Anda di halaman 1dari 7

KLIPING

KALIGRAFI KHAT DIWANI JALI DAN KHAT


NASKI

Oleh :

Kelompok
M. Elang Pratama Putra
Alfi Hidayat
Reka Andika
Ibnu Hujairi
Nurkholis

MTs QOTHROTUL FALAH


2015
A. Khat Diwani Jali
Khat Diwani Jali merupakan salah satu gaya kaligrafi yang dibuat oleh
masyarakat Turki Usmani hasl olahan kaligrafer Syahlan Pasha. Gaya ini dianggap
sebagai hasil pengembangan dari khat Diwani Adi. Jali artinya jelas. Baik Diwani
Adi maupun Diwani Jali dua-duanya disebut khat Humayuni dan khat Muqaddasi.
Humayun maksudnya raja-raja Humayun, sedangkan Muqaddas artinya disucikan,
karena gaya ini khusus dipakai menulis para sultan dan sultan adalah bayang-bayang
Tuhan di bumi. Diwani Jali yang semula banyak digunakan untuk menulis naskah,
sertifikat, dan korespondensi anatar negara oleh para sultan Turki Usmani,
berkembang dan semakin halus menjadi tulisan hias pada abad ke-19 dan 20 terutama
di tangan para kaligrafer modern seperti Syeikh Muhammad Abdul Aziz al-Rifai dari
Mesir, Syeikh Nasib Makarim di Lebanon, dan Hasyim Muhammad al-Baghdadi di
Irak. Keindahan gaya ini tambah sempurna di tangan para master kaligrafi mutakhir
seperti Sayid Ibrahim dari Mesir, Muhammad Saad Haddad dan Musad Musthafa
Khudir al-Bursaid dari Mesir, Muhammad Sadiq al-Khayyat dari Syiria, Jawad Sabti
al-Najvi, Muhammad Izzat Kirkukli, Jasim al-Najvi, Walid al-Azmi dari Irak.
Kelebihan dan karakter khas Diwani Jali dari Diwani Adi adalah pada penyematan
tanda syakal dan hiasan titik yang memenuhi ruang tulisan dengan bentuk titik segi
empat (seperti titik-titik untuk Tsulus). Keindahannya justru tidak tampak tanpa
susunan geometris komponen-komponen yang padat tersebut. Karena itu pula Diwani
Jali ditulis dengan waktu yang agak lama. Banyak ragam cara mengolah khat Diwani
Jali, namun secara khusus khat Diwani Jali terbagi kepada tiga bentuk pokok dengan
sebutan yang berbeda-beda yaitu:
a. Khat Diwani Jali Mahbuk

Mahbuk artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan
pembagian (husn al-tawzi) dan aturan komposisi (ihkam al-tartib) seperti pada
khat Tsulus. Keseluruhan bagaian dalam gaya ini tampil simetris, sama padatnya
dengan jaraj-jarak antar goresan yang dibuat seimbang sehingga tidak ada bagian
yang lebih kosong atau lebih padat dari bagian yang lain.
b. Khat Diwani Jali Humayuni

Meskipun Diwani dan Diwani Jali dinisbahkan kepada nama Humayuni, namun
gaya Diwani Jali Humayuni adalah kaligrafi yang secara dikhususkan oleh para
kaligrafer Turki untuk menulis dokumen atau catatan kesultanan, sertifikat
kerajaan, dan karya-karya seni yang bersifat permanen. Diantaranya cirinya

adalah bagian ujung tulisan yang menaik seakan menggambarkan pucuk mahkota
atau kekuasaan raja melebihi ketinggian bagian-bagian sebelumnya yang bernada
datar seperti umumnya rakyat biasa. Pada akhir dari pucuk tulisan kerap ada
tambahan goresan melengkung, seperti gambaran kelebat sorban atau sayap
mahkota kebesaran.

c. Khat Diwani Jali Zauraqi

Gaya ini merupakan Diwani Jali yang dipengaruhi seni lukis. Dalam bidang ini,
para kaligrafer punya tradisi mengolah gaya tersebut dalam bentuk zauraq atau
perahu. Ciri-ciri aliran Diwani Jali Zauraqi adalah pada pemanjangan goresan
huruf-huruf akhir kata-kata yang mungkin bisa ditarik semakin cekung hingga
ujung kalimat. Garis-garis memanjang ini membentuk lapisan-lapisan kayu pada
dinding perahu. Paling pucuk biasanya ditambahi goresan menjulur ke bawah
mirip navigasi,sedangkan sisa kata-kata dierupakan muatan denga beberapa
ujungnya menyelonjor ke arah air mirip dayung-dayung yang bergerak hidup.
B. Khat naski
Khat Nasakh (Naskhi) adalah salah satu jenis Khat yang paling mudah dibaca. Jenis
inilah yang paling sering kita dapati ketika melihat atau membaca tulisan ayat pada
mushaf Al Qurn dan sering digunakan untuk menyalin teks-teks ilmiah. Karena
jenis ini relatif sangat mudah dibaca dan ditulis, maka tulisan ini paling banyak
digunakan oleh para muslim dan orang Arab di belahan dunia.

(Kaligrafi Surat Al Fatihah dengan Khat Gaya Naskhi Karya seorang kaligrafer Turki)

Para ahli sejarah berpendapat, bahwa Ibnu Muqlah (272-328 H)adalah peletak dasar Khat
Naskhi dalam bentuknya yang sempurna di zaman Bani Abbas. Di zaman kekuasaan Atabek
Ali (545 H), usaha memperindah khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenallah gaya
yang disebut Naskhi Atabeki yang banyak digunakan untuk menyalin mushaf al-Qurn di
abad pertengahan Islam, dan menggeser posisi Khat Kufi kuno yang banyak digunakan
sebelumnya.

(Kaligrafi Ayat Kursi dengan Khat Gaya Naskhi Karya Abbas Al Baghdadi)

Khat ini disebut Naskhi karena para Khatthath (kaligrafer) menulis mushaf al-Qurn dan
berbagai buku dengan menggunakan gayanya. Sekarang huruf-huruf Naskhi menyebar di
aneka penerbitan untuk mencetak buku, koran, dan majalah bahkan meluas menjadi hurufhuruf komputer. Jenis khat ini pula menjadi gaya yang pertama kali wajib dipelajari oleh para
pemula yang mempelajari seni kaligrafi arab.

(Salah satu halaman Kitab Matan Jazariyah yang ditulis dengan Khat Naskhi)

(Halaman Mushaf Qur'an Surat Yasin ditulis dengan Khat Naskhi)

Anda mungkin juga menyukai