal; diuraikan sampai akar persoalannya atau esensinya.
7) Universal; muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

6. KELOMPOK 5 (EPISTEMOLOGI ILMU PENGETAHUAN DAN METODE ILMIAH)

A. PENGERTIAN EPISTIMOLOGI
B. Secara bahasa , epistimologi di ambil dari bahasa yunani yaitu epistime yang berarti
pengetahuan dan logos berarti perkataan , pikiran , dan ilmu. Kata episteme dalam
bahasa yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan , menempatkan ,
atau meletakkan. Maka, secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya
intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Dengan singkat
kata yaitu “cara mendapatkan pengetahuan yang benar”.Epistimologi adalah acabang
filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode, dan sah nya ilmu
pengetahuan. Dan epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan ,
justifikasi, dan rasionalitas keyakinan. Banyak perdebatan dalam epistemologi namun
berpusat pada empat bidang.
1. Analisis filsafat terkait hakikat dari pengetahuan dan bagaimana hal ini berkaitan
dengan konsep-konsep seperti kebenaran, keyakinan, dan justifikasi.
2. Berbagai masalah skeptisisme
3. Sumber-simber dan ruang linkup pengetahuan dan justifikasi atas keyakinan.
4. Kriteria bagi pengetahuan dan justifikasi. Epistemoogi membahas pertanyaan-
pertanyaan seperti “Apa yang membuat kebenaran yang terjustifikasi dapat
dijustifikasi?”Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang
sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu
obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W. Hamlyn
mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan, dasar pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal
itu dapat diandalkannya sebagai kenegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas diungkapkan Dagoberd D.
runes. Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas
sumber, struktur, metode-metode, dan haliditas pengetahuan.

C. KEUTAMAAN ILMU PENGETAHUAN DALAM METODE ILMIAH


Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu. Ilmu merupakan
kumpulan-kumpulan pengetahuan yang membedakan dengan pengetahuan-pengetahuan
lainnya, karena jawaban keilmuan didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap
ketiga pernyataan pokok, yaitu ontology, epistemologi, dan aksiologi. Ilmu sebagai
pengetahuan ilmiah memiliki posisi dan kedudukan yang sangat penting dalam
menopang kesejahteraan umat manusia kar na dengan ilmu pengetahuan maka manusian
selain dapat mensejahterakan hidupnya dan mencari nilai-nilai hakiki serta memaknai
arti sebuah kehidupan dalam hidupnya. Hanya saja tidak semua pengetahuan dapat di
sebut ilmu yang melahirkan kebenaran ilmiah.Kebenaran ilmiah hanya bias di dapat
melalui metode ilmiah yang dilaksanakan oleh seorang ilmuan,tanpa metode
ilmiah,hanyalan kebenaran yang masih bersifat “ semu”.Tulisan ini berupaya memetakan
tiga aktivitas manusia dalam menemukan pengetahuan ilmia melalui metode yang di
gunakan untuk mencapai kebenaran ilmiah dan memiliki manfaat bagi kehidupan
manusia.

D. PENGERTIAN METODE ILMIAH


Metode ilmiah adalah suatu proses atau prosedur keilmuan untuk mendapatkan
pengetahuan secara sistematis yang berdasarkan bukti fisis. Jika di jelaskan secara
lengkap metode ilmiah terdiri dari dua kata yaitu kata metode dan ilmiah. Metode
merupan cara seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan untuk memecahkan masalah
yang ada secara sistematis. Sedangkan kata ilmiah merupakan cara mendapatkan
pengetahuan secara alami dan berdasarkan bukti fisis. Seseorang yang melakukan metode
ilmiah untuk memecahkan masalah akan memebentuk atau mengambil hipotesis.
Hipotesis inilah yang nantinya akan menjelaskan masalah dan dapat di gunakan untuk
pengujian serta melakukan eksperimen .Penelitian atau metode ilmiah umumnya
menfokuskan untuk melakukan identifikasi terhadap masalah yang harus di
pecahkan,pengumpulan data,lalu menganalisis data dan menarik kesimpulan yang tepa.
Penelitian ini sifatnya sangat objektif,karena tidak berdasarkan pada
perasaan,pengalaman,maupun intuisi seseorang peneliti yang sifatnya subjektif.

Tujuan dari metode ilmiah yang paling utama tentunya untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang rasional dan sudah teruji,sehingga pengetahuan tersebut dapat di
gunakan dan di andalkan. Adapun beberapa fungsi lainnya yang di antaranya seperti:

a) . Untuk pembuktian terhadap suatu kebenaran yang dapat di atur oleh


pertimbangan yang logis .
b) . Untuk mencari pengetahuan yang dimulai dari penemuan masalah yang harus di
pecahkan atau di cari solusinya,pengumpulan data,menganalisis data dan
pertimbangan yang logis.
c) . Membantu memecahkan masalah dengan pembuktian yang dimana buktinya
dapat memuaskan.
d) . Dapat menguji penelitian yang telah di lakukan orang lain sehingga di dapatkan
kebenaran yang objektif dan juga memuaskan.
e) . Dengan metode ilmiah maka akan menghasilkan penemuan yang memiliki
kualitas tinggi, sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan umat
manusia.
7. KELOMPOK 6 (AKSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN)

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Secara etimologi Ilmu dalam bahasa Arab, kata ilmu jamaknya ‘ulum diartikan

ilmu pengetahuan. Dan Pengetahuan adalah tahu, atau hal mengetahui sesuatu; segala apa

yang diketahui; kepandaian atau segala apa yang diketahui atau akan diketahui berkenan

dengan sesuatu hal.

Secara terminologi Ilmu Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui,

namun belum disusun secara sistematik dan belum diuji kebenarannya menurut metode

ilmiah, dan belum dinyatakan valid dan shahih. Dengan demikian, ilmu pengetahuan

adalah pengetahuan yang sudah bersifat ilmiah.18

B. Fungsi Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan memiliki banyak fungsi, tergantung dari manusia yang

menggunakannya. Oleh karena itu, pada hakikatnya ilmu (science: ilmu pengetahuan) itu

dari segi objeknya adalah netral, tergantung kapada menusia yang menggunakannya.

Adapun fungsi-fungsi ilmu pengetahuan adalah:

1. Dasar bagi pengembangan teknologi. Masyarakat pada umumnya melihat teknologi

secara fisik atau bendanya. Penglihatan seperti ini sesungguhnya kurang tepat.

Teknologi sesungguhnya merupakan konsep, gagasan, pemikiran dan idenya yang

bersifat nonfisik, atau yang bersifat software (perangkat lunak). Dengan demikian,

produk teknologi tidak akan ada jika tidak ada ilmu pengetahuan yang dipadukan

dengan teknik tidak akan ada jika tidak ada hasil penelitian. Maka dari itu, menjadi

jelas, bahwa ilmu pengetahuan berfungsi sebagai dasar bagi pembentukan dan

18
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Islam dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Prenadamedia, 2018, h. 8.
pengembangan teknologi. Maka dalam Islam, yang memberi rahmat itu pada

hakikatnya adalah Tuhan. Dengan pandangan yang demikian itu, maka dalam Islam,

ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh disalahgunakan. Ia harus digunakan

untuk mensyukuri karunia Allah SWT dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya.

2. Penjelasan atas segala hal yang terjadi. Misalkan disebuah desa terjadi bencana.

Maka Kaum agama mungkin akan menjelaskan timbulnya masalah tersebut secara

teologis, atau berdasarkan keyakinan keagamaan dan menghubungkannya dengan

“azab dari Tuhan, karena perbuatan dosa.” Jika ini yang diyakini penyebabnya, maka

cara mengatasinya dengan muhasabah diri dilanjutkan dengan bertobat dan

memohon ampun kepada Tuhan, serta melakukan amal ibadah, dan berbuat kebaikan

dalam hidup. Namun, seorang ilmuwan, akan memberikan penjelasan atas masalah

tersebut dari pendekatan ilmiah, yaitu dengan mencari sebab-sebab atau hukum

kausalitas yang dapat diamati, diprediksi atau dapat diramalkan, sebagaimana hal ini

biasa terjadi pada berbagai temuan dalam bidang ilmu pengetahuan, yakni adanya

hukum-hukum yang mendasari sebuah teori ilmu pengetahuan.

3. Cahaya kebenaran. Didalam Islam ilmu pengetahuan disebut cahaya. Imam Syafi’i

ketika mengadu kepada gurunya yang bernama Waqi’, karena kesulitan dalam

memahami suatu ilmu mengatakan, bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu

tidak akan diberikan kepada orang yang berdosa.

4. Alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan ilmu pengetahuan kualitas

hidup manusia akan meningkat. Mulai dari sikap mental, karakter, moral dan

kepribadian manusia dapat ditingkatkan dengan ilmu pengetahuan, terutama ilmu

yang terkait dengan pembinaan karakter. Demikian pula makanan dan minuman yang
ia konsumsi, bahan pakaian, model dan desainnya yang dipakai oleh orang yang

berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu.

5. Alat untuk meningkatkan harkat dan martabat. Ilmu pengetahuan, khususnya yang

berkaitan dengan etika, akhlak, adab, sopan santun, dan moral yang menempatkan

manusia sebagai makhluk yang mulia dan harus saling memuliakan; demikian juga

makhluk lainnya ciptaan Tuhan air, api, udara, batu mulia, binatang dan tumbuh-

tumbuhaN, dan segenap makhluk Tuhan lainnya, yakni malaikat, jin yang saleh.19

6. Pondasi yang menyangga benteng peradaban sekarang ini.20

C. Sumber Ilmu Pengetahuan

Sumber utama ilmu pengetahuan adalah:

1. Rasionalisme

Paham ini beranggapan sumber pengetahuan manuasia adalah rasio. Tanpa Rasio

mustahil manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir.

Oleh karena itu, berpikir inilah yang membentuk pengetahuan. Semakin banyak

berpikir naka semakin banyak pulalah pengetahuan yang didapatkan. Berdasarkan

pengetahuanlah manusia menentukan tindakannya sehingga nanti ada perbedaan

perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan

yang didapat tadi.

2. Empirisme

Paham ini memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalan

lahiriah maupun pengalaman batiniah. Gejala alam menurut aliran ini bersifat

19
Ibid, h. 28-31.
20
file:///C:/Users/USER/Downloads/35975-93319-1-PB.pdf, onlile tgl. 29-09-2021, jam 14.57 wib.
konkret, dapat dinyatakan dengan pancaindra dan mempunyai karakteristik dengan

pola keteraturan mengenai suatu kejadian, seperti langit yang mendung dan biasanya

diikuti oleh hujan, logam yang dipanaskan akan memanjang. Berdasarkan teori ini,

akal hanya berfungsi sebagai pengelola konsep gagasan indrawi dengan menyusun

konsep tersebut atau membagi-baginya. Akal juga sebagai tempat penampungan yang

secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan tersebut. Akal berfungsi untuk

memastikan hubungan ururtan-urutan peristiwa tersebut.21

D. Pengertian Aksiologi

Secara etimologi aksiologi dalam bahasa Yunani, kata aksiologi terdiri dari dua

kata axios yang berarti layak atau pantas dan logos yang berati ilmu atau studi mengenai.

Selain itu, nilai juga berasal dari bahasa latin Valere yang berarti berarti berguna, mampu

akan, berdaya, berlaku atau kuat yang bermakna kualitas sesuatu hal yang menjadikannya

dapat disukai, diinginkan bermanfaat atau menjadi objek kepentingan. Namun juga bisa

bermakna sebagai apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai suatu kebaikan.

Secara terminologi aksiologi secara istilah adalah merupakan studi yang berkaitan

dengan teori tentang nilai atau studi segala sesuatu yang dapat bernilai atau memberikan

manfaat. Nilai merupakan suatu fenomena tapi tidak berada dalam suatu ruang dan

waktu. Selain itu, nilai juga merupakan esensi-esensi logis dan dapat dipahami melalui

akal.22

Adapun definisi aksiologi menurut para ahli, antara lain:

1. Kattsoff (2004), Pengertian aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelediki


hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
21
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, Bogor: PT. Penerbit IPB Press, 2015, h. 7-10.
22
ibid, onlile tgl. 29-09-2021, jam 16.20 wib.
2. Wibisono (dalam Surajiyo, 2009), Makna aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak
ukur kebenaran, etika serta moral sebagai dasar normative penelitian dan juga
penggalian, dan juga penerapan ilmu.
3. Jujun S. suriasumantri, Arti aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.23

E. Aspek Aksiologi

Aksiologis dalam wancan filsafat mengacu pada persoalan etika (moral) dan

estetika (keindahan).

1. Etika merupakan teori mengenai tingkah laku atau tindak-tanduk perbuatan manusia

yang dipandang dari aspek nilai baik dan buruk yang dapat ditentukan oleh akal.

Adapun tidak aspek tersebut:

a. Etika deskriptif, menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral

secara deskriptif yang digolongkan dalam bidang ilmu pengetahuan empirirs dan

berkaitan dengan sosiologi.

b. Etika normative, memberikan petunjuk dan penuntun dalam mengambil

keputusan yang menyangkut baik dan buruk atau benar dan salah.

c. Meta-etika, merupakan studi terhadap disiplin etika yang menyelidiki makna

istilah-istilah normative yang diungkapkan lewat pernyataan etis yang

membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan.

2. Estetika adalah ilmu yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta

bagaimana dapat merasakannya. Sebuah keindahan yang sudah terbentuk tentunya

harus dapat dirasakan oleh banyak orang. Dalam wacana aksiologi, terdapat tiga

macam teori mengenai nilai.


23
https://dosensosiologi.com/pengertian-aksiologi/, onlile tgl. 29-09-2021, jam 16.21 wib.
a. Teori objektivitas nilai merupakan teori sudut pandang, yang menunjukkan

bahwa nilai adalah objektif dalam arti nilai. Nilai ini dapat secara konsisten

didukung oleh argumentasi yang cermat dan rasional karena merupakan yang

terbaik. Nilai, norma, dan cita-cita adalah elemen yang ada dalam objek, atau

diberikan kepada objek melalui daya tarik.

b. Teori subjektivitas nilai, yaitu pandangan bahwa nilai-nilai seperti kebaikan,

kebenaran, keindahan, tidak ada dalam dunia real objektif tetapi merupakan

perasaan-perasaan, sikap-sikap pribadi dan merupakan penafsiran atas

kenyataan. Pandangan ini mereduksi penentuan nilai ke dalam statemen yang

berkaitan dengan sikap mental terhadap suatu objek atau situasi. Nilai memiliki

realitas hanya sebagai suatu keadaan pikiran terhadap suatu objek.

c. Teori relativisme nilai adalah pandangan yang memiliki beberapa prinsip

sebagai berikut: 1). Bahwa nilai-nilai bersifat relatif karena berhubungan dengan

preferensi (sikap, keinginan, ketidaksukaan, perasaan, selera, kecenderungan dan

sebagainya); 2). Bahwa nilai-nilai berbeda secara radikal dalam banyak hal dari

suatu, kebudayaan ke kebudayaan lainnya; 3) bahwa penilaian-penilaian seperti

benar atau salah, baik atau buruk, tepat atau tidak dapat diterapkan padanya; 4)

bahwa tidak ada, dan tidak dapat ada nilai-nilai universal, mutlak, dan objektif

manapun yang diterapkan pada semua orang pada segala waktu.24

G.Fungsi Aksiologi

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, aksiologi merupakan bidang filsafat yang

mengkaji masalah nilai terutama dalam etika dan estetika. Filsafat ini memberitahu kita

24
ibid, onlile tgl. 29-09-2021, jam 17.05 wib.
tentang yang baik dan yang jahat. Aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Penjelasan ini

membahas nilai dari sudut pandang filosofis. Aksiologi, terutama, menentukan baik dan

buruk bagi individu dan bangsa. Itu menetapkan standar baik dan buruk. Semua

kehidupan sosial kita sebagian besar bertumpu pada cabang filsafat ini.25

8. KELOMPOK 7 (FILSAFAT ILMU CARA KERJA ILMU ILMU EMPIRIS)

A. Pengertian, Objek, dan Prinsip Ilmu Empiris


a) Pengertian Ilmu Empiris
Ilmu Empiris adalah ilmu yang bertitik tolak pada pengalaman indrawi.
Pengalaman indrawi diartikan sebagai sentuhan, penglihatan, penciuman,
pengecapan seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Dengan demikian
pengalaman indrawi dari seorang ilmuan berkaitan dengan objek peelitian yang
sifatnya sangat konkret, faktual, dan berdasar pada pengalaman indrawi. Dalam
pengamatan atau observasi terhadap objek tersebut seorang peneliti dapat
menggunakan sarana utuk menunjang pengamatannya itu seperti microsof, teleskop,
thermometer, neraca, ataupun alat-alat pengukur lainnya. Tujuan pengamatan untuk
memperoleh ataupun menangkap semua gejala terhadap semua objek yang
diamatinya serta menjelaskan yang kelak akan sangat berguna bagi analisis sebuah
penelitian .
b) Objek Ilmu Empiris
Ilmu empiris memiliki objek yang dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu
objek materi dan objek formal. Objek materi berupa apa saja yang dapat diamati oleh
manusia seperti alam semesta, makhuk hidup didunia ini, dan manusia. Objek formal
adalah pokok perhatian seseorang tehadap sesuatu yang menjadi minatnya yang
sangat khusus. Objek formal atau aspek yang khusus dalam ilmu emperis dapat
berguna misalnya minat yang sangat tinggi tentang kesehatan manusia, tentang
pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan, dari hewan, serta adat-

25
Ibid, onlile tgl. 29-09-2021, jam 17.09 wib.
istiadat suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Dari hasil objek formal itulah
memunculkan ilmu-ilmu tertentu yang sifatnya empiris, misalnya ilmu kedokteran,
biologi, ilmu teknik, botani, zoology, antropologi, ilmu social.
c) Prinsip Teori Empiris
John Locke, yang dipanggil sebagai bapak kaum empirisme inggis,
mengajukan sebuah teori bahwa pikiran manusia pada saat lahir dianggap sebagai
selembar kertas lilin yang licin (tabularasa) dimana data yang ditangkap pancaindera lalu
tergambar disitu. Semakin lama, semakin banyak kesan pancaindera yang tergambar. Jadi
secara khusus kaum empiris mendasarkan teori pengetahuannya kepada pengalaman yang
ditangkap pancaindera. Karena pengalaman ia memperoleh pengetahuan, menurutnya
pengetahuan yang benar adalah yang bersunber dari pengalamaan indrawi tidak dari
pengalaman lainnya.
Beberapa prinsip teori empiris yang didasarkan kepada teori diatas antara lain:
1. Perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui adalah
subyek dan yang diketahui adalah obyek. Terdapat alam nyata yang terdiri dari fakta
atau obyek yang ditangkat oleh seseorang.
2. Kebenaran atau pengujian kebenaran dari fakta atau obyek didasarkan pada
pengalaman manusia. Kaum empiris harus diyakinkan sekurang-kurangnya dalam
tiga hal:
 Fakta atau obyek adalah termasuk benda-benda yang dapat dialami manusia
 Bahwa terdapat seseorang yang melihat itu secara langsung;
 Jika kaum empiris itu sendiri ada disana, dia sendiri harus menyaksikan fakta
atau obyek tersebut.
3. Prinsip keteraturan. Bagi kaum empiris fakta, misalnya alam, adalah teratur. Dengan
rekonstruksi keteraturan fakta pada masalalu, kaum empiris merasa cukup beralasan
untuk membuat ramalan mengenai kemungkinan tingkah laku benda tersebut di masa
depan.
4. Prinsip keserupaan. Keserupaan berarti bahwa bila terdapat gejala-gejala berdasarkan
pengalaman adalah identik atau sama, maka kita mempunyai cukup jaminan untuk
membuat kesimpulan yang bersifat umum (generalisasi).
B. Cara Kerja Ilmu Empiris
Pendekatan atau Metode Ilmu Empiris
Pendekatan atau Metode merupakan cara seorang ilmuan atau peneliti mendapatkan data
saat ia sedang melakukan pengamatan. Lazimnya didalam ilmu empiris seorang ilmuan
menggunakan pendekatan atau metode induktif. Metode induktif adalah sebuah metode
yang digunakan dalam ilmu empiris yang mencoba menarik kesimpulan dari penalaran
yang bersifat khusus untuk sampai pada penalaran yang umum sifatnya. Pada penalaran
yang sifatnya khusus itu, seorang pengamat akan mengamati beberapa hal atau ssesuatu
yang memiliki ciri-ciri yang khusus. Metode induksi berguna bagi ilmu empiris karena
mendasarkan pada pengamatan factual dan dipakai sebagai landasan berpijak pada ilmu
empiris.
1) Cara Kerja Ilmu Alam
a) Pengamatan (observasi)
Dalam observasi itu fakta-fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati,
diklasifikasikan dan diklarifikasi, disusun secara teratur (sistematis) kemudian
ditarik generalisasi-generalisasi sebagai kesimpulannya. Observasi bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu observasi sehari-hari dan observasi ilmiah. Observasi
sehari-hari bersifat emosional dikaitkan dengan emosi si pengamat.
Pengamatannya bersifat subjektif yang dipengaruhi oleh persepsi social,
dipengaruhi oleh suatu kepentingan yang bersifat pribadi dengan menguntungkan
diri sendiri. Observasi ilmiah, emosi harus dikesampingkan, prasangka, dan tidak
memihak kepada apapun, bahkan unsur subjektif dihilangkan, hal-hal yang
dikenal dan berpengaruh subjek dan variasi. Variasi yang ada tidak diperhatikan,
tidak ada kepentingan dirinya sendiri.
b) Induksi
Hal hal yang diamati harus dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan kemudia
disimpulkan kembali dalam pernyataan-pernyataan umum, jalan pikiran sampai
keputusan umum dari putusan yang sifatnya khusus itu disebut dengan induksi.
c) Deduksi
Matematika serta logika memungkinkan pengolahan lebih lanjut bahan-bahan
empiris begitu bahan ini tercakup dalam system pernyataan yang runtut.
d) Percobaan-Percobaan (eksperiment)
Berdasarkan atas system percobaan itu dapat dijabarkan pernyataan-pernyataan
khusus tertentu,kemudian dapat dikaji lagi dalam kerangka observasi
eksperimental atau tidak eksperimental kemudian diverifikasi.

e) Evaluasi
Hasil-hasil kajian membawa kita pada tahap evaluasi suatu teori yang disusun
dengan menggunakan induksi dan deduksi.
2) Cara Kerja Ilmu Hayat
a) Metode Kausal, berguna untuk melihat hubungan sebab akibat yang berasal dari
hubungan atau interaksi antar organ.
b) Metode Mekanistis, yaitu metode yang memunculkan adanya keteraturan tentang
system yang berlaku pada gejala atau daya-daya hidup dari organisme.
c) Metode Genetik, yaitu metode yang mengkaji tentang penelusuran secara historis
bagaimana terjadinya sebuah organ, ataupun jaringan tertentu.
d) Metode fungsional, yaitu motode yang melihat bahwa masing-masing organisme
itu memiliki fungsi tertentu yang memungkinkan system organ itu berjalan
dengan teratur dan baik.
3) Cara kerja Ilmu Kemanusiaan
Sementara cara kerja ilmu-ilmu kemanusiaan sebelum abad ke-19 hendak disamakan
dengan cara kerja ilmu-ilmu alam, padahal obyek kajiannya berbeda secara prinsipil.
Dalam kaitan ini ciri khas ilmu-ilmu kemanusiaan ada empat, yakni ;
a) Obyek penyeledikannya adalah manusia dengan keseluruhan lahir-batinnya. Ia
memiliki keinginan, harapan, sifat interaktif dan selanjutnya.
b) Cara pandang analog, artinya tidak memiliki hukum yang tetap, sebab ruang dan
waktu, letak geografis serta tantangan yang berbeda menghasilkan pola perilaku
dan kebudayaan yang berbeda. Hal demikian itu menjadikan kebenaran relatif dan
sulit untuk mencapai kepastian, sehingga sulit juga mengadakan generalisasi.
c) Tidak biasa mencita-citakan suaatu titik pangkal “pengamatan murni” tanpa
prasangka. Hal ini karena mau tidak mau manusia (peneliti) terlibat dalam obyek
yang dikajinya. Sehingga Ilmu social lebih bersifat subyektif.
d) Tidak bebas nilai, tetapi justru menghasilkan nilai-nilai.

C. Kekurangan dan kelebihan Ilmu Empiris


1) Kelebihan Ilmu Empiris
Kelebihan empirisme dari pengalaman indera adalah sumber pengetahuan yang benar,
disebabkan karna faham empiris ini mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di
lapangan.
2) Kekurangan Ilmu Empiris
a) Indra terbatas. Benda yang jauh itu kelihatan kecil..
b) Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gulanya itu rasanya pahit, udara
panas juga dirasakan dingin. Hal tersebut akan menimbulkan pengetahuan empiris
yang tentu salah.
c) Objek yang menipu. Contohnya ialah seperti ilusi, fatamorgana. Jadi, objek
tersebut sebenarnya tidak sebagaimana yang ditangkap oleh alat indera; artinya ia
membohongi indera. Hal ini jelas dapat atau bisa menimbulkan inderawi yang
salah.
d) Indera serta objek sekaligus. Empirisme ini lemah disebabkan karna keterbatasan
indera manusia.

Anda mungkin juga menyukai