Anda di halaman 1dari 2

B.

Sejarah kemunculannya
Sesuai namanya, Farisi memiliki asal usul dari negeri Persia. Lebih khusus, tulisan ini di sebut
dengan Ta’liq kemudian dengan di sebut Nastaliq sebagaimana akan kami jelaskan sejarahnnya.
Disebut, khat Farisi, karena memang pertama kali dikembangkan oleh orang-orang Persia (Iran).
Negara Persia sebelum Islam, memiliki tulisan khas mereka sendiri yang di sebut tulisan Bahlawi. Setelah
islam masuk ke negeri mereka, orang-orang Persia menulis dengan Tulisan Arab, dan tulisan mereka
sendiri mulai dilupakan. Meski demikian, tampaknya pengaruh tulisan asli mereka masih memberikan
cirri khas bagi tulisan Arab mereka.
Selanjutnya, seiring dengan perkembangan tulisan naskhi dan tsuluts, para seniman negeri-
negeri Persia (meliputi Iran, Afganistan, India, dan Pakistan) mulai memadukan keindahan naskhi dan
tsuluts dengan gaya menulis nenek moyang mereka. Maka lahirlah sebuah gaya menulis yang disebut
Ta’liq yang popular penggunaannya pada abad 11-13 H.
Ta’liq memiliki arti menggantung, karena tulisan ini biasannya di tulis dengan model menggantung. Di
namai demikian karena gaya tulisan ini terkesan menggantung. Gaya ini di sukai oleh orang-orang Arab
dan merupakan gaya tulisan kaligrafi asli bagi orang Persia, India dan Turky.

Karya dalam Ta’liq karya Shaykh Sa’di berjudul “Gulistan”


(kebun Mawar) bertahun 654/1256.

Pada tahapan berikutnya, kaligrafi Ta’liq di sederhanakan bentuknya sehingga tidak timbul kesan
ruwet dan sulit dibaca. Hal ini karena tulisan ta’liq mulai di gunakan dalam penulisan karya-karya ilmiyah
yang harus mudah di baca dan jelas. Tulisan ini kemudian disebut NASTA’LIQ merupakan gabungan dari
kata NASKH dan TA’LIQ. Maksudnya tulisan ta’liq yang berfungsi seperti naskh. Tulisan Nasta’liq ini di
kembangkan oleh MIR ALI AL-THIBRIZI pada pertengahan abad ke 9 H setelah ia berimmpi melihat
burung-burung dan sekawanan bebek terbang. Gaya ini dikembangkan lebih halus dan variatif menjadi
Nasta’liq. Namun demikian, para kaligrafer Turky dan Persia tetap menggunakan tulisan ini pada
momen-momen penting saja. Ta’liq dan nasta’liq biasa di gunakan untuk penulisan literature dan syair-
syair tentang kepahlawanan bukan untuk penulisan Mushaf Al-quran. Orang-orang Persia boleh
berbangga, tulisan Nasta’liq atau Farisi ini menjadi sebuah karya seni yang sangat indah dan original.
Keindahannya akan tetap terjaga karena tidak semua orang dapat menguasai tulisan ini. Sangat sulit
menguasainnya sehingga ia menjadi standar bagi seoarang seniman untuk mendapat gelar “khattaat”.

Anda mungkin juga menyukai