NIM : 2111150213
Ini berhubungan erat dengan kebutuhan praktis dan pengamatan empiris (panca indera) dengan
kebutuhan praktis ini di maksudkan kebutuhan pengukuran yang memang tidak dapat di pisahkan
dari upaya manusia mengatasi kendala hidupnya. Umpamanya, keperluan mengukur kembali
dengan tepat tanah yang secara berkala di genangi air entah itu di mesir, Mesopotamia, india,china
(pusat-pusat kebudayaan dan perkembangan ilmu kuno) maupun dalam rangka pembangunan
piramida di mesir. Sedangkan yang di maksud dengan pengamatan Empiris seperti yang berkaitan
dengan ilmu Falak, penanggalan dan perhitungan tahun sehubungan dengan agama dan juga dalam
rangka upaya mengarungi samudera.
Di antaranya ialah:
Ilmu ukur dan ilmu hitung kiranya menjadi kedua cabang paling kuno dari ilmu-ilmu pasti. Sejak
semula masing-masing ilmu di rencanakan menjadi suatu sistem ketan dan konsekuendengan dasar-
dasar paling sederhana yang paling masuk akal dan niscaya serta patokan-patokan yang di tentukan
untuk maju berdasarkan anggapan-anggapan yang paling sederhana itu. Sejak masa purba, aljabar
dan ilmu hitung di kembangkan terus selama masa kegemilangan arab. Dari situ antara lain di
temukan notasi arab dengan di tinggalkannya sistem romawi yang berbelit belit itu, dan di pakai
tanda (nol) yang berasal dari india. Lama kelamaan menyusulah bagian lain yan bersangkutan,
malahan ada yang semakin menggabungkan ilmu ukur dan ilmu hitung. Umpamanya trigonometri,
ilmu ukur analitis antara lain mengenai irisan kerucut, perhitungan infinitesimal, diferensial, integral.
Tokokoh-tokohnya antara lain Rene Descarates ( 1596-1650 ), pascal, newton, dan khususnya
Gottfried wilhem leibniez ( 1646-1716 ). Semua itu masih merupakan lanjutan serta perluasan ilmu
ukur dan ilmu hitung klasik sambil menghasilkan keseluruhan ilmu pasti klasik yang tercapai sekitar
abad ke 18.
Sebagai warisan kuno ( antara lain Pythagoras abad ke 6 sm ) sejak permulaan abad pertengahan
barat ( antara lain kasiodorus abad ke 6 ) Ilmu ukur ( geometria) dan ilmu hitung ( arithmetica )
bersama ilmu falak ( astronomica ) dan music ( artes ). Bahwa ilmu falak sering di anggap sebagai
ilmu yang dekat dengan ilmu pasti.
Menurut, langeveld, logika itu adalah kepandaian untuk memutuskan sevara itu. Logika
mempelajari syarat-syarat yang harus di penuhi untuk mengambil kesimpulan secara benar. Dengan
kata lain logika di perlukan dalam penarikan kesimpulan yang bersifat ilmiah. Unsur utama logika
adalah pemikiran dan keputusan. Salah satu jasa Aristoteles yang masih berlaku hingga dewasa ini
ialah logika klasik. Yaitu system silogisme itu di buktikannya menurut cara pembuktian ilmu-ilmu
pasti. Yaitu berupa paham dasar, beberapa aksioma, serta beberapa patokan. Akibat perkembangan
logika modern sejak Abad ke-19 yang di rintis Leibniz, dewasa ini logika Aristoteles sering di pandang
kurang relevan karena titik pangkal nya di perkirakan empiris dan aposteriori. Dan logika modern
berhasil menunjukkan beberapa kelemahan dalam system dalam system silogisme deduktif
Aristoteles sendiri.
Setiap ilmu pasti, termasuk logika, berasal dari salah satu teori. Dalam rangka itu system
bersangkutan bertitik pangkal pada sejmulah paham dasar, aksioma, dan patokan kerja yang tak
bertentangan satu sama lain dan tanpa ada unsur yang berlebihan atau tergantung pada yang
lainnya. Setiap system ilmu pasti dapat menentukan kontruksi isinya secara cepat, ketat dan pasti.
Dan dalam kontruksi itu dapat maju secara tak terhingga.
Ciri-ciri ilmu pasti pertama kalinya di lihat sebagai suatu keseluruhan oleh Descartes. Dalam
Discours de la Methode di ceritakannya bagaiimana semenjak anak-anak ia mengagumi ciri-ciri ilmu
pasti. Ia ingin sekali memperbaharui segala bidang pengetahuan manusia berdasarkan ilmu-ilmu itu,
khususnya dengan menggunakan cara kerja ilmu pasti.
Berikut ini kita lihat ciri-ciri ilmu pasti klasik secara ringkas. Dalam rangka sejarah penemuan
(context of discovery) dalil-dalil ilmu pasti seakan-akan berdasarkan suatu ilham sang ilmuwan tahu
bahwa kebenaran atau keberlakuan salah satu rumus atau gagasannya dapat di buktikan. Ciri lain
yang sudah pasti tetapi belum di jelaskan ialah bahwa berbeda dari ilmu-ilmu empiris yang bersifat
konkret, ilmu-ilmu pasti bersifat abstrak. Justru karena tidak berdasarkan pengalaman empiris yang
konktret itu. Kemudian pentahapan dalam dalam terbentuknya ilmu-ilmu pasti secara berturut-turut
di tandai oleh adanya sejumlah paham dasar, aksioma, dan patokan kerja. Tahap kedua dengan
memakai ketiga unsur induk itu si ilmuwan secara deduktif menurunkan sejumlah dalil yang tak
terbatas banyaknya. Dengan begitu suatu system dapat di teruskan secara tak terhingga.
Cara lain yang sudah pasti tetapi belum di jelaskan ialah bahwa berbeda dari ilmu-ilmu empiris
yang bersifat konkret, ilmu-ilmu pasti bersifat abstrak justru karena tidak berdasarkan pengalaman
yang empiris itu.
E. Filsafat Matematika
Matematika berasal dari bahasa yunani mathematikos yaitu ilmu pasti, dari kata mathema
mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu pengetahuan. Istilah matematika menurut
bahasa latin ( manthanein atau mathema ) yang berarti belajar atau hal yang di pelajari, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang
mengkaji anggapan filsafat, dasar dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat
matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk
memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Bidang pengetahuan yang di sebut
filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafati yang sasaran nya ialah matematika itu sendiri.
Filsafat dan matematika sudah tidak di ragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang kedua bidang
pengetahuan ini sangat erat hubungannya.
1. Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataanyang ingin
kita sampaikan. Matematika memiliki sifat kuantitatif yang bisa
meningkatkandaya prediktif dan kontrol dari ilmu. Matematika pada garis besarnya merupakan
pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.Aliran dalam filsafat
matematika : logistik intuisionis, formalis. Matemtika berfungsi :
1) Matematika sebagai bahasa: melambangkan serangkaian mkna dari pernyataan yang
inginkita sampaikan.
2) Lambang bersifat “arti fisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikankepadanya
3) Matematika menutupi kekurangan bahasa "verbal” (hanya satu arti = x)
3. Statistika
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan
jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika merupakan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif
berdasarkan peluang.
A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaraan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui
panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan
tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, perinsip dan prosedur yang secara
probabilitas bayesin adalah benar atau berguna.
Dalam pengertia lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inserawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan yang lebih menekan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal
sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan
dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengethauan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi
berulangkali. Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui
akal yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan
pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada pengalaman.
B. Pengertian Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan
dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada
yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu
tidak pernah mengertikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu
menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau dalam obyek) yang sama
dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalah hakikat ilmu.
Prinsip-prinsip obyek dan hubungan hubungannya yang tercermin dalam kaitan kaitan logis
yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis objek menyingkapkan
dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus
intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi rohani terhadap realitas tetapi oleh berpikir.
Ilmu tidak memerlukan kapastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan
teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, terbitan Balai Pustaka, Jakarta,
2001, ilmu artinya adalah pengetahuan dan kepandaian. Dari penjelasan dan beberapa
contohnya, maka yang dimaksud pengetahuan atau kepandaian tersebut tidak saja berkenaan
dengan masalah keadaan alam, tetapi juga termasuk kebatinan dan persoalan-persoalan
lainnya. Sebagaimana yang sudah kita kenal mengenai beberapa macam nama ilmu, Maka
tampak dengan jelas bahwa cakupan ilmu sangat luas, misalnya ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu
dagang, ilmu hitung, ilmu silat, ilmu tauhid, ilmu mantek, ilmu batin (kebatinan), ilmu
hitam, dan sebagainya.The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian
aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman
secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
(Ilmu = Aktivitas – Metode – Pengetahuanj). Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas
metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Ilmu itu relatif, tidak ada ilmu dengan kriteria absolut. Kebenaran ilmu bersifat
relatif, dan setiap bidang pengetahuan dinilai dengan standarnya sendiri. Menurut Karl P
Popper tentang kebenaran yaitu, ilmu = pencarian akan kebenaran, berdasarkan Teori lama
dan teori sekarang pada pendekatan kebenaran yang hasilnya bisa benar dan bisa juga salah.
Jika benar maka padat dengan kebenaran dan jika salah pun padat akan kesalahan, maka dari
itu harus dicek pada kesesuaian dengan fakta. Verisimilitude teori Karl P Popper memiliki
rumus, Verisinilitude = Padat kebenaran – (dikurangi), Padat kesalahan = Ilmu (Pendekatan
Kebenaran). Jika suatu ilmu berkembang maju, verisimilitude teori-teorinya akan meningkat
terus menerus.
C. Persamaan dan Perbedaan Antara Pengetahuan dan Ilmu
1. Persamaan :
Ilmu dan pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu Analisa
terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja penggunaannya
tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan keilmuan
tersebut.
Keduanya sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan pengetahuan
tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial
(kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berpikir. Itu
artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang
menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
2. Perbedaan :
Ilmu adalah kerangka konseptual atau teori yang saling berkaitan yang
memberi tempat pengajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah
oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat
sistematik, objektif, dan universal. Sedangkan pengetahuan adalah hasil
pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak memberikan tempat bagi
penggajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain, Dengan demikian tidak
bersifat sistematik dan tidak objektif serta tidak universal.
Ilmu adalah sesuatu yang dapat kita peroleh melalui proses yang disebut
pembelajaran atau dengan kata lain Hasil dari pembelajaran, berbeda dengan
pengetahuan yang dapat kita peroleh tanpa melalui proses pembelajaran.
Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan
pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek
material dan objek formal.
D. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari kata Filos (Cinta, Berfikir) dan sofia ( kebijaksanaan, pengetahuan,
kearifan). Filsafat artinya cinta kebijaksanaan. Berfikir adalah mengolah data
inderawimenjadi pengertian dalam proses mencari makna. Kebijaksanaan adalah
pengambilan keputusan yang memihak pada kebenaran dan keadilan. Berfilsafat artinya
berfikir kesemestaan (menyeluruh), mendasar, dan spekulatif. Berfilsafat artinya berfikir
kesemestaan, mendasar, dan spekulatif berdasarkan ilmu (sains, agama, dan keyakinan).
1. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah filsafat tentang segala sesuatu yang diketahui. Filsafat ilmu
sama dengan filsafat pengetahuan. Kegunaan filsafat ilmu adalah sebagai landasan dalam
menyelesaikan masalah –masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multidisiplin
dan bahkan transdisiplin (sains, agama, keyakinan). Ada 2 macam makna ilmu, yang
pertama ilmu yang bermakna pengetahuan (knowledge), dan ilmu yang bermakna sains
(science). Jika yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah filsafat pengetahuan maka isi
kajiannya mencakup hakikat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan (Filsafat,
agama, sains), manfaat pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan mempelajari esensi atau
hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional. Filsafat ilmu pengetahuandisebut juga
kritik ilmu, karena historis kelahirannya disebabkan oleh rasionalisasi dan otonomisasi
dalam mengkritik dogma-dogma dan tahayul. Jika ilmu pengetahuan tertentu dikaji dari
ketiga aspek (ontologi, epistimologi, dan aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau
hakikat yaitu inti atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan yang benar
dari ilmu tersebut. Filsafat ilmu pengetahuan selalu memperhatikan dinamika ilmu,
metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan.
2. Periode Islam
Tidak terbantahkan bahwa Islam sesungguhnya adalah ajaran yang sangat cinta terhadap
ilmu pengetahuan, hal ini sudah terlihat dari pesan yang terkandung dalam al-Qur’an
yang diwahyukan pertama kali kepada Nabi Muhammad saw, yaitu surat al-‘Alaq dengan
diawali kata perintah iqra yang berarti (bacalah). Gairah intelektualitas di dunia Islam ini
berkembang pada saat Eropa dan Barat mengalami titik kegelapan, Sebagaimana
dikatakan oleh Josep Schumpeter dalam buku magnum opusnya yang menyatakan adanya
great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang dikenal
sebagai dark ages. Masa kegelapan Barat itu sebenarnya merupakan masa kegemilangan
umat Islam, suatu hal yang berusaha disembunyikan oleb Barat karena pemikiran ekonom
Muslim pada masa inilah yang kemudian banyak dicuri oleh para ekonom Barat. Pada
saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat pada isu-
isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penterjemahan besar-besaran
terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya.
zaman Islam klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang
bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis.
Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains
Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik,
seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia).
Sedangkan W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria,
dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di
Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian
pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu
pengetahuan berada di pangkuan perdaban Islam. Dalam lapangan kedokteran muncul
nama-nama terkenal seperti: Al-H}āwī karya al-Rāzī (850-923) merupakan sebuah
ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas
mengarang suatu Encyclopedia ilmu kedokteran dengan judul Continens, Ibnu Sina (980-
1037) menulis buku-buku kedokteran (al-Qonun) yang menjadi standar dalam ilmu
kedokteran di Eropa.
Al-Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku Aljabar pada tahun 825
M, yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa. Ia juga menulis perhitungan biasa
(Arithmetics), yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk
menggantikan tulisan Romawi. Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filsuf yang
menterjemahkan dan mengomentari karyakarya Aristoteles.
Al Idris (1100-1166) telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu
untuk disampaikan kepada Raja Boger II dari kerajaan Sicilia.
al-Bīrūnī (362-442 H/973-1050 M). Sebagian karya Jābir ibn Hayyān memaparkan
metode-metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian
besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi
bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī
mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.
Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan
filsafat. Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M),
al-Ghazālī (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Tufayl atau
Abubacer (w. 1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-
Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan
membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang
sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī
sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa
Arab, seperti yang sering dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang
menolak pengetahuan asing. Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam
filsafat Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam
filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap
para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional,
yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof profesional, para
pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di Universitas Paris.
Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan
mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad
lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.
4. Periode Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini
ditandai dengan adanya teknologiteknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang
semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan
paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dan
teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini,
ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi
titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad
ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada
tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika.
Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan
mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan
Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan
“pengabdiannya bagi Fisika Teoretis.
A. fisika dan kimia Pada zaman ini disebut dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953)
mengarang sebuah buku yang berjudul The Nature of Chemical Bond menggunakan
prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak dalam
pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson,
Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik
untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu rekayasa
genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh manusia genom (dalam
Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki manfaat
medis yang besar.
b. teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat pada zaman ini. Sebut saja
beberapa penemuan yang dilansir oleh nusantaranews.wordpress.com sebagai penemuan
yang merubah warna dunia, yaitu: Listrik, Elektronika (transistor dan IC), Robotika
(mesin produksi dan mesin pertanian), TV dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin
Transportasi, Komputer, Internet, Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa
Pertanian dan DNA, Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa
Material, Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber Optic, dan Fotografi (kamera,
video). Kini, penemuan terbaru di bidang Teknologi telah muncul kembali. sumber lain
telah memberitakan penemuan “Memristor”. Ini merupakan penemuan Leon Chua,
profesor teknik elektro dan ilmu komputer di University of California Berkeley.
Keberhasilan itu menghidupkan kembali mimpi untuk bisa mengembangkan sistem-
sistem elektronik dengan efisiensi energi yang jauh lebih tinggi daripada saat ini.
Caranya, memori yang bisa mempertahankan informasi bahkan ketika power-nya mati,
sehingga tidak perlu ada jeda waktu untuk komputer untuk boot up, misalnya, ketika
dinyalakan kembali dari kondisi mati. Hal ini digambarkan seperti menyala-mematikan
lampu listrik, ke depan komputer juga seperti itu (bisa dihidup-matikan dengan sangat
mudah dan cepat.
Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilalan atau penetapan sesuatu. 1 Sedangkan
kata-kata kebenaran berasal dan kata-kata benar yang berarti sesuatu sebagaimana adanya
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 531.
(seharusnya), sedangkan kebenaran berarti keadaan yang cocok dengan keadaan yang
sesungguhnya.2 Para filosofi memberikan pengertian secara terminologi sebagai berikut:
Dari pengertian di atas dapat dipahani bahwa kriteria kebenaran adalah ukuran atau
dasar penilaian terhadap sesuatu yang terdapat dalam pikiran dan yang tertuang dalam
kenyataan sehingga dapat menemukan kebenaran.
B. Tingkatan Kebenaran
Kebenaran adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia, namun untuk
menentukan tinggi rendahnya kebenaran itu sangat sulit. Tapi menurut Karl R. Rapper bahwa
tinggi rendahnya kebenaran itu adalah gagasan tentang tingkat koresponden yang lebih baik
atau Iebih buruk terhadap kebenaran ide.6 Perbedaan tingkatan itu ditentukan oleh subyek
yang menyadari atau menangkap kebenaran baik panca indra maupun radio. Berdasarkan
scope potensi subyek itu, maka susunan tingkat kebenaran itu menjadi:
1. Tingkatan kebenaran indirawi, adalah tingkatan kebenaran yang paling sederhana dan
paling pertama dialami olah manusia,
2. Tingkatan kebenaran ilmiyah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan atau didapatkan
melalui indra dan diolah pula oleh rasa.
3. Tingkatan kebenaran filosofis, kedua lingkatan di atas telah dilalui dengan tahapan
pendahuluan, rasio dan pikiran murni, ruangan yang mendalam, mengelola kebenaran
itu semakin tinggi nilainya.
2
Ibid, h. 114.
3
Endang Saifuddin Anshari, ilmu Filsafat dan Agama (Jakarta: Bina Ilmu, 1992), h. 22.
4
Varhack R Hartono. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, t.th), h. 121.
5
Sidi Gazalba. Sistematika Filsafat II (Cet. V, Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 30.
6
Al-Fans Taryadi. Efistemologi Pemecahan Masalah. (Cet II, Jakarta: PT Gramedia, 1991), h. 31.
4. Tìngkatan kebenaran religus, kebenaran mutlak yang bersumber dan Tuhan Yang Maha
Esa, dan dihayati oleh seluruh integritas kepribadian dengan iman dan kepercayaan.7
C. Kriteria Kebenaran
Di dalam menilai dan mengukur suatu kebenaran, maka harus mengetahui dan
memperhatikan teori-teori kebenaran sebagat berikut.
1. Korespondensi
Teori ini berpendapat bahwa kebenaran itu adalah apabila ada hubungan kesesuaian
antara subyek yang menyadari dengan obyek yang disadari. Sebagaimana Mustafa Amin
menjelaskan: “Apabila penyampaian ini sesuai dengan kenyataan, maka itu adalah benar,
tetapi kalau tidak sesuai dengan kenyataan, make itu adalah salah.8
Kebenaran itu ada di luar dari manusia, manusia tinggal mencari dan menemukannya.
Karena itu kebanaran ditenlukan oleh faktor ekstemal, bukan internal. Jadi teori
korespondensi ini menilai dan mengukur kebenaran itu kepada adanya hubungan antara
subjek dan obyek. Ketiadaan hubungan tersebut berarti ketiadaan kabenaran.9
Louis O. Kattsof juga berpandapat bahwa kebenaran atau benar itu berupa kesesuaian
(correspondence) antara arti yang dimaksud dengan suatu pendapat dengan apa yang
sungguh merupakan halnya atau faktanya .10 Teori korespodensi ini pada umumnya
dianut oleh para pengikut realisme bahwa keadaan benar terletak pada kesesuaien
antaraa: a) Esensi atau arti yang kita berikan kengan; b) Esensi yang terdapat di dalam
obyeknya.11 Menurut Bertrand Russel (salah seorang pelopor teori ini) mengemukakan
bahwa suatu pernyataan benar jika materi pengetahuan yang dikandung cocok dengai
obyek.12 Dengan demikian dapat dipahami bahwa teori korespondensi mengenal dua hal
yaitu pernyataan dan kenyataan, yakni adanya kesesuaian antara pernyataan dan
kenyataan. Seperti Sungguminasa adalah ibukota Kabupatan Gowa. Ini adalah sebuah
pernyataan, dan apabila kenyataannya memang benar “Sungguminasa adalah ibukota
Kabupaten Gowa”, maka pernyataan tu adalah benar.
2. Konsistensi
7
Lihat Muhammad Nur Syam. Filsafat Pendidikan, Dasr-dasar Filsafat Pancasila. (Surabaya: Gramedia Indonesia,
t.th), h. 90.
8
Mustafa Amin. Al-Balaghah al-Wadhihah. (Cet. XII: Mesir: Dar al-Maarif, 1957), h. 139.
9
Burhanuddin Salam. Logika Matriil, Filsafat Ilmu Pengetahuan. (Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 58.
10
Lihat Soejono Soemargo. Unsur-unsur Filsafat. (Yogyakarta, t.p., t.th), h. 242.
11
Ibid, h. 244.
12
Lihat Amal Bakhtiar, op. cit, h. 33.
Teori konsistensi ini sering dinamakan the Koherence Theory of Thruth di mana
kebenaran adalah ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan
lainnya yang telah kita ketahui dan uji kebenarannya lebih dahulu.13 Aristoleles
menyumbangkan suatu standar kebenaran dengan kriteria koheren dan secara sederhana
diungkapkan bahwa suatu pernyataan benar, bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. 14
Bila kita
menyatakan bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati adalah pernyataan yang benar,
maka pernyataan bahwa manusia adalah makhluk yang bernyawa dan manusia pasti mati
adalah benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.
Jadi suatu proposisi itu cenderung benar jika proposisi itu Coherent dengan
proposisi yang lain, atau jika arti yang dikandung proposisi itu coherent dengan
pengalaman kita.15 Dari teori ini dapat dipahami bahwa apabila kita menerima
kepercayaan-kepercayaan baru sebagai kebenaran, maka hal itu sematamata atas dasar
kepercayaan-kepercayaan itu saling berhubungan dengan pengetahuan yang kita miliki.
Dengan demikian, kebenaran, menurut teori ini adalah kesesuaian pernyataan dengan
pernyataan lainnya yang lebih dahulu diakui dan diterima kebenarannya.
3. Pragmatism
Teori ini menyatakan bahwa kabenaran ialah suatu yang praktis dan bekerja, kebenaran
tidaklah ada melainkan terjadi. Kebenaran adalah proses pemeriksaan terhadap benar
tidaknya sesuatu dalam praktek pelaksanaan. Sesuatu itu disebut benar, hanya jika
mampu memecahkan problema dan mempunyai kegunaan. 21 Kebenaran suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis atau tidak. 22 Artinya pernyataan itu atau implikasinya mempunyai
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Charles S. Baylis juga mengungkapkan bahwa suatu proposisi benar sepanjng
proposisi itu berlaku (works) atau memuaskan (satisfies). Lalu GTW Patrick mengatakan
bahwa hipotesa atau ide itu benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan,
berlaku dalam praktek dan mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti dengan
13
Lihat Endang Saifuddin Anshari. Op. cit., h. 22.
14
Jujun Suriasumantri. Filsafat Ilmu, Sebuah Penngantar Populer. (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h. 57.
15
Lihat Endang Saifuddin Anshari, op. cit, h. 23.
kegunaannya.16 Pengikut mazhab pragmatisme mendapat pengaruh besar pada waktu
mereka menyerang ahli agama dengan mengatan bahwa sesungguhnya kita tidak dapat
membuktikan kebenaran keterangan-keterangan anti agama, karena tidak dapat mengukur
kebenaran agama itu dengan kenyataan, sehingga mereka berpendapat bahwa kebenaran
bukan apa yang cocok dengan kenyataan tetapi apa yang dapat terlaksana dan apa yang
dapat berlaku.17
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kriteria kebenaran menurut teori ini
adalah apa yang dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan manusia. Mungkin
sesuatu pada hari ini dianggap benar karena bisa bermanfaat tetapi besok belum tentu,
karena dianggap tidak bermanfaat atau pada seseorang dianggap benar karena berguna
pada dirinya, tetapi pada orang lain tidak benar karena tidak berguna pada orang lain.
4. Religius
Teori ini berpendirian bahwa kebenaran adalah kebenaran Ilahi. Kebenaran yang
bersumber dari Tuhan yang diampaikan melalui wahyu. Kebenaran tidak cukup dengan
ukuran interes dan rasio individu, tetapi harus dapat memberi keyakinan dan menjawab
problem umat. Karena itu kebenaran haruslah mutlak dan berlaku sepanjang sejarah
kehidupan manusia.
Dengan demikian teori ini berpandangan bahwa kebenaran harus berlaku
sepanjang zaman, dan dapat membimbing manusia ke arah yang lebih baik. Sekali pun
pandangan ini mendapat tantangan dari kelompok non religius, karena mereka
beranggapan bahwa dogma adalah kepercayaan yang diterima tanpa melalui kritik dan
penyediaan yang tentunya bertentangan dengan sifat asasi manusia sebagai makhluk
rasional.
16
Lihat Endang Saifuddin Anshari, op. cit., h. 17.
17
David Trublood.Philosophy of Religion. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. HM. Rasyri dengan judul Filsafat Agama
(Cet. IX. Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 19
sendiri yang berbeda dari studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Dalam mempelajari
‘Yang Ada’ dalam bentuknya yang sangat abstrak studi tersebut melontarkan pertanyaan
seperti “Apa itu Ada dalam dirinya sendiri?”Langeveld menamai ontologi dengan "teori
tentang keadaan". Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya. Dengan ontologi diharapkan
terjawab pertanyaan tentang "apa". Misalnya, objek apa yang ditelaah ilmu?, Apa wujud
hakiki dari objek tersebut?, Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan
ilmu?, Apa yang disebut kebenaran itu?, Apa kriterianya?.
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas
mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti: ada atau menjadi, aktualisasi atau
potensialisasi, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan
waktu, perubahan dan sebagainya. Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba
melukiskan hakikat terakhir yang ada, yaitu Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi,
Sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepada-nya.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk
mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut
dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berpikir, dan
pola berpikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar
pembahasan realitas.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles .
Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan
kenyataan. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala
sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada
berdiri sendiri). Menurut jujun, S (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai
teori
tentang “ada”, yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.
Dari beberapa pengertian ontologi di atas, maka dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas,
apa yang disebut dengan ontologi. Ontologi juga mengandung pengertian sebuah cabang
filsafat yang menyelidiki realitas yang menentukan apa yang kita sebut realitas. Dari
beberapa pengertian dasar tersebut bisa disimpulkan bahwa ontologi mengandung
pengertian “pengetahuan tentang yang Ada”.
Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata
yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukanarti , struktur dan prinsip benda
tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM). Dengan demikian dapat
disimpulkan Ontologi merupakan adalah suatu teori tentang makna dari suatu objek,
property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu
domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang
sesuatu yang ada dan bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari
sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut lingkup
cabang-cabang keilmuan tersendiri.
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis
tentang hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu
pengetahuan yang ada itu. Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas pertanyaan
fundamental proses keilmuan manusia, yakni bagaimana, apa, dan untuk apa. Maka tiga
pertanyaan dasar tadi kemudian dirumuskan menjadi beberapa dimensi, dan salah satunya
ialah; dimensi ontologis, pertanyaan yang harus dijawab pada dimensi ini adalah: apa
sebenarnya hakikat dari sesuatu yang dapat diketahui, atau apa sebenarnya hakikat dari
suatu realitas. Dengan demikian dimensi yang dipertanyakan adalah hal yang nyata.
Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang
ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya
pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang
sesuai dengan akal manusia.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Membahas tentang yang ada, yang universal, dan menampilkan pemikiran
semesta universal. Berupaya mencari inti yang temuat dalam setiap kenyataan, dan
menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami kenyataan sejauh dapat
dijangkau oleh daya pemikiran manusia berdasar pengalaman manusia secara empirik. Pra
pengalaman atau pasca pengalaman bukan merupakan telaah ilmu pengetahuan,tetapi
merupakan telaah ontologi. Aspek kedua dari landasan ontologi keilmuan adalah penafsiran
tentang hakikat terdalam dari objek keilmuan. Penafsiran ontologik terhadap objek
keilmuan harus didasarkan pada karakteristik objek ilmu sebagaimana adanya, terbatas dari
nilai-nilai yang bersifat dogmatik. Suatu pernyataan akan diterima sebagai premis dalam
argumentasi ilmiah jika telah melampaui pengkajian secara ontologi .ilmu berdasarkan
landasan ontologik berarti mendasarkan diri pada kenyataan diri pada kenyataan
sebagaimana adanya dapat membantu dalam menjelaskan,meramalkan dan mengontrol
gejalah yang ada untuk menuju ke ciri-ciri substansial dari alam (objek ilmu pengetahuan).
Filsafat ilmu pengetahuan dirumuskan sebagai cabang filsafat yang
mempersoalkan secara menyeluruh dan mendasar mengenai segala masalah yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai hakikat.ilmu pengetahuan,
sumber ilmu pengetahuan, metode ilmu pengetahuan, dan kebenaran ilmu pengetahuan.
Perbedaan Ilmu filsafat dengan filsafat ilmu, objek kajian ilmu filsafat adalah semesta
atau semua yang ada di sekitar manusia dalam arti seluas-luasnya. Sedangkan objek kajian
filsafat ilmu adalah ilmu-ilmu yang diperoleh manusia baik yang bersifat ilmiah maupun
tidak ilmiah untuk semua pemahaman yang komprehensif dari semua pengertian filsafat
ilmu perlu di lakukan pelacakan atas pengertian filsafat yang seutuhnya,dengan pengertian
ilmu itu sendiri dari dua pengertian yang ada akan ditemukan prinsip-prinsip yang logis yang
mengukuhkan filsafat ilmu dan kategori-kategori yang khas milik filsafat ilmu merupakan
pemahaman yang rasional dengan argumentasi yang sistematis dengan memenuhi semua
ketentuan-ketentuan yang berlaku dengan metode ilmiah. Sedangkan filsafat itu sendiri
lebih dari pemahaman yang rasional karena tidak terlalu berkutat pada kelumit argumentasi
tetapi berkelanjutan juga pada sikap kritis , keterbukaan , radikalitas, komprehensif,
kebebasan dan diakhiri dengan perenungan yang mendalam.
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengenai segala sesuatu dengan
memandang sebab yang terdalam. Filsafat mencari jawaban atas pertanyaan yang dihadapi
dengan berpangkal pada manusia dan pikirannya. Ilmu merupakan lukisan atau keterangan
yang lengkap dan konsisten mengenai hal yang dipelajari dalam ruang dan waktu.
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia akan sesuatu, atau segala perbuatan manusia
untuk memahami suatu objek tertentu. Ilmu pengetahuan dapat disimpulkan sebagai
Kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (obyek/lapangan), yang merupakan
kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal/kejadian itu. Filsafat ilmu
pengetahuan membuka pikiran untuk mempelajari dengan serius proses logis dan imajinasi
dalam cara kerja ilmu pengetahuan.
7. landasan ontologis ilmu
a) yang ada (makhluk)
Prinsipnya ada dua, ada yang menciptakan dan ada yang dibuat, ada yang menyebabkan
dan ada yang akibat. Ada yang menciptakan tidak sepenuhnya tepat untuk disebut sebagai
sebab yang ada, karena hukum sebab akibat berlainan dengan kebohongan yang
menciptakan dan yang dibuat. hukum sebab akibat bisa bersifat fisik, mekanik,berdimensi
bahan, sementara pencipta dan ciptaan didalamnya selalu terkandung dimensi ideal, yang
bersifat rohani.
A. PENGERTIAN EPISTIMOLOGI
B. Secara bahasa , epistimologi di ambil dari bahasa yunani yaitu epistime yang berarti
pengetahuan dan logos berarti perkataan , pikiran , dan ilmu. Kata episteme dalam
bahasa yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan , menempatkan ,
atau meletakkan. Maka, secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya
intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Dengan singkat
kata yaitu “cara mendapatkan pengetahuan yang benar”.Epistimologi adalah acabang
filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode, dan sah nya ilmu
pengetahuan. Dan epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan ,
justifikasi, dan rasionalitas keyakinan. Banyak perdebatan dalam epistemologi namun
berpusat pada empat bidang.
1. Analisis filsafat terkait hakikat dari pengetahuan dan bagaimana hal ini berkaitan
dengan konsep-konsep seperti kebenaran, keyakinan, dan justifikasi.
2. Berbagai masalah skeptisisme
3. Sumber-simber dan ruang linkup pengetahuan dan justifikasi atas keyakinan.
4. Kriteria bagi pengetahuan dan justifikasi. Epistemoogi membahas pertanyaan-
pertanyaan seperti “Apa yang membuat kebenaran yang terjustifikasi dapat
dijustifikasi?”Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang
sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu
obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W. Hamlyn
mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan, dasar pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal
itu dapat diandalkannya sebagai kenegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas diungkapkan Dagoberd D.
runes. Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas
sumber, struktur, metode-metode, dan haliditas pengetahuan.
Tujuan dari metode ilmiah yang paling utama tentunya untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang rasional dan sudah teruji,sehingga pengetahuan tersebut dapat di
gunakan dan di andalkan. Adapun beberapa fungsi lainnya yang di antaranya seperti:
Secara etimologi Ilmu dalam bahasa Arab, kata ilmu jamaknya ‘ulum diartikan
ilmu pengetahuan. Dan Pengetahuan adalah tahu, atau hal mengetahui sesuatu; segala apa
yang diketahui; kepandaian atau segala apa yang diketahui atau akan diketahui berkenan
namun belum disusun secara sistematik dan belum diuji kebenarannya menurut metode
ilmiah, dan belum dinyatakan valid dan shahih. Dengan demikian, ilmu pengetahuan
menggunakannya. Oleh karena itu, pada hakikatnya ilmu (science: ilmu pengetahuan) itu
dari segi objeknya adalah netral, tergantung kapada menusia yang menggunakannya.
secara fisik atau bendanya. Penglihatan seperti ini sesungguhnya kurang tepat.
bersifat nonfisik, atau yang bersifat software (perangkat lunak). Dengan demikian,
produk teknologi tidak akan ada jika tidak ada ilmu pengetahuan yang dipadukan
dengan teknik tidak akan ada jika tidak ada hasil penelitian. Maka dari itu, menjadi
jelas, bahwa ilmu pengetahuan berfungsi sebagai dasar bagi pembentukan dan
18
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Islam dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Prenadamedia, 2018, h. 8.
pengembangan teknologi. Maka dalam Islam, yang memberi rahmat itu pada
hakikatnya adalah Tuhan. Dengan pandangan yang demikian itu, maka dalam Islam,
untuk mensyukuri karunia Allah SWT dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya.
2. Penjelasan atas segala hal yang terjadi. Misalkan disebuah desa terjadi bencana.
Maka Kaum agama mungkin akan menjelaskan timbulnya masalah tersebut secara
“azab dari Tuhan, karena perbuatan dosa.” Jika ini yang diyakini penyebabnya, maka
memohon ampun kepada Tuhan, serta melakukan amal ibadah, dan berbuat kebaikan
dalam hidup. Namun, seorang ilmuwan, akan memberikan penjelasan atas masalah
tersebut dari pendekatan ilmiah, yaitu dengan mencari sebab-sebab atau hukum
kausalitas yang dapat diamati, diprediksi atau dapat diramalkan, sebagaimana hal ini
biasa terjadi pada berbagai temuan dalam bidang ilmu pengetahuan, yakni adanya
3. Cahaya kebenaran. Didalam Islam ilmu pengetahuan disebut cahaya. Imam Syafi’i
ketika mengadu kepada gurunya yang bernama Waqi’, karena kesulitan dalam
memahami suatu ilmu mengatakan, bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu
4. Alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan ilmu pengetahuan kualitas
hidup manusia akan meningkat. Mulai dari sikap mental, karakter, moral dan
yang terkait dengan pembinaan karakter. Demikian pula makanan dan minuman yang
ia konsumsi, bahan pakaian, model dan desainnya yang dipakai oleh orang yang
5. Alat untuk meningkatkan harkat dan martabat. Ilmu pengetahuan, khususnya yang
berkaitan dengan etika, akhlak, adab, sopan santun, dan moral yang menempatkan
manusia sebagai makhluk yang mulia dan harus saling memuliakan; demikian juga
makhluk lainnya ciptaan Tuhan air, api, udara, batu mulia, binatang dan tumbuh-
tumbuhaN, dan segenap makhluk Tuhan lainnya, yakni malaikat, jin yang saleh.19
1. Rasionalisme
Paham ini beranggapan sumber pengetahuan manuasia adalah rasio. Tanpa Rasio
mustahil manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir.
Oleh karena itu, berpikir inilah yang membentuk pengetahuan. Semakin banyak
2. Empirisme
Paham ini memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalan
lahiriah maupun pengalaman batiniah. Gejala alam menurut aliran ini bersifat
19
Ibid, h. 28-31.
20
file:///C:/Users/USER/Downloads/35975-93319-1-PB.pdf, onlile tgl. 29-09-2021, jam 14.57 wib.
konkret, dapat dinyatakan dengan pancaindra dan mempunyai karakteristik dengan
pola keteraturan mengenai suatu kejadian, seperti langit yang mendung dan biasanya
diikuti oleh hujan, logam yang dipanaskan akan memanjang. Berdasarkan teori ini,
akal hanya berfungsi sebagai pengelola konsep gagasan indrawi dengan menyusun
konsep tersebut atau membagi-baginya. Akal juga sebagai tempat penampungan yang
D. Pengertian Aksiologi
Secara etimologi aksiologi dalam bahasa Yunani, kata aksiologi terdiri dari dua
kata axios yang berarti layak atau pantas dan logos yang berati ilmu atau studi mengenai.
Selain itu, nilai juga berasal dari bahasa latin Valere yang berarti berarti berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku atau kuat yang bermakna kualitas sesuatu hal yang menjadikannya
dapat disukai, diinginkan bermanfaat atau menjadi objek kepentingan. Namun juga bisa
bermakna sebagai apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai suatu kebaikan.
Secara terminologi aksiologi secara istilah adalah merupakan studi yang berkaitan
dengan teori tentang nilai atau studi segala sesuatu yang dapat bernilai atau memberikan
manfaat. Nilai merupakan suatu fenomena tapi tidak berada dalam suatu ruang dan
waktu. Selain itu, nilai juga merupakan esensi-esensi logis dan dapat dipahami melalui
akal.22
E. Aspek Aksiologi
Aksiologis dalam wancan filsafat mengacu pada persoalan etika (moral) dan
estetika (keindahan).
1. Etika merupakan teori mengenai tingkah laku atau tindak-tanduk perbuatan manusia
yang dipandang dari aspek nilai baik dan buruk yang dapat ditentukan oleh akal.
secara deskriptif yang digolongkan dalam bidang ilmu pengetahuan empirirs dan
keputusan yang menyangkut baik dan buruk atau benar dan salah.
2. Estetika adalah ilmu yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta
harus dapat dirasakan oleh banyak orang. Dalam wacana aksiologi, terdapat tiga
bahwa nilai adalah objektif dalam arti nilai. Nilai ini dapat secara konsisten
didukung oleh argumentasi yang cermat dan rasional karena merupakan yang
terbaik. Nilai, norma, dan cita-cita adalah elemen yang ada dalam objek, atau
kebenaran, keindahan, tidak ada dalam dunia real objektif tetapi merupakan
berkaitan dengan sikap mental terhadap suatu objek atau situasi. Nilai memiliki
sebagai berikut: 1). Bahwa nilai-nilai bersifat relatif karena berhubungan dengan
sebagainya); 2). Bahwa nilai-nilai berbeda secara radikal dalam banyak hal dari
benar atau salah, baik atau buruk, tepat atau tidak dapat diterapkan padanya; 4)
bahwa tidak ada, dan tidak dapat ada nilai-nilai universal, mutlak, dan objektif
G.Fungsi Aksiologi
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, aksiologi merupakan bidang filsafat yang
mengkaji masalah nilai terutama dalam etika dan estetika. Filsafat ini memberitahu kita
24
ibid, onlile tgl. 29-09-2021, jam 17.05 wib.
tentang yang baik dan yang jahat. Aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Penjelasan ini
membahas nilai dari sudut pandang filosofis. Aksiologi, terutama, menentukan baik dan
buruk bagi individu dan bangsa. Itu menetapkan standar baik dan buruk. Semua
kehidupan sosial kita sebagian besar bertumpu pada cabang filsafat ini.25
25
Ibid, onlile tgl. 29-09-2021, jam 17.09 wib.
istiadat suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Dari hasil objek formal itulah
memunculkan ilmu-ilmu tertentu yang sifatnya empiris, misalnya ilmu kedokteran,
biologi, ilmu teknik, botani, zoology, antropologi, ilmu social.
c) Prinsip Teori Empiris
John Locke, yang dipanggil sebagai bapak kaum empirisme inggis,
mengajukan sebuah teori bahwa pikiran manusia pada saat lahir dianggap sebagai
selembar kertas lilin yang licin (tabularasa) dimana data yang ditangkap pancaindera lalu
tergambar disitu. Semakin lama, semakin banyak kesan pancaindera yang tergambar. Jadi
secara khusus kaum empiris mendasarkan teori pengetahuannya kepada pengalaman yang
ditangkap pancaindera. Karena pengalaman ia memperoleh pengetahuan, menurutnya
pengetahuan yang benar adalah yang bersunber dari pengalamaan indrawi tidak dari
pengalaman lainnya.
Beberapa prinsip teori empiris yang didasarkan kepada teori diatas antara lain:
1. Perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui adalah
subyek dan yang diketahui adalah obyek. Terdapat alam nyata yang terdiri dari fakta
atau obyek yang ditangkat oleh seseorang.
2. Kebenaran atau pengujian kebenaran dari fakta atau obyek didasarkan pada
pengalaman manusia. Kaum empiris harus diyakinkan sekurang-kurangnya dalam
tiga hal:
Fakta atau obyek adalah termasuk benda-benda yang dapat dialami manusia
Bahwa terdapat seseorang yang melihat itu secara langsung;
Jika kaum empiris itu sendiri ada disana, dia sendiri harus menyaksikan fakta
atau obyek tersebut.
3. Prinsip keteraturan. Bagi kaum empiris fakta, misalnya alam, adalah teratur. Dengan
rekonstruksi keteraturan fakta pada masalalu, kaum empiris merasa cukup beralasan
untuk membuat ramalan mengenai kemungkinan tingkah laku benda tersebut di masa
depan.
4. Prinsip keserupaan. Keserupaan berarti bahwa bila terdapat gejala-gejala berdasarkan
pengalaman adalah identik atau sama, maka kita mempunyai cukup jaminan untuk
membuat kesimpulan yang bersifat umum (generalisasi).
B. Cara Kerja Ilmu Empiris
Pendekatan atau Metode Ilmu Empiris
Pendekatan atau Metode merupakan cara seorang ilmuan atau peneliti mendapatkan data
saat ia sedang melakukan pengamatan. Lazimnya didalam ilmu empiris seorang ilmuan
menggunakan pendekatan atau metode induktif. Metode induktif adalah sebuah metode
yang digunakan dalam ilmu empiris yang mencoba menarik kesimpulan dari penalaran
yang bersifat khusus untuk sampai pada penalaran yang umum sifatnya. Pada penalaran
yang sifatnya khusus itu, seorang pengamat akan mengamati beberapa hal atau ssesuatu
yang memiliki ciri-ciri yang khusus. Metode induksi berguna bagi ilmu empiris karena
mendasarkan pada pengamatan factual dan dipakai sebagai landasan berpijak pada ilmu
empiris.
1) Cara Kerja Ilmu Alam
a) Pengamatan (observasi)
Dalam observasi itu fakta-fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati,
diklasifikasikan dan diklarifikasi, disusun secara teratur (sistematis) kemudian
ditarik generalisasi-generalisasi sebagai kesimpulannya. Observasi bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu observasi sehari-hari dan observasi ilmiah. Observasi
sehari-hari bersifat emosional dikaitkan dengan emosi si pengamat.
Pengamatannya bersifat subjektif yang dipengaruhi oleh persepsi social,
dipengaruhi oleh suatu kepentingan yang bersifat pribadi dengan menguntungkan
diri sendiri. Observasi ilmiah, emosi harus dikesampingkan, prasangka, dan tidak
memihak kepada apapun, bahkan unsur subjektif dihilangkan, hal-hal yang
dikenal dan berpengaruh subjek dan variasi. Variasi yang ada tidak diperhatikan,
tidak ada kepentingan dirinya sendiri.
b) Induksi
Hal hal yang diamati harus dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan kemudia
disimpulkan kembali dalam pernyataan-pernyataan umum, jalan pikiran sampai
keputusan umum dari putusan yang sifatnya khusus itu disebut dengan induksi.
c) Deduksi
Matematika serta logika memungkinkan pengolahan lebih lanjut bahan-bahan
empiris begitu bahan ini tercakup dalam system pernyataan yang runtut.
d) Percobaan-Percobaan (eksperiment)
Berdasarkan atas system percobaan itu dapat dijabarkan pernyataan-pernyataan
khusus tertentu,kemudian dapat dikaji lagi dalam kerangka observasi
eksperimental atau tidak eksperimental kemudian diverifikasi.
e) Evaluasi
Hasil-hasil kajian membawa kita pada tahap evaluasi suatu teori yang disusun
dengan menggunakan induksi dan deduksi.
2) Cara Kerja Ilmu Hayat
a) Metode Kausal, berguna untuk melihat hubungan sebab akibat yang berasal dari
hubungan atau interaksi antar organ.
b) Metode Mekanistis, yaitu metode yang memunculkan adanya keteraturan tentang
system yang berlaku pada gejala atau daya-daya hidup dari organisme.
c) Metode Genetik, yaitu metode yang mengkaji tentang penelusuran secara historis
bagaimana terjadinya sebuah organ, ataupun jaringan tertentu.
d) Metode fungsional, yaitu motode yang melihat bahwa masing-masing organisme
itu memiliki fungsi tertentu yang memungkinkan system organ itu berjalan
dengan teratur dan baik.
3) Cara kerja Ilmu Kemanusiaan
Sementara cara kerja ilmu-ilmu kemanusiaan sebelum abad ke-19 hendak disamakan
dengan cara kerja ilmu-ilmu alam, padahal obyek kajiannya berbeda secara prinsipil.
Dalam kaitan ini ciri khas ilmu-ilmu kemanusiaan ada empat, yakni ;
a) Obyek penyeledikannya adalah manusia dengan keseluruhan lahir-batinnya. Ia
memiliki keinginan, harapan, sifat interaktif dan selanjutnya.
b) Cara pandang analog, artinya tidak memiliki hukum yang tetap, sebab ruang dan
waktu, letak geografis serta tantangan yang berbeda menghasilkan pola perilaku
dan kebudayaan yang berbeda. Hal demikian itu menjadikan kebenaran relatif dan
sulit untuk mencapai kepastian, sehingga sulit juga mengadakan generalisasi.
c) Tidak biasa mencita-citakan suaatu titik pangkal “pengamatan murni” tanpa
prasangka. Hal ini karena mau tidak mau manusia (peneliti) terlibat dalam obyek
yang dikajinya. Sehingga Ilmu social lebih bersifat subyektif.
d) Tidak bebas nilai, tetapi justru menghasilkan nilai-nilai.